Pengembangan Usaha.pdf

  • Uploaded by: Andri Desu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengembangan Usaha.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 31,906
  • Pages: 142
ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR

PAJARUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan dalam Tugas Akhir yang berjudul : ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR merupakan hasil gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas Akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

Agustus 2010

Penulis,

Pajaruddin F052054045

i

ABSTRACT PAJARUDDIN. Analysis of Development of Furniture Marketing Strategy at the Center Industry of Furniture in East Jakarta. Under the supervision of Wilson Halomoan Limbong as the Chairman of the committee and Amiruddin Saleh as member. Small Medium Industries (SMI) is the integral part of the national business world that has position, potential and role that are very strategic in bringing about the aim of the national development. The market share of the furniture industry are still really open the area especially for the export market. During the last four years, the value and the volume of the export of furniture continued to increase. The Furniture Industry Centers in East Jakarta is still facing various obstacles and constraints, such as: (1) lack of capital, (2) difficulty of obtaining raw materials, (3) limited access to market information and others. End, must be examined how far the development of marketing strategies so that it can still exist and thrive. This research aims are to: (a) identify strengths, weaknesses, opportunities, and threats that the company has as a material to formulate a general strategy for marketing development plans, (b) analyze and assess technically about strength factors, weaknesses, opportunities and threats of cooperatives and companies to determine the development of marketing strategies and (c) formulate an appropriate operational strategy to achieve the hope of a good quality for cooperatives and companies from the marketing side. Processing and data analysis by descriptive statistics and analytical and strategic marketing which includes aspects of supply and demand, market share, marketing technical and marketing costs. The scope of this research are the basis to analyze the Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) that aims to find out the marketing strategy that the entrepreneur of furniture always do in East Jakarta. Based on research results through the identification, analysis and discussion of the comparative development of marketing in the furniture industry center of East Jakarta, which resulted as follows: (1) the businessman of furniture in East Jakarta has the same furniture production, but each business group/company has superior products that are different, (2) the businessman of furniture/furniture industry in East Jakarta centers still rely on the local market share, while for the export market has not fully utilized, (3) each business groups/companies have different markets and market segmentation. While the result of marketing strategy analysis that had been done by the matrix InternalExternal (IE), position furniture product marketing strategy in the furniture industry centre of East Jakarta on quadrant V and VIII are depicted as holding and maintaining for medium business groups and small business groups, as well as micro groups described as harvest or divest. Keywords: furniture, industry center, marketing, strategy

ii

RINGKASAN PAJARUDDIN. Analisis Pengembangan Strategi Pemasaran Mebel di Sentra Industri Mebel Jakarta Timur. Dibimbing oleh W.H. Limbong sebagai Ketua dan Amiruddin Saleh sebagai Anggota. Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ekspor hasil produksi IKM/UKM selama tahun 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20% terhadap total ekspor nonmigas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. Menurut data Badan Pusat Statistik (2008), industri mebel dan pengolahan lainnya merupakan salah satu industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008, yakni 34,16%. Pangsa pasar industri mebel masih sangat terbuka luas khususnya untuk pasar ekspor. Porsi pasar Amerika mencapai 32,6% dari total ekspor mebel kayu Indonesia. Setelah itu, Jepang (11%), Belanda (9%), Prancis (6,6%) dan Inggris (4,6%) termasuk Uni Eropa dan Rusia, Timur Tengah (6%), Australia (4%). Sementara negara-negara pesaing adalah Italia (13,68%), China (14,18%), Jerman, (8,4%), Polandia (6,38%), Kanada (5,77%). Selama empat tahun terakhir, nilai dan volume ekspor mebel terus meningkat. Pada tahun 2005 nilai ekspornya US$ 1,79 miliar sebanyak 836 juta kg. Pada tahun 2006 naik 1,16% jadi US$ 1,81 miliar kendati volume turun menjadi 835 juta kg. Pada tahun 2007, nilai ekspor naik 8,35% menjadi US$ 1,96 miliar dengan volume ekspor seberat 898 juta kg dan tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi US$ 2,6 miliar. Sentra industri mebel Jakarta Timur masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, antara lain (1) keterbatasan modal, (2) sulitnya memperoleh bahan baku, (3) keterbatasan untuk mengakses informasi pasar dan lain-lain. Untuk itu, perlu dilakukan kajian sejauh mana pengembangan strategi pemasaran, sehingga tetap eksis dan berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki perusahaan sebagai bahan untuk menyusun strategi umum untuk rencana pengembangan pemasaran, (2) menganalisa dan mengkaji secara teknis faktorfaktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman koperasi dan perusahaan untuk menentukan pengembangan strategi pemasaran dan (3) merumuskan strategi operasional yang tepat untuk mencapai harapan mutu yang bagus bagi koperasi dan perusahaan dari sisi pemasaran. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif, yaitu data primer bersumber langsung dengan wawancara langsung dan kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari laporan/catatan aspek pemasaran, literatur dan kepustakaan lainnya. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara analisis statistik deskriptif dan analitis yang mencakup aspek-aspek penawaran dan permintaan, pangsa pasar, teknis pemasaran dan biaya pemasaran. Lingkup kajian ini merupakan landasan dalam melakukan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) yang bertujuan untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan pelaku usaha/pengrajin mebel di sentra industri mebel Jakarta Timur.

iii

Pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur di bawah binaan Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) terbagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok usaha menengah, kelompok usaha kecil dan kelompok usaha mikro. Berdasarkan hasil pada faktor strategik internal pada kelompok usaha menengah hubungan baik perusahaan dengan KIKM sebagai faktor yang penting dalam menjalankan usaha dengan nilai skor (0,529) dan merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki perusahaan menjajaki perluasan pasar, terutama untuk pasar ekspor. Sementara administrasi perusahaan yang kurang baik (0,140) harus mendapat perhatian yang cukup bagi pelaku usaha/pengrajin mebel. Sedangkan hasil pada faktor strategik internal pada kelompok usaha kecil, pengalaman perusahaan memproduksi mebel dengan nilai skor 0,540 sebagai faktor yang penting dalam menjalankan usaha sedangkan titik lemah yang paling utama untuk ditingkatkan adalah masalah teknologi yang dipakai perusahaan masih sederhana (0,166). Berdasarkan hasil penelitian melalui identifikasi, analisis dan pembahasan secara komparatif pengembangan pemasaran pada sentra industri mebel Jakarta Timur dihasilkan hal berikut: (a) pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur mempunyai hasil produksi mebel yang sama namun masing-masing kelompok usaha/perusahaan mempunyai produk unggulan yang berbeda, (b) pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur masih mengandalkan pangsa pasar lokal, sedangkan untuk pasar ekspor belum tergarap secara maksimal. Masing-masing kelompok usaha/perusahaan mempunyai pasar dan segmentasi pasar berbeda. Sedangkan hasil analisis strategi pemasaran yang telah dilakukan dengan menggunakan matriks IE, posisi strategi pemasaran produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur berada pada kuadran V dan VIII yang digambarkan sebagai hold dan maintain untuk kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil, serta kelompok usaha mikro digambarkan sebagai harvest atau divestiture. Alternatif strategi dari hasil analisis SWOT pada sentra industri mebel Jakarta Timur adalah mempertahankan pasar yang sudah ada, memperluas pasar, menjaga hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur, mendorong dukungan pemerintah terhadap industri mebel, meningkatkan desain/inovasi produk, menjalin hubungan baik dengan perbankan, memanfaatkan mesin produksi yang ada dengan sebaik-baiknya, memperbaiki administrasi perusahaan, menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku, meningkatkan mutu produk, menetapkan harga produk dengan tepat dan membuat terminal bahan baku. Dalam rangka pengembangan strategi pemasaran mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur di masa mendatang, pengrajin mebel anggota KIKM Jakarta Timur harus melakukan perbaikan-perbaikan secara internal, antara lain: (a) meningkatkan kualitas SDM (b) melakukan pengembangan produk (inovasi), (c) membuat merk (brand) produk mebel terutama bagi kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil, (d) mengembangkan target marketing ke luar Kota Jakarta dan pasar ekspor khususnya pada kelompok usaha menengah, (e) memanfaatkan fasilitas perbankan, (f) melakukan hubungan kerjasama (kemitraan) dengan usaha besar atau usaha menengah, serta (g) melakukan perbaikan manajemen administrasi dan keuangan perusahaan.

iv

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

v

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR

PAJARUDDIN

Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

vi

Judul Tugas Akhir Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: Analisis Pengembangan Strategi Pemasaran Mebel di Sentra Industri Mebel Jakarta Timur : Pajaruddin : F052054045 : Industri Kecil Menengah

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS (Ketua)

Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS (Anggota)

Diketahui Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 18 Agustus 2010

Tanggal Lulus :……………………...

vii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA

PRAKATA Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan judul : ”ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB). Penulisan Tugas Akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu melalui prakata ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk selama penelitian sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan pada waktunya. 2. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk selama penelitian sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan pada waktunya. 3. Prof. Dr. Ir. H Musa Hubeis, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berarti guna kesempurnaan Tugas Akhir ini. 4. Keluarga besar penulis khususnya Kakak Masdewarna Lubis dan Tiarna Lubis atas segala dukungan moril dan materiil untuk penyelesaian Tugas Akhir ini. 5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas informasi yang diberikan dan kerjasama yang baik dalam penulisan Tugas Akhir ini. Akhirnya, atas bantuan, bimbingan dan pengarahan serta dorongan yang diberikan semoga mendapat balasan dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik, koreksi dan saran yang membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi dunia industri kecil, khususnya industri mebel dalam pemasarannya. Bogor, Penulis

viii

Agustus 2010

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Juni 1976 di Desa Sihepeng, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara dari pasangan alm. Abdul Mutholib Lubis dan almh. Nurima Harahap. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai di SD Inpres No.146277 Sihepeng, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1989, kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri Sihepeng, Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1992, selanjutnya meneruskan ke SMA Negeri 3 Padangsidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (tidak lulus), selanjutnya meneruskan ke STIE BI Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2006, penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata Dua (S2) pada Magister Profesional Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (MPI-SPs IPB). Selain sebagai mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi sosial dan politik. Dalam organisasi sosial politik, penulis pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Koreksi Budaya Pemerintahan (Lekor BP), Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Nasional Pemuda Kebangsaan dan kemudian diangkat sebagai Ketua. Wakil Sekretaris Jaringan Usahawan Mandiri Indonesia (JUMI), Ketua Departemen Infokom Majelis Pengurus Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia Muda (ICMI Muda). Selain itu, penulis pernah menjadi Calon Legislatif (Caleg) DPR RI periode 2004-2009 dari Partai Demokrasi Kebangsaan mewakili Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1. Pengalaman bekerja penulis dimulai sebagai staf consultant pada PT Desakota Infra, Project Analys pada PT Daya Olah Sarana, kemudian sebagai Manager Umum pada CV Mitra Mandiri Indonesia. Saat ini penulis bekerja sebagai Wirausaha pada PT Sinergy Usaha Mulia, Jakarta.

ix

DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT ......................................................................................... RINGKASAN ....................................................................................... PRAKATA ........................................................................................... RIWAYAT HIDUP .............................................................................. DAFTAR ISI ......................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

ii iii viii ix x xi xii xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 1.3 Tujuan ..................................................................................... 1.4 Kegunaan ................................................................................ 1.5 Ruang Lingkup .........................................................................

1 3 8 9 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi ........................................................................ 2.2 Aspek Pemasaran .................................................................... 2.3 Strategi dan Persaingan Pemasaran ........................................... 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................

10 13 22 26

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian ...................................................... 3.2 Lokasi dan Waktu Kajian ......................................................... 3.3 Pengumpulan Data....................................................... .............. 3.4 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................

27 29 29 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Obyek Kajian .................................................. 4.2 Kondisi Umum Perusahaan ..................................................... 4.3 Identifikasi dan Analisis Usaha .................................................. 4.4 Karakteristik Narasumber ......................................................... 4.5 Hasil Analisis SWOT ..............................................................

42 50 57 69 77

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ............................... ............................................... 5.2 Saran .........................................................................................

106 106

DAFTAR PUSTAKA .......................................... ....................................

107

LAMPIRAN .......................................... ..................................................

109

x

DAFTAR TABEL Halaman 1. Klasifikasi perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur ......

3

2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan ....................

36

3. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan ...................

36

4. Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix) .....................

38

5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) .......................

38

6. Matriks SWOT ...........................................................................

40

7. Tingkat pendidikan SDM KIKM Jakarta Timur ..........................

45

8. Tingkat umur SDM KIKM Jakarta Timur ...................................

46

9. Produksi mebel ekspor DKI Jakarta, Nasional dan KIKM Jakarta Timur ..................................................................

58

10. Kriteria UMKM berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 ..................

63

11. Pembuatan kursi tamu bungkus type 2:1:1 ..................................

65

12. Biaya produksi kursi tamu bungkus type 2:1:1 ...........................

65

13. Distribusi narasumber pemilik perusahaan menurut kelompok umur ..........................................................................

70

14. Distribusi narasumber pemilik perusahaan menurut tingkat pendidikan..................................................................................

71

15. Pengalaman usaha mebel pemilik perusahaan .............................

72

16. Deskripsi perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur.........

73

17. Faktor strategis internal kelompok usaha menengah ...................

85

18. Faktor strategis internal kelompok usaha kecil ............................

86

19. Faktor strategis internal kelompok usaha mikro ..........................

87

20. Faktor strategis eksternal kelompok usaha menengah .................

88

21. Faktor strategis eksternal kelompok usaha kecil..........................

89

22. Faktor strategis eksternal kelompok usaha mikro ........................

90

23. Matriks SWOT kelompok usaha pada sentra industri mebel Jakarta Timur .............................................................................

94

xi

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Skema kerangka pemikiran.........................................................

28

2. Diagram analisis SWOT ............................................................

33

3. Diagram model matriks internal-eksternal ..................................

39

4. Proses produksi mebel KIKM Jakarta Timur ..............................

56

5. Alur pemasaran produk mebel ekspor .........................................

61

6. Produk mebel sentra industri mebel KIKM Jakarta Timur ..........

62

7. Saluran distribusi mebel KIKM Jakarta Timur ............................

67

8. Posisi perusahaan sentra industri mebel Jakarta Timur pada matriks internal-eksternal (Matriks IE) ...............................

91

xii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuesioner penelitian ..................................................................

110

2. Pembobotan terhadap faktor strategi internal ..............................

122

3. Pembobotan terhadap faktor strategi eksternal ............................

123

4. Pemberian nilai peringkat terhadap peluang ................................

124

5. Pemberian nilai peringkat terhadap ancaman ..............................

125

6. Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan ..............................

126

7. Pemberian nilai peringkat terhadap kelemahan ...........................

127

8. Pembobotan terhadap faktor internal kelompok usaha menengah

128

9. Penilaian bobot faktor strategi internal........................................

130

10. Penentuan rating faktor strategi internal kelompok usaha menengah 130 11. Pembobotan terhadap faktor eksternal kelompok usaha menengah

131

12. Penilaian bobot faktor strategi eksternal .....................................

133

13. Penentuan rating faktor strategi eksternal ..................................

133

14. Pembobotan terhadap faktor internal kelompok usaha kecil ........

134

15. Penilaian bobot faktor strategi internal kelompok usaha kecil .....

136

16. Penentuan rating faktor strategi internal kelompok usaha kecil ...

136

17. Pembobotan terhadap faktor eksternal kelompok usaha kecil ......

137

18. Penilaian bobot faktor strategi eksternal kelompok usaha kecil ...

139

19. Penentuan rating faktor strategi eksternal kelompok usaha kecil.

139

20. Pembobotan terhadap faktor strategi internal kelompok usaha mikro 140 21. Penilaian bobot faktor strategi internal kelompok usaha mikro ...

142

22. Penentuan rating faktor strategis internal kelompok usaha mikro

142

23. Pembobotan terhadap faktor eksternal kelompok usaha mikro ....

143

24. Penilaian bobot faktor strategi eksternal kelompok usaha mikro .

145

25. Penentuan rating faktor strategi eksternal kelompok usaha mikro

145

26. Struktur organisasi KIKM Jakarta Timur ....................................

146

27. Daftar pengrajin mebel binaan KIKM Jakarta Timur tahun 2006-2008.........................................................................

147

xiii

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat peranannya sangat penting dalam pembangunan, industri kecil menengah harus terus dikembangkan dan saling memperkuat antara usaha kecil dan usaha besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) IKM tahun 2007 terjadi di semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan 9,3%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5%, dan sektor pertambangan dan penggalian 7,8%. Jumlah populasi IKM pada tahun 2007 mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau 97,3% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Ekspor hasil produksi IKM selama tahun 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional sebesar Rp 713,4 triliun (BPS, 2008). Menurut Haeruman (2000), tantangan bagi dunia usaha terutama pengembangan IKM, mencakup aspek yang luas, antara lain peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM), kompetensi kewirausahaan, akses yang lebih luas terhadap permodalan, informasi pasar yang transparan, faktor produksi lainnya dan iklim usaha yang sehat mendukung inovasi, kewirausahaan dan praktek bisnis serta persaingan yang sehat. Namun permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam upaya pengembangan pelaku usaha IKM yang tangguh adalah pemilihan dan penetapan strategi program pengembangan untuk dua kondisi yang berbeda. Kondisi yang dimaksud adalah (1) mengembangkan pelaku usaha yang sudah ada supaya menjadi tangguh atau (2) mengembangkan wirausaha baru yang tangguh. Strategi program pengembangan untuk kedua kondisi tersebut di atas haruslah berbeda secara spesifik, bahkan strategi pengembangan untuk pelaku

2

usaha yang sudah ada pun tidak dapat dilakukan dengan penyeragaman. Setiap jenis usaha, bahkan setiap pelaku usaha pada jenis yang sama akan mempunyai permasalahan yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian yang matang dan mendalam untuk mengetahui apa sebenarnya permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil menengah. Pengembangan industri mebel menjadi sangat relevan dilakukan di Indonesia mengingat struktur usaha yang berkembang selama ini bertumpu pada keberadaan IKM, meskipun dengan kondisi yang memprihatinkan, baik dari segi nilai tambah maupun dari keuntungan/laba yang diperoleh. Tanpa disadari ternyata cukup banyak IKM selama ini berorientasi ekspor, sehingga sangat membantu pemerintah dalam mendapatkan devisa dibandingkan usaha besar yang justru mengeksploitasi pasar domestik dalam penjualannya. Selama empat tahun terakhir, nilai dan volume ekspor mebel terus meningkat. Menurut data dari Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) dan Departemen Perdagangan (Depdag), pada tahun 2005 nilai ekspornya US$ 1,79 miliar sebanyak 836 juta kg. Pada tahun 2006 naik 1,16% jadi US$ 1,81 miliar kendati volume turun menjadi 835 juta kg. Pada tahun 2007, nilai ekspor naik 8,35% menjadi US$ 1,96 miliar dengan volume ekspor seberat 898 juta kg dan tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi US$ 2,6 miliar (Asmindo dan Depdag, 2008). Untuk tahun 2009 diperkirakan naik sebesar 10% menjadi US$ 2,8 miliar dengan asumsi menargetkan 12.500 orang pembeli dari dalam negeri dan luar negeri pada pameran International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) bulan Maret tahun 2009. Menurut data BPS (2008), industri mebel dan pengolahan lainnya merupakan salah satu industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008, yakni 34,16%. Kenaikan pertumbuhan produksi tersebut disebabkan karena pemerintah telah memperketat ekspor bahan baku kayu dan rotan dalam bentuk sederhana. Selain itu penyebab utama kenaikan ekspor mebel Indonesia adalah karena keunikan dan ciri khas produk, dimana pembuatannya masih manual alias hand made.

3

Pangsa pasar industri mebel masih sangat terbuka luas khususnya untuk pasar ekspor. Amerika Serikat masih menjadi pasar terbesar mebel Indonesia. Porsi pasar Amerika mencapai 32,6% dari total ekspor mebel kayu Indonesia. Setelah itu, Jepang (11%), Belanda (9%), Prancis (6,6%) dan Inggris (4,6%) termasuk Uni Eropa dan Rusia, Timur Tengah (6%), Australia (4%). Sementara negara-negara pesaing adalah Italia (13,68%), China (14,18%), Jerman (8,4%), Polandia (6,38%) dan Kanada (5,77%). Selain kayu, jenis ekspor mebel juga berasal dari bahan rotan, besi, dan plastik (Asmindo & Depdag, 2008). Tahun 2008 ekspor mebel Indonesia ke Prancis pada JanuariSeptember 2008 mencapai US$ 79 juta atau meningkat 3,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (Asmindo & Depdag, 2008). 1.2 Perumusan Masalah Di Jakarta Timur terdapat ratusan unit usaha yang bergerak di bidang permebelan, di antaranya ada 67 unit usaha/pelaku usaha dan pengrajin mebel yang aktif bergabung dalam Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM). KIKM Jakarta Timur ini adalah sebagai wadah bagi pelaku usaha/pengrajin mebel yang bertujuan untuk membina pengrajin mebel di Jakarta Timur terutama dalam bidang pemasaran produk. Berdasarkan klasifikasinya pelaku usaha/pengrajin mebel anggota KIKM Jakarta Timur pada sentra industri mebel di Jakarta Timur dapat digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai mana terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Spesifikasi Perusahaan Bentuk Modal Umur SDM Manajemen Pengalaman Teknologi Pemasaran

Klasifikasi usaha mebel Menengah CV Cukup Lama Baik Baik Baik Cukup Baik

Kecil UD Kurang Lama Kurang Kurang** Baik Kurang Cukup

Ket.

Mikro Perorangan Kurang Singkat* *± 5 tahun Kurang Kurang **Turunan Kurang Kurang Kurang

4

Spesifikasi perusahaan mebel berdasarkan klasifikasi usaha mebel KIKM Jakarta Timur pada Tabel 1 dapat dijelaskan sebagai berikut : a.

CV : Commanditaire Vennootschap (CV) adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang secara tanggung-menanggung, bertanggung jawab untuk seluruhnya atau bertanggung jawab secara solider, dengan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschieter) (Wijaya, 2000). CV merupakan bentuk badan hukum terpisah suatu perusahaan yang pendiriannya disahkan oleh pemerintah melalui Notaris. Usaha Dagang (UD) adalah legalitas perusahaan yang dikeluarkan melalui Kantor Kelurahan sesuai dengan domisisli perusahaan setempat, sedangkan usaha bentuk perorangan belum berbadan hukum. Perusahaanperusahaan mebel dalam bentuk CV pada sentra industri mebel Jakarta Timur terdapat pada kelompok usaha menengah, sedangkan berbentuk UD dan perorangan terdapat pada kelompok usaha kecil dan usaha mikro.

b.

