Pengertian dan Terbentuknya Delta Oleh Para Ahli Menurut Coleman, 1968; Scott & Fischer, 1969, delta adalah dataran hasil pengendapan yang terbentuk oleh aktivitas sungai dan muara sungai, dimana terjadi pengendapan sedimen yang menghasilkan progradasi tidak teratur pada garis pantai. Adapun syarat-syarat terbentuknya suatu delta, antara lain :
Ada sungai yang menuju ke laut atau danau Lautnya dangkal Gelombang atau arus laut yang ada sangat kecil Tidak ada gerakan tektonik yang menyebabkan penurunan dasar laut atau danau di tempat muara sungai tersebut Arus pasang surut tidak kuat Dari waktu ke waktu material batuan yang diendapkan di laut atau danau cukup besar.
Menurut Elliot, 1986 dalam Allen, 1997, delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan. Pencarian lainnya yang berhubungan dengan artikel ini : delta sungai, delta adalah, gambar delta, delta sungai adalah, terbentuknya delta, pengertian delta, dataran delta, pembentukan delta di muara sungai, dataran delta adalah, letak delta, pembentukan delta, lingkungan pengendapan delta, arti delta, macam macam delta. Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Endapan sedimen yang terbentuk ini dikenal sebagai dataran delta yang merujuk pada daerah di belakang garis pantai. Bagian atas dataran delta didominasi oleh proses aktivitas sungai, sedangkan bagian bawah didominasi oleh pengaruh aktivitas laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta.
Macam-macam Morfologi/Fisiografi Delta Bersamaan dengan pembentukan delta, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada. Menurut Walker dan James (1992), Morfologi/fisiografi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain, delta front, dan prodelta.
Gambar delta dan karakteristik morfologinya.
Delta Plain Delta plain merupakan bagian kearah darat dari suatu delta. Delta plain bersifat subaerial yang terdiri dari channel yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan bagian daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara. Delta plain biasanya terdapat pada distributary channnel dan variasi dari lingkungan non laut sampai lingkungan payau termasuk swamp, marsh, tidal flat, dan interdistributary bay (Fisher et al, 1969).
Baca juga : Tempat dan Proses Pembentukan Batubara Delta Front Delta front merupakan daerah dimana endapan sedimen dari sungai bergerak memasuki cekungan dan berasosiasi/berinteraksi dengan proses cekungan (basinal). Delta front merupakan bagian yang sangat aktif terjadi pengendapan dalam lingkungan delta, terutama pada mulut distributary channel yang mengendapkan sedimen yang kasar. Distributary mouth bar secara relatif merupakan kenampakan kecil dari delta modern yang terbentuk oleh masuknya proses-proses laut. Pada kedalaman yang lebih besar, lempung mendominasi delta yang terbentuk pada cekungan laut yang relatif tenang (daerah arus pasang kecil dan aktifitas gelombang kecil), posisi distributary channel akan terbentuk pada periode yang lama. Pencarian lainnya yang berhubungan dengan postingan ini : letak delta yaitu di, apa itu delta,proses terbentuknya delta, apa yang dimaksud dengan delta, definisi delta, arti kata delta. Apa yang dimaksud delta, proses pembentukan delta, pengertian dari delta, proses terjadinya delta.
Prodelta Prodelta adalah bagian delta yang paling menjauh kearah laut atau sering disebut pula sebagai delta front slope. Prodelta merupakan daerah dimana material halus diendapkan secara lambat dari
suspensi. Di sini terjadi aktifitas bioturbasi secara luas menuju laut dengan sedimen berbutir halus di dasar cekungan. Pengawetan laminasi lanau biasanya memberikan petunjuk pengaruh delta, yang berbeda dengan keseluruhan bioturbasi pada sedimen dasar cekungan. Sedimen tersebut dapat terlaminasi secara teratur karena pengaruh arus pasang.
Lingkungan Pengendapan Delta Definisi Pengertian delta adalah sebuah lingkungan transisional yang dicirikan oleh adanya material sedimen yang tertransport lewat aliran sungai (channel), kemudian terendapkan pada kondisi di bawah air (subaqueous), pada tubuh air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut, sebagian lagi berada di darat/subaerial (Friedman & Sanders, 1978, vide Serra, 1985). Delta terbentuk di hampir semua benua di dunia kecuali di Antarika dan Greenland, yang daerahnya tertutup salju), dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah material sedimen yang besar (Boggs, 1987). Pada umumnya, delta akan terbentuk apabila material sedimen dari daratan yang terangkut lewat sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air yang tenang (standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai tersebut terendapkan pada kondisi subaerial (Barrel, 1912 vide Walker 1984). Proses pengendapan pada delta menghasilkan pola progradasi yang menyebabkan majunya garis pantai. Litologi yang dihasilkan umumnya mempunyai struktur gradasi normal pada fasies yang berasosiasi dengan lingkungan laut (marine facies). Dalam pembentukan delta, material sedimen yang dibawa oleh sungai merupakan faktor pengontrol utama.
