BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut merupakan kawasan alam potensial dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Sebagai kawasan yang memiliki kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia, diantaranya dari sisi sumber daya perikanan, mangrove, terumbu karang, sumber daya mineral dan tambang, sumber daya obat-obatan, serta sumber daya alami untuk media transportasi, pertahanan, keamanan dan pariwisata. Kebutuhan masyarakat yang meningkat disertai perkembangan teknologi yang muktahir memungkinkan manusia memanfaatkan laut dalam skala yang lebih besar dan intensitas yang lebih tinggi.Selain untuk manusia, laut juga mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti ikan, tumbuh-tumbuhan dan biota laut lainnya. Hal ini menunjukan bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat ikut mendorong pembangunan di masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu, laut sangat perlu untuk dilindungi. Hal ini berarti pemanfaatannya harus dilakukan dengan bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Agar laut dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka kegiatan pengendalian dan perusakan laut menjadi sangat penting. Berdasarkan P.P. No.19/1999, pencemaran laut diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya (Pramudianto, 1999 dalam kuncowati, 2010). Sedangkan konvensi hukum laut III (United Nations Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III) mengartikan bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai (estuarien) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat merusak sumberdaya hayati laut (marine living resources), bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di
1
laut termasuk perikanan dan penggunaan laut secara wajar, menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan serta manfaatnya. Indikator dalam melakukan penilaian terhadap lingkungan yang dianggap tercemar dapat dilakukan dengan beberapa pengamatan, seperti pengamatan secara fisik, kimiawi dan biologi.Secara kimiapengukuran kualitas perairan yang dilakukan adalah pengukuran, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (COD). Secara fisik factor-faktor yang mempengaruhi tingkat pencemaran di suatu perairan salah satunya pasang surut, gelombang dan kecerahan. Sedangkan secara biologis dapat dilakukan pengukuran kelimpahan plankton dan bentos. Pencemaran yang terjadi di pesisir dan laut tidak hanya bersumber dari lokasi tersebut, aktifitas manusia dan buangan limbah yang berasal dari hulu sungai akan terbawa aliran air dan berujung di laut. Kegiatan-kegiatan yang berasal dari daratan yang dapat menimbulkan pencemaran di laut adalah, limbah rumah tangga, khususnya ekoli yang merupakan penyumbang terbesar tingkat pencemar di suatu perairan. Selain itu juga ada run up dari perkebunan sawit, karet, perkantoran, industri dan kota (lahan atas). Sedangkan penyumbang bahan pencemar yang berasal dari wilayah pesisir dan laut salah satunya adalah aktifitas pengerukan dan pengurugan pasir di muara sungai, aktifitas pelabuhan, tumpahan minyak baik itu yang berasal dari kilang minyak di pesisir ataupun akibat dari transfortasi laut. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengenal alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur kualitas dan substrat dasar perairan. 2. Mengetahui cara pengukuran dan pengambilan sampel kualitas perairan. 3. Menentukan cara pengambilan dan penentuan stasiun sampling kualitas dan substrat dasar perairan. 4. Mengetahui cara pengukuran secara insitu dari parameter kualitas perairan yakni DO, Salinitas, pH dan BOD. 5. Mengetahui cara pengukuran secara insitu untuk parameter oseanografi yakni arus, pasang surut. 2