Cukup : pengertian “cukup” pada sentra industri mebel Jakarta Timur baik yang berkaitan dengan modal usaha maupun teknologi yang dipakai adalah kesanggupan atau ketersediaan modal usaha dan teknologi sudah mencukupi sesuai dengan yang dibutuhkan, sedangkan pengertian “kurang” adalah keterbatasan modal usaha maupun teknologi produksi yang dipakai dalam usaha mebel.

c.

Lama : pengertian “lama” pada sentra industri mebel Jakarta Timur berkaitan dengan umur perusahaan. Klasifikasi perusahaan berumur “lama” adalah kelompok usaha/perusahaan mebel yang berumur di atas 15 tahun, sedangkan kekompok usaha/perusahaan mebel berumur “singkat” adalah perusahaan-perusahaan berumur di bawah lima tahun.

d.

Baik : pengertian “baik” berkaitan dengan SDM (karyawan) perusahaan, manajemen

perusahaan,

pengalaman

perusahaan

dan

pemasaran

perusahaan yang dimiliki kelompok usaha/perusahaan pada sentra industri mebel Jakarta Timur. SDM dikategorikan “baik” adalah SDM yang berpengalaman cukup lama di bidang permebelan, sedangkan pengertian “kurang” adalah SDM yang pengalamannya masih di bawah tujuh tahun.

5

Manajemen perusahaan dikatakan “baik” adalah kelompok usaha/perusahaan mebel yang bersifat konvensional, tetapi sudah mulai terbuka dengan sistem administrasi dan keuangan. Sedangkan kategori “kurang” adalah pengelolaan perusahaan masih bersifat konvensional dan turun-temurun. Pengalaman kelompok usaha/perusahaan mebel di atas 10 tahun dikategorikan dengan kategori “baik,” sedangkan kategori “kurang baik” adalah perusahaan mebel yang beroperasi di bawah tujuh tahun. Kelompok usaha/perusahaan mebel yang mempunyai pangsa pasar dan segmen

pasar

tersendiri

dikategorikan

sebagai

perusahaan

yang

mempunyai pemasaran “baik,” sedangkan perusahaan mebel yang “kurang baik” adalah perusahaan mebel yang hanya mengandalkan pasar pada pameran di Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel (PPIKM) Jakarta Timur dan pesanan dari konsumen. Untuk memperoleh penjelasan secara lebih detail mengenai ketiga kelompok usaha yang terdapat pada Tabel 1 di atas, berikut ini dapat dijelaskan dari masing-masing kelompok, yaitu : 1. Kelompok Usaha Menengah, yaitu kelompok usaha mebel yang sudah mengalami kemajuan ditinjau dari segi aspek manajemen, SDM, pemasaran, umur perusahaan dan pengalaman perusahaan. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah perusahaan-perusahaan yang cukup lama, bersifat turun-temurun dan sebagian sudah berbadan hukum. Dalam operasionalnya, kelompok usaha ini bergerak mulai dari produksi, finishing sampai ke pemasaran produk. Selain itu, kelompok ini sudah mempunyai workshop sebagai tempat produksi dan showroom sebagai tempat penampungan produk sekaligus sebagai tempat pemasaran. 2. Kelompok Usaha Kecil, kelompok ini adalah perusahaan mebel yang pada dasarnya hampir sama dengan perusahaan pada kelompok menengah. Namun pada kelompok ini pada umumnya perusahaan belum berbadan hukum. Selain umur perusahaan sudah lama, pengalaman perusahaan juga sudah banyak tapi manajemen perusahaan belum bagus karena memakai sistem manajemen konvensional. Kelompok usaha kecil ini adalah kelompok yang paling banyak di antara anggota KIKM Jakarta Timur.

6

Kelompok usaha kecil ini hanya mempunyai workshop sebagai tempat produksi dan masih mengalami sejumlah hambatan, antara lain permodalan yang belum memadai, tenaga yang terampil dalam desain produk, showroom dan pemasaran produk. Dalam operasionalnya kelompok ini bergerak pada bidang produksi, finishing dan pemasaran. 3. Kelompok Usaha Mikro/Pemula, pelaku usaha/pengrajin mebel yang termasuk dalam kelompok ini adalah pelaku usaha/pengrajin mebel pendatang baru atau pemula. Artinya, usaha mebel yang dijalankan baru beroperasi paling lama lima tahun. Selain pengalaman belum banyak, manajemen usaha masih bersifat manajemen keluarga. Pengrajin mebel yang tergabung pada kelompok ini kebanyakan berasal dari orang-orang yang alih profesi dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK). Kelompok usaha ini hanya mempunyai workshop sebagai tempat produksi. Sementara produk yang sudah siap jual biasanya diambil para agen atau pengumpul. Kelompok ini masih banyak mengalami sejumlah hambatan antara lain permodalan yang belum memadai, manajemen, SDM, pengalaman, pemasaran, teknologi dan infrastruktur (showroom). Dalam perkembangannya, KIKM Jakarta Timur sebagai wadah bagi pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur belum menjalankan fungsi dan peranannya secara maksimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan SDM yang cukup untuk mengelola KIKM Jakarta Timur tersebut. Di samping itu, pengurus KIKM Jakarta Timur adalah bagian dari pelaku usaha/pengrajin mebel itu sendiri, sehingga waktu dan pikiran masih terfokus pada usahanya. Namun demikian, KIKM Jakarta Timur ini telah menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah dan asosiasi, antara lain : Sudin Perdagangan Jakarta Timur, Sudin Kopeasi dan UKM Jakarta Timur, Bank Indonesia (BI) dan Asmindo. Dalam operasionalnya, KIKM Jakarta Timur mengadakan kegiatan pelatihan, pameran produk dan studi banding ke industri mebel lain. Kegiatan yang dilakukan KIKM Jakarta Timur antara lain melaksanakan pameran produk bulanan setiap bulan yang bertempat di PPIKM Jakarta Timur yang berlokasi di Jl. Jatinegara Kaum No.3 Pulogadung, Jakarta Timur. Setiap

7

anggota KIKM Jakarta Timur berhak untuk ikut dalam pameran tersebut dengan sistem tukar tempat (rooling) setiap pameran dilaksanakan. Selain itu, KIKM Jakarta Timur juga mengikutsertakan para anggota yang berminat dalam acara pameran produk mebel yang berskala lebih besar bahkan berskala nasional. Di samping itu, KIKM Jakarta Timur ini juga mengadakan pelatihan bekerjasama dengan pihak ketiga, antara lain: Sudin Perindag Jakarta Timur, Balai Kerajinan Dinas Perindag DKI Jakarta, Kementerian

Koperasi dan UKM,

Jaminan

Sosial

Ketenagakerjaan

(Jamsostek), BI, PT Propan Raya dan lain-lain. Dalam pelatihan ini diharapkan agar anggota KIKM Jakarta Timur lebih bisa memahami tentang manajemen, desain produk, mutu produk dan akses pemasaran yang lebih luas termasuk untuk pasar ekspor. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan mebel yang tergabung dalam KIKM Jakarta Timur ini masih belum berkembang secara maksimal karena menghadapi berbagai hambatan dan kendala, yaitu (1) keterbatasan modal, (2) kurangnya akses yang lebih luas terhadap perbankan, (3) sulitnya memperoleh bahan baku, (4) tingginya harga bahan baku, (5) kurangnya peningkatan mutu SDM, (6) masuknya produk mebel impor asal China, (7) kurangnya pengembangan desain produk, (8) meningkatnya biaya produksi, (9) menurunnya volume penjualan, (10) keterbatasan jaringan kerja, (11) keterbatasan untuk mengakses informasi pasar yang luas, (12) keterbatasan jangkauan pasar ekspor, (13) kurangnya pemasaran yang strategik, (14) lemahnya manajemen perusahaan, (15) kurangnya teknologi produksi yang dimiliki dan (16) persaingan yang ketat antara sesama pengrajin mebel. Kesulitan memperoleh bahan baku dan keterbatasan modal usaha merupakan faktor yang paling dominan menyebabkan usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur ini tidak dapat tumbuh lebih cepat dan mempunyai daya saing, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kesulitan bahan baku ini disebabkan adanya monopoli bahan baku oleh pihak ketiga mulai dari hulu sampai ke hilir, sehingga untuk memperoleh bahan baku, para pelaku usaha/pengrajin mebel harus mengeluarkan ongkos yang

8

lebih mahal (high cost) yang pada akhirnya sangat merugikan para pelaku/pengrajin mebel, terutama pada kelompok usaha mikro. Keterbatasan modal usaha yang dimiliki tidak dapat meningkatkan alat teknologi produksi. Hal ini sangat berpengaruh dalam peningkatan volume produksi mebel yang dihasilkan, sehingga berdampak pada omzet penjualan. Selain itu, masuknya produk mebel impor asal China yang harganya lebih murah dan desain yang lebih variatif berdampak menurunnya omzet penjualan mebel produk lokal, karena banyak konsumen beralih ke produk mebel impor China. Namun demikian, sentra usaha industri mebel di Jakarta Timur tetap bertahan dan berkembang di antara peluang dan ancaman yang tetap mewarnai bisnis ini. Berdasarkan uraian dan kondisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disusun rumusan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi usaha yang diterapkan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan guna menangkap peluang pasar pada sentra industri mebel di Jakarta Timur agar tetap eksis dan berkembang ? 2. Strategi apakah pemasaran yang digunakan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur ? 3. Bagaimana alternatif strategi operasional KIKM Jakarta Timur dan perusahaan untuk mengatasi kendala dan hambatan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur agar tetap eksis dan berkembang ? 1.3 Tujuan Dari pemaparan permasalahan yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian tugas akhir ini sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi strategi usaha yang diterapkan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur. 2. Mengetahui dan menganalisa berbagai aspek strategi pemasaran yang digunakan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan di sentra industri mebel Jakarta Timur. 3. Merumuskan alternatif strategi operasional yang tepat untuk mengatasi kendala dan hambatan, agar KIKM Jakarta Timur dan perusahaan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur tetap eksis dan berkembang.

9

1.4 Kegunaan Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihakpihak yang berkepentingan, antara lain : 1. Sebagai bahan masukan, sumbangan pemikiran dan pertimbangan kepada pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur dalam pemecahan masalah yang dihadapi berkaitan dengan bidang pemasaran. 2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Sudin Koperasi dan UKM Jakarta Timur untuk melakukan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan IKM di Jakarta Timur khususnya industri mebel. 3. Diharapkan dapat menjadi literatur sebagai bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah pengembangan strategi pemasaran khususnya yang ada kaitannya dengan industri mebel. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup tugas akhir ini adalah (1) KIKM Jakarta Timur dan (2) Perusahaan-perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur. Ruang lingkup tugas akhir ini membahas tentang analisis strategi pemasaran yang dilakukan oleh KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur serta pengaruhnya terhadap pengembangan pemasaran pada sentra industri mebel di Jakarta Timur. Selain itu, menganalisis pengaruh pengembangan strategi pemasaran terhadap penjualan mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur yang meliputi penawaran dan permintaan, pangsa pasar, nilai tambah, teknik pemasaran dan biaya pemasaran agar penjualan mencapai tingkat yang optimal.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Strategi Strategi

merupakan

alat

untuk

mencapai

tujuan.

Dalam

perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Adapun definisi strategi dalam perkembangannya terdapat perbedaan pada berbagai konsep yang antara lain dikutip oleh Rangkuti (2008), yaitu : Menurut Chandler dalam Rangkuti (2008), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya manusia. Menurut Learned et al. dalam Rangkuti (2008), strategi adalah alat untuk menciptakan keunggulan

bersaing.

Dengan demikian

satu

fokus strategi adalah

memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak. Argyris, Mintzberg, Steiner and Miner dalam Rangkuti (2008) menyatakan bahwa strategi merupakan respons secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal, serta kekuatan dan kelemahan internal dan yang dapat mempengaruhi organisasi. Menurut Andrews dan Chaffe dalam Rangkuti (2008) strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti debholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Hamel and Parahalad dalam Rangkuti (2008) menyatakan strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa depan. Griffin

(2000),

menyatakan

strategi

adalah

sebagai

rencana

komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi (strategy is a comprehensive plan for acomplishing an organization’s goals). Strategi tidak hanya sekedar mencapai tujuan, tetapi strategi juga untuk mempertahankan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan aktivitasnya. Mintzberg dalam Robbins dan Coulter (2002) menyatakan bahwa tugas utama manajer dalam strategi pemasaran adalah tugas rasional yang

11

berhubungan dengan hubungan pribadi, tugas yang berhubungan dengan pencarian informasi dan penggunanya secara cerdas (intelegent) serta berkaitan dengan pengambilan keputusan baik operasional, taktis dan strategis. Menurut Porter (2004), strategi adalah alat yang sangat penting untuk keunggulan bersaing dalam organisasi. David (2004) menyebutkan strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. David (2006) menyebutkan manajemen strategis (strategic management) adalah seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ”apa yang dapat terjadi,” bukan dimulai ”apa yang terjadi.” Terjadinya kecepatan inovasi pasar dan perubahan pada konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti dalam bisnis yang dilakukan (Rangkuti, 2008). Dari berbagai definisi mengenai strategi tersebut di atas, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian manuver yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam perkembangannya banyak terdapat pengertian dan penafsiran yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan pandangan yang keliru tentang kegiatan dan tugas seseorang yang terdapat dalam bidang pemasaran. Gambaran tentang pemasaran secara luas dapat diketahui dari beberapa definisi, antara lain dikutip oleh Kotler dan Keller (2007a), yaitu American Marketing Association (AMA) mendefinisikan secara formal bahwa pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.

12

Menurut Kotler dan Susanto (2001), pengertian lain dari pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Pengertian pemasaran menurut Assauri (2007) adalah usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orangorang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan promosi dan komunikasi yang tepat. Ciptono, dkk (2009) mengutip beberapa istilah pemasaran, antara lain pendapat Gronroos yang menyatakan pemasaran adalah mengembangkan, mempertahankan dan meningkatkan relasi dengan para pelanggan dan mitra lainnya, dengan mendapatkan laba sedemikian rupa sehingga tujuan masingmasing pihak tercapai. Evan dan Berman dalam Ciptono dkk (2009) menyebutkan bahwa pemasaran merupakan pengantisipasian, pengelolaan dan pemuasan permintaan melalui proses pertukaran. Miller dan Lyton dalam Ciptono dkk (2009) menyebutkan bahwa pemasaran adalah sistem total aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu merumuskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Doyle dalam Ciptono dkk (2009) pemasaran adalah proses manajemen yang berupaya memaksimumkan laba (returns) bagi pemegang saham dengan jalan menjalin relasi dengan pelanggan utama. Meldrum dalam Ciptono dkk (2009) mendefinisikan pemasaran adalah proses bisnis yang berusaha menyelaraskan antara sumberdaya manusia, finansial dan fisik organisasi dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggannya dalam konteks strategi kompetitif organisasi. Asosiasi Marketing Amerika dalam Istijanto (2009) menyatakan bahwa pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan serta mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan para stakeholder-nya.

13

Menurut Kotler dan Keller (2007a), definisi pemasaran dibedakan secara sosial dan manajerial, yaitu pemasaran secara manajerial adalah sebagai seni dan

ilmu

memilih

menumbuhkan

pasar

sasaran dan

pelanggan

dengan

mendapatkan,

menciptakan,

menjaga dan

menyerahkan

dan

mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul sedangkan pengertian pemasaran secara sosial adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler dan Keller, 2007a). Formula strategi pemasaran Robbins dan Coulter (2002), menyatakan bahwa formulasi strategis dalam mencapai tujuan dimulai dari identifikasi visi, misi, lalu analisa lingkungan eksternal dan internal (SWOT), merumuskan strategi, mengimplementasikan strategi lalu mengevaluasi hasil. Dari pengertian tersebut di atas dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan,

ditujukan

untuk

merencanakan,

menentukan

harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan,

maupun

konsekuensi

sosial

perusahaan

dengan

berdasarkan prinsip inti yang meliputi kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, jaringan pasar dan pemasar serta prospek pasar. 2.2 Aspek Pemasaran 2.2.1 Penawaran dan Permintaan a. Keadaan dan Prospek Pasar Kondisi dan situasi pasar industri mebel harus kita ketahui sebagai bahan referensi dalam menjalankan usaha, seperti ukuran pasar, pertumbuhan pasar, pangsa pasar dan indeks pangsa pasar (Davis, 2005). Peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan agar dapat diketahui untuk menggambarkan peubah-peubah kunci yang sangat mempengaruhi kunci keberhasilan bisnis. Perusahaan perlu mengkaji

14

tingkat permintaan konsumen di pasar sasaran sehingga dapat melayani dan kemungkinan berhasilnya menguasai pasar. b. Tingkat Penawaran dan Permintaan Dalam rangka menjawab kebutuhan konsumen, pihak produsen menyediakan berbagai barang dan jasa. Barang dan jasa hasil produksi ini kemudian dijual kepada konsumen di pasar menurut tingkat harga tertentu.

Permintaan

bersangkut-paut

dengan

pembelian

dan

pemakaian sedangkan penawaran bersangkut-paut dengan penyediaan dan penjualan. Jadi penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi. Masyarakat selaku konsumen harus membeli barang atau jasa keperluannya di pasar. Keadaan ini mengandaikan bahwa barang atau jasa itu memiliki tingkat harga tertentu. Adanya berbagai macam harga di pasar selanjutnya mengandaikan adanya kondisi yang mempengaruhi. Adapun unsur-unsur yang terdapat pada permintaan yakni barang atau jasa, harga dan kondisi yang mempengaruhi. Jadi permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Hukum permintaan, hukum ekonomi berlaku ceteris paribus. Singkatnya hukum permintaan adalah permintaan bertambah apabila harga turun dan berkurang apabila harga naik. 2.2.2 Pangsa Pasar a. Pangsa pasar Pangsa pasar adalah penjualan perusahaan tersebut yang dinyatakan sebagai persentase dari penjualan pasar total. Pangsa pasar dapat diukur dengan tiga cara, yaitu (1) keseluruhan pangsa pasar adalah penjualan perusahaan tersebut yang dinyatakan sebagai persentase dari penjualan pasar total, (2) pangsa pasar yang dilayani adalah penjualannya yang dinyatakan sebagai persentase penjualan total di pasar yang dilayaninya dan (3) pangsa pasar relatif dapat dinyatakan sebagai pangsa pasar dalam kaitannya dengan pesaing terbesarnya (Kotler dan Keller, 2007a). Suatu perusahaan perlu menganalisis pangsa

15

pasar, misalnya apakah akan bertahan atau pengembangan pada pasar domestik/lokal atau menjajaki peluang pangsa pasar ekspor atau ekspansi. Menurut Foster (2001) pangsa pasar adalah memecah-mecah suatu keseluruhan yang heterogen menjadi suatu bagian yang homogen mencakup suatu pelanggan yang mempunyai kepentingan yang sama untuk tujuan yang berbeda-beda. Sedangkan pengertian pangsa pasar menurut Assauri (2007) adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan persentase. Pangsa pasar menjelaskan persentase dari total pasar yang diwakili oleh produk perusahaan. Hal ini merupakan suatu ukuran pemasaran yang berguna karena merupakan indikasi penetrasi perusahaan terhadap kompetisi. Namun pangsa pasar adalah salah satu dari beberapa indikator kesuksesan, tidak cukup hanya memperoleh pangsa

pasar

tapi

harus

juga

menganalisis

bagaimana

cara

memperolehnya. Apakah dengan menurunkan harga (margin laba kecil) atau ada kompetitor yang jatuh (Davis, 2005). b. Struktur Penjualan dan Lingkup Pemasaran Kotler (1997) menjabarkan struktur pasar berdasarkan jumlah penjual dan diferensiasi dalam pasar tersebut ke dalam empat struktur, yaitu monopoli, murni, oligopoli, monopolistik dan persaingan murni. Titik awal untuk menjelaskan suatu pasar adalah dengan menspesifikasi apakah dalam pasar tersebut terdapat satu, sedikit atau banyak penjual dari suatu produk, dan apakah produk tersebut homogen atau terdeferensiasi. Bagaimana melakukan pemasaran, apakah langsung ke konsumen atau melalui perantara agen ? Selain itu, apakah pemasaran yang dilakukan untuk pangsa pasar lokal atau pangsa pasar ekspor ? 2.2.3 Analisis Nilai Tambah (Value Added) Nilai tambah (value added) didefinisikan sebagai pertambahan nilai yang terjadi pada suatu komoditi, akibat mengalami pengolahan lebih lanjut dalam suatu proses produksi (Tambunan, 1997). Berdasarkan

16

pengertian ini, maka industri mebel dapat dikatakan sebagai industri yang mampu memberikan nilai tambah. a. Jenis-jenis Produk Jenis produk mebel yang dihasilkan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur antara lain adalah kursi dan meja makan, kursi dan meja belajar, kursi dan meja kantor, lemari, kamar set, kitchenset, sketsel dan lain-lain. b. Nilai Tambah Produk Penciptaan nilai tambah yang sukses membutuhkan penyerahan nilai tambah yang sukses. Analisis nilai tambah berguna untuk peningkatan margin atau laba perusahaan. Kebanyakan produsen tidak menjual barang-barang mereka secara langsung kepada konsumen atau pengguna akhir, antara mereka ada sekelompok perantara yang melakukan berbagai fungsi (Kotler dan Keller, 2007b). Dalam hal ini, dianalisis produk mebel yang akan dijual langsung dari workshop atau perusahaan ke konsumen/pengguna akhir atau kepada perantara/agen dengan senilai (Rp.x) jika dibandingkan apabila dijual dalam kondisi diolah terlebih dahulu menjadi mebel dengan finishing dan desain komplit. Kemudian dilihat, apakah nilainya meningkat menjadi (Rp. x+y) c. Limbah Produk Limbah produk perusahaan mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur berupa sisa potongan bahan baku, sisa potongan bahan olahan, serbuk gergajian dan lain-lain akan dimanfaatkan untuk menghasilkan uang atau tidak. 2.2.4 Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dapat diukur dengan melakukan analisis laporan keuangan dalam periode waktu tertentu. Kinerja keuangan dalam suatu perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan perusahaan bisa bertahan dan berkembang. Kinerja keuangan ini bertujuan tidak hanya memberikan rumus untuk memperoleh angka-angka

17

yang diharapkan, tetapi untuk menganalisis semua angka-angka yang saling berkaitan dalam rangka memecahkan masalah dalam perusahaan. a. Analisis Neraca Keuangan dan Rugi/Laba Perusahaan Laporan neraca keuangan dan rugi/laba perusahaan adalah dasar yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mengukur kondisi keuangan suatu perusahaan. Neraca keuangan terdiri dari komposisi aktiva dan komposisi hutang serta modal. Sedangkan laporan rugi/laba terdiri dari komposisi penjualan, harga pokok dan biaya-biaya perusahaan dalam periode tertentu. Financial statement (laporan keuangan) bertujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel. b. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah ”wakil perusahaan” dalam menjelaskan posisi keuangan. Pada umumnya ada dua macam laporan keuangan yang sering digunakan dalam perusahaan, yaitu neraca (balance sheet) dan laporan rugi/laba (income statement). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1985) tujuan laporan keuangan adalah : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh untung. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai

laporan dalam

menaksir

potensi

perusahaan dalam

menghasilkan laba/keuntungan. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk

mengungkapkan sejauh mungkin

informasi lain

yang

berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang dianut perusahaan.