Gambar Delta Mississippi
Pembentukan delta dikontrol oleh interaksi yang rumit antara berbagai faktor yang berasal/bersifat fluviatil, proses di laut dan kondisi lingkungan pengendapan. Faktor-faktor tersebut meliputi iklim, pelepasan air, muatan sedimen, proses yang terjadi di mulut sungai, gelombang (wave), pasang surut (tide), arus, angin, luas shelf, dan lereng (slope), tektonik, dan geometri cekungan penerima (receiving basin) akan mengontrol distribusi, orientasi, dan geometri internal endapan delta (Wright et al., 1974, vide Walker, 1984). Hanya beberapa proses saja yang tergolong sangat penting dalam mengontrol geometri, proses internal yang bersifat progradasi pada delta (progradational framework) serta kecenderungan arah penyebaran (trend) delta, yaitu :
pasokan sedimen, tingkat energi gelombang, dan tingkat energi pasang surut (Galloway, 1975; Galloway & Hobday, 1983 vide Boggs, 1987). Ketiga faktor inilah yang nantinya akan sangat berperan dalam penggolongan delta ke dalam tiga tipe dasar delta yang sangat fundamental yaitu (1) fluvialdominated, (2) tide-dominated, dan (3) wave-dominated (Boggs, 1987). Adanya dominasi diantara salah satu faktor pengontrol tersebut akan mempengaruhi geometri delta yang terbentuk. Menurut Curray (1969) delta memiliki beberapa bentuk yang umum, yaitu : 1. Birdfoot : Bentuk delta yang menyerupai kaki burung 2. Lobate : Bentuk delta seperti cuping 3. Cuspate : Bentuk delta yang menyerupai huruf (v) 4. Arcuate : Bentuk delta yang membundar 5. Estuarine : Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna
Klasifikasi Delta menurut Galloway (1975) Vide Serra (1985)
Klasifikasi Delta Klasifikasi merupakan suatu usaha pengelompokkan berdasarkan kesamaan sifat, fisik yang dapat teramati (Tabel 4.1). Dalam hal klasifikasi delta, ada beberapa klasifikasi yang sering digunakan. Klasifikasi delta yang sering digunakan adalah klasifikasi menurut Galloway, 1975 dan klasifikasi menurut Fisher, 1969 Dalam klasifikasi Galloway (1975) ditampilkan beberapa contoh delta di dunia yang mewakili tipikal proses yang relatif dominan bekerja membentuk setiap tipikal delta, sebagai contoh fluvial dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk elongate contohnya adalah Delta Missisipi, kemudian tide dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk estuarine contohnya Delta Gangga- Brahmaputra, selanjutnya wave dominated delta akan menghasilkan delta yang berbentuk cuspate contohnya Delta San Fransisco. Namun, pada dasarnya setiap delta yang terdapat di dunia tidaklah murni dihasilkan oleh dominasi salah satu faktor pengontrol di atas, namun lebih merupakan hasil interaksi antara dua atau bahkan tiga faktor pengontrol, sebagai contoh Delta Mahakam dan Delta Ebro yang berbentuk lobate yang dihasilkan utamanya dari proses fluvial dan tidal dengan sedikit pengaruh gelombang (wave), Selain klasifikasi menurut Galloway, juga terdapat klasifikasi menurut Fisher (1969). Dalam klasifikasi ini, Fisher menyimpulkan bahwa proses pembentukan delta dipengaruhi oleh dua faktor pengontrol utama yaitu proses fluvial dan pasokan sedimen, serta proses asal laut (marine processes). Berdasarkan dominasi salah satu faktor tersebut, Fisher dalam klasifikasinya membagi delta menjadi dua kelompok yaitu delta yang bersifat high constructive, apabila proses fluvial dan pasokan sedimen yang dominan mengontrol pembentukan delta dan delta yang bersifat high desctructive apabila proses asal laut yang lebih dominan. Pada gambar klasifikasi Fisher dapat dilihat beberapa geometri delta berdasarkan proses dominan yang mengontrolnya menurut Fisher et al., (1969)
Klasifikasi Delta menurut Fisher et Al., 1969 Vide Elliot (1982).