6. Menganalisis data-data parameter kimia air laut di laboratorium seperti BOD5, Unsur hara dan logam berat. 7. Menganalisis data-data indikator bahan pencemar seperti plankton, bentos, unsur hara dan logam berat. 8. Menyusun sebuah laporan sesuai kaidah penyusunan laporan ilmiah. 1.3. Ruang Lingkup 1.3.1. Ruang Lingkup Wilayah Lokasi praktek lapang Desa Sungai Dua Laut Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis Desa Sungai Dua Laut terletak pada posisi 3°40’31,51” - 3°42’13.57” Lintang Selatan dan 115°14’24” - 116°05’56” Bujut Timur dengan batas-batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara Desa Persiapan Damar Indah dan Sumber Makmur Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumber Sari dan Desa Swi Marga Utama Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai Loban 1.3.2. Ruang Lingkup Materi Adapun parameter yang diukur dan dianalisis dari laporan pencemaran laut sebagai berikut: 1. Parameter fisik Pasang surut, arus dan kecerahan 2. Parameter kimia suhu, salinitas, pH, DO, BOD dan COD 3. Parameter Biologi Kelimpahan plankton dan bentos
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut adalah sisa damparan amunisi perang, buangan dan proses di kapal, buangan industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian (Malisan, 2011). KEP. MENLH No. 112 Tahun 2003 - Baku Mutu Air Limbah Domestik Tabel 1.BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK Parameter pH BOD TSS Minyak dan Lemak
Satuan mg/l mg/l mg/l
Kadar Maksimum 6–9 100 100 10
Keputusan MENLH No. 51 Tahun 2004TENTANGBAKU MUTU AIR LAUT Tabel 2.Baku Mutu Air Laut untuk PERAIRAN PELABUHAN No I 1 2 3 4 5 6
Parameter FISIKA Kecerahan a Kebauan Padatan tersuspensi total b Sampah Suhu c Lapisan minyak 5
II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KIMIA pH d Salinitas e Amonia total (NH3-N) Sulfida (H2S) Hidrokarbon total Senyawa Fenol total PCB (poliklor bifenil) Surfaktan (deterjen) Minyak dan lemak TBT (tri butil tin) 6
Satuan
Baku mutu/Kadar Maksimal
m mg/l o C -
>3 Tidak berbau 80 Nihil 1(4) Alami 3(c) Nihil 1(5)
o /00 mg/L mg/L mg/L mg/L μg/L mg/L MBAS mg/L μg/L
6,5 – 8,5 (d) Alami 3(e) 0,3 0,03 1 0,002 0,01 1 5 0,01
4
1 2 3 4 5
Logam Terlarut Raksa (Hg) total Kadmium (Cd) total Tembaga (Cu) total Timbal (Pb) total Seng (Zn) total
III 1
BIOLOGI Coliform (total)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0,003 0,01 0,05 0,05 0,1
MPN/100ml
1000 (f)
Tabel 3.Baku Mutu Air Laut untuk WISATA BAHARI LAMPIRAN I No
Parameter
Satuan
Baku mutu
m mg/l o C -
>3 Tidak berbau 80 Nihil 1(4) Alami 3(c) Nihil 1(5)
/00 mg/L mg/L mg/L mg/L μg/L mg/L MBAS mg/L μg/L
6,5 – 8,5 (d) Alami 3(e) 0,3 0,03
1 2 3 4 5 6
FISIKA Kecerahan a Kebauan Padatan tersusoensi total b Sampah Suhu c Lapisan minyak 5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KIMIA pH d Salinitas e Ammonia total (NH3-N) Sulfida (H2S) Hidrokarbon total Senyawa Fenol total PCB (poliklor bifenil) Surfaktan (deterjen) Minyak dan lemak TBT (tri butil tin)6
1 2 3 4 5
Logam Terlarut Raksa (Hg) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn)
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0,003 0,01 0,05 0,05 0,1
1
BIOLOGI Coliform (total)f
MPN/100 ml
1000 (f)
1
RADIO NUKLIDA Komposisi yang tidak diketahui
Bq/l
4
o
5
1
0,002 0,01 1 5 0,01
Tabel 4.Baku Mutu Air Laut untuk BIOTA LAUT NO Parameter FISIKA 1 Kecerahana
Satuan m
2 3 4
Kebauan Kekeruhana Padatan tersuspensi totalb
NTU mg/l
5 6
Sampah Suhuc
7
Lapisan Minyak5
1 2
KIMIA pHd Salinitase
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Oksigen Terlarut (DO) BOD5 Ammonia total (NH3-N) Fosfat (PO4-P) Nitrat (NO3-N) Sianida (CN-) Sulfida (H2S) PAH (Poaromatik hidrokarbon) Senyawa Fenol total PCB total (poliklor bifenil) Surfaktan (deterjen) Minyak & lemak Pestisidaf TBT (tributil tin)7
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l μg/L mg/l MBAS mg/l μg/L μg/L
17 18 19 20 21
Logam terlarut Raksa (Hg) Kromium heksavalen (Cr(VI)) Arsen (As) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu)
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
°C
o /oo
6
Baku Mutu Coral:>5 Mangrove: Lamun: >3 Alami3 <5 Coral:20 Mangrove: 80 Lamun: 20 nihil 1(4) Alami 3(c) Coral:28-30 (c) Mangrove: 28-32 (c) Lamun: 28-30 (c) nihil 1(5) 7 – 8,5 (d) Alami 3(e) Coral:33-34 (e) Mangrove: s/d 34 (e) Lamun: 33-34 (e) >5 20 0,3 0,015 0,008 0,5 0,01 0,003 0,002 0,01 1 1 0,01 0,01
0,001 0,005 0,012 0,001 0,008
22 23 24
Timbal (Pb) Seng (Zn) Nikel (Ni)
1 2 3
BIOLOGI Coliform (total)g Patogen Plankton
1
RADIO NUKLIDA Komposisi yang tidak diketahui
mg/l mg/l mg/l