18

i. Neraca Keuangan Analisis neraca keuangan bertujuan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan pada periode waktu, pada umumnya dilakukan pada akhir tahun. Neraca keuangan mencerminkan semua transaksi yang dibuat oleh perusahaan pada periode tertentu yang memuat semua informasi mengenai semua sumber dana assets dan equity, misalnya bunga dari kreditor dan pemilik. ii. Laporan rugi/laba Laporan

rugi/laba

menjelaskan

tentang

pendapatan

dan

pengeluaran perusahaan pada periode waktu tertentu, misalnya informasi mengenai inflow aset (revenues), outflow aset (expenses) dan kenaikan atau penurunan yang dihasilkan oleh semua kegiatan perusahaan. Neraca keuangan dan laporan rugi/laba dapat memperlihatkan keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu tetapi

laporan

keuangan

ini

tidak

dapat

menggambarkan

kecenderungan keuangan perusahaan pada masa mendatang. Oleh karena itu, perbandingan runtut waktu (data time series) dan perubahannya sangat diperlukan. 2.2.5 Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan (Syamsudin, 2001). Sedangkan menurut Riyanto (2001) menyatakan bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmetikal term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data, dan jika dihubungkan dengan masalah keuangan maka menjadi data keuangan. Dalam rasio keuangan dianalisis keuangan secara menyeluruh

untuk

bagaimana

dan

di

mana

perusahaan

tersebut

menghasilkan uangnya. Tujuan analisis rasio keuangan dalam perusahaan adalah : a. Mengevaluasi situasi yang terjadi pada perusahaan saat ini. b. Memprediksi kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang. Rangkuti (2008) menyatakan bahwa secara umum jenis-jenis rasio keuangan dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio penilaian saham.

19

a.

Rasio Likuiditas (likuidity ratio) Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini rasio likuiditas yang dipakai untuk melihat kinerja keuangan perusahaan adalah : 1) Current Ratio (CR) yaitu rasio antara harta lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Total Current Assets Current Ratio =

x 100% Total Current Liabilities

2) Quick Ratio (QR) atau Acid Test Ratio (ATR), yaitu rasio antara harta lancar dikurangi persediaan (inventory) dibagi dengan hutang lancar. Total Quick Assets Qiuck Ratio =

x 100% Total Current Liabilities

3) Rasio Hutang (leverage ratio) Rasio ini bertujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar (dengan hutang). Rasio keuangan yang termasuk dalam leverage ratio ini adalah : Debt Ratio (DR) dan Debt Equity Ratio (DER). 4) Ratio Aktivitas (activity ratio) Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola dana perusahaan. Rasio keuangan yang termasuk pada activity ratio adalah : Inventory Turn Over (ITO) dan Return Turn Over (RTO) 5) Rasio Keuntungan (profitability ratio) Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas keseluruhan manajemen yang dapat dilihat dari keuntungan yang dihasilkan. Rasio keuangan yang termasuk dalam Profitability Ratio adalah : Profit Marjin (PM), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI) dan Return of assets (ROA).

20

2.2.6 Teknik Pemasaran a. Analisis Bauran Pemasaran Bauran pemasaran didefinisikan sebagai perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan perusahaannya. Mc Carthy dalam Kotler (2000) mengklasifikasikan menjadi empat kelompok besar (marketing mix) dengan 4P’s (four P’s) ditinjau dari sudut produsen/penjual, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat/distribusi) dan promotion (promosi). Empat peubah tersebut saling berhubungan dan membentuk sebuah paket utuh yang turut menentukan derajat kesuksesan program pemasaran yang dijalankan. Bauran pemasaran menggambarkan pandangan penjual tentang alat pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli (Kotler dan Keller, 2007b). Sedangkan bauran komunikasi (communication mix) ditinjau dari sudut konsumen/pelanggan adalah customer needs and wants (kebutuhan dan keinginan pelanggan), cost to the customer (biaya yang

ditanggung

pelanggan),

convenience

(kemudahan)

dan

communication (komunikasi). b. Analisis Strategi Pemasaran Strategi

pemasaran

pada

dasarnya

adalah

rencana

yang

menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Oleh karena itu, penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis lingkungan (eksternal

dan

internal)

perusahaan

melalui

analisis

kekuatan

(keunggulan dan kelemahan) perusahaan serta analisis kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya (Assauri, 2007). Analisis strategi pemasaran dengan melakukan analisis SWOT berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam menghasilkan strategi pemasaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi maupun yang diantisipasi.

21

2.2.7 Biaya Pemasaran Menurut Kusnadi dan Zainal (2002) biaya pemasaran adalah biaya yang dibebankan (segala pengeluaran) di dalam penjualan suatu barang atau jasa dari keluarnya barang sampai ke tangan pembeli. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjual produk barang dagangan sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar, biaya pemasaran dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : a. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order getting cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan. Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya gaji wiraniaga (sales person), komisi penjualan, advertensi dan promosi. b. Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai ke tangan konsumen dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang dari konsumen. Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya angkutan dan biaya penagihan (Mulyadi, 1991). Biaya

Pemasaran

atau

promosi

adalah

upaya

untuk

memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada konsumen dengan

tujuan

menarik

calon

konsumen

untuk

membeli

atau

mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikan angka penjualan. Dalam pemasaran promosi bertujuan: (1) menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial,

(2)

mendapatkan

kenaikan

penjualan

dan

profit,

(3)

mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan, (4) menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi pasar lesu, (5) membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan. Pada dasarnya, kegiatan promosi merupakan salah satu di antara unsur bauran pemasaran. Berhasil atau tidaknya kegiatan promosi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan akan terlihat jelas dari sukses atau

22

tidaknya penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. 2.3 Strategi dan Persaingan Pemasaran Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang.

Tujuan

tersebut

hanya

dapat

dicapai

melalui

usaha

mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan atau laba perusahaan. Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi yang bertujuan untuk dapat menggunakan atau menangkap kesempatan atau peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau kedudukan perusahaan di pasar dapat

dipertahankan dan sekaligus

ditingkatkan. Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa sebenarnya proses pemasaran itu terjadi atau dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi. Menurut Kotler (2007a), proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen yang berhubungan dengan produk, kinerja dan mutu adalah tahap pertama sangat penting dalam kegiatan pemasaran yang memiliki tujuan berikut : a. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang dihasilkan dan perusahaan dapat menyediakan semua permintaan produk tersebut. b. Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi berbagai kegiatan, mulai dari penjelasan tentang produk, desain produk, promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi pada konsumen, sampai pengiriman produk agar sampai ke tangan produsen dengan tepat. c. Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk yang dihasilkan cocok dan sesuai dan dapat terjual dengan sendirinya. Secara umum kegiatan pemasaran berkaitan dengan koordinasi beberapa kegiatan bisnis. Sebagai contoh, penjelasan secara detail oleh orang di bagian produksi dibutuhkan apabila ada konsumen yang komplain mengenai produk. Demikian juga dibutuhkan orang yang dapat menangani kegiatan SDM, sehingga dapat menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan kompensasi dan reward kepada semua karyawan yang terlibat dalam perusahaan. Bagian

23

keuangan memerlukan orang yang ahli dalam berbagai sistem pembayaran dan insentif, terutama kepada konsumen yang membutuhkan sehingga dapat mengakomodasi berbagai jenis kebutuhan konsumen. Dengan demikian, kegiatan pemasaran selalu berkaitan dengan berbagai departemen lainnya. Untuk kegiatan bisnis skala kecil, di mana pemilik tidak memiliki karyawan dalam jumlah besar, maka perusahaan memerlukan cara berpikir yang menyeluruh pada saat menerapkan strategi pemasaran, yaitu serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif berkelanjutan. Strategi pemasaran ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (1) faktor mikro, yaitu berhubungan dengan perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat

dan

(2)

faktor

makro,

yaitu

berhubungan

dengan

demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan sosial/budaya. Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasaran, sebagai berikut (1) ditinjau dari sudut pandang produsen, yaitu: tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion) biasa disebut marketing mix dan (2) dari sudut pandang konsumen yang juga harus perlu diperhatikan adalah: kebutuhan dan keinginan konsumen (costumer needs and wants), biaya konsumen (cost to the costumers), kenyamanan (convenience) dan komunikasi (communication). Pada dasarnya persaingan dalam suatu industri tidak hanya disebabkan oleh adanya pesaing-pesaing yang ada, namun ada beberapa kekuatan lain yang turut membantu struktur persaingan. Kekuatan-kekuatan tersebut, yaitu : ancaman pendatang baru, pesaing yang ada, adanya produk pengganti (substitution), besarnya kekuatan tawar-menawar pembeli dan kekuatan tawarmenawar pemasok. Sebagai contoh, suatu perusahaan dengan posisi pasar yang sangat kuat dalam industri dimana tidak ada ancaman pendatang baru akan mendapatkan laba yang rendah apabila berhadapan dengan produk pengganti yang lebih murah dan bermutu. Contoh ekstrim dari intensitas persaingan adalah industri yang dinamakan industri persaingan sempurna, dimana pendatang baru dapat masuk dengan bebas, perusahaan yang ada tidak mempunyai daya tawar-menawar

24

yang baik terhadap pemasok dan pelanggan, serta persaingan menjadi tidak terkendali karena sejumlah perusahaan besar mempunyai produk yang serupa. Lemahnya

posisi

perusahaan

dalam

lingkungan

industrinya

dapat

menimbulkan kesulitan dalam memasarkan produk dengan harga dan mutu yang sesuai. Porter (2004) menjelaskan satu konsep yang telah menjadi dikenal sebagai "lima model memaksa." Konsep ini melibatkan hubungan antara pesaing dalam industri, potensi pesaing, pemasok, pembeli dan alternatif solusi untuk masalah yang ditangani. Sementara setiap industri melibatkan semua faktor tersebut, kekuatan relasional yang berbeda-beda. Porter (2004) menjelaskan bahwa terdapat lima kekuatan yang menentukan industri menarik, dan jangka panjang industri profitabilitas yaitu (1) ancaman masuk pesaing baru, (2) ancaman pengganti, (3) daya tawar dari pembeli, (4) daya tawar dari pemasok dan (5) tingkat persaingan antara pesaing yang ada. Strategi pemasaran yang baik untuk dapat meningkatkan daya saing suatu produk haruslah dilengkapi dengan berbagai elemen penunjang, yaitu : a. Meningkatkan mutu produk dan layanan Mutu merupakan elemen utama bagi peningkatan daya saing suatu produk. Suatu produk dapat lebih mudah memenangkan tingkat persaingan yang kian ketat di pasaran bila mutunya selalu terjaga. b. Menanamkan nilai-nilai utama Nilai yang dikandung suatu produk juga merupakan unsur penting untuk meningkatkan daya saing produk tersebut. Namun seperti halnya mutu, telah terjadi pergeseran pengertian nilai dari suatu produk. Nilai suatu produk tidak lagi hanya ditentukan dari mutu yang baik maupun harga murah saja, tetapi juga ditentukan oleh sederetan faktor penentu nilai lainnya seperti kemudahan pembelian (convenience of purchase) yang terkait dengan ketersediaan (availability) suatu produk di pasaran serta jalur distribusi yang baik serta tingkat pelayanan yang memuaskan (service excellence). Hal ini disebabkan karena harapan konsumen selalu berkembang, sehingga penjualan suatu produk harus dapat memenuhi

25

harapan konsumen secara tepat agar tercapai kepuasan konsumen (customer satisfaction). c. Menetapkan posisi (positioning statement) yang tepat Penetapan posisi (positioning statement)

yang diinginkan sangat

diperlukan untuk dapat melahirkan citra akan produk/jasa yang diharapkan. Positioning statement yang jelas akan mempermudah arah penetapan strategi pemasaran suatu produk serta memperjelas target pasar yang akan dibidiknya. d. Menciptakan brand equity yang kuat Brand equity yang kuat dan citra positif sangat diperlukan dalam menjalankan usaha sebagai salah satu kunci keberhasilan untuk meraih kepercayaan publik. Citra positif dari brand suatu produk/jasa ini pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk menggunakan produk/jasa yang ditawarkan. Hal ini sangat penting karena daya saing dan kesuksesan pemasaran

suatu

produk/jasa

sangat

ditentukan

oleh

pengakuan masyarakat terhadap brand dari produk/jasa tersebut. e. Menciptakan citra positif di mata publik Penciptaan citra positif dari suatu perusahaan/produsen penghasil produk/ jasa sangat erat kaitannya dengan penciptaan brand equity untuk dapat meraih kepercayaan publik. Citra positif di mata publik hanya dapat tercapai bila keseluruhan perusahaan mencerminkan citra yang ingin diposisikan tersebut, karena publik akan lebih mengakui citra yang tercermin langsung dari setiap sikap dan kegiatan suatu perusahaan. f. Menjalankan program promosi dan costumer care Penggunaan program promosi secara massal yang ditujukan untuk seluruh kategori pelanggan potensial (mass promotion program) seringkali tidak efektif, karena pesan yang disampaikan tidak sampai pada kategorikategori pelanggan tertentu. Oleh karena itu, penggunaan program promosi massal tidak dianjurkan untuk terlalu sering digunakan karena pada akhirnya hanya membuang-buang dana anggaran.

26

g. Meluncurkan produk yang tepat Suatu brand dapat meluncurkan produk yang beragam, sehingga dapat memenuhi permintaan lebih dari satu target pasar. Namun peluncuran setiap jenis produk haruslah sesuai dengan kebutuhan dari setiap target pasar yang dituju, dengan ditunjang oleh program promosi yang sesuai pula. Pelebaran berbagai jenis produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dari target pasar yang beragam dapat pula meningkatkan daya saing suatu brand dalam menguasai pangsa pasar yang lebih luas. 2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang industri mebel telah banyak dilakukan, menurut hasil penelitian Aryono (2004) menyimpulkan bahwa kekuatan (strength) Nava Java Interior terletak pada bauran produk, mutu produk, pelayanan, harga yang fleksibel dan struktur organisasi perusahaan. Kelemahan (weaknesses) berkisar pada modal yang terbatas, distribusi yang kurang serta penggunaan media teknologi yang belum dilaksanakan secara optimal. Sementara yang menjadi ancaman (threats) adalah banyaknya produk mebel impor dari China, situasi politik dan kepastian hukum serta kenaikan harga bahan baku utama. Strategi yang digunakan Nava Java Interior untuk menghadapi persaingan adalah market nicher strategy dengan fokus kepada segmen keluarga muda. Nava Java Interior juga harus mengambil peluang yang ada dalam industri mebel serta memperhatikan tiap ancaman yang ada (Aryono, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiadi (2006) menunjukkan bahwa industri mebel skala besar merupakan industri yang fokus untuk memenuhi pasar ekspor. Produk mebel yang dihasilkan adalah produk jadi dengan mutu tinggi. Selain itu, ada beberapa industri mebel yang bersifat hanya melakukan pengolahan

saja

tanpa

terlibat

pemasaran

secara

langsung.

Untuk

memasarkannya dengan cara memasok pelaku-pelaku usaha yang telah memiliki jaringan pasar yang luas dan memiliki ruang pameran. Sementara faktor harga dan mutu merupakan peubah utama yang menjadi pertimbangan dalam pembelian bahan baku kayu oleh industri.

27

III.

METODOLOGI

3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Banyaknya industri mebel yang tumbuh membawa sebuah konsekuensi logis bahwa tingkat persaingan dalam industri mebel semakin tajam. Setiap perusahaan mebel dituntut untuk lebih meningkatkan mutu produksinya dalam rangka peningkatan omset penjualan dan berdaya saing. Terjadinya krisis global yang berdampak terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Dasar Listrik (TDL) dan susahnya bahan baku telah membuat sentra-sentra industri mebel terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur telah mengancam kesempatan meraih pangsa pasar khususnya pasar ekspor. Hal yang sama terjadi di DKI Jakarta khususnya pada sentra industri mebel di Jakarta Timur. Di samping itu, masuknya mebel impor asal China ke pasar domestik dengan berbagai desain yang variatif dan harga yang lebih murah dari produk lokal juga turut menjadi salah satu penyebab merosotnya omzet penjualan. Mebel China dalam berbagai hal mempunyai kelebihan, seperti : desain produk lebih halus dan lebih mewah sehingga membuat konsumen lebih tertarik. Bahkan dilihat dari segi harga, mebel China lebih kompetitif karena China lebih banyak melakukan efisiensi biaya dan diproduksi secara massal (pabrikan) dengan teknologi tinggi. Sedangkan produk mebel lokal kurang bisa mengikuti trend seperti desain dan finishing yang variatif sehingga terkesan monoton. Peningkatan mutu produk lokal dan pengembangan desain produk adalah salah satu alternatif untuk mengimbangi produk mebel impor terutama mebel impor asal China agar industri mebel lokal bisa tetap eksis dan berkembang. Skema kerangka pemikiran kajian dapat dilihat pada Gambar 3. Pada umumnya perusahaan yang bergerak di bidang mebel skala kecil berhimpun dalam bentuk koperasi. Sebagai contoh di Jakarta Timur terdapat ratusan perusahaan mebel, di antaranya ada 67 perusahaan yang berhimpun dalam KIKM Jakarta Timur yang beralamat di Jl. Jatinegara Kaum No.3 Jakarta Timur, DKI Jakarta. Namun mayoritas perusahaan tersebut belum berbadan hukum dan pengelolaan perusahaan pun kebanyakan masih menerapkan manajemen keluarga seperti Lia Furniture dan Bintang Furniture.

28

Obyek lembaga dan perusahaan yang dikaji/diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) Jakarta Timur 2. Anggota KIKM Jakarta Timur, yaitu : a. Kelompok Usaha Menengah : CV. Al-Makmur Furniture, CV Indo Jati Furniture dan CV Indo Largo Furniture. b. Kelompok Usaha Kecil : UUT Furniture, Vide Furniture dan Rumpun Jati Furniture. c. Kelompok Usaha Mikro : Nabilla Furniture, Say Mandiri Furniture dan Bintang Furniture. Alasan pengambilan perusahaan-perusahaan tersebut di atas sebagai sampel obyek penelitian adalah atas rekomendasi pengurus KIKM Jakarta Timur karena perusahaan-perusahaan mebel tersebut lebih sehat dan lebih terbuka untuk perubahan. Kondisi KIKM (Pengrajin Mebel)

Strategi Pemasaran

Promosi

Pemasaran Langsung

Hasil Pemasaran

Analisis Pengembangan Strategi

Pengembangan Pemasaran

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran

Pemasaran Agen

29

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian Sentra industri mebel Jakarta Timur berlokasi di daerah Klender Jakarta Timur dan obyek penelitian berada di Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel yang berlokasi di Jl. Jatinegara Kaum No.3, Kelurahan Klender, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja, alasannya karena di Jakarta Timur merupakan sentra usaha industri mebel yang bersifat skala kecil dan menengah. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, mulai dari bulan Maret-Mei 2009. 3.3 Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari pengurus KIKM Jakarta Timur, pengrajin mebel (owner) dan karyawan perusahaan mebel. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari Departemen Perdagangan, Departemen Koperasi dan UKM, Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Badan Pusat Statistik serta perusahaan sejenis. a.

Data Primer Data primer bersumber langsung dari pengurus KIKM Jakarta Timur dan pelaku usaha/pengrajin mebel yang didapatkan dengan melakukan kunjungan langsung dan melakukan wawancara mendalam dengan alat bantu kuesioner. Data primer yang diambil mengenai karakteristik Narasumber (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman berusaha dalam bidang mebel), penawaran dan permintaan, pangsa pasar, nilai tambah, kinerja keuangan, rasio keuangan, teknik pemasaran dan biaya pemasaran yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

b.

Data Sekunder Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh/dikumpulkan melalui cara penulisan literatur, pencatatan buku laporan tahunan tentang catatan pemasaran dan strategi pemasaran. Selain itu, data yang dikumpulkan melalui buku-buku, tulisan dan literatur media cetak maupun media elektronik

(internet),

instansi/lembaga

terkait

seperti

Departemen

30

Perdagangan, Departemen Koperasi dan UKM, Badan Pengembangan Ekspor Nasional, Badan Pusat Statistik dan sumber lain yang mendukung. Obyek penelitian terbagi kedalam dua kelompok, yaitu (1)

KIKM

Jakarta Timur sebagai wadah bagi perusahaan, dan (2) Perusahaan sebagai anggota KIKM Jakarta Timur. Dari KIKM Jakarta Timur tersebut ditentukan tiga orang Narasumber yang ditetapkan secara sengaja, yang terdiri dari ketua KIKM Jakarta Timur, salah satu wakil ketua dan karyawan KIKM Jakarta Timur. Obyek penelitian perusahaan mebel dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan spesifikasi dan klasifikasi usaha, yaitu : 1. Kelompok Usaha Menengah Dari kelompok usaha menengah diambil tiga perusahaan sebagai obyek penelitian yang ditentukan secara sengaja, yaitu (1) CV Al-Makmur Jaya Furniture, (2) CV Indo Jati Furniture dan (3) CV Indo Largo Furniture. Dari masing-masing perusahaan dipilih secara sengaja sebanyak tiga orang narasumber yang terdiri dari

(1) pemilik perusahaan, (2) manajer

pemasaran dan (3) satu karyawan perusahaan, sehingga total narasumber pada kelompok usaha menengah berjumlah sembilan orang narasumber. Seluruh narasumber diwawancarai secara mendalam dengan bantuan kuesioner yang dipersiapkan sebelumnya. 2. Kelompok Usaha Kecil Dari kelompok ini diambil tiga perusahaan sebagai obyek penelitian, yaitu (1) UUT Furniture, (2) Vide Furniture dan (3) Rumpun Jati Furniture untuk diambil masing-masing sebanyak tiga orang narasumber yang terdiri dari pemilik perusahaan, manajer pemasaran dan salah satu karyawan perusahaan, sehingga total narasumber pada kelompok usaha kecil berjumlah sembilan orang narasumber. Seluruh narasumber diwawancarai secara mendalam dengan bantuan kuesioner yang dipersiapkan sebelumnya. 3. Kelompok Usaha Mikro Dari kelompok ini diambil tiga perusahaan sebagai obyek penelitian yaitu (1) Nabilla Furniture, (2) Say Mandiri Furniture dan (3) Bintang Furniture untuk diambil masing-masing sebanyak tiga orang narasumber yang terdiri

31

dari pemilik perusahaan, manajer pemasaran dan salah satu karyawan perusahaan, sehingga total narasumber pada kelompok usaha mikro berjumlah sembilan orang narasumber. Narasumber diwawancarai secara mendalam dengan bantuan kuesioner yang dipersiapkan sebelumnya. Pengambilan contoh perusahaan di atas pada kelompok masing-masing adalah atas rekomendasi pengurus KIKM Jakarta Timur karena perusahaanperusahaan mebel tersebut lebih terbuka untuk perubahan. Dari keterangan di atas, maka diperoleh tiga orang narasumber dari KIKM Jakarta Timur dan 27 orang narasumber berasal dari sembilan perusahaan berbeda, sehingga jumlah total narasumber dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang narasumber. Dari seluruh narasumber yang terwakili diwawancarai secara mendalam dengan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian diharapkan diketahui sejauh mana kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel dalam pengembangan strategi pemasaran pada sentra industri mebel Jakarta Timur. 3.4 Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Analisis Deskripsi Dalam penelitian ini diidentifikasi pengelolaan strategi usaha yang telah diterapkan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur yang meliputi analisis pemasaran, perencanaan

pemasaran,

implementasi

pemasaran,

pengendalian

pemasaran dan strategi pemasaran. Data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan pertanyaan yang ingin dijawab dan mencapai tujuan penelitian. Untuk itu, semua data baik data sekunder maupun data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam melalui kuesioner, diorganisir dan disusun. Setelah tersusun kemudian dilakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan tersebut.