Sublingkungan Pengendapan Delta Secara garis besar delta di bagi menjadi beberapa sublingkungan antara lain ; 1. Delta Plain Merupakan bagian delta yang berada pada bagian lowland yang tersusun atas active channel dan abandoned channel .yang dipisahkan oleh lingkungan perairan dangkal dan merupakan permukaan yang muncul atau hampir muncul. Delta Plain dicirikan oleh suatu distributaries dan interdistributaries area. Proses sedimentasi utama di delta plain adalah arus sungai, walaupun arus tidal juga muncul. Pada daerah dengan iklim lembab, Delta plain mungkin mengandung komponen organik penting (gambut yang kemudian menjadi batubara). Gambut merupakan kemenerusan dari paleosol ke arah downdip (terletak pada bidang kronostratigrafi yang sama) yang mewakili suatu periode panjang terbatasnya influks sedimen klastik. Kemudian Delta Plain Di bagi lagi menjadi 2 yaitu – Upper Delta Plain Merupakan bagian delta yang berada di atas area pengaruh
pasang surut (tidal) dan laut yang signifikan (pengaruh laut sangat kecil). – Lower Delta Plain Sublingkungan ini terletak pada interaksi antara sungai dan laut yang terbentang mulai dari batas surutnya muka air laut yang paling rendah hingga batas maksimal air laut pada saat pasang.
Bagian-bagian sand deposit pada sistem Delta (Coleman & Prior, 1982)
2. Delta Front Delta front merupakan sublingkungan dengan energi tinggi, dimana sedimen secara konstan dirombak oleh arus pasang surut (tidal), arus laut sepanjang pantai (marine longshore current) dan aksi gelombang (kedalaman 10 meter atau kurang). Endapan pada delta front meliputi sheet sand delta front, distributary mouth bar, endapan river-mouth tidal, near shore, longshore, dan endapan stream mouth bar. Delta front terdiri dari zona pantai dangkal yang berbatasan dengan delta plain Delta front ditunjukkan oleh suatu sikuen yang coarsening upward berskala besar yang merekam perubahan fasies vertikal
ke arah atas dari sedimen offshore berukuran halus atau fasies prodelta ke fasies shoreline yang biasanya didominasi batupasir. Sikuen ini dihasilkan oleh progradasi delta front dan mungkin terpotong oleh sikuen fluvial distibutary channel atau tidal distributary channel saat progradasi berlanjut (Serra, 1985). 3. Pro Delta Prodelta merupakan lingkungan transisi antara delta front dan endapan marine shelf. Merupakan bagian dari delta di bawah kedalaman efektif erosi gelombang, terletak di luar delta front dan menurun ke lantai cekungan sehingga tidak ada pengaruh gelombang dan pasang surut dimana terjadi akumulasi mud, umumnya dengan sedikit bioturbasi . Sedimen yang ditemukan pada bagian delta ini tersusun oleh material sedimen berukuran paling halus yang terendapkan dari suspensi. Struktur sedimen masif, laminasi, dan burrowing structure. Seringkali dijumpai cangkang organisme bentonik yang tersebar luas, mengindikasikan tidak adanya pengaruh fluvial (Davis, 1983). Endapan prodelta terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut (seaward). Endapan ini berada di bawah efek gelombang, pasang surut dan arus sungai.
Morfologi Delta Mahakam secara keseluruhan (Modifikasi Allen & Chamber, 1998)
Referensi : – Allen, G.P., Laurier, D., Thouvenin, J.M., 1976, Sediment Distribution Pattern In The Modern Mahakam Delta, Indonesian Petroleum Association, Proceedings 5th Annual Convention Jakarta, p 159-178. – Bachtiar, A., et.al., 1999, Geological Study on Semberah Block, Final Report. PT Intibumi Sarana Makmur (GDA Group) – Fisher, W.L., Brown, L.F., Scott, A.J., and McGowen, J.H., 1969. Delta System in The Exploration for Oil & Gas. A research Colloquium, Bureau of Economic Geology, University of Texas at Austin, Austin, Texas.
– Galloway, W.E., 1983, Depositional System and Sequence in The Exploration for Sandstone and Stratigraphic Traps, Springer – Verlag, New York, USA. – Koesoemadinata, R.P., 1978. Geologi Minyak dan Gas Bumi. ITB, Bandung.