0,008 0,05 0,05
MPN/100 ml Sel/100 ml Sel/100 ml
1000(g) Nihil1 Tidak bloom6
Bq/l
4
8.1. Suhu Suhu di lautan adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan karena suhu mempengaruhi baik aktifitas metabolisme maupun perkembangan dari organisme-organisme tersebut (Hutabarat, 2008). Menurut Kurniawati et al., (2006), penyebaran suhu dilapisan bawah permukaan secara vertikal menunjukkan adanya pelapisan yang terdiri : a. Lapisan Homogen pada lapisan ini air umumnya sama dari permukaan hingga kedalaman 100 meter, dilapisan tropik seperti Indonesia suhu lapisan ini berkisar 290C. b. Lapisan Termoklin pada lapisan ini suhu turun dengan cepat yakni dari 280C pada kedalaman 100 meter, menjadi 40C pada kedalaman 600 meter. c. Lapisan Dalam lapisan ini turunnya suhu dengan peningkatan kedalaman menjadi lambat yang berlangsung hingga kedalaman 2500 meter, gradient suhu yang terjadi kira-kira 0,50C/100 m. d. Lapisan Dasar Pada lapisan ini suhu biasannya tidak berubah lagi hingga ke dasar biasanya terjadi di samudera lepas, berarti pada kedalaman 3000 m lebih. Secara keseluruhan, sebagian besar air samudra itu dingin. Kurang dari 10% volume air laut di muka bumi suhunya lebih dari 100C dan lebih dari 75% suhunya di bawah 40C. Alasan utama dari perbandingan ini adalah karena sinar matahari hanya mampu menembus laut sampai beberapa ratus meter saja.
7
Sedangkan pengaruh penyinaran matahari musiman hanya mencapai kira-kira 100 m (Romimohtarto,2009). 8.2. Salinitas Menurut Alfiah, (2010) Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak larut. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat, gasgas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal di laut dalam. Tinggi rendahnya kadar garam (salinitas) sangat tergantung kepada faktorfaktor berikut: 1. Penguapan, makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. 2. Curah hujan, Makin besar curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut akan rendah dan sebaliknya makin kecil curah hujan yang turun maka salinitas akan tinggi. 3. Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan apabila sedikit sungai yang bermuara ke laut, maka salinitasnya akan tinggi. 8.3. pH Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu tertentu atau pH = -log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan
jazad
renik.Perairan
yang
asam
cenderung
menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga, aktifitas pernapasan tinggi dan selera makan berkurang (Kangkan, 2006).
8
8.4. DO DO air laut merupakan gas terlarut yang penting, khususnya dalam proses metabolisme. Faktor yang menentukan konsentrasi DO di laut adalah proses fotosintesis dan respirasi, pertukaran udara dengan dipermukaan laut. Hal ini dilakukan secara difusi. DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut juga dapat dijadikan salah satu indikator apakah di perairan tersebut tercemar atau tidak. Distribusi DO secara vertikal dipengaruhi oleh gerakan air, proses kehidupan di laut, dan secara kimia oksigen dipakai untuk respirasi, yaitu proses penguraian zat-zat organik yang membutuhkan oksigen (Anzari, 2013). Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponenkomponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana.Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksidasi dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan masssa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi .Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah (effluent) yang masuk ke badan air (Anzari, 2013). 8.5. BOD Jumlah oksigen (dalam mg/l atau ppm) yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang degradable (dapat terurai) biasanya menjadi tolak ukur terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan.Kriteria ini dikenal sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sebuah indeks jumlah oksigen yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi maupun melalui proses kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya bahan organik.Bila air memiliki BOD rendah secara umum berarti jumlah limbah bahan organiknya rendah sepanjang limbahnya adalah limbah yang degradable (Sofiyani dkk, 2009).