32

Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sistem strategi pemasaran yang ada pada sentra industri mebel ini dilakukan dengan pendekatan deskripsi kualitatif. Data yang diperoleh dari KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel, kemudian dilihat sejauhmana pelaksanaan dan pengaruhnya di lapangan. Dengan mendeskripsikan pelaksanaan strategi pemasaran pada industri mebel tersebut, juga diketahui mengenai bagaimanakah mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan. 2. Analisis Marketing Strategic Untuk mengetahui berbagai aspek strategi pemasaran yang digunakan oleh KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur, maka diperlukan analisis marketing strategic yang meliputi penawaran dan permintaan (keadaan dan prospek pasar dan tingkat penawaran dan permintaan), pangsa pasar (tingkat penguasaan pasar, struktur penjualan dan lingkup pemasaran lokal termasuk peluang untuk pasar ekspor), nilai tambah (jenis-jenis produk, nilai tambah produk dan limbah produk), kinerja keuangan (analisis neraca dan rugi/laba perusahaan), financial/rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio hutang, rasio aktivitas dan rasio keuntungan), teknik pemasaran (analisis bauran pemasaran dan analisis strategi pemasaran) dan biaya pemasaran. Data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan pertanyaan yang ingin dijawab dan untuk mencapai tujuan penelitian. Data yang diperoleh dari KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel menjadi dasar untuk merumuskan strategi operasional yang tepat bagi sentra industri mebel di Jakarta Timur agar tetap eksis dan berkembang. 3. Analisis SWOT Analisis SWOT dilakukan untuk memformulasikan strategi yang harus diterapkan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel, analisis ini menggolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan sebagai faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

33

Profil kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh melalui identifikasi terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi strategi perusahaan (Rangkuti, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung strategi turn-around

1. Mendukung strategi agresif

KELEMAHAN INTERNAL

KEKUATAN INTERNAL

4. Mendukung strategi defensif

2. Mendukung strategi diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 2 Diagram analisis SWOT Dari Gambar 2 diagram analisis SWOT di atas dapat digambarkan tentang situasi dan strategi apa yang harus dilakukan oleh perusahaan sebagaimana di jelaskan di bawah ini, yaitu : Kuadran I : Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal

34

perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn around). Kuadran IV: Pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal.

Fokus strategi yaitu

melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive) Kekuatan merupakan sumber daya, keterampilan atau keunggulankeunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competente) yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok dan faktor-faktor lain. Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kemauan yang dapat menghambat kinerja efektif perusahaan. Sumber-sumber kelemahan tersebut dapat meliputi fasilitas, sumberdaya keuangan, kemampuan manajemen, keterampilan pemasaran dan citra produk. Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan industri. Perkembangan trend merupakan salah satu sumber peluang. Dalam hal ini, identifikasi segmen pasar yang terabaikan, perubahan situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi dan membaiknya

hubungan

antara

pembeli

dengan

pemasok

dapat

memberikan peluang bagi perusahaan. Ancaman

merupakan

menguntungkan dalam

suatu

lingkungan

situasi

penting

industri.

Ancaman

yang

tidak

merupakan

pengganggu utama bagi posisi perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi dan peraturan baru yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.

35

Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan bantuan Komputer Program Microsoft Excel, disajikan dalam bentuk tabulasi untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi perusahaan. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara manajerial hasil dari matriks IFE, EFE, IE dan SWOT. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan matriks IFE, EFE dan IE. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghadapi lingkungan internal dan eksternal dengan cara mendapatkan angka yang menggambarkan kondisi perusahaan terhadap kondisi lingkungannya. 3.4.1 Matriks IFE dan EFE Setelah faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menyusun matriks IFE dan EFE. Matriks IFE dan EFE yang akan disusun memberikan informasi faktor-faktor yang mempengaruhi atau kurang mempengaruhi perusahaan dalam lingkungan internal

dan

eksternal

dengan

cara

mendapatkan

angka

yang

menggambarkan kondisi perusahaan terhadap kondisi lingkungannya. Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut (Rangkuti, 2008) : 1. Mengidentifikasi Faktor Internal dan eksternal perusahaan Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal, yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Kekuatan diidentifikasi terlebih dahulu, baru kemudian perlu dikenali kelemahan organisasi atau perusahaan. Daftar dibuat spesifik

dengan

menggunakan

persentase,

rasio

atau

angka

perbandingan. Faktor eksternal perusahaan diidentifikasi dengan mendata semua peluang dan ancaman organisasi atau perusahaan. Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan menggunakan kuesioner dengan pihak pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas

36

menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya diberikan bobot dan rating. 2. Penentuan Bobot Setiap Peubah Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen

atau

pakar

dengan

menggunakan

metode

Paired

Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah: 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 : Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal. Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3 Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan Faktor Strategis Internal

A

B

C

...

Total

Bobot

A B C ... Total Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi ekternal perusahaan Faktor Strategis Eksternal

A

B

C

...

Total

Bobot

A B C ... Total Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan (tiga orang pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor, 1991) :

37

ai =

xi n

∑ xi i =1

dimana : a i = Bobot peubah ke-i x i = Nilai peubah ke-i i = 1, 2, 3, ..., n n = Jumlah peubah

3. Penentuan Peringkat (Rating) Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh

masing-masing

peubah

terhadap

kondisi

perusahaan

digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masingmasing faktor strategis peluang yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini, dimana untuk matriks EFE skala nilai peringkat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1 = Rendah, respons kurang 2 = Sedang, respons sama dengan rata-rata 3 = Tinggi, respons di atas rata-rata 4 = Sangat tinggi, respons superior Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang, dimana skala 1 (satu) berarti sangat tinggi, respons superior terhadap perusahaan. Skala 4 (empat) berarti rendah, respons kurang terhadap perusahaan. Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat yang digunakan pada kolom rating dengan skala 1-4, pada masing-masing faktor internal yang ada dalam KIKM Jakarta Timur dan setiap perusahaan pada sentra industri mebel dengan keadaan saat ini. Skala nilai peringkat yang digunakan yaitu : 1 = sangat lemah

3 = cukup kuat

2 = tidak begitu lemah

4 = sangat kuat

.

38

Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi perusahaan dimasukkan dalam Tabel 4 dan Tabel 5. Nilai IFE dikelompokkan dalam posisi kuat (3,0-4,0), posisi ratarata (2,0-2,99) dan posisi lemah (1,0-1,99). Sedangkan nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam posisi tinggi (3,0-4,0), posisi sedang (2,0-2,99) dan posisi rendah (1,0-1,99) (Umar, 2008). Tabel 4. Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix) Faktor Strategis Ekternal A. Peluang: 1. .............. 2. .............. Jumlah (A) B. Ancaman: 1. ................. 2. ................. Jumlah (B) Total (A+B)

Bobot

Rating

1. ......... 2. .........

1. .......... 2. ..........

1. .......... 2. ..........

1. .......... 2. ..........

Skor Pembobotan (Bobot x Rating)

Tabel 5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) Faktor Strategis Internal A. Kekuatan: 1. ................ 2. ................ Jumlah (A) B. Kelemahan: 1. ................... 2. …………... Jumlah (B) Total (A+B)

Bobot

Rating

1. .......... 2. ..........

1. .......... 2. ..........

1. .......... 2. ……..

1. .......... 2. ..........

Skor Pembobotan (Skor x Rating)

3.4.2 Matriks Internal Eksternal (Matriks IE) Matriks internal-eksternal digunakan meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi perusahaan. Setelah membuat matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah

39

menyusun pemetaan dari total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari eksternal dan internal perusahaan. Matriks ini didasarkan pada dua dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor EFE dibagi tiga kategori, yaitu : 1,0-1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah; 2,0-2,99 menunjukkan posisi eksternal rata-rata dan 3,0-4,0 menunjukkan kondisis eksternal yang kuat. Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi strategi yang

berbeda. Ketiga daerah tersebut sebagaimana

dijelaskan di bawah ini, yaitu : 1) Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk dan strategi integratif seperti integrasi horizontal dan integrasi vertikal. 2) Daerah 2 meliputi sel I, III, V atau VII, strategi yang paling tepat pada daerah ini adalah strategi hold and maintain misalnya penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Daerah 3 meliputi sel VI, VIII atau IX adalah daerah harvest and divestiture.

4,0

Kuat 3,0-4,0 3,0

Skor Total IFE Rata-rata 2,0-2,99 2,0

I

II

Grow dan Build

Grow dan Build

IV

V

Grow dan Build

Hold dan Maintain

VII

VIII

Harvest atau Divestiture IX

Hold dan Maintain

Harvest atau Divestiture

Harvest atau Divestiture

Lemah 1,0-1,99 1,0 Tinggi

3,0

III

3,0-4,0

Hold dan Maintain Sedang

2,0

1,0

VI

Gambar 3 Diagram model matriks internal-eksternal Sumber : Umar, 2008

2,0-2,99

Rendah 1,0-1,99

40

3.4.3 Matriks SWOT Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Tahapan-tahapan dalam pembentukkan matriks SWOT adalah sebagai berikut : 1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan 2. Menentukan faktor-faktor ancaman ekternal perusahaan 3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan 4. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan 5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O 6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O 7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S-T 8. Menyesuaikan

kelemahan

internal

dengan

ancaman

eksternal

mendapatkan strategi W-T. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki perusahaan. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Matriks SWOT IFE EFE OPPORTUNITIES (O) (Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal)

STRENGTH (S)

WEAKNESSES (W)

(Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal)

(Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal)

Strategi S-O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

THREATS (T)

Strategi S-T

(Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal)

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Sumber : Rangkuti, 2008

Strategi W-T Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

41

Berdasarkan Matriks SWOT di atas, maka didapatkan empat langkah strategi yaitu sebagai berikut : 1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities), strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi S-O menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. 2. Strategi S-T (Strenghts-Threats), strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi S-T menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. 3. Strategi

W-O

(Weaknesses-Opportunities),

strategi

ini

diterapkan

berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. 4. Strategi W-T (Weaknesses-Threaths), strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi W-T bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal. Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi : Strategi S-O (Strengths-Opportunities), Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), Strategi S-T (Strengths-Threats), dan Strategi W-T (Weaknesses-Threats).

42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Obyek Kajian 4.1.1 Lokasi dan Kondisi KIKM Jakarta Timur Sentra industri mebel Jakarta Timur berlokasi di daerah Kelurahan Klender dan sekitarnya. Sentra industri mebel Jakarta Timur lebih dikenal dengan “mebel klender” karena mayoritas tempat lokasi usaha berada di daerah Kelurahan Klender dan sekitarnya. Lokasi usaha mebel ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan lokasi bahan material pendukung seperti kasur, busa, kain jok, kaca, fomika, paku dan kebutuhan material lainnya serta tenaga pengrajin. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses produksi dan penekanan biaya penyediaan bahan material pendukung. Keberadaan lokasi usaha mebel yang berada di pinggir jalan serta mempunyai akses jalan darat, laut dan udara yang sangat mudah mempunyai nilai lebih bagi pengrajin, khususnya dalam pemasaran produk sehingga memudahkan dalam proses pengangkutan produk ke konsumen. Sentra industri mebel Jakarta Timur (mebel Klender) sudah berkembang sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, bahkan produk mebel sudah dikirim ke negara tersebut. Sejak kemerdekaan Republik Indonesia usaha mebel wilayah Jakarta Timur berkembang pesat dengan adanya sentra-sentra mebel di wilayah Kecamatan Pulogadung, Kecamatan Cakung dan Kecamatan Duren Sawit. Perkembangan usaha mebel Jakarta Timur yang terbentuk menjadi sentra mebel menjadikan Jakarta Timur sebagai sentra mebel terbesar di Provinsi DKI Jakarta, bahkan menurut Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) harian Kompas sentra mebel ini merupakan sentra mebel terbesar di Asia Tenggara (KIKM Jakarta Timur, 2006). Pada umumnya perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor usaha yang bersifat skala kecil berhimpun dalam suatu organisasi atau koperasi. Hal yang sama terjadi pada perusahaan-perusahaan mebel Jakarta Timur, dengan banyaknya unit usaha mebel di wilayah Jakarta Timur ini perlu satu wadah koperasi yang dapat menampung para

43

pengrajin mebel agar dapat berkembang dan bersaing dengan produkproduk mebel dari negara lain khususnya mebel impor asal China. KIKM Jakarta Timur adalah sebuah koperasi berbadan hukum yang bergerak di bidang permebelan yang berfungsi sebagai wadah yang dapat mempersatukan dan menjembatani para pengrajin mebel Jakarta Timur agar dapat berkembang sesuai dengan kondisi saat ini. KIKM Jakarta Timur berdiri pada tanggal 21 Januari 2006 atas dukungan pemerintah Jakarta Timur, yaitu Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Lokasi KIKM Jakarta Timur ini berada di Gedung PPIKM Jl. Jatinegara Kaum No.3 Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. 4.1.2 Keanggotaan dan Permasalahan Keanggotaan KIKM Jakarta Timur berasal dari para pengrajin mebel Jakarta Timur mulai dari kelompok usaha menengah, kelompok usaha kecil dan kelompok usaha mikro. Keanggotaan KIKM Jakarta Timur bersifat terbuka dan memenuhi syarat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART) KIKM Jakarta Timur. Sejak

pembentukkannya, KIKM Jakarta Timur beranggotakan sekitar 600 pengrajin mebel tetapi sampai saat ini yang aktif dan dibina hanya sekitar 67 pengrajin mebel. Perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur mayoritas belum berbadan hukum dan pengelolaan perusahaan kebanyakan masih menerapkan manajemen konvensional/manajemen keluarga seperti CV Al-Makmur Jaya Furniture, Rumpun Jati Furniture, Bintang Furniture dan lain-lain. Permasalahan dan kendala umum yang dihadapi oleh KIKM Jakarta Timur antara lain : kesulitan pengaturan distribusi bahan baku, permodalan, pemasaran produk dan administrasi keuangan. Modal KIKM Jakarta Timur bersumber dari anggota, berupa : (1) simpanan pokok, (2) simpanan wajib, (3) iuran sukarela, keuntungan usaha dan (4) unit simpan-pinjam. Seiring dengan perjalanannya, KIKM Jakarta Timur telah menjalin hubungan kerjasama dengan pihak pemerintah Jakarta Timur, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta, antara lain :

44

Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Suku Dinas Koperasi dan UKM Jakarta Timur, Bank Indonesia, Asmindo, Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan PT Propan

Raya. Hubungan kerjasama ini

dalam rangka pembinaan dan pelatihan bagi pengrajin mebel yang bertujuan untuk menunjang perkembangan usaha anggota KIKM Jakarta Timur, terutama pelatihan mendesain produk, pengerjaan akhir (finishing), manajemen produksi dan pemasaran serta manajemen administrasi dan keuangan. 4.1.3 Visi dan Misi KIKM Jakarta Timur Visi KIKM Jakarta Timur adalah meningkatkan kesejahteraan, harkat dan martabat pengrajin/pelaku usaha kayu dan mebel. Dengan misi : “menjadikan KIKM Jakarta Timur sebagai wadah pemersatu dan pengembangan usaha perkayuan dan permebelan di Jakarta Timur.” 4.1.4 Struktur Organisasi KIKM Jakarta Timur Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanismemekanisme formal bagaimana pengelolaan sebuah organisasi. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisiposisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi,

koordinasi,

sentralisasi

atau

desentralisasi

dalam

pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja. Kepengurusan dalam struktur organisasi KIKM Jakarta Timur terbagi tiga bagian, yaitu : (1) Badan Pengawas (BP) yang terdiri dari: satu orang ketua, satu orang sekretaris dan satu orang bendahara. Badan ini bertugas untuk mengawasi seluruh kegiatan operasional KIKM Jakarta Timur, (2) Pengurus Harian (PH) yang berjumlah 26 orang terdiri dari : satu orang ketua umum, empat orang wakil ketua, 16 orang kordinator bidang yang meliputi bidang organisasi dan keanggotaan, pendidikan dan pelatihan, humas/promosi, hukum dan kesejahteraan anggota, hubungan antar instansi, pemasaran dan pameran, bahan baku

45

dan produksi, permodalan dan investasi, satu orang sekretaris, satu orang wakil sekretaris, satu orang bendahara, satu orang wakil bendahara dan (3) Pengurus unit Usaha Simpan Pinjam (USP) yang beranggotakan dua orang (KIKM Jakarta Timur, 2006). Pimpinan tertinggi KIKM Jakarta Timur terdapat pada rapat anggota dan dipegang oleh seorang ketua umum yang bertanggung jawab atas kegiatan operasional dengan membawahi wakil-wakil ketua. Jika dilihat dari struktur yang ada, KIKM Jakarta Timur menerapkan struktur organisasi berdasarkan fungsional. Ketua umum membawahi wakil-wakil ketua, seperti wakil ketua bidang operasional maupun wakil ketua bidang pemasaran dan langsung membawahi kordinator bidang dan anggota sesuai dengan bidang masing-masing. Sedangkan karyawan berfungsi sebagai pelaksana tugas operasional yang real dan berkoordinasi langsung dengan ketua, wakil ketua maupun kordinator bidang sesuai kebutuhan. Struktur organisasi KIKM Jakarta Timur dapat dilihat pada Lampiran 26. 4.1.5 Sumberdaya Manusia KIKM Jakarta Timur Pengurus KIKM Jakarta Timur seluruhnya berjumlah 31 orang yang terdiri dari tiga orang badan pengawas, 26 pengurus harian, dua orang pengurus unit simpan pinjam. Selain itu, KIKM Jakarta Timur dibantu dengan 12 orang karyawan, yang terdiri dari tiga orang operator komputer sekaligus bagian administrasi dan keuangan, empat orang bagian kebersihan, empat orang bagian keamanan dan satu orang sopir. Sumberdaya manusia yang dimiliki KIKM Jakarta Timur berlatar belakang umur dan tingkat pendidikan yang berbeda, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Tingkat pendidikan SDM KIKM Jakarta Timur No.

Uraian (Pendidikan)

1 2 3

SD dan SMP SMU D3 dan Sarjana TOTAL

KIKM Jakarta Timur Badan Pengurus Pengurus Pengawas Harian USP (orang) (orang) (orang) 0 0 0 0 4 1 3 22 1 3 26 2

Karyawan (orang) 2 9 1 12

Jumlah (orang) 2 14 27 43

46

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa SDM KIKM Jakarta Timur adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, dimana hampir 70 persen pengurusnya berpendidikan diploma (D3) dan sarjana (S1) sehingga diharapkan dapat mengembangkan KIKM Jakarta Timur dengan baik. Selain tingkat pendidikan, umur pengurus KIKM Jakarta Timur juga sangat menentukan kemajuan KIKM Jakarta Timur sebagaimana ditampilkan pada Tabel 8. Tabel 8 Tingkat umur SDM KIKM Jakarta Timur No.

