l. Pengkajian Terhadap Nyeri Tidak ada cara yang tepat untuk menjelaskan seberapa berat nyeri seseorang. Tidak ada pemeriksaan yang dapat mengukur intensitas nyeri, tidak ada alat imaging ataupun alat penunjang dapat menggambarkan nyeri, dan tidak ada alat yang dapat menentukan lokasi nyeri dengan tepat (prasetyo, 2010). Di dalam melakukan pengkajian nyeri hanya individu yang bersangkutan yang dapat memberikan hasil pengkajian terbaik mengenai gambaran nyeri yang dialaminya. Beberapa hal yang harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain (Prasetyo, 2010) : 1) Intensitas nyeri Minta individu untuk membuat lingkaran nyeri pada skala verbal, misalnya : tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, hebat atau sangat nyeri. Atau dapat juga dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya bersifat kulitatif menjadi sifat kuantitatif dengan menggunakan skla 0-10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10= nyeri sangat hebat. 2) Karakteristik nyeri Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari, atau bulan), irama/periodenya (terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti ditekan). Karakteristik dapat juga dilihat berdasarkan metode PQRST (Provate, Quality, Region, Severse, Time). a) Provocate Tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cedera termasuk menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan faktor psikologinya, karena bisa terjadinya nyeri hebat karena fktor psikologis bukan dari lukanya. b) Quality Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh pasien, seringkali pasien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti di tekan. c) Region Mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukan semua bagian atau daerah yang dirasakan tidak nyaman. Untuk melokasikan lebih spesifik maka sebaiknya
tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukan daerah yang nyerinya minimal sampai kearah nyeri yang sangat, namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang dirasakan bersifat menyebar. d) Severe Tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan skala yang sifatnya kuantitas. Dalam mengukur tingkat keparahan nyeri secara umum dapat digunakan skala numerik. Skala ini berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm dan setiap panjang 1 cm diberi tanda yang menunjukan angka dari 0-10, yaitu 0= tidak nyeri; 1-3= sedikit nyeri; 4-6; nyeri sedang; 7-9 = nyeri berat terkontrol, 10 = nyeri tidak terkonrol. e) Time Tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi, dan rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-lain.
0 Tidak nyeri
1
2 Nyeri ringan
3
4
5
Nyeri sedang
6
7
8
Nyeri berat terkontrol
9
10
Nyeri berat tidak terkontrol
Gambar 2.1 Skala intensitas nyeri numerik 0-10 (Sumber: Elkin, Perry, & Potter (2000); Sabatino (2006) Judha et al (2012)
Kategori Muka
Kaki Aktivitas
Skor 0 Tidak ada ekspresi atau senyuman tertentu, tidak mencari perhatian Tidak ada posisi atau rileks Berbaring, posisi normal, mudah bergerak
Katagori Menangis
0 Tidak menangis (saat bangun mapun saat tidur)
Hiburan
Isi, rileks
1 Wajah mengkerut, dahi berkerut, menyendiri Gelisah, resah dan menegang Menggeliat, menaikkan punggung dan maju menegang Skor 1 Merintih atau merengek, kadang-kadang mengeluh Kadang-kadang hati tentram dengan sentuhan, memeluk, berbicara untuk mengalihkan perhatian
2 Sering dahi tidak konstan, rahang meregang, dgu gemetar Menendang atau kaki disiapkan Menekuk, kaku atau menghentak
2 Menangis keras, berpekik atau sedu sedam, sering mengeluh Kesulitan menghibur dan kenyamanan
Total skor 0-10 Tabel 2.2 Observasi perilaku (Sumber : Judha et al (2012) A. Pengukuran Skala Nyeri Numerik 0-10 Petunjuk penggunaan: 1. Peneliti menilai skala nyeri melalui observasi perilaku dan mengukur berdasarkan skala nyeri 0-10. 2. Mengukur tingkat skala nyeri yang dirasakan responden sebelum dilakukan intervensi dengan menggunakan pena bertinta biru. 3. Melakukan teknik relaksasi aromaterapi lavender. 4. Mengukur tingkat skala nyeri yang dirasakan responden setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan pena bertinta merah.
SKALA NYERI OBSERVASI Skor 0 1
Kategori Muka
Kaki Aktivitas
Menangis
Hiburan
2
Tidak ada ekspresi atau senyuman tertentu, tidak mencari perhatian Tidak ada posisi atau rileks Berbaring, posisi normal, mudah bergerak
Wajah mengkerut, dahi berkerut, menyendiri
Sering dahi tidak konstan, rahang meregang, dgu gemetar
Gelisah, resah dan menegang Menggeliat, menaikkan punggung dan maju menegang
Menendang atau kaki disiapkan Menekuk, kaku atau menghentak
Tidak menangis (saat bangun mapun saat tidur) Isi, rileks
Merintih atau merengek, kadangkadang mengeluh Kadang-kadang hati tentram dengan sentuhan, memeluk, berbicara untuk mengalihkan perhatian
Menangis keras, berpekik atau sedu sedam, sering mengeluh Kesulitan menghibur dan kenyamanan
Total skor 0-10
PENGUKURAN TINGKAT SKALA NYERI
0 Tidak nyeri
1
2
3
Nyeri ringan
Keterangan: 0
= tidak nyeri
1-3
= sedikit nyeri
4-6
= nyeri sedang
7-9
= nyeri berat terkontrol
10
= nyeri berat tidak terkontrol.
4
5
6
Nyeri sedang
7
8 Nyeri berat terkontrol
9
10 Nyeri berat tidak terkontrol