9
8.6. COD COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Pratama, 2010). 8.7. Plankton Menurut Alfiah (2010), Plankton adalah organisme yang hidup tersuspensi dalam air, namun tidak dapat bergerak sendiri melawan arus. Plankton terdiri dari dua jenis yaitu: a. Fitoplankton (Golongan tumbuh-tumbuhan) - Adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil - Merupakan produsen - Berbentuk filament, atau multisel - Melayang-layang di air, gerakan mengikuti arus, angina dan ombak - Merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ekosistem laut - Mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. - Selalu berada di permukaan air, karena sebagai tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk fotosintesa b. Zooplankton (Golongan hewan) - Merupakan bentuk hewan dari plankton - Berada dekat dengan fitoplankton - Berada pada kedalaman 0 – 100 meter dari permukaan - Dapat bergerak dengan kemampuan sendiri. Plankton merupakan biota yang teramat beranekaragam dan terpadat di laut. Banyak biota laut yang daur hidupnya menempuh lebih dari satu cara hidup, pada saat mereka menjadi larva atau juvenil, mereka hidup sebagai plankton (Romimohtarto dan Juwana 1999). Plankton mempunyai peranan yang sangat penting di dalam ekosistem bahari, dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan
10
di planet bumi ini, karena dengan sifatnya yang autotrof mampu merubah hara anorganik menjadi bahan organik dan penghasil oksigen yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan makhluk yang lebih tinggi tingkatannya (Shabir, 2013). 8.8. Bentos Bentos istilah berasal dari Yunani untuk “kedalaman laut”.Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur.Sisa-sisa rumah atau kerangka bentos dapat membentuk Gosong Karang.Batu-batu karang yang dihasilkan oleh bentos dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, rekreasi, sebagai bahan banguanan. Zat kimia yang terkandung dalam tubuh bentos bias dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan obat dan kosmetik. 8.9. Pasang surut Pasang surut adalah gerakan naik turunnya muka air laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jarak matahari sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan, jaraknya sangat dekat dari bumi (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan dari pada massa. Oleh karenanya pula bulan mempunyai peranan yang lebih besar dari pada matahari dalam menentukan pasang surut. Perhitungan-perhitungan matematis telah menunjukkan bahwa gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut besarnya kurang lebih 2,2 kali lebih kuat dari pada gaya terik matahari (Materi kuliah Baharuddin, 2014). Karena adanya gaya tarik bulan yang kuat, maka bagian bumi yang terdekat ke bulan (misalkan bagian timur) akan tertarik hingga perairan samudra di situ akan naik dan menimbulkan pasang. Pada saat yang sama, pada belahan bumi yang berbeda atau di baliknya (pada bagian barat) akan mengalami keadaan serupa atau pasang. Sementara itu pada sisi lainnya yang tegak lurus terhadap poros bumi (pada bagian utara dan selatan), air samudra akan bergerak ke samping hingga menyebabkan terjadinya keadaan surut (Materi kuliah Baharuddin, 2014).
11
Gambar 1.Diagramatik interaksi dari posisi matahari dan bulan dalam membangkitkan pasang surut di permukaan bumi. Di lihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat tipe yaitu: 1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) : Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasut jenis ini terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman. 2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) : Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasut jenis ini terdapat di perairan selat Karimata. 3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) : Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasut jenis ini terdapat di perairan Indonesia bagian Timur. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal) : Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Pasut jenis ini terdapat di perairan utara Dangkalan Sunda (Materi kuliah Baharuddin, 2014).
12
8.10.
Arus Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh
lautandi dunia. Pergerakan air ini merupakan hasil dari beberapa proses yang terdiri dari adanya angin di atas permukaan laut dan terjadinya perbedaan kerapatan air laut yang disebabkan oleh pemanasan matahari. Arus dapat pula dihasilkan dari aktifitas pasang surut dan pergerakan ombak di pantai.Berdasarkan proses pembangkitannya, makaakan dijumpai beberapa jenis arus di pantai dan di laut seperti dibawah ini :
Arus yang ditimbulkan oleh angin (wind driven currents)
Arus pasang surut (tidal currents)
Arus susur pantai (longshore currents)
Arus yang ditimbulkan oleh perbedaan kerapatan (density driven currents).
Gambar 2. Pola arus secara umum di perairan dunia Dari gambar tersebut dapat dilihat tiga macam bentuk arus yaitu: 1. Arus yang benar-benar mengelilingi daerah kutub selatan (Antartic circumpolar current) yang terletak pada 60° lintang selatan. 2. Aliran air di daerah ekuator yang mengalir dari arah timur ke barat, naik di belahan bumi utara (North equatorial current) maupun belahan bumi selatan (South equatorial current). Selain itu terdapat dua aliran yang mengalir dari barat ke timur yang dinamakan equatorial counter current di bagian permukaan dan equatorial under currentdi bagian bawah.