Uraian umur (tahun) 1 30-39 2 40-50 3 >50 TOTAL

KIKM Jakarta Timur Badan Pengurus Pengurus Pengawas Harian USP (orang) (orang) (orang) 0 2 0 1 17 2 2 7 0 3 26 2

Karyawan (orang) 2 9 1 12

Jumlah (orang) 4 29 10 43

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa SDM KIKM Jakarta Timur adalah orang-orang yang berada pada usia produktif, dimana lebih dari 60% pengurusnya berumur di antara 40-50 tahun sehingga diharapkan dapat menjalankan dan mengembangkan KIKM Jakarta Timur dengan baik. 4.1.6 Perkembangan Usaha dan Pemasaran Perkembangan usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur di bawah binaan KIKM Jakarta Timur tergantung dari modal usaha yang dimiliki, yang bersumber dari: a) Milik sendiri yaitu harta milik perusahaan/usaha sendiri tanpa ada kontribusi/partisipasi dari perusahaan/orang lain. Untuk usaha yang modalnya berasal dari dua orang atau lebih dan orang tersebut ikut serta dalam pengelolaan usaha, dimasukkan sebagai modal sendiri. b) KIKM Jakarta Timur yaitu selain modal usaha yang terbatas pengrajin mendapat bantuan permodalan dari KIKM Jakarta Timur melalui USP. c) Bank yaitu instansi ekonomi dimana pengrajin mebel mendapat bantuan tambahan modal usaha, dengan agunan tertentu atau Surat

47

Perintah Kerja (SPK). Biasanya hal ini dilakukan apabila pengrajin mendapat proyek yang nilainya besar, misalnya proyek pengadaan mebeler dari kantor-kantor pemerintahan, apartemen, sekolah dan kompleks perumahan. d) Lembaga keuangan bukan bank seperti pegadaian, leasing dan lembaga kredit (perorangan maupun perusahaan). Lembaga keuangan ini biasanya dipakai oleh pengrajin kelompok usaha mikro. Selain modal usaha, perkembangan usaha ini sangat ditentukan oleh pangsa pasarnya sendiri. Salah satu kendala dari pelaku usaha/pengrajin mebel ini adalah memasarkan dan mempromosikan hasil produknya. Untuk itu, KIKM Jakarta Timur membantu pelaku usaha/pengrajin mebel memasarkan produk dengan berbagai cara, antara lain : 1. Mengadakan pameran dan promosi bulanan di gedung PPIKM Jakarta Timur, seperti pameran Separo Harga dan Festival Klender. 2. Mengadakan pameran di luar gedung PPIKM bekerjasama dengan pemerintah Pusat, pemerintah Provinsi DKI Jakarta, BUMN, Asmindo dan pihak swasta seperti pameran di gedung Depok Town Square, Jakarta Convention Center (JCC), Mall Bekasi, gedung UKM Tanah Abang, galeri UKM Smessco dan gedung Deperindag. 3. Mengikuti tender maupun lelang di kantor-kantor pemerintahan, BUMN dan perusahaan swasta seperti pengadaan mebel di Departemen Dalam Negeri (Depdagri), Depdag, Departemen Perindustrian (Deperin ), BNI, Metro TV, apartemen dan lain-lain. 4. Mengadakan penjualan langsung secara kredit kepada masyarakat dengan berbagai kemudahan, seperti penurunan harga (discount) pada produk-produk mebel tertentu. Untuk dapat menembus pasar ekspor KIKM Jakarta Timur mengikutsertakan pengrajin mebel/pelaku usaha mengikuti pameranpameran besar tingkat Nasional maupun Internasional, seperti Pameran Produk Indonesia (PPI) setiap tahun, Smessco, Indonesian

48

Handy Craft, Internasional Furniture & Craft Fair Indonesia (IFFINA) dan pameran-pameran di luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Bruneidarussalam, Amerika Serikat, Eropa dan negaranegara Timur Tengah. Di samping itu, untuk menunjang pemasaran yang lebih baik KIKM Jakarta Timur juga bekerjasama dengan pemerintah daerah Jakarta Timur, BI, Asmindo, BUMN dan PT Propan Raya untuk mengadakan pelatihan dan seminar kepada pelaku usaha/pengrajin mebel yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kualifikasinya, yaitu: a. Pelatihan Pelayanan : pelatihan ini berupa latihan kerja, penerangan/pengelolaan umum dan atas keterampilan produksi yang diberikan dan dilakukan dengan tujuan meningkatkan keterampilan atau kemampuan berusaha yang berhubungan dengan usaha mebel. b. Pelatihan Manajerial : pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan pelaku usaha/pengrajin mebel dalam pengelolaan usahanya secara umum. c. Pelatihan Teknik Produksi : pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan para pengrajin dalam teknik produksi, misalnya: mendesain produk mebel, keterampilan pertukangan, teknik finishing produk mebel, pemanfaatan limbah kayu dan lain-lain. d. Pelatihan administrasi dan keuangan : pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan administrasi dan sistem keuangan perusahaan yang baik dan benar. e. Pelatihan Pemasaran : pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

pemasaran,

seperti cara

mempelajari

kebutuhan dan keinginan konsumen, cara melakukan penjualan dan promosi yang baik dan benar. f. Kemitraan : pelatihan ini bertujuan untuk merangsang para pengrajin/pelaku usaha mebel kerjasama dengan usaha menengah dan usaha besar dalam rangka meningkatkan usahanya.

49

Adapun pelatihan-pelatihan yang sudah diadakan KIKM Jakarta Timur bekerjasama dengan pihak ketiga, antara lain : (a) pendidikan dan pelatihan pemanfaatan limbah mebel oleh Sudin Perindag Jakarta Timur, (b) pelatihan teknis ukir oleh Sudin Perindag Jakarta Timur, (c) pelatihan ukir Jepara selama empat hari oleh Balai Kerajinan Dinas Perindag DKI Jakarta, (d) pelatihan peningkatan mutu finishing oleh Balai Kerajinan Perindag DKI Jakarta, (e) pelatihan finishing oleh PT Propan Raya, (f) pelatihan Klaster mebel oleh BI, (g) pelatihan desain oleh Perindag DKI Jakarta dan (h) pelatihan desain oleh Sudin Koperasi dan UKM Jakarta Timur sekaligus studi banding ke Asmindo se JABOTABEK dan pabrik mebel Tunggul Laras, Bekasi. Selain mengadakan pelatihan bagi pelaku usaha/pengrajin mebel KIKM Jakarta Timur juga ikut serta dalam acara-acara seminar yang berkaitan dengan usaha mebel, seperti seminar ISO 2001, seminar ekspor mebel, seminar gugus kendali mutu dan seminarseminar lain yang terkait dengan mebel dan pemasarannya. Kegiatan pelatihan dan seminar ini diharapkan agar para pengrajin/pelaku usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur khususnya yang bergabung dalam KIKM Jakarta Timur lebih bisa memahami tentang manajemen perusahaan, desain produk, finishing produk, mutu produk, akses pemasaran yang lebih luas termasuk untuk ekspor, akses permodalan, kerjasama/kemitraan dan lain-lain. Dengan demikian usaha-usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur ini tetap bisa eksis dan survive dalam krisis. Selain itu, KIKM Jakarta Timur telah menjalin hubungan kerjasama dengan pihak ketiga, antara lain: (a) BI melalui klaster mebel, (b) JAMSOSTEK melalui bantuan peralatan mebel dan bantuan pinjaman lunak dan (c) Bank Syariah Mandiri, BRI, BNI, Bank DKI dan Bank Bukopin untuk tambahan modal usaha anggota KIKM. Kerjasama KIKM Jakarta Timur dengan JAMSOSTEK dan perbankan baru tahap penjajakan dan belum membuahkan hasil.

50

4.2 Kondisi Umum Perusahaan 4.2.1 Profil Usaha Usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur mayoritas dijalankan dalam skala industri kecil atau industri rumah tangga (home industry) dan telah berkembang cukup lama. Kegiatan usaha mebel ini mulai dirintis tahun 1960an yang berawal dari ketertarikan beberapa perintis usaha mebel yang banyak dijual di Jakarta Timur, sementara Jakarta Timur bukan merupakan daerah potensi untuk

memperoleh

bahan

baku

mebel.

Sejak

awal

berkembangnya sekitar tahun 1970an, usaha mebel Jakarta Timur berkembang pesat terutama pada sentra mebel wilayah Kecamatan Pulogadung, Kecamatan Cakung dan Kecamatan Duren Sawit yang juga dikenal dengan mebel Klender. Sejak tahun 1980an sentra industri mebel Jakarta Timur mulai diminati pelaku usaha yang datang dari berbagai daerah terutama dari Jawa Tengah. Seiring dengan perkembangannya, mulai tahun 1990an sampai tahun 2000an sebagian pengrajin mebel sudah mulai merambah pasar internasional (pasar ekspor) dengan kualifikasi khusus seperti: kursi tamu, sofa kayu, lemari, kursi dan meja makan dan lain-lain. Produk utama pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur adalah mebel yang terbuat dari bahan kayu, baik kayu Jati maupun kayu Mahoni. Pada tahun 2008, jumlah pelaku usaha/pengrajin mebel di Jakarta Timur diperkirakan sekitar 2000 pengrajin dengan menyerap tenaga kerja lebih dari 30.000 orang. Menurut data dari KIKM Jakarta Timur pengrajin mebel yang terdaftar di KIKM Jakarta Timur tidak lebih dari 200 unit usaha, sementara pengrajin mebel yang aktif dan dibina KIKM Jakarta Timur hanya 67 unit usaha, selebihnya tidak terdaftar dan berdiri sendiri (KIKM Jakarta Timur, 2006). Daftar pengrajin mebel binaan KIKM Jakarta Timur dapat dilihat pada Lampiran 27.

51

4.2.2 Karakteristik Perusahaan Karakteristik usaha mebel pada Sentra industri mebel Jakarta Timur terkenal dengan keanekaragaman produk yang ada, mulai dari produk setengah jadi, produk jadi dan beraneka ragam asesoris serta menjual produk-produk mebel seni ukir yang berasal dari Jepara. Selain itu, bahan baku yang dipakai juga beraneka ragam jenis dan asal yang berbeda, seperti kayu Mahoni, kayu Jati yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur serta kayu yang berasal dari Kalimantan dan Papua. Hal ini sangat berbeda dengan industri mebel seni ukir Jepara yang mempunyai karakteristik khusus, yaitu produksi mebel seni ukir Jepara. Selain itu, rendahnya mutu SDM yang dimiliki, keterbatasan bahan baku, keterbatasan teknologi produksi yang mengakibatkan produktivitas rendah dan rendahnya mutu produk, kesulitan dalam akses permodalan terutama dari sumber-sumber keuangan yang formal, kurangnya akses pemasaran, pengetahuan tentang pasar ekspor masih lemah, belum ada kejelasan standardisasi produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, lemahnya quality control terhadap produk, tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama yang baik serta masih lemahnya keinginan untuk menjalin hubungan kerjasama (kemitraan) dengan usaha menengah atau usaha besar. 4.2.3 Pola Manajemen Perusahaan Pada umumnya pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur masih menerapkan pola manajemen konvensional atau manajemen keluarga. Pengelolaan manajamen perusahaan yang diterapkan masih jauh dengan penerapan pada perusahaan pada umumnya (manajemen modern) terutama yang berkaitan dengan administrasi dan keuangan, strategi pemasaran, desain

produk,

dan

finishing

produk.

Keuangan

perusahaan

dikendalikan oleh owner dengan sistem “satu kantong” sehingga tidak jelas antara uang perusahaan dan uang keluarga. Oleh karena itu, KIKM Jakarta Timur

telah bekerjasama dengan pihak

lain

52

mengadakan pelatihan yang bertujuan untuk menata dan membenahi pola manajemen yang diterapkan selama ini. Kebijakan kegiatan ini dianggap penting dengan beberapa alasan, antara lain : 1. Potensi sumberdaya alam (SDA) dan SDM yang besar bagi kelangsungan kegiatan usaha produksi mebel, terutama dari kenyataan bahwa produksi mebel sudah menjadi bagian kegiatan utama masyarakat di Jakarta Timur khususnya Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Jatinegara. 2. Pangsa pasar relatif stabil dan luas sehingga peluang keuntungan yang diperoleh semakin terbuka. 3. Pemasaran mebel masih terbuka luas, secara umum dapat dilakukan ke luar kota serta berpeluang ekspor ke beberapa negara, sehingga membuka peluang bagi perbankan untuk semakin ikut berperan dalam dukungan pinjaman modal usaha. 4. Upaya meningkatkan lapangan kerja yang diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pengembangan potensi ekonomi khususnya di daerah Jakarta Timur. 4.2.4

Aspek Produksi

4.2.4.1 Bahan Baku Bahan baku kayu yang digunakan pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur terdiri dari dua bagian, yaitu : 1.

Bahan baku utama Bahan baku utama yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mebel adalah dari kayu daun lebar (hard wood), seperti kayu Jati, kayu Mahoni, kayu Syukai, kayu Kruing dan jenis kayu komersial lainnya. Bahan baku utama pembuatan mebel berasal dari berbagai daerah, yaitu Kabupaten Pati, Blora, Jepara, Sumatera, Kalimantan dan sebagian dari Papua. Pelaku usaha/pengrajin mebel memperoleh bahan baku utama melalui pihak ketiga (agen) di pangkalan kayu/material

53

yang

sudah

dipotong

sesuai

dengan

kebutuhan

(gelondongan/kayu bulat). Jarak usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur dengan wilayah pemasok bahan baku utama kayu menempatkan pengrajin mebel pada posisi yang dirugikan. Dengan demikian pengrajin mebel kesulitan untuk memperoleh bahan baku utama secara langsung dari lokasi sekitar sehingga menyebabkan biaya pengadaan bahan baku menjadi lebih tinggi (high cost). Belakangan ini pelaku usaha/pengrajin mebel sudah mulai membuat bahan baku dari kayu daun jarum (soft wood) sebagai bahan dasar alternatif seperti kayu pinus serta kayu dari hutan rakyat seperti kayu karet, kayu sengon, kayu kelapa dan kayu nangka, hal ini dikarenakan kesulitan memperoleh bahan baku dan tingginya harga bahan baku dari kayu komersial (hard wood). 2.

Bahan baku pendukung (bahan panel) Bahan baku panel atau bahan baku pendukung diperuntukkan

sebagai

bahan

baku

tambahan

dalam

pembuatan mebel, seperti particle board, High Density Fiberboard (HDF), Medium Density Fiberboard (MDF), Block Board dan Triplex (plywood). Penambahan bahan baku pendukung bertujuan untuk mengatasi keterbatasan bahan baku utama akibat kelangkaan bahan baku, selain itu pemakaian bahan baku ini bertujuan untuk menambah daya tarik produk mebel. Bahan baku pendukung (panel) merupakan hasil olahan pabrik dari Jakarta. 4.2.4.2 Tenaga kerja Sistem tenaga kerja pada sentra industri mebel Jakarta Timur terutama pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil dilaksanakan berdasarkan sistem borongan, dimana setiap tenaga kerja mempunyai kewajiban tertentu untuk mengerjakan bagian-bagian dalam proses produksi. Pada sistem

54

borongan tersebut terdapat dua sistem upah borongan, yaitu (1) borongan bagian rangka mebel dan (2) borongan finishing dimana tenaga kerja memiliki tugas dan kewajiban menyelesaikan pekerjaan sampai selesai bagian masing-masing. Sistem upah borongan ini setiap tenaga kerja, baik tenaga kerja bagian rangka mebel maupun bagian finishing akan mendapat upah yang sama, yaitu rata-rata Rp.350.000,- tergantung kesulitan pekerjaannya. 4.2.4.3 Teknologi Produksi Teknologi atau sarana produksi yang dipakai dalam usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur masih memakai alat tradisional dan manual. Proses produksi mebel masih banyak mengandalkan keterampilan tangan pengrajin terutama pada kelompok usaha mikro. Namun dalam kesederhanaan teknologi produksi tersebut diperlukan ketelitian dan ketekunan dalam mengerjakan mebel agar memiliki nilai seni dan nilai jual yang tinggi. Sementara

untuk

kelompok

usaha

menengah

dan

kelompok usaha kecil relatif lebih maju, yaitu sudah memakai alat manual berupa mesin-mesin sederhana. Untuk masa mendatang kebutuhan inovasi dan kreativitas desain produk yang dinamis mutlak diperlukan sesuai dengan perkembangan zaman yang seringkali mengutamakan aspek seni dan artistik produk. 4.2.5 Proses produksi Proses produksi pada dasarnya merupakan suatu bentuk kegiatan untuk mengolah satuan bahan baku (input produksi) menjadi produk (output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut diperlukan satu

rangkaian proses pengerjaan

yang

bertahap.

Perancangan proses produksi dalam hal ini akan tergantung pada karakteristik produk yang dihasilkan dan pola kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pembuatan produk. Proses produksi yang dilakukan dalam kegiatan usaha kerajinan mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur hanya

55

memerlukan memanfaatkan

peralatan

yang

sederhana

keahlian/keterampilan

karena

tangan

lebih manusia

banyak untuk

menghasilkan produk kerajinan ini. Proses produksi mebel ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu : (a) pemilihan bahan baku, ( b) pembuatan pola/model, dan (c) proses finishing. Adapun tahapan proses produksi masing-masing bagian dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pemilihan bahan baku Bahan baku (kayu log/kayu bulat) merupakan salah satu hal terpenting dalm pembuatan mebel. Pemilihan bahan baku dimulai dengan pemilihan bahan dasar kayu yang kemudian dipadukan dengan bahan dasar pendukung yang disesuaikan kebutuhan pembuatan mebel. Selanjutnya bahan baku dibelah atau dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Biasanya untuk kelompok usaha mikro, pembelahan atau pemotongan bahan dasar dilakukan oleh pengrajin khusus dengan harga Rp.150.000,-/m³. Hal ini disebabkan karena kelompok usaha mikro tidak mempunyai sarana produksi berupa mesin pemotong/pembelah. b. Pembuatan desain/pola/model Pembuatan pola atau model dilakukan dengan dua cara, yaitu pola sendiri dan pola atas permintaan konsumen. Kemampuan para pengrajin untuk menciptakan model dan inovasi dalam pembuatan mebel menjadi mutlak diperlukan, karena model yang masih konvensional menjadi kurang mendapat minat dari masyarakat. Kondisi seperti ini menjadi titik lemah pengrajin yang selalu menghasilkan produk konvensional dengan motif mebel yang ada selama ini. Pelaku usaha/pengrajin mebel memiliki kemampuan untuk membuat produk dengan model dan inovasi, tetapi hal itu lebih didasarkan kepada keinginan/pesanan calon pembeli. Khusus untuk kelompok usaha mikro, proses pembuatan pola dilakukan sampai dengan menjadi produk mebel setengah jadi/produk mebel mentah

56

(unfinishing) selanjutnya langsung dijual kepada penampung (agen). Adapun tahapan proses produksi mebel pesanan seperti terlihat pada Gambar 4. Pemesan

PENGRAJIN Model Mebel Proses Produksi Showroom Produk Mebel

Konsumen Langsung

Pemesan /Konsumen

Gambar 4 Proses produksi mebel KIKM Jakarta Timur c. Proses Pengerjaan Akhir (finishing) Proses

finishing

dilakukan

apabila

seluruh

proses

pembuatan produk sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari pengrajin mebel. Proses finishing yang dilakukan meliputi dua tahap, yaitu : (1) mengampelas seluruh bagian mebel yang sudah siap dikerjakan agar halus dan (2) memberi vernis atau melamin pada seluruh lapisan kayu dengan menggunakan kuas untuk mempercantik mebel serta memberikan lapisan kepada kayu agar kuat dan tahan lama/awet. Setelah proses finishing dilakukan, mebel tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudahkan terjadinya pecah-pecah pada lapisan yang telah divernis/melamin, mebel cukup ditata di tempat penyimpanan atau di ruang pamer (showroom) sehingga dapat terkena hembusan angin secara langsung. Vernis/melamin tersebut menjadi kering dalam waktu dua-tiga jam dan mebel siap untuk dijual. 4.2.6 Kapasitas Produksi Kapasitas produksi sangat tergantung pada kemauan dan kemampuan/kesanggupan setiap pengrajinnya. Dengan tenaga kerja

57

borongan yang ada untuk mengerjakan mebel secara rutin, maka produksinya relatif terbatas pada siklus usaha yang dijalankan saat ini. Selama ini pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur khususnya kelompok usaha menengah tidak merasa kesulitan dalam menjalankan proses produksi mebel, sehingga pada saat terdapat pesanan mebel dalam jumlah yang banyak masih dimungkinkan untuk menambah tenaga terampil yang banyak terdapat di wilayah ini. Pengrajin mebel secara rata-rata menerapkan tujuh-delapan jam kerja per hari untuk menghasilkan satu set produk mebel. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan satu set produk mebel sampai selesai mencapai tiga sampai empat hari untuk model kursi tamu standard (type 2:1:1) dan satu minggu untuk produk kitchen set tipe meja bar. Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan pengrajin mebel dengan tenaga kerja yang ada selama satu bulan bervariasi, yaitu kelompok usaha menengah mencapai 30-35 set, kelompok usaha kecil 25-30 set dan kelompok usaha mikro bisa mencapai 12 set. Kapasitas produksi tergantung pada bahan baku yang digunakan dan tingkat kesulitan proses pembuatan mebel. Namun demikian jumlah produksi mebel bisa bertambah, hal ini didasarkan atas jumlah pesanan konsumen maupun perkiraan potensi pasar. Dengan demikian pelaku usaha/pengrajin mebel dapat meningkatkan jumlah produksinya dengan cara menambah jumlah jam kerja maupun jumlah hari kerja. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai patokan dalam menghitung jumlah tenaga kerja terampil yang dibutuhkan guna menyelesaikan seluruh mebel yang diproduksi. 4.3 Identifikasi dan Analisis Usaha 4.3.1 Penawaran dan Permintaan a) Keadaan dan Prospek Pasar Secara umum prospek pasar produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur sangat terbuka luas, baik pasar lokal maupun untuk pasar ekspor. Pada tahun 2007 kebutuhan produk mebel secara Nasional untuk ekspor mencapai 545.289 Ton

58

dengan nilai 1.100.911 US$ sedangkan produksi mebel Provinsi DKI Jakarta pada tahun yang sama untuk mutu ekspor mencapai 114.186 Ton dengan nilai 180.140 US$. Untuk tahun 2008 produksi mebel dari Provinsi DKI Jakarta meningkat menjadi 145.806 dengan nilai 247.379 US$ sementara permintaan secara Nasional adalah 513.442 Ton dengan nilai 1.116.557 US$. Artinya bahwa prospek pasar sentra industri mebel Jakarta Timur sangat terbuka luas karena kebutuhan produk mebel Provinsi DKI Jakarta sebagian besar diperoleh dari sentra industri mebel Jakarta Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Produksi mebel ekspor DKI Jakarta, Nasional dan KIKM Jakarta Timur No 1 2 3 4

Uraian DKI Jakarta Nasional KIKM * KIKM **

2007 Berat Nilai (tons) (US$) 000 114.186 180.140 545.289 1.100.911 39.965 6.3049 10.906 2.218

2008 Berat Nilai (tons) (US$ 000) 145.806 247.379 513.442 1.116.557 51.032 86.583 10.269 22.331

Persentase (%) 100 100 35 2

Keterangan : KIKM * = KIKM Jakarta Timur terhadap DKI Jakarta KIKM ** = KIKM Jakarta Timur terhadap Nasional

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa produk mebel mengalami kenaikan permintaan secara Nasional sehingga membuka peluang prospek pasar bagi sentra industri mebel Jakarta Timur. KIKM Jakarta Timur memasok produk mebel terhadap DKI Jakarta cukup besar yaitu 35%, sedangkan pasokan untuk Nasional dua persen. Artinya, KIKM Jakarta Timur mempunyai prospek cukup besar untuk berkembang dan lebih maju di masa mendatang. Namun demikian kelangkaan bahan baku menjadi salah satu kendala dalam pengembangan sentra industri mebel Jakarta Timur. Aspek lainnya adalah kekurangan modal untuk proyek-proyek yang berskala besar baik untuk pasar lokal maupun pasar internasional. Untuk itu, pemerintah sangat diharapkan berperan penting untuk mengatasi masalah tersebut dengan mendorong agar perbankan

59

lebih responsif memberikan bantuan modal usaha terhadap pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur. b) Tingkat Penawaran dan Permintaan Prospek pasar industri mebel masih terbuka luas khususnya untuk pasar lokal. Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara dengan Ketua Umum KIKM Jakarta Timur hampir sekitar 88% pangsa pasarnya adalah untuk pasar lokal dan 12% untuk pasar ekspor. Hasil produksi mebel biasanya dipasarkan kepada masyarakat umum (restoran, kafe, warung, perumahan, apartemen dan kontrakan), perkantoran (pemerintah dan swasta) dan sekolah (negeri dan swasta). c) Pangsa Pasar Pangsa pasar industri mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur masih terbuka luas khususnya untuk pasar lokal. Dari hasil penelitian hampir 88% pangsa pasarnya adalah untuk pasar lokal dan 12% untuk pasar ekspor. Namun sejak terjadi krisis global belakangan ini, pemasaran produk mebel pasar lokal mengalami penurunan khusunya pada awal semester kedua tahun 2009. Dari hasil wawancara dengan pengurus KIKM Jakarta Timur, omzet penjualan produk mebel turun sampai 40 persen. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain : (a) daya beli masyarakat menurun, (b) keamanan yang kurang kondusif dan (c) eksportir banyak yang beralih ke pasar lokal. Selain itu, dampak terjadinya krisis global menimbulkan banyak pengrajin mebel pemula atau pendatang baru sehingga membuat pangsa pasar mebel lokal semakin kompetitif. Pangsa pasar mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur terbagi menjadi dua, yaitu : 1) Pasar domestik (pasar lokal) Pada umumnya metode pemasaran produk mebel masih bersifat sederhana dan konvensional yaitu dengan cara menunggu calon pembeli untuk datang ke showroom atau

60

lokasi

workshop.

Sistem

penjualan

mebel

sepenuhnya

dilakukan oleh masing-masing pengrajin yang umumnya menyatakan memiliki pasar/konsumen sendiri-sendiri. Dilihat dari potensi pemasaran produk mebel, produk dari wilayah ini masih mengandalkan ketertarikan masyarakat khususnya para pelintas jalan. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pemilik/pengrajin diperoleh informasi bahwa 50% produk yang terjual masih dipasarkan sendiri melalui ruang pamer yang berada di showroom atau lokasi workshop usaha. Showroom dan workshop menjadi sarana utama pengrajin untuk memasarkan produknya secara langsung sehingga hampir seluruh pelaku usaha/pengrajin mebel memiliki workshop tempat usaha kecuali kelompok usaha mikro. Pemasaran produk mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur dilakukan melalui dua cara, yaitu : (1) penjualan secara langsung: penjualan dilakukan langsung dari showroom/ lokasi workshop usaha yang umumnya terletak di pinggir jalan, dimana pada setiap tempat usaha selalu tersedia sebuah ruangan yang berfungsi sebagai ruang pamer (showroom). Biasanya penjualan

langsung

dilakukan dengan

sistem

pembayaran kontan (cash); (2) Pembelian melalui pemesanan : pengrajin mengharuskan kepada calon pembeli/pemesan untuk memberikan uang muka antara 30-35% dari total nilai penjualan, dan sisanya harus dibayar lunas pada saat barang akan diangkut ke tempat calon pembeli. Penjualan berdasarkan pesanan dipasarkan kepada masyarakat umum (restoran, kafe, warung, perumahan, apartemen dan kontrakan), perkantoran (pemerintah dan swasta) dan sekolah (negeri dan swasta). Untuk pemasaran ke kantor-kantor khususnya kantor pemerintahan, apartemen dan sekolah biasanya berdasarkan sub kontrak dari pihak ketiga

61

sedangkan untuk pasar umum lainnya dipasarkan secara langsung. 2) Pasar internasional (Pasar ekspor) Untuk pasar ekspor sebagian besar produk mebel dikirim ke Amerika, Jepang, negara-negara Asia Tenggara, Timur Tengah serta beberapa negara di Eropa. Jenis-jenis produk mebel yang diekspor ke luar negeri sangat beragam seperti: kursi tamu, kursi dan meja makan, bedroom set, lemari, rak dan lain-lain. Pada umumnya produk mebel yang diekspor memakai bahan baku kayu Jati dan kayu Mahoni. Untuk lebih jelasnya alur pemasaran produk mebel untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 5.

Pengrajin/ Pelaku usaha

Eksportir Indonesia

Importir (Distributor )

Toko/Retail

Konsumen

Agen Commision

Showroom

Gambar 5 Alur pemasaran produk mebel ekspor (sumber: KIKM Jakarta Timur, 2006)

Sebagai salah satu usaha yang berbasis kepada teknologi sederhana dan produk tangan (handy craft) maka produk mebel memerlukan keterampilan tangan dan keuletan, sehingga produk yang dihasilkan memiliki seni dan bernilai jual tinggi. Keterampilan dan keuletan pengrajin mebel ini diperlihatkan dengan kemampuan mereka untuk memenuhi pemesanan dengan model baru, sepanjang model tersebut berasal dari pemesan yang bersangkutan. Jenis produk yang dihasilkan secara kontinu adalah mebel kursi dan meja sementara beberapa jenis produk yang diproduksi sesuai pesanan adalah lemari, kitchenset, sketset dan kamar set. Kelemahan para pengrajin mebel ini adalah kurangnya inovasi dalam model produk yang diproduksi. Pengrajin membuat model yang sesuai dengan pesanan dari calon pembeli. Dalam hal pemasaran produk, pengrajin

62

mebel tidak jarang melakukan penawaran model (promosi produk) maupun potongan harga (discount). Oleh karena itu, setiap pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur memiliki hubungan tersendiri dengan calon pembeli yang berperan sebagai pedagang perantara/agen, maka secara sepintas tidak terlihat adanya persaingan usaha dalam pemasaran produk mebel pada sentra industri mebel tersebut.

Gambar 6 Produk mebel sentra industri mebel KIKM Jakarta Timur 4.3.2 Nilai Tambah Produk Analisis nilai tambah berguna untuk peningkatan margin atau laba suatu perusahaan. Dalam hal ini pengrajin mebel/pelaku usaha mebel dalam memproduksi mebel selalu memanfaatkan limbah produksi agar mempunyai nilai tambah. Sisa bahan produksi mebel berukuran kecil diolah kembali untuk menjadikan barang produksi yang bisa dijual, seperti frame foto, patung kayu berupa unggas (burung elang, ayam dan bebek), patung ondelondel, pajangan bunga hias, gantungan kunci, mainan anak-anak dan lain-lain. Sementara limbah produksi mebel berukuran besar diolah kembali menjadi barang-barang yang bernilai jual tinggi, seperti lemari kaca pajangan, papan blok buat lantai, dan kursi goyang (kursi santai). Barang-barang asesories tersebut biasanya dijual langsung ke konsumen dengan harga yang bervariasi.

63

4.3.3 Kinerja Keuangan Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, kriteria UMKM dikategorikan menjadi tiga kelompok usaha, yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah sebagaimana terdapat pada Tabel 10. Tabel 10 Kriteria UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008 Uraian

No

Aset bersih dan penjualan

(Kriteria Usaha)

Aset (Rp)

Penjualan (Rp/thn)

1

Usaha Mikro

≤ 50 juta

≤ 300 juta

2

Usaha Kecil

50 – 500 juta

300 juta – 2,5 miliar

3

Usaha Menengah

500 juta – 10 miliar

2,5 – 50 miliar

Sumber : Kemenkop dan UKM, 2008

Dari Tabel 10 dapat dijelaskan, berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, kriteria UMKM dikategorikan sebagai berikut : usaha mikro memiliki aset bersih paling tinggi Rp 50 juta, usaha kecil berkisar Rp 50 juta – Rp 500 juta dan usaha menengah Rp 500 juta – Rp 10 miliar. Aset tersebut tidak termasuk tanah dan bangunan tempat berusaha. Adapun penjualan tahunan bagi usaha mikro maksimal Rp 300 juta, usaha kecil Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar dan usaha menengah Rp 2,5 miliar – Rp 50 miliar. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur termasuk usaha kecil dan mikro (Kemenkop dan UKM, 2008). Namun berdasarkan hasil wawancara dengan para pelaku usaha/pengrajin mebel kinerja keuangan perusahaan (analisis rugi laba, neraca keuangan dan analisis rasio keuangan) baik kelompok usaha menengah, kelompok usaha kecil maupun kelompok usaha mikro/pemula belum memakai sistem administrasi dan keuangan yang baik (modern). Segala transaksi keuangan, baik pembelian bahan

baku

dan

penjualan

produk

masih

tercatat

secara

konvensional. Hal ini disebakan kurangnya SDM yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu pelaku usaha/pengrajin mebel terutama pada

64

kelompok usaha kecil dan mikro tidak tertarik memakai laporan keuangan modern dengan alasan sudah terbiasa memakai laporan konvensional karena sederhana, terbiasa dan bersifat turun-temurun. 4.3.4 Teknik Pemasaran 4.3.4.1 Analisis Bauran Pemasaran a) Harga Hasil produksi mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur merupakan suatu produk hasil teknologi kovensional/teknologi sederhana namun memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Harga produk mebel setiap perusahaan bisa berbeda dengan hasil produk mebel lainnya, hal ini disebabkan berbagai hal, antara lain: kualifikasi bahan baku yang dipakai, desain produk dan hasil finishing produk. Perbedaan harga jual yang cukup tinggi bukan hanya disebabkan oleh pemakaian bahan baku, namun lebih karena model produk yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses pembuatannya serta memiliki nilai seni yang lebih tinggi. Harga yang ditetapkan untuk setiap produk yang dihasilkan biasanya adalah harga di lokasi workshop/bengkel usaha atau di showroom, sehingga biaya transportasi menjadi beban pembeli/pemesan/konsumen kecuali untuk daerah DKI Jakarta dan sekitarnya. Harga jual semakin besar manakala produk mebel tersebut dipasarkan ke luar Kota Jakarta, hal ini disebabkan adanya penambahan biaya transportasi dan biaya bongkar muat. Selain itu, pelaku usaha/pengrajin mebel di antara kelompok usaha pada sentra industri mebel Jakarta Timur menjual produk mebel dengan harga yang bervariasi, misalnya ”Kursi Tamu Bungkus” standard (type 2:1:1) dijual dengan harga antara Rp.3 juta - Rp.4 juta per set dengan bahan baku yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

65

Tabel 11 Pembuatan kursi tamu bungkus (type 2:1:1) Volume (m³/Rp/lbr/ikat)

No

Uraian Bahan

1

Jati Landak (bahan dasar)

2

Kain (Oscar/Dureg) Busa tebal (1,20mx2,40m) Karet sebagai alas (pegas)

3 4 5 6

Lem (perekat) Finishing (amplas dan vernis)

7

Upah jahit

8

Transportasi

0,25 m³

Harga (Rp.) 1.250.000,-

5 lembar

150.000,-

2 lembar

300.000,-

3 ikat

150.000,-

3 kg

75.000,-

300.000,-

300.000,-

150.000,-

150.000,-

1.00.000,-

100.000,-

Jumlah (Rp)

2.685.000,-

Biaya produksi satu set Kursi Tamu Bungkus (type 2:1:1) biasanya berkisar antara Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp. 3.000.000,-.

Perbedaan

biaya

produksi

antara

pelaku

usaha/pengrajin mebel disebabkan pemakaian mutu bahan baku dan proses finishing. Tabel 12 Biaya produksi kursi tamu bungkus (type 2:1:1)

1

Usaha Menengah

Kursi Tamu Bungkus (type 2:1:1) Biaya produksi Harga jual (Rp) (Rp) 3.000.000,3.500.000,-

2

Usaha Kecil

2.500.000,-

3.000.000,-

3

Usaha Mikro

2.300.000,-

2.750.000,-

No

Kelompok Usaha

Dari Tabel 11 dan Tabel 12 dapat dilihat bahwa untuk penjualan satu set Kursi Tamu Bungkus standard (type 2:1:1) secara langsung ke konsumen, pelaku usaha/pengrajin mebel bisa mendapatkan keuntungan sekitar 20-25% atau lebih kecuali pada kelompok usaha mikro. Sedangkan penjualan melalui agen, pelaku usaha/pengrajin mebel harus mengeluarkan sucses fee sebesar lima persen. Artinya, setiap penjualan produk mebel

66

tidak mempunyai harga standar yang pasti, tetapi tergantung kepandaian si penjual sekalipun dengan produk yang sama. b) Produk Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen dan diharapkan dapat memenuhi dan memuaskan keinginan

konsumen.

Dalam

industri

mebel

pelaku

usaha/pengrajin sangat dituntut untuk meningkatkan mutu produk. Selain produk mebel impor asal China, sesama pelaku usaha/pengrajin mebel adalah suatu resiko yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, jaminan mutu produk mebel adalah jaminan dalam kelangsungan usaha tersebut. Kemampuan bersaing dalam bisnis mebel (komersial) ditentukan oleh produk mebel yang bermutu dan harga terjangkau oleh konsumen. Produk mebel yang diproduksi pada sentra industri mebel Jakarta Timur hampir sama pada setiap kelompok usaha, terutama pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil. Perbedaan produk mebel yang dihasilkan secara umum terdapat pada mutu hasil produk mebel. c)

Distribusi Saluran distribusi adalah salah satu faktor penentu untuk dapat meningkatkan hasil penjualan. Saluran distribusi tersebut merupakan jalur penyampaian suatu produk, jika saluran tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dan optimal maka konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk tersebut. Saluran distribusi bagi pelaku usaha/pengrajin mebel penting untuk menjamin keberlanjutan pemasaran produk dan jaringan distribusi produk. Pendistribusian produk mebel pasar lokal pada sentra industri mebel Jakarta Timur ini meliputi wilayah pemasaran, yaitu Pulau Jawa dengan komposisi hampir 90% didominasi kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Bogor, Bandung, Bekasi,

67

Depok, Tangerang, Yogyakarta dan lain-lain. Sementara lebih 10% didistribusikan di luar pulau Jawa yaitu Pulau Sumatera (Medan, Pekan Baru, Bukit Tinggi, Jambi, Palembang dan Lampung), Pulau Kalimantan (Bontang, Pontianak, Banjarmasin dan Samarinda), Pulau Sulawesi (Makassar dan Manado). Pendistribusian produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur dilakukan secara langsung kepada pedagang/agen menengah maupun pengecer serta konsumen besar dalam keadaan khusus tertentu. Saluran distribusi tersebut disesuaikan dengan permintaan konsumen dengan menggunakan sarana transportasi berupa mobil truk atau sarana

lainnya.

Secara

umum

bentuk

pola

saluran

distribusinya dapat dilihat pada Gambar 7. Agen Besar

Pelaku usaha/ Pengrajin mebel

Pengecer

Konsumen Langsung

Agen Menengah

Gambar 7 Saluran distribusi mebel KIKM Jakarta Timur Selama

ini

pelaku

usaha/pengrajin

mebel

ini

melakukan strategi distribusi langsung, yaitu dengan cara mengirim langsung produk ke pelanggan (konsumen dan agen). Pelaku usaha/pengrajin mebel selalu

membina

hubungan baik dengan pelanggan (konsumen dan agen) yang selama ini telah dilakukan sejak lama dan berupaya memperlancar distribusi, selain itu perusahaan juga berupaya untuk memperluas pangsa pasar, di luar pasar yang telah dikuasai.

68

d) Promosi Promosi merupakan salah satu variabel bauran pemasaran

yang

digunakan

oleh

perusahaan

untuk

mengadakan komunikasi dengan pasarnya. Promosi juga sering dikatakan sebagai proses berlanjut karena dapat menimbulkan

rangkaian

kegiatan

selanjutnya

dari

perusahaan. Dengan promosi yang dilakukan perusahaan diharapkan dapat meningkatkan angka penjualan. KIKM Jakarta Timur selama ini telah mengadakan berbagai kegiatan promosi, antara lain : pameran produk mebel bulanan, pameran mebel Separo Harga, Festival Klender yang diadakan di PPIKM Jakarta Timur. Promosi yang dilakukan melalui pameran bulanan

biasanya

dilaksanakan setiap awal bulan, sedangkan pameran Separo Harga dan Festival Klender dilakukan hari-hari besar terutama menjelang hari raya, hari natal dan awal tahun baru. Setiap anggota KIKM Jakarta Timur berhak mengikuti pameran sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Selain itu,

KIKM Jakarta Timur mengikut sertakan

anggotanya pada pameran-pameran yang berskala nasional maupun internasional seperti: pameran di gedung Depok Town Square, Jakarta Convention Center (JCC), Mall Bekasi, gedung UKM Tanah Abang, galeri UKM Smessco, gedung Deperindag,

International

Furniture

and

Craft

Indonesia (IFFINA). Untuk mengikuti pameran

Fair

IFFINA

hanya pelaku usaha/pengrajin mebel yang mempunyai produk mebel mutu ekspor yang diikutsertakan terutama kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil. Disamping itu, KIKM Jakarta Timur juga sudah melakukan promosi produk mebel melalui salah satu perusahaan provider

dengan website kikmfurniture.com khususnya

untuk produk-produk mebel yang mempunyai nilai mutu

69

ekspor. Dari data yang diperoleh membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan

yang

ikut

pameran

mampu

meningkatkan omzet penjualannya. Adapun tujuan dilaksanakannya promosi tersebut antara lain : (1) menyebarkan informasi produk mebel kepada target pasar potensial, (2) untuk mendapatkan pelanggan baru dan

menjaga

kesetiaan

pelanggan

lama,

(3)

untuk

mendapatkan kenaikan penjualan dan profit/keuntungan, (4) menjaga kestabilan penjualan dan (5) untuk membentuk citra produk di mata konsumen yang diinginkan. 4.3.5 Biaya Pemasaran Biaya pemasaran adalah semua biaya yang sejak saat produk selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan produk tersebut berubah kembali dalam bentuk uang tunai. Kebanyakan usaha ini dalam melakukan perhitungan biaya untuk mendapatkan pesanan (order getting cost) dengan cara memberikan potongan harga penjualan. Rataan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur sebesar 10% yang terdiri dari lima persen untuk biaya promosi yang meliputi biaya cetak brosur dan biaya penyebaran brosur. Sedangkan biaya pemasaran lainnya seperti biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman khusus dan biaya angkutan dianggarkan sebesar lima persen. 4.4 Karakteristik Narasumber Narasumber pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha menengah diwakili oleh CV Al-Makmur Jaya Furniture, CV Indo Jati Furniture dan CV Indo Largo Furniture. Narasumber pelaku usaha/pengrajin mebel kelompok usaha kecil diwakili oleh UUT Furniture, Vide Furniture dan Rumpun Jati Furniture. Sedangkan narasumber untuk kelompok usaha mikro diwakili oleh Nabilla Furniture, Say Mandiri Furniture dan Bintang Furniture.

70

Karakteristik narasumber yang diamati adalah umur, tingkat pendidikan dan pengalaman narasumber dalam menjalankan usaha mebel. a) Umur Narasumber Pemilik Perusahaan Umur dapat menggambarkan tingkat kematangan setiap individu pelaku usaha/pengrajin mebel dalam mengambil tindakan maupun resiko yang akan diperolehnya di kemudian hari. Di samping itu, umur pelaku usaha/pengrajin mebel juga dapat dijadikan sebagai patokan utama dalam melakukan usaha mebel yang dapat mempengaruhi tingkat keseriusan usaha yang digelutinya. Pada umumnya indikator umur sering dikaitkan dengan angkatan kerja baik produktif maupun non produktif. Kisaran umur narasumber yang diteliti berkisar antara 30 tahun hingga lebih dari 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha/pengrajin mebel merupakan angkatan kerja yang digolongkan produktif sebagaimana dijelaskan pada Tabel 13. Tabel 13 Distribusi narasumber pemilik perusahaan menurut kelompok umur

1

Kelompok umur (tahun) 30 – 39

Jumlah Narasumber (orang) 6

Persentase (%) 20

2

40 – 49

21

70

3

≥ 50

3

10

30

100

No

Total

Dari sebaran kelompok tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan usaha mebel lebih banyak dilakukan oleh pengrajin mebel yang memiliki umur yang berkisar antara 40 sampai dengan 49 tahun. b) Tingkat pendidikan narasumber Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dan sekaligus dapat menggambarkan

tingkat

kematangan

setiap

individu

pelaku

usaha/pengrajin mebel dalam mengambil tindakan maupun resiko dihadapinya. Di samping itu, pendidikan pelaku usaha/pengrajin mebel juga dapat dijadikan faktor keberhasilan dalam melakukan usaha mebel yang dapat mempengaruhi tingkat keseriusan usaha yang digelutinya terutama dalam menentukan pasar.

71

Dari hasil pengumpulan data di lapangan, pengrajin mebel memiliki tingkat pendidikan formal, yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan Perguruan Tinggi (Diploma atau Strata Satu). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Distribusi narasumber pemilik perusahaan menurut tingkat pendidikan

1

Tingkat pendidikan (narasumber) SLTP

Jumlah Narasumber (orang) 6

Persentase (%) 20

2

SLTA

15

50

3

Perguruan tinggi

9

30

30

100

No

Total

Dari kondisi tersebut diperoleh gambaran bahwa seluruh pelaku usaha/pengrajin

mebel

yang

diambil

sebagai

narasumber

dapat

menyelesaikan pendidikan formalnya sesuai dengan tingkatan masingmasing. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki pengrajin mebel/pelaku usaha narasumber di lokasi penelitian sebanyak 15 orang berpendidikan SLTA dan sembilan orang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil, yaitu terdapat pada CV Indo Jati Furniture, CV Almakmur Jaya Furniture dan UUT Furniture. Hal ini berarti SLTA merupakan tingkat pendidikan yang paling dominan dari pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur. c) Pengalaman dalam usaha mebel Dalam melakukan aktivitas usaha mebel, pengalaman usaha yang dimiliki pengrajin mebel cukup bervariasi mulai dari lima tahun hingga puluhan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur sudah melakukan usaha mebel sebelum bergabung dengan KIKM Jakarta Timur. Pengalaman usaha ini erat kaitannya dengan tingkat keterampilan dan kemampuan setiap individu dalam menjalankan usaha mebel. Semakin lama pengalaman melakukan usaha mebel, maka semakin baik pula hasil yang diperoleh dan

72

begitu juga sebaliknya, semakin sedikit pengalaman usaha, semakin rendah hasil yang diperoleh pelaku usaha/pengrajin mebel. Kebanyakan pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur memperoleh pengalaman dari usaha mebel keluarga (turunan) dan sebagian dari pengalaman sebagai karyawan pada perusahaan yang bergerak di bidang mebel. Pengalaman usaha mebel pelaku usaha/pengrajin mebel Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Pengalaman usaha mebel pemilik perusahaan No

Kelompok Perusahaan

1

Usaha Menengah

2

Usaha Kecil

3

Usaha Mikro

Nama Perusahaan CV Al-Makmur F. CV Indo Jati F. CV Indo Largo F. UUT Furniture Vide Furniture Rumpun Jati F. Nabilla Furniture Say Mandiri F. Bintang Furniture

Pengalaman (Tahun) 19 38 21 11 17 15 7 5 6

Bergabung ke KIKM (Tahun) 2006 2006 2006 2007 2006 2006 2007 2007 2006

Berdasarkan Tabel 15 pengalaman usaha mebel dari tiga kelompok usaha yang berbeda, menunjukkan bahwa pelaku usaha/pengrajin mebel sudah mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam usaha mebel. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman setiap perusahaan/pengrajin mebel yang sudah mencapai rata-rata lebih dari lima tahun. Selain itu, pengrajin mebel/pelaku usaha juga sudah mendapatkan pengalaman kerjasama dengan KIKM Jakarta Timur sehingga dapat meningkatkan cara usaha mebel dan dapat membandingkan manajemen usaha mebel dari sistem yang sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh deskripsi masing-masing pengrajin mebel/pelaku usaha dari tiga kelompok usaha mebel yang berbeda pada KIKM Jakarta Timur yang meliputi bentuk perusahaan, modal usaha, umur, jumlah pegawai, SDM, manajemen, pengalaman usaha mebel, teknologi yang digunakan dan pemasaran sebagaimana terdapat pada Tabel 16.