13
3. Daerah subtropikal, ditandai oleh adanya arus-arus berputar yang dikenal sebagai gyre. Arah aliran air pada gyre yang terdapat di belahan bumi utara searah denganjarum jam. Angin sebagai pembangkit utama arus di lautan tidak hanya menyebabkan pergerakan air secara horizontal tetapi juga dapat menyebabkan pergerakan air secara vertikal yang dikenal sebagai upwelling dan sinking pada beberapa daerah pantai. Upwelling dan sinking terjadi pada saat dimana arah angin sejajar dengan garis pantai. Proses upwelling adalah suatu proses dimana massa air didorong ke atas dari kedalaman sekitar 100 sampai 200 m yang umumnya terjadi di sepanjang pantai barat di banyak benua (Hutabarat dan Evans, 1985). Tiupan angin yang sejajar dengan garis pantai dan dengan adanya pengaruh gaya coriolis menyebabkan aliran lapisan permukaan air menjauhi pantai mengakibatkan massa air yang berasal dari lapisan dalam akan naik menggantikan kekosongan di lapisan permukaan. Massa air yang berasal dari lapisan dalam ini mengandung kadar oksigen yang rendah tetapi kaya akan nutrien terlarut seperti nitrat dan fosfat dan karena itu mereka cendrung mengandung banyak fitoplankton. Karena fitoplankton merupakan dasar rantai makanan di lautan, maka area upwelling merupakan suatu tempat yang subur bagi populasi ikan. Sebagai contoh di sepanjang pantai Peru dan Chili yang merupakan daerah upwelling memiliki produksi perikanan yang besar yaitu sekitar 20 % dari jumlah total produksi dunia. Sinking merupakan suatu proses yang mengangkut gerakan air yang tenggelam ke bawah di perairan pantai. Angin bertiup sejajar dengan pantai tetapi dalam hal ini arah rata-rata aliran arus yang dihasilkan menuju ke arah daratan dan akhirnya aliran massa air diarahkan ke bawah pada saat mereka mencapai garis pantai (Mahatma Lanuru, 2011). 8.11. Kecerahan Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya kejelukan
memegang
peranan penting dalam menentukan
pertumbuhan
fitoplankton. Bahi hewan laut, cahaya mempunyai penngaruh terbesar secara tidak
14
langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuhantumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi sumber makanan. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut.Hubungan antara cahaya dengan perpindahan hewan laut ini banyak dipelajari, terutama pada plankton dan hewan laut (Romimohtarto, 2005). 8.12. Fosfat Fosfat alam merupakan sumber P yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti pupuk P yang mudah larut/water-soluble P/WSP (antara lain TSP, SP-18, SSP, DAP, MOP), bahan kimia, produk makanan dan suplemen hewan, dan detergen. Pupuk P-alam merupakan pupuk yang mengandung P dan Ca cukup tinggi, tidak cepat larut dalam air, sehingga bersifat lambat tersedia (slow release) dalam penyediaan hara P, namun mempunyai pengaruh residu lama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor menunjukkan bahwa P-alam mempunyai efektivitas yang sama baiknya dengan sumber P yang mudah larut seperti SP-36, sehingga penggunaan P-alam sebagai sumber pupuk P bias meningkatkan efisiensi pupuk di lahan kering masam (Kurnia et al., 2003).
15
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat Praktik lapang Pencemaran dan Pengelolaan Limbah dilaksanakan pada hari selasa, 1 Desember hingga hari jumat, 4 Desember 2015 di Desa Sungai Dua Laut Kecamatan Sungai Loban Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.
Gambar 3. Peta lokasi praktik lapang kelautan di Desa Sungai Dua Laut.
3.2. Alat dan Bahan Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum pencemaran laut ini adalah sebagai berikut: Tabel 5. Alat dan bahan praktikum pencemaran laut Alat - Tiang Pasut - Layang-Layang Arus (Drague Drafter) - Sechi disk - Kompas - Stopwatch
Fungsi Mengukur pasang surut Mengukur kecepatan dan arah arus Menentukan kecerahan Untuk menentukan arah Mengukur waktu 16
- Thermometer - Handrefractometer - pH meter - DO meter -
Plankton net Ember Botol sampel Botol gelap Botol terang Pipet GPS Perahu Alat tulis menulis Kantong Sampel Ayakan Bahan pengawet (lugol) Tissue Tali karet
Menentukan suhu Untuk mengukur salinitas Mengukur pH Untuk mengukur kadar DO dalam perairan Menyaring Plankton Menimba air Untuk menyimpan sempel yang di ambil Untuk menyimpan sempel yang di ambil Untuk menyimpan sempel yang di ambil Meneteskan bahan pengawet Menentukan titik sampling Untuk trasnportasi Mencatat hasil pengukuran Mengambil sampel benthos Mengayak Benthos Untuk mengawetkan sampel Membersihkan Mengikat tiang pasut