73

74

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara ketiga kelompok usaha mebel antara lain sebagai berikut : 1) Bentuk Perusahaan Bentuk Perusahaan di antara ketiga kelompok usaha mebel tersebut berbeda, yaitu pada kelompok usaha menengah sebagian sudah berbentuk perusahaan dan berbadan hukum dalam bentuk CV. Kelompok usaha kecil masih berbentuk UD atau perorangan sedangkan kebanyakan

kelompok masih

usaha

berbentuk

mikro/kelompok agen

(perantara)

usaha

pemula

yang

bersifat

perorangan dan bersifat temporer. 2) Modal Usaha Modal usaha pada setiap kelompok usaha bersumber dari modal sendiri, kecuali pada CV Al-Makmur Jaya Furniture dan CV Indo Jati Furniture karena telah mendapat tambahan modal dari bank BRI. Selain itu, hampir 50% kelompok usaha mikro terutama pendatang baru sering menggunakan fasilitas pinjaman tambahan modal dari lembaga keuangan non perbankan terutama pada rentenir. 3) Umur Perusahaan Umur perusahaan pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil sudah mempunyai umur yang cukup lama, yaitu di atas 15 tahun sedangkan pada kelompok usaha mikro masih relatif singkat yaitu maksimal tujuh tahun dan belum berbentuk perusahaan. 4) Jumlah pegawai/karyawan Pada kelompok usaha mebel menengah jumlah pegawai yang bekerja berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini terlihat pada CV Indo Largo Furniture lebih sedikit dibandingkan dengan CV Al-Makmur Jaya Furniture dan CV Indo Jati Furniture. Untuk kelompok usaha kecil jumlah pegawai lebih variatif dan temporer. Artinya, pada kelompok usaha mebel ini pegawai yang tidak tetap (borongan) lebih banyak daripada pegawai tetap. Sedangkan kekompok usaha mikro, pegawai masih sistem borongan tergantung

75

pada proyek yang didapat. Setelah proyek selesai biasanya pegawai dirumahkan kembali sampai ada borongan dipekerjakan kembali. 5) SDM yang digunakan Sentra industri mebel Jakarta Timur pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil sudah memakai SDM yang relatif berpengalaman dalam usaha mebel, sedangkan pada kelompok usaha mikro masih relatif kurang berpengalaman dan bersifat temporer. 6) Manajemen Perusahaan Manajemen perusahaan yang diterapkan pada ketiga kelompok usaha pada sentra industri mebel di Jakarta Timur masih menerapkan manajemen konvensional/manajemen keluarga. Artinya, manajemen yang diterapkan dalam perusahaan di setiap kelompok usaha rata-rata memakai sistem manajemen yang kurang baik terutama pada manajemen administrasi dan keuangan. 7) Pengalaman Perusahaan. Pengalaman perusahaan mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur sangat bervariasi dan tergantung pada kelmpok usahanya. Perusahaan mebel yang berpengalaman paling lama dalam usaha mebel adalah CV Indo Jati Furniture dari kelompok usaha menengah yaitu 38 tahun sedangkan perusahaan yang sedikit pengalaman dalam usaha mebel ini adalah Say Mandiria Furniture dari kelompok usaha mikro, yaitu selama lima tahun. 8) Teknologi yang digunakan. Sentra industri mebel Jakarta Timur masih menggunakan peralatan sederhana, mulai dari pemotongan bahan kayu sampai proses produksi. Adapun peralatan yang dipakai antara lain: (a) mesin sawmill (gergaji belah/potong) yang berfungsi untuk membelah bahan baku sesuai dengan yang diinginkan, (b) mesin sirkel atau mesin potong, (c) mesin bor untuk membor, (d) gergaji untuk memotong bahan kayu ukuran kecil, (e) ketam/ serutan kayu untuk menghaluskan bahan baku sebelum masuk ke tahap proses produksi selanjutnya, (f) Pahat yang

76

berfungsi untuk membentuk model mebel yang diinginkan dan (e) Palu sebagai alat ketok. 9) Bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur terdiri dari (a) bahan baku utama dari kayu daun lebar (hard wood) yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan mebel seperti: kayu Jati, kayu Mahoni, kayu Syukai, kayu Kruing dan kayu keras lainnya, (b) bahan baku dari kayu daun jarum (soft wood) sebagai bahan dasar alternatif seperti kayu karet, kayu sengon, kayu pinus, kayu kelapa dan kayu nangka, (c) bahan baku panel atau bahan baku pendukung yang berfungsi sebagai bahan baku tambahan, seperti particle board, HDF, MDF, Block Boar dan Triplex/plywood. Penambahan bahan baku pendukung bertujuan untuk mengatasi keterbatasan bahan baku utama dan menambah daya tarik produk. 10) Produk yang dihasilkan. Produk mebel yang dihasilkan pada sentra industri mebel Jakarta Timur pada setiap tingkatan kelompok usaha hampir sama, kecuali pada kelompok usaha mikro. Perbedaan ini disebabkan karena kelompok usaha mikro mempunyai keterbatasan modal, teknologi produksi yang memadai serta keterbatasan SDM yang dibutuhkan. Adapun jenis-jenis produksi mebel yang dihasilkan pada sentra industri mebel Jakarta Timur adalah berupa produk mebel minimalis, semi minimalis serta klasik. Produk mebel jenis klasik adalah perpaduan antara produk mebel jenis minimalis dan semi minimalis berupa: kursi meja tamu, kursi meja makan, lemari, kitchen set, buffet, kamar set, sket set, kursi kantor dan lain-lain. Setiap kelompok usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur mempunyai produk mebel unggulan yang berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Produk mebel unggulan terutama jenis klasik kebanyakan diproduksi berdasarkan pesanan dari calon pembeli/konsumen.

77

11) Pemasaran Produk. Segmen pasar atau pemasaran produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur kebanyakan untuk pasar lokal dan sebagian kecil untuk pasar ekspor. Kelompok usaha yang pernah berpengalaman untuk pasar ekspor adalah sebagian perusahaan kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil. Sedangkan pangsa pasar sentra industri mebel Jakarta Timur adalalah perumahan, perkantoran baik kantor pemerintah maupum kantor perusahaan swasta, apartemen menengah, sekolahan dan kontrakan mewah. 12) Sistem pembayaran. Seluruh transaksi jual-beli produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur pada umumnya dilakukan secara kontan (cash). Namun ada sebagian perusahaan memberikan kemudahan kepada konsumen terutama konsumen lama (langganan) dengan cara pembayaran cicilan (kredit). Hal ini dilakukan perusahaan untuk menarik konsumen agar tetap berlangganan, bahkan sebagian pelaku usaha/pengrajin mebel memberikan hadiah tambahan. 4.5 Hasil Analisis SWOT 4.5.1 Identifikasi Kelompok Usaha Identifikasi tiga kelompok usaha mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur binaan KIKM Jakarta Timur, yaitu : 1. Kelompok Usaha Menengah a. CV Al-Makmur Jaya Furniture : perusahaan ini didirikan sejak tahun 1991 oleh H. A. Kana Firdaus. Awalnya Bapak H. Kana Firdaus adalah seorang karyawan perusahaan yang bergerak di bidang permebelan di daerah Jakarta Timur. Karirnya dimulai dari pengangkut limbah produk mebel hingga diangkat mnjadi karyawan tetap. Dengan pengalaman yang dimiliki sebagai karyawan perusahaan mebel selama bertahun-tahun, akhirnya dia mendirikan usaha mebel sendiri. CV Al-Makmur Jaya Furniture merupakan perusahaan mebel yang dimulai dari nol yang beralamat di Jl. Raya Bekasi Timur Km 17 No.40, Kecamatan

78

Duren Sawit, Jakarta Timur. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari: pembuatan lemari, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu, kitchen set, kamar set (tempat tidur, meja rias, nakas, dan

lemari pakaian). Produk

andalan dari CV Al-Makmur Jaya adalah kitchen set ukuran dengan berbagai tipe dan ukuran (ukuran kecil, sedang dan ukuran besar). b. CV Indo Jati Furniture : perusahaan ini berdiri tahun 1972 dan merupakan perusahaan mebel yang dimulai dari usaha keluarga. CV Indo Jati Furniture berkantor sekaligus showroom di Jl. Pahlawan Revolusi No. 9 Klender, Jakarta Timur. Perusahaan ini sekarang dikelola oleh H. Mahfuzi, SE sebagai generasi kedua dari keluarga. Hasil produksi CV Indo Jati Furniture hampir sama dengan produksi perusahaan mebel lainnya, mulai dari produk yang sudah jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari : pembuatan lemari, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu, kitchen set, kamar set tempat tidur, meja rias, dan

lemari

pakaian). Selain penjualan langsung di showroom, perusahaan ini menghasilkan produk-produk mebel pesanan dari instansi-instansi pemerintah dan swasta terutama dari perkantoran, perumahan dan perhotelan, seperti mebeler kantor, rak buku dan lain-lain. c. CV Indo Largo Furniture : perusahaan ini didirikan sejak tahun 1989 di Bandung, Jawa Barat. Awalnya perusahaan ini bergerak di bidang kontraktor dan pengadaan alat tulis kantor kemudian ditambah dengan sub bidang yang bergerak di bidang permebelan. Sejak tahun 2000 perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan bahan baku yang bervariasi. CV Indo Largo Furniture beralamat di Jl. Gotong Royong No.92 Pondok

79

Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Produk yang dihasilkan sama dengan produksi perusahaan mebel lainnya yaitu pembuatan lemari, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu, kitchen set, kamar set (tempat tidur, meja rias, nakas, dan lemari). 2. Kelompok Usaha Kecil a. UUT Furniture : perusahaan ini didirikan sejak tahun 1998 yang berlokasi di Jl. Pahlawan Revolusi, Klender Jakarta Timur. Pemilik UUT Furniture adalah UUT R. yang awalnya bekerja sebagai pengelola perusahaan mebel orang tuanya. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari: pembuatan lemeri, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu, kitchen set, kamar set (tempat tidur, meja rias), rak buku dan meja belajar anak-anak. b. Vide Furniture : pemilik perusahaan ini adalah Ir. Ade Firman yang sekaligus sebagai Ketua Umum KIKM Jakarta Timur. Perusahaan ini merupakan perusahaan mebel yang dimulai dari perusahaan mebel orang tuanya. Vide Furniture terletak di Taman Malaka II Blok B, kavling DKI Duren Sawit Jakarta Timur. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari pembuatan lemeri, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu, kitchen set, kamar set (tempat tidur, meja rias, nakas, dan lemari pakaian). c. Rumpun Jati Furniture : Perusahaan beralamat di Jl. Raya Bekasi Timur Km 17 Gg. RH. Ismail Duren Sawit, Jakarta Timur. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari pembuatan lemeri, buffet, meja kursi makan, meja

80

kursi tamu, kitchen set, kamar set (tempat tidur, nakas, dan lemari pakaian). 3. Kelompok Usaha Mikro a. Nabilla Furniture : Perusahaan ini beralamat di Jl. Bambu Apus V Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mebel setengah jadi (unfinishing). Produk mebel hasil produksi perusahaan ini kebanyakan lemari setengah jadi kemudian dijual kepada pengumpul (agen). Di samping itu, perusahaan ini juga menjual produk mebel jadi (finishing) titipan dari perusahaan lain. b. Say Mandiri Furniture : Perusahaan ini sama dengan Nabilla Furniture dimana hasil produksinya hanya mengandalkan produkproduk mebel setengah jadi (unfinishing) kemudian dijual kepada agen khususnya lemari dan buffet. Selain itu, Say Mandiri Furniture melayani pesanan dari konsumen. Lokasi perusahaan ini di Jl. Pahlawan Revolusi No.12 Duren Sawit Jakarta Timur. c. Bintang Furniture : Perusahaan ini beralamat di Jl. Amalia No.17 Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Bintang Furniture sama dengan perusahaan-perusahaan mebel pada kelompok usaha mikro lainnya yaitu hanya mengandalkan produk mebel

setengah

jadi

(unfinishing).

Hal

ini

disebabkan

keterbatasan modal yang dimiliki oleh perusahaan. 4.5.2 Pengrajin Mebel Bergabung dengan KIKM Jakarta Timur Pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur bergabung dan mengadakan kerjasama dengan KIKM Jakarta Timur dalam pemasaran produk-produk mebel yang dihasilkan dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. KIKM Jakarta Timur sebagai wadah mempunyai hak dan kewajiban kepada pelaku usaha/pengrajin mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur. Sebaliknya Pelaku usaha mebel/pengrajin mebel selaku anggota mempunyai hak dan kewajiban. Adapun hak dan kewajiban KIKM Jakarta Timur dan pengrajin mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur adalah sebagai berikut :

81

a) Kewajiban pengrajin mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur, yaitu : 1. Membayar simpanan pokok 2. Membayar simpanan wajib 3. Membayar iuran sukarela 4. Membayar biaya stand yang dipakai setiap pameran 5. Mematuhi Rapat Anggota Tahunan (RAT). b) Hak pengrajin mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur: 1. Menerima tempat pameran di PPIKM 2. Mengikuti pameran di luar PPIKM 3. Memperoleh informasi pameran 4. Menerima USP apabila dibutuhkan 5. Memperoleh pelatihan-pelatihan dan mengikuti seminar. c) Kewajiban KIKM Jakarta Timur, antara lain: 1. Menyediakan sarana/tempat pameran di PPIKM 2. Memberikan kesempatan mengikuti pameran di luar PPIKM 3. Memberikan informasi yang berkaitan dengan usaha mebel 4. Memberikan kesempatan mengikuti pelatihan dan seminar yang berkaitan dengan usaha mebel 5. Memberikan pinjaman tambahan modal melalui USP 6. Menjalin hubungan kerjasama (kemitraan) dengan pihak ketiga. 4.5.3 Penetapan Alternatif Strategi Usaha a)

Matriks Evaluasi Faktor Internal Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal yang dilakukan terhadap tiga orang narasumber kelompok usaha menengah (CV Al-Makmur Furniture, CV Indo Jati Furniture dan CV. Indo Largo Furniture), tiga orang narasumber kelompok usaha kecil (UUT Furniture, Vide Furniture dan Rumpun Jati Furniture) dan tiga kelompok usaha mikro/pemula (Nabilla Furniture, Say Mandiri Furniture dan Bintang Furniture berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur.

82

Identifikasi dilakukan dengan bantuan kuesioner yang telah diisi oleh pemilik perusahaan yang dianggap pakar dan memiliki kapasitas sebagai pengambil keputusan dalam menjalankan usaha, kemudian dilakukan

pembobotan

dengan

menggunakan

metode

paried

comparison (metode berpasangan), sehingga diperoleh bobot dari masing-masing peubah internal usaha. Demikian pula dengan pemberian peringkat (rating), penentuan peringkat dilakukan oleh tiga pakar yang sama untuk masing-masing kelompok usaha dan data yang diambil adalah data rataan dari ketiga pakar tesebut sehingga didapatkan nilai terboboti dari faktor-faktor tersebut. Pembobotan terhadap faktor internal pada sentra industri mebel di Jakarta Timur berbeda antara setiap kelompok usaha, baik untuk kekuatan perusahaan maupun kelemahan perusahaan. Pada kelompok usaha menengah, hubungan baik perusahaan dengan KIKM Jakarta Timur adalah sebagai kekuatan perusahaan, sedangkan kelemahan utama perusahaan terdapat pada biaya produksi mebel masih tinggi. Pada kelompok usaha kecil kekuatan utama terdapat pada pengalaman perusahaan memproduksi mebel, sedangkan teknologi produksi yang dipakai masih sederhana dan biaya produksi mebel masih tinggi merupakan kelemahan utama perusahaan. Sedangkan pada kelompok usaha mikro, harga produk mebel terjangkau konsumen merupakan kekuatan utama bagi perusahaan sementara kelemahan utama perusahaan terdapat pada teknologi produksi yang dipakai masih sederhana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8, Lampiran 14 dan Lampiran 20. Penilaian bobot terhadap faktor internal pada sentra industri mebel di Jakarta Timur didasarkan pada hasil kuesioner dan wawancara mendalam pada bagian matriks berpasangan. Pada kelompok usaha menengah dihasilkan hubungan baik perusahaan dengan KIKM Jakarta Timur adalah sebagai kekuatan perusahaan dengan nilai rataan (0,132), sedangkan kelemahan utama perusahaan terdapat pada biaya produksi mebel masih tinggi dengan nilai rataan

83

(0,083). Pada kelompok usaha kecil kekuatan utama terdapat pada pengalaman perusahaan memproduksi mebel dengan nilai rataan (0,135), sedangkan SDM yang berpengalaman dengan nilai rataan (0,085) dan kapasitas produksi masih terbatas dengan nilai rataan (0,083) merupakan kelemahan utama perusahaan. Sedangkan pada kelompok usaha mikro, harga produk mebel terjangkau konsumen dengan nilai rataan (0,122) merupakan kekuatan utama bagi perusahaan sementara kelemahan utama perusahaan terdapat pada kapasitas produksi masih terbatas dengan rataan (0,084). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 15 dan Lampiran 21. Pembobotan terhadap faktor eksrenal pada sentra industri mebel di Jakarta Timur hampir berbeda antara kelompok usaha, baik untuk menangkap peluang yang ada maupun yang berhubungan dengan hambatan perusahaan. Pada kelompok usaha menengah pangsa pasar ekspor masih terbuka luas sebagai peluang besar bagi perusahaan, sedangkan hambatan utama perusahaan terdapat pada masuknya produk mebel impor asal China dan banyaknya perusahaan mebel yang sejenis. Pada kelompok usaha kecil sama dengan kelompok usaha menengah, yaitu peluang terdapat pada pangsa pasar ekspor masih terbuka luas, sedangkan tingginya harga bahan baku merupakan hambatan utama bagi perusahaan. Sedangkan pada kelompok usaha mikro, pangsa pasar ekspor masih terbuka luas dan terjaminnya pangsa pasar lokal merupakan peluang bagi perusahaan sementara hambatan perusahaan terdapat pada tingginya harga bahan baku dan banyaknya perusahan mebel yang sejenis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 11, Lampiran 17 dan Lampiran 23. Penilaian bobot terhadap faktor eksternal pada sentra industri mebel di Jakarta Timur didasarkan pada hasil kuesioner dan wawancara mendalam pada bagian matriks berpasangan. Pada kelompok usaha menengah dihasilkan pangsa pasar ekspor masih terbuka luas (0,149) merupakan peluang besar bagi perusahaan, sedangkan hambatan utama bagi perusahaan terdapat pada masuknya

84

produk mebel impor asal China dengan nilai rataan (0,118). Pada kelompok usaha kecil terdapat peluang besar bagi perusahaan, yaitu pangsa pasar (0,133), sedangkan tingginya harga bahan baku dengan nilai rataan (0,100) merupakan hambatan utama bagi perusahaan. Sedangkan pada kelompok usaha mikro, terjaminnya pangsa pasar lokal dengan nilai rataan (0,098) merupakan bagian peluang utama bagi perusahaan sementara hambatan utama perusahaan terdapat tingginya harga bahan baku (0,100). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 12, Lampiran 18 dan Lampiran 24. Penentuan rating pada sentra industri mebel Jakarta Timur dilakukan berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara mendalam dengan para narasumber. Pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil rating tertinggi pada kekuatan perusahaan terdapat pada pengalaman perusahaan memproduksi mebel dengan nilai rataan (4,00) sedangkan untuk kelemahan perusahaan terdapat pada biaya produksi mebel masih tinggi dengan nilai rataan (1,67). Sementara pada kelompok usaha mikro rating tertinggi untuk kekuatan perusahaan terdapat pada hubungan baik perusahaan KIKM dengan nilai rataan (4,00) sedangkan rating tertinggi untuk kelemahan perusahaan terdapat pada biaya produksi mebel masih tinggi (1,667). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 10, Lampiran 16 dan Lampiran 22. Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta rating untuk setiap faktor, maka dapat diperoleh hasil skor pada masing-masing kelompok usaha seperti terlihat pada Tabel 17 untuk kelompok usaha menengah, Tabel 18 untuk kelompok usaha kecil dan Tabel 19 untuk kelompok usaha mikro. Faktor strategis internal kelompok usaha menengah pada sentra industri mebel di Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 17.