3.3. Prosedur Kerja 3.3.1. Penentuan titik sampel Praktikum ini dilakukan di Desa Sarang Tiung Kabupaten KotabaruProvinsi Kalimantan Selatan. Penentuan titik sampling yang dipilih harus memudahkan kita untuk melihat proses yang terjadi di daerah tersebut. 3.3.2. Pengambilan Data Lapangan 3.3.2.1. Parameter Fisika a. Pasang Surut Dalam pengambilan data pasang surut di lakukan beberapa hal, yakni Menempatkan atau memasang tiang pasut pada tempat yang aman, mudah dibaca dan tidak bergerak-gerak akibat arus atau gelombang. Pemasangan tiang pasut harus di bawah surut terendah dan tidak boleh tenggelam saat pasang tertinggi. Metode pengamatannya dilakukan dengan pembacaan secara langsung dan dicatat secara kontinyu setiap 30 menit selama berlangsungnya praktik lapang atau sekitar 82 jam. b. Arus Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan layang-layang arus, dengan cara memasukkan layang-layang arus ke dalam kolom air yang di biarkan
17
bergerak dengan sendirinya sepanjang 5 meter. Untuk pencatatan datanya yaitu berapa waktu yang di perlukan untuk layang-layang arus bergerak sepanjang 5 meter dan catat juga arah sudutnya dengan menggunakan kompas. c. Kecerahan Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang bernama sechi disk dengan cara memasukkan alat tersebut ke dalam kolom air dan di hitung berapa meter jarak alat tersebut di masukkan ke dalam air sampai tidak terlihat lagi. d. Kekeruhan Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri. 3.3.2.2. Parameter Kimia a. BOD Jumlah oksigen (dalam mg/l atau ppm) yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang degradable (dapat terurai) biasanya menjadi tolak ukur terjadinya pencemaran atau beban bahan organik di perairan.Kriteria ini dikenal sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD). Sebuah indeks jumlah oksigen yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi maupun melalui proses kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya bahan organik.Bila air memiliki BOD rendah secara umum berarti jumlah limbah bahan organiknya rendah sepanjang limbahnya adalah limbah yang degradable (Sofiyani dkk, 2009). b. COD COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
18
alamiah
dapat
dioksidasikan
melalui
proses
mikrobiologis,
dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Pratama, 2010). c. Suhu Pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer. Dengan cara mencelupkan alat tersebut ke dalam air pada lokasi yang telah ditentukan. d. Salinitas Pengukuransalinitas dengan menggunakan alat handrefraktometer. Dengan cara meneteskan sampel air di alat tersebut pada bagian yang sudah di tentukan, lalu arahkan alat tersebut ke cahaya matahari dan amati nilai salinitas yang di tunjukkan. e. pH Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Caranya dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam air, maka akan di peroleh pH perairan tersebut dari angka yang di tunjukkan. f. DO PengukuranDO dengan menggunakan DO meter. Caranya dengan memasukkan alat tersebut kedalam kolom air, maka alat tersebut akan menunjukkan kandungan DO pada perairan tersebut. g. Logam Berat : Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Unsur besi terdapat pada hampir semua air tanah, sedangkan unsur mangan tidak demikian, tetapi keberadaan unsur mangan biasanya bersama-sama dengan unsur besi. Air tanah umumnya mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi hasil penguraian kembali zat-zat organik dalam tanah oleh aktivitas mikroorganisme, serta mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang relatif rendah, menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi dan mangan bentuk mineral tidak larut (Fe3+ dan Mn4+) tereduksi menjadi besi dan mangan yang larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+ dan Mn2+). Meskipun besi dan mangan pada umumnya terdapat dalam bentuk terlarut bersenyawa dengan bikarbonat dan sulfat, juga ditemukan kedua unsur tersebut bersenyawa dengan hidroden sulfida (H2S). h. Fosfat Fosfat alam merupakan sumber P yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti pupuk P yang mudah larut/water-soluble P/WSP (antara lain TSP, SP-18, SSP, DAP, MOP), bahan kimia, produk makanan dan suplemen hewan, 19
dan detergen. Pupuk P-alam merupakan pupuk yang mengandung P dan Ca cukup tinggi, tidak cepat larut dalam air, sehingga bersifat lambat tersedia (slow release) dalam penyediaan hara P, namun mempunyai pengaruh residu lama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor menunjukkan bahwa P-alam mempunyai efektivitas yang sama baiknya dengan sumber P yang mudah larut seperti SP-36, sehingga penggunaan P-alam sebagai sumber pupuk P bias meningkatkan efisiensi pupuk di lahan kering masam (Kurnia et al., 2003). i. Total Suspended Solid (TSS) Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. 3.3.2.3. Parameter Biologi a. Plankton Pengambilan sampel plankton dengan cara mengambil sampel air dengan menggunakan ember yang berukuran 10 liter sebanyak 10 kali pengulangan, yang di masukkan ke dalam plankton net dengan tujuan untuk menyaring plankton. Air yang sudah disaring dengan menggunakan plankton net, di masukkan ke dalam botol sampel.Masukkan lugol sebanyak 1 tetes ke dalam botol sampel dengan tujuan untuk mengawetkan sampel plankton.Catat posisi pengambilan sampel dengan menggunakan GPS. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Parameter Fisika a. Arus Untuk menghitung kecepatan arus dengan menggunakan persamaan : v
s t
Dimana; v = Kecepatan arus (meter/detik)
20
s = Jarak (meter) t = Waktu tempuh (detik) 3.4.2. Parameter Kimia a. BOD BOD, Masukkan sampel ar ke dalam gelas ukur, kemudian tambahkan regen 1 sebanyak 5 tetes ke dalam gelas ukur tersebut.Lalu masukkan regen 2 sebanyak 5 tetes, setelah itu teteskan regen 3 sebanyak 5 tetes ke dalam gelas ukur tadi sampai batas garis merah kemudian teteskan regen 5 sampai jernih. Hitunglah berapa ml regen 5 sampai air itu menjadi jernih. Analisa terhadap kandungan BOD dan BOD5 BOD
DOawal DOakhir 1000 p 300
b. COD COD, Masukkan air sampel 100 ml ke dalam gelas ukur, kemudian tambahkan KMNO4 10 ML, H2SO46N 2 ml ke dalam gelas ukur tersbut.Masukkan batu didih ke dalam gelas ukur kemudian panaskan sampai mendidih ±10-15 menit.Tambahkan oksalat 10 ml. Kemudian dititrasi dengan KMNO4 sampai warna berubah menjadi merah muda atau coklat muda. 3.4.3. Parameter Biologi a. Plankton Perhitungan Kelimpahan Plankton N = n x Oi/Op x Vr/Vo x 1/Vs x 1/P Keterangan: N n
= =
Vr
=
Vs Oi Op Vo P
= = = = =
kelimpahan plankton (individu/liter) Jumlah plankton yang tercacah ( individu) Volume botol sampel plankton hasil saringan (ml) Jumlah air yang disaring oleh jaring plankton (l) Luas gelas penutup (mm2) Luas lapangan pandang (mm2) Volume 1 tetes air contoh (ml) Jumlah lapangan pandang
b. Bentos 21
Komposisi jenis Untuk menentukan komposisi jenis dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap jenis yang didapatkan pada setiap stasiun yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P = (ni / N ) 100% Dimana : P = Persentase setiap jenis ni = Jumlah individu spesies i N = Jumlah individu seluruh spesies Indeks Dominansi Menurut Simpson indeks dominansi dihitung dengan menggunakan rumus : C = ( ni / N)2 Dimana : C = Indeks Dominansi Simpson ni = Jumlah individu tiap spesies N = Jumlah individu seluruh spesies Indeks Keanekaragaman H’ = - (ni / N) ln (ni / N) Dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman ni = Jumlah individu setiap spesies N = Jumlah individu seluruh spesies
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1. Gambaran Umum Lokasi Desa Sungai Dua Laut merupakan salah satu desa yang terdapat di wilayah pesisir pantai kecamatan Sungai Loban, Kabupaten Tanah Bumbu dan Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Secara geografis Desa Sungai Dua Laut terletak pada posisi 3°40’31,51” - 3°42’13.57” Lintang Selatan dan 115°14’24” 116°05’56” Bujur Timur dengan batas-batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara Desa Persiapan Damar Indah dan Sumber Makmur Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumber Sari dan Desa Swi Marga Utama Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sungai Loban Mayoritas penduduk Desa Sungai Dua Laut beragama Islam. Jumlah sarana ibadah di Desa Sungai Dua Laut terdapat 1 buah mesjid dan 3 buah musholla. Tenaga kesehatan yang ada di Desa Sungai Dua Laut antara lain 1 orang Perawat dan 1 orang Bidan yang setiap harinya bekerja di Polindes dan Pos Kasdes, serta dukun kampung yang banyak membantu persalinan. Masyarakat Desa Sungai Dua Laut secara umum berprofesi sebagai nelayan, selain itu juga ada yang berprofesi sebagai petani, perternak dan pegawai pemerintahan. Masyarakat Desa Sungai Dua Laut terdiri dari suku Bugis, Mandar, Banjar, Jawa dan Lombok. 4.1. Analisis Faktor Lingkungan Studi 4.1.1. Parameter Fisik a. Pasang Surut
Tinggi Muka Air (cm) 290 270 250 230 210
Tinggi Muka…
190 170
23
07:00
03:00
23:00
19:00
15:00
11:00
07:00
03:00
23:00
19:00
15:00
11:00
07:00
03:00
23:00
150
Gambar 3.3. Grafik Pasang Surut Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Untuk tipe pang surut di Sungai Dua Laut yaitu Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal) yang dimana dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pasut jenis ini terdapat di perairan Indonesia bagian Timur. e. Arus Pengukuran arus dilakukan dengan menggunakan layang-layang arus, dengan cara memasukkan layang-layang arus ke dalam kolom air yang di biarkan bergerak dengan sendirinya sepanjang 5 meter. Untuk pencatatan datanya yaitu berapa waktu yang di perlukan untuk layang-layang arus bergerak sepanjang 5 meter dan catat juga arah sudutnya dengan menggunakan kompas.