85

Tabel 17 Faktor strategis internal kelompok usaha menengah Faktor Strategis Internal A. KEKUATAN SDM yang berpengalaman Pengalaman perusahaan memproduksi mebel Image produk sudah dikenal masyarakat Harga produk mebel terjangkau konsumen Hubungan baik perusahaan dengan KIKM Jumlah A B. KELEMAHAN Biaya produksi mebel masih tinggi Kapasitas produksi masih terbatas Teknologi yang dipakai masih sederhana Sistem administrasi perusahaan kurang baik Inovasi produk masih kurang (monoton) Jumlah B Total Jumlah (A+B)

Bobot (a)

Rating (b)

Skor (c= a*b)

Ranking (d)

0,088 0,083 0,086 0,077 0,132 0,467

3,00 4,00 3,33 3,00 4,00

0,265 0,331 0,288 0,232 0,529 1,645

4 2 3 5 1

0,083 0,116 0,097 0,105 0,132 0,533 1,000

1,67 1,67 1,67 1,33 1,00

0,138 0,193 0,162 0,140 0,132 0,765 2,410

4 1 2 3 5

Berdasarkan hasil pada faktor strategis internal pada kelompok usaha menengah bahwa hubungan baik perusahaan dengan KIKM Jakarta Timur sebagai faktor yang penting dalam menjalankan usaha dengan (nilai skor 0,529) dan merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk menjajaki perluasan pasar terutama untuk pasar ekspor, hal ini terkait dengan pengalaman perusahaan untuk memproduksi mebel (nilai skor 0,331). Selain itu, perusahaan juga memberikan perhatian yang cukup besar terhadap image produk mebel dikenal masyarakat dengan (nilai skor 0,288) karena hal ini merupakan salah satu kekuatan perusahaan yang harus dipertahankan untuk mencapai konsumen tetap dan pelanggan baru. Sedangkan kapasitas produksi yang masih terbatas (nilai skor 0,193)

merupakan

perhatian

utama

bagi

perusahaan

untuk

ditingkatkan, hal ini berkaitan dengan teknologi yang dimiliki perusahaan masih sederhana dengan (nilai skor 0,162). Artinya, dalam rangka pengembangan pemasaran produk mebel apalagi untuk pasar ekspor perusahaan harus meningkatkan teknologi produksi baik secara mutu maupun kuantitasnya.

86

Tabel 18 Faktor strategis internal kelompok usaha kecil Faktor Strategis Internal A. KEKUATAN SDM yang berpengalaman Pengalaman perusahaan memproduksi mebel Image produk sudah dikenal masyarakat Harga produk mebel terjangkau konsumen Hubungan baik pe rusahaan dengan KIKM Jumlah A B. KELEMAHAN Biaya produ ksi mebel masih tinggi Kapasitas produksi masih terbatas Teknologi yang dipakai masih sederhana Sistem administrasi perusahaan kurang baik Inovasi produk masih kurang (monoton) Jumlah B Total Jumlah (A+B)

Bobot (a)

Rating Skor Ranking (b) (c= a*b) (d)

0,085 0,135 0,092 0,131 0,100 0,543

3,00 4,00 3,33 3,00 4,00

0,255 0,540 0,308 0,394 0,399 1,896

5 1 4 3 2

0,092 0,083 0,100 0,087 0,094 0,457 1,000

1,67 1,67 1,67 1,33 1,00

0,154 0,139 0,166 0,116 0,094 0,669 2,565

2 3 1 4 5

Berdasarkan hasil pada faktor strategis internal pada kelompok usaha kecil, pengalaman perusahaan memproduksi mebel dengan (nilai skor 0,540) sebagai faktor yang penting dalam menjalankan usaha, kemudian menjalin hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur (0,399) dan produk-produk mebel yang dipasarkan masih terjangkau oleh konsumen (0,394) dalam rangka pengembangan pasar. Sedangkan titik lemah yang paling utama untuk ditingkatkan adalah masalah teknologi yang dipakai perusahaan masih sederhana (0,166). Kemudian bagi pelaku usaha/pengrajin mebel pada ”kelompok usaha kecil” ini lebih fokus pada masalah biaya produksi mebel yang masih tinggi (0,154), hal ini sangat berkaitan erat dengan kapasitas produksi (0,139). Artinya, dengan peningkatan teknologi produksi bisa menurunkan biaya produksi (efisiensi) sehingga secara otomatis dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Selain itu, sistem administrasi dan keuangan perusahaan yang kurang baik (0,140) harus mendapat perhatian yang cukup bagi pelaku usaha/pengrajin mebel. Hasil pengamatan di lapangan, sistem administrasi dan keuangan perusahaan masih bersifat konvensional dan sangat jauh dari standardisasi, semua yang berhubungan dengan

87

keuangan ditangani langsung oleh pemilik perusahaan (owner) atau ”sistem satu kantong.” Tabel 19 Faktor strategis internal kelompok usaha mikro Faktor Strategis Internal A. KEKUATAN SDM yang berpengalaman Pengalaman perusahaan memproduksi mebel Image produk sudah dikenal masyarakat Harga produk mebel terjangkau konsumen Hubungan baik pe rusahaan dengan KIKM Jumlah A ] B. KELEMAHAN Biaya produ ksi mebel masih tinggi Kapasitas produksi masih terbatas Teknologi yang dipakai masih sederhana Sistem administrasi perusahaan kurang baik Inovasi produk masih kurang (monoton) Jumlah B Total Jumlah (A+B)

Bobot (a)

Rating (b)

Skor Ranking (c= a*b) (d)

0,087 0,121 0,095 0,122 0,106 0,531

3,33 3,00 3,33 3,67 4,00

0,291 0,362 0,315 0,449 0,423 1,840

5 3 4 1 2

0,093 0,084 0,104 0,087 0,102 0,469 1,000

1,67 1,67 1,67 1,00 1,33

0,155 0,139 0,173 0,087 0,136 0,690 2,530

2 3 1 5 4

Sementara untuk mempertahankan konsumen, pelaku usaha pada kelompok usaha mikro lebih terkonsentrasi pada harga produk mebel yang terjankau oleh konsumen (0,449) dan tetap menjalin hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur (0,423) sebagai penyelenggara pameran. b) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha mebel kayu pada sentra industri mebel di Jakarta Timur (Lampiran11, Lampiran 17 dan Lampiran 23). Dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis, kemudian memberikan bobot serta rating maka dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 20 untuk kelompok usaha menengah, Tabel 21 untuk kelompok usaha kecil dan Tabel 22 untuk kelompok usaha mikro.

88

Tabel 20 Faktor strategis eksternal kelompok usaha menengah Bobot (a)

Faktor Strategis Eksternal A. PELUANG Terjaminnya pangsa pasar lokal Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri mebel Kemajuan teknologi yang semakin berkembang Dukungan modal dari pihak perbankan Jumlah A B. ANCAMAN Kesulitan mendapatkan bahan baku Tingginya harga bahan baku Menurunnya pangsa pasar ekspor Masuknya produk mebel impor asal China Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis Jumlah B Total (A+B)

Rating Skor Rangking (b) (c= a*b) (d)

0,098 0,133 0,098 0,085 0,119 0,533

3,67 3,00 3,67 2,33 2,67

0,360 0,400 0,360 0,199 0,316 1,635

2 1 3 5 4

0,085 0,100 0,091 0,087 0,104 0,467

2,00 1,67 1,67 1,00 1,00

0,170 0,167 0,151 0,087 0,104 0,679

1 2 3 5 4

1,000

2,314

Berdasarkan hasil pada faktor strategis eksternal di atas bahwa terbukanya pangsa pasar ekspor (nilai skor 0,444) merupakan peluang atau kesempatan pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha menengah dalam rangka pengembangan pasar mebel. Selain itu, pelaku

usaha/pengrajin

mebel

memanfaatkan

peluang

masih

terjaminnya pangsa pasar lokal (0,360) sehingga bisa mengembangkan pasar ke luar kota Jakarta. Kesulitan mendapatkan bahan baku adalah salah satu ancaman yang serius bagi perusahaan (nilai skor 0,170), hal ini berkaitan langsung dengan tingginya harga bahan baku (0,167). Selain itu, masuknya mebel impor asal China dan banyaknya perusahaan mebel yang sejenis merupakan bagian ancaman bagi perusahaan.

89

Tabel 21 Faktor strategis eksternal kelompok usaha kecil Faktor Strategis Eksternal A. PELUANG Terjaminnya pangsa pasar lokal Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri mebel Kemajuan teknologi yang semakin berkembang Dukungan modal dari pihak perbankan Jumlah A B. ANCAMAN Kesulitan mendapatkan bahan baku Tingginya harga bahan baku Menurunnya pangsa pasar ekspor Masuknya produk mebel impor asal China Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis Jumlah B Total (A+B)

Bobot (a)

Rating Skor Rangking (b) (c= a*b) (d)

0,098 0,133 0,098 0,085 0,119 0,533

3,33 3,67 3,00 2,33 3,67

0,327 0,489 0,294 0,199 0,435 1,744

3 1 4 5 2

0,085 0,094 0,091 0,096 0,100 0,467 1,000

1,33 2,00 1,00 1,33 2,00

0,114 0,189 0,091 0,128 0,200 0,722 2,466

4 2 5 3 1

Berdasarkan hasil pada faktor strategis eksternal di atas bahwa pangsa pasar ekspor yang masih terbuka luas (nilai skor 0,489) merupakan peluang atau kesempatan pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha kecil dalam rangka pengembangan pasar mebel. Selain itu, pelaku usaha/pengrajin mebel kelompok kecil harus memanfaatkan peluang adanya dukungan modal dari perbankan (0,435) sehingga bisa mengembangkan pasar ke luar Kota Jakarta bahkan pasar ekspor. Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis adalah salah satu ancaman yang serius bagi perusahaan kelompok usaha kecil (nilai skor 0,200), sehingga hal ini berdampak langsung terhadap tingginya harga bahan baku akibat banyaknya permintaan bahan baku (0,189). Selain itu, masuknya mebel impor asal China dan kesulitan memperoleh bahan baku merupakan bagian ancaman bagi perusahaan. Namun demikian, di tengah hambatan dan kendala yang dihadapi kelompok usaha kecil pada sentra industri mebel Jakarta Timur masih mempunyai peluang besar untuk mengembangkan usahanya terutama pada pasar lokal.

90

Tabel 22 Faktor strategis eksternal kelompok usaha mikro Bobot (a)

Faktor Strategis Eksternal A. PELUANG Terjaminnya pangsa pasar lokal Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri mebel Kemajuan teknologi yang semakin berkembang Dukungan modal dari pihak perbankan Jumlah A B. ANCAMAN Kesulitan mendapatkan bahan baku Tingginya harga bahan baku Menurunnya pangsa pasar ekspor Masuknya produk mebel impor asal China Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis Jumlah B Total (A+B)

Rating Skor Rangking (b) (c= a*b) (d)

0,096 0,133 0,096 0,081 0,120 0,528

3,00 1,00 2,67 2,00 2,00

0,289 0,133 0,257 0,163 0,241 1,083

1 5 2 4 3

0,082 0,094 0,092 0,096 0,107 0,472 1,000

1,33 2,00 1,00 1,33 2,00

0,109 0,189 0,092 0,129 0,215 0,733 1,816

4 2 5 3 1

Berdasarkan hasil pada faktor strategis eksternal di atas bahwa terjaminnya pangsa pasar lokal (nilai skor 0,289) dan dukungan pemerintah terhadap sektor industri mebel (0,257) merupakan peluang bagi pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha mikro untuk tetap bisa bertahan dalam menjalankan usahanya. Di sisi lain banyaknya perusahaan mebel yang sejenis (nilai skor 0,215) dan tingginya harga bahan baku (nilai skor 0,189) merupakan ancaman yang ketersediaan

serius bagi kelompok usaha mikro. Artinya,

bahan

baku

merupakan

faktor

penting

dalam

mempertahankan dan pengembangan usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur terutama pada kelompok usaha mikro. c)

Matriks Internal Eksternal Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis internal eksternal yang menghasilkan matriks Internal-Eksternal (matriks IE), sehingga dapat diketahui posisi perusahaan untuk mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi. Pemetaan posisi pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam usaha mebel.

91

Pelaku usaha/pengrajin mebel pada Sentra industri mebel di Jakarta Timur yang tergabung dengan KIKM Jakarta Timur dengan total nilai matriks internal masing-masing sebesar (2,410), (2,565) dan (2,530), memiliki faktor internal tergolong kategori sedang atau ratarata. Sedangkan total nilai matriks eksternal kelompok usaha mebel pada kelompok usaha menengah, kecil dan mikro/pemula masingmasing sebesar (2,314), (2,466) dan (1,816). Hal ini memperlihatkan respons yang diberikan pelaku usaha/pengrajin mebel terhadap lingkungan eksternal bervariasi, yaitu tergolong rendah, sedang dan tinggi. Posisi kelompok usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur yang tergabung dalam KIKM Jakarta Timur pada Matrik IE dapat dilihat pada Gambar 8.

Skor Total I F E Kuat 3,0-4,0 4,0

Rata-rata 2,0-2,99 3,0

Lemah 1,0-1,99 2,0

1,0

Skor Total EFE

Tinggi 3,0

2,0

1,0

I Grow dan Build

II Grow dan Build

III Hold da n Maintain

3,0-4,0

IV

V

VI

Sedang 2,0-2,99

Grow dan Build VII

Hold da n Maintain VIII

Harvest atau Divestiture IX

Rendah

Harvest atau Divestiture Harvest atau Divestiture

1,0-1,99

Hold da n Maintain

Gambar 8 Posisi perusahaan sentra industri mebel Jakarta Timur pada matriks internal-eksternal (Matriks IE)

Pada hasil matriks IE tersebut di atas nilai yang diperoleh berada pada kotak kuadran V dan VIII yaitu Hold and Maintain dan Harvest or Divestiture. Strategi yang disarankan untuk diterapkan pada kondisi tersebut adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk dan strategi integratif seperti integrasi

92

horizontal dan integrasi vertikal. Penggunaan strategi integrasi ini bertujuan untuk meningkatkan rentabilitas (profitability), efisiensi dan pengendalian melalui penggabungan atau integrasi dengan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi yang dijalankan selama ini. Namun untuk kelompok usaha mikro sebaiknya menerapkan strategi pengembangan usaha. Artinya kelompok usaha mikro seharusnya jangan hanya mengandalkan hasil produk mebel yang setengah jadi (unfinishing) dijual ke pengumpul (agen) atau hanya sebagai perantara untuk menjual produk jadi kemudian dijual kembali tapi harus ada inovasi untuk mengembangkan usahanya dengan cara mencoba

mencari

pinjaman

modal

untuk

membangun

bengkel/workshop dan showroom lengkap dengan peralatan produksi. Strategi

penetrasi pasar

yang

dilakukan para pengrajin

mebel/pelaku usaha khususnya pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil untuk meningkatkan penjualan produk harus melalui usaha-usaha pemasaran yang agresif dengan cara, antara lain: 1) Perusahaan mencoba untuk merangsang konsumen agar mereka meningkatkan pembeliannya. Hal ini dilakukan dengan cara meningkatkan promosi harga, membuat iklan lebih banyak, publisitas melalui media dan perluasan jaringan distribusi. 2) Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik atau mempengaruhi konsumen saingan. Sarana yang digunakan sama dengan yang telah digunakan pada poin satu di atas, tapi sasaran atau target yang hendak dicapai adalah konsumen saingan. 3) Perusahaan (pengrajin mebel/pelaku usaha) dapat meningkatkan usahanya dengan menarik yang bukan pemakai atau calon konsumen yang berada dalam lingkungan pasarnya. Pada prinsipnya sarana yang digunakan tidak berbeda dengan pada poin satu dan dua di atas, hanya yang menjadi target adalah para calon konsumen yang bukan pemakai. Selain itu mencoba memperluas pasar sasaran (target market) baik pasar lokal di luar daerah Jakarta maupun pasar ekspor. Strategi penetrasi pasar ini bertujuan

93

menembus wilayah pasar yang belum dikuasai ataupun pasar baru. Khusus untuk kelompok usaha mikro, strategi penetrasi pasar belum dapat dilakukan karena keterbatasan pengalaman, sarana produksi dan modal usaha yang masih terbatas. Oleh karena itu, sebaiknya kelompok usaha ini fokus pada pengembangan usaha sehingga bisa tetap bertahan/survive. d) Analisis Matriks SWOT Setelah mengetahui posisi pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur dengan kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil pada kuadran yang sama, yaitu terdapat pada kuadran V dan kelompok usaha mikro berada pada kuadran yang berbeda yaitu kuadran VII, maka selanjutnya adalah menyusun faktorfaktor strategi bagi pelaku usaha/pengrajin mebel dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur yang tergabung di KIKM Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 23.

94

Tabel 23 Matriks SWOT kelompok usaha pada sentra industri mebel Jakarta Timur

STRENGTH-S

INTERNAL

EKSTERNAL OPPORTUNITIES-O O1. Terjaminnya pangsa pasar lokal O2. Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas O3. Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri mebel O4. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang O5. Dukungan modal dari pihak perbankan

THREATS-T

S1. Sumberdaya manusia yang berpengalaman S2. Pengalaman perusahaan memproduksi mebel S3. Image produk sudah dikenal masyarakat S4. Harga produk mebel terjangkau konsumen S5. Hubungan baik perusahaan dengan KIKM

STRATEGI S-O 1 Mempertahankan pasar yang ada (O1, O3, S1, S2, S3, S4, S5) 2 Memperluas pasar sasaran (O1, O2, O4 S1, S2, S3) 3 Menjalin hubungan baik dengan KIKM (O1, O2, O3, O5, S2, S4, S5) 4 Mendorong dukungan pemerintah terhadap industri mebel (O1, O3, O5, S4)

STRATEGI S-T

WEAKNESS-W W1. Biaya produksi mebel masih tinggi W2. Kapasitas produksi masih terbatas W3. Teknologi yang dipakai masih sederhana W4. Sistem administrasi perusahaan kurang baik W5. Inovasi produk masih kurang (monoton)

STRATEGI W-O 1 Meningkatkan desain produk (inovasi) (O1, O4, O5, W3, W5) 2 Menjalin hubungan baik dengan bank (O1, O3, O4, O5, W1, W2) 3 Memperbaiki administrasi perusahaan (O1, O3, O5, W1, W4)

STRATEGI W-T

1 Menjaga hubungan baik dengan pemasok 1 Membuat terminal bahan baku bahan baku (T1, T2, S4, S5) (T1, T2 T5, W1, W2, W5) 2 Meningkatkan kualitas produk 2 Mempertahankan harga jual produk di (T3, T4 T5, S1, S2, S3, S4, S5) pasaran (T3, T4, T5, W1, W2, W3) 3 Menetapkan harga produk dengan tepat 3 Melakukan kerjasama atau mitra dengan (T3, T4, T5, S4, S5) pengusaha besar atau menengah 4 Menjalin kerjasama antara sesama (O1, O2, O4, W1, W2, W3, W4, W5) pengrajin mebel (T1, T2, T3, T4, T5, S4) S5) Keterangan: - (Oi;Si) atau (Oi;Wi) atau (Ti;Si) atau (Ti;Wi) Menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan strategi - i = 1,2,3............................. n T1. Kesulitan mendapatkan bahan baku T2. Tingginya harga bahan baku T3. Menurunnya daya beli masyarakat T4. Masuknya produk mebel impor asal China T5. Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis

STRATEGI S-O Kolom strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat digunakan berkenaan dengan strategi ini adalah : 1) Mempertahankan pasar yang ada Untuk mempertahankan pasar yang sudah ada, perusahaan menjalankan strategi agar tetap bisa bertahan. Mengelola atau memelihara tingkat kepuasan konsumen dengan berbagai cara, antara lain: mengiklankan mutu produk mebel yang dibuat, merancang ulang produk, bila perlu membuat layanan khusus

95

kepada konsumen, menyederhanakan proses pembelian dengan melaksanakan pengiriman yang cepat, menawarkan berbagai variasi produk yang dapat dipilih secara mudah, menjamin perlindungan terhadap kerusakan dan perbaikan produk. Selain itu, menambah daya tarik produk sehingga konsumen tidak beralih ke produk lain, misalnya dengan mengembangkan perluasan produk, menawarkan produk dengan berbagai type dan desain yang bervariasi, menurunkan harga (discount) dan bila perlu menggunakan penjualan dengan sistem keagenan atau melalui suatu distributor khusus yang bergerak di bidang usaha mebel. 2) Memperluas pasar sasaran (target market) Strategi

perluasan

pasar/pengembangan

pasar

melalui

diversifikasi pasar baik diversifikasi horisontal, vertikal maupun geografis yang bertujuan untuk memasuki peluang-peluang baru. Diversifikasi

horisontal

dimasukkan

menambah

keanekaragaman jenis produk pada pasar yang sama. Diversifikasi vertikal dengan penambahan nilai tambah produk pada pasar yang sama sedangkan diversifikasi geografis bertujuan perluasan pasar baik pasar luar Kota Jakarta atau pasar ekspor. Secara geografis,

pangsa pasar

yang

dilayani

oleh

perusahaan terutama kelompok usaha menengah lebih banyak terpusat di daerah kota-kota besar Pulau Jawa, seperti: Jakarta, Bekasi dan Bogor. Untuk masa yang akan datang kelompok usaha ini harus memperluas pangsa pasarnya mengingat pasar yang berada di luar Kota Jakarta mempunyai daya serap yang cukup besar untuk produk mebel. Selain itu, pangsa pasar ekspor sangat potensial untuk digarap kembali agar sasaran pasar (target market) bertambah luas. Secara demografis sebaiknya kelompok usaha ini tidak semata mengandalkan pada kelompok masyarakat yang berstatus sosial tinggi atau mempunyai pendapatan besar. Di luar Pulau Jawa,

masyarakat

Indonesia

bagian

Timur

dan

sebagian

96

masyarakat kota-kota besar di Pulau Sumatera yang berpendapatan menengah mempunyai potensi besar sebagai target market selanjutnya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan keterampilan menjual produk mebel/pemasaran melalui bimbingan teknis pelatihan pemasaran rutin dari KIKM Jakarta Timur yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemasaran, seperti cara mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, cara melakukan penjualan dan promosi. Selain itu, perlu adanya peningkatan pengetahuan pelaku usaha/pengrajin mebel melalui berbagai media mengenai teknik pemasaran, penulisan laporan keuangan dan hal-hal yang berkaitan dengan penjualan mebel. Di samping itu, komunikasi dengan KIKM Jakarta Timur dan sesama pelaku usaha/pengrajin mebel harus sering dilakukan untuk sharing agar mengetahui informasi terbaru tentang pasar mebel. 3) Menjaga hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur Menjalin hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi terbaru tentang event-event yang berkaitan dengan pemasaran produk mebel. Hubungan baik harus dibangun atas dasar kepercayaan, kejujuran dan keterbukaan sehingga masing-masing pihak dapat menyadari hak dan kewajiban yang telah disepakati bersama. Dengan terjalinnya hubungan baik dan komunikasi yang baik, maka para pengrajin mebel/pelaku usaha dapat dengan cepat mencegah dan bahkan mengatasi permasalahan yang terjadi. Adanya hubungan yang baik antara pelaku usaha/pengrajin mebel dengan KIKM Jakarta Timur dapat memberikan kenyamanan dalam berusaha yang pada akhirnya dapat menguntungkan semua pihak sehingga persaingan yang tidak sehat antara sesama pelaku usaha/pengrajin mebel dapat diatasi