Gambar 3.4. Pola Arus Gambar di atas menunjukkan pola sebaran arus sesuai kondisi pasang surut di Perairan Sungai Dua Laut. Dimana pada saat air pasang arus datang dari arah selatan menuju ke utara. Sedangkan pada saat kondisi surut arus dating dari utara menuju ke selatan. f. Kecerahan Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang bernama sechi disk dengan cara memasukkan alat tersebut ke dalam kolom air dan di hitung berapa meter jarak alat tersebut di masukkan ke dalam air sampai tidak terlihat lagi.
24
Gambar 4. Kecerahan di Perairan Sungai Dua Laut g. Kekeruhan Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri.
25
Gambar 5. Kekeruhan di Perairan Sungai Dua Laut 4.1.2 Parameter Kimia a. BOD Sebuah indeks jumlah oksigen yang digunakan organisme untuk metabolisme makanannya baik secara biologi maupun melalui proses kimiawi. Jumlah BOD yang tinggi menunjukkan banyaknya bahan organik. Bila air memiliki BOD rendah secara umum berarti jumlah limbah bahan organiknya rendah sepanjang limbahnya adalah limbah yang degradable (Sofiyani dkk, 2009).
Gambar 6. BOD5 di Perairan Sungai Dua Laut b. COD
26
COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organic yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K2 Cr2 O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Pratama, 2010).
Gambar 7. COD di Perairan Sungai Dua Laut
c. Suhu Pengukuran suhu dengan menggunakan thermometer. Dengan cara mencelupkan alat tersebut ke dalam air pada lokasi yang telah ditentukan.
Gambar 8. Suhu di Perairan Sungai Dua Laut d. Salinitas
27
Pengukuran salinitas dengan menggunakan alat handrefraktometer. Dengan cara meneteskan sampel air di alat tersebut pada bagian yang sudah di tentukan, lalu arahkan alat tersebut ke cahaya matahari dan amati nilai salinitas yang di tunjukkan.
Gambar 9. Salinitas di Perairan Sungai Dua Laut
e. pH Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Caranya dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam air, maka akan di peroleh pH perairan tersebut dari angka yang di tunjukkan.
Gambar 10. pH di Perairan Sungai Dua Laut
28
f. DO PengukuranDO dengan menggunakan DO meter. Caranya dengan memasukkan alat tersebut kedalam kolom air, maka alat tersebut akan menunjukkan kandungan DO pada perairan tersebut.
Gambar 11. DO di Perairan Sungai Dua Laut
g. Logam Berat : Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Unsur besi terdapat pada hampir semua air tanah, sedangkan unsur mangan tidak demikian, tetapi keberadaan unsur mangan biasanya bersama-sama dengan unsur besi. Air tanah umumnya mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi hasil penguraian kembali zat-zat organik dalam tanah oleh aktivitas mikroorganisme, serta mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang relatif rendah, menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi dan mangan bentuk mineral tidak larut (Fe3+ dan Mn4+) tereduksi menjadi besi dan mangan yang larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+ dan Mn2+). Meskipun besi dan mangan pada umumnya terdapat dalam bentuk terlarut bersenyawa dengan bikarbonat dan sulfat, juga ditemukan kedua unsur tersebut bersenyawa dengan hidroden sulfida (H2S). Besi
29
Gambar 12. Besi di Perairan Sungai Dua Laut
Mangan
Gambar 13. Mangan di Perairan Sungai Dua Laut
h. Fosfat Fosfat alam merupakan sumber P yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti pupuk P yang mudah larut/water-soluble P/WSP (antara lain TSP, SP-18, SSP, DAP, MOP), bahan kimia, produk makanan dan suplemen hewan, dan detergen. Pupuk P-alam merupakan pupuk yang mengandung P dan Ca cukup tinggi, tidak cepat larut dalam air, sehingga bersifat lambat
30
tersedia (slow release) dalam penyediaan hara P, namun mempunyai pengaruh residu lama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor menunjukkan bahwa P-alam mempunyai efektivitas yang sama baiknya dengan sumber P yang mudah larut seperti SP-36, sehingga penggunaan P-alam sebagai sumber pupuk P bias meningkatkan efisiensi pupuk di lahan kering masam (Kurnia et al., 2003).
Gambar 14. Fosfat di Perairan Sungai Dua Laut
i. Total Suspended Solid (TSS) Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS
31
Gambar 15. TSS di Perairan Sungai Dua Laut
32
DAFTAR PUSTAKA
Malisan, Johny.2011. Kajian Pencemaran Laut dari Kapal dalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan Lingkungan Laut.J.Pen.Transla Vol.13 No 1 halaman 1 - 77 Maret 2011. Alfiah, Taty. 2010. Makalah Pencemaran Laut. Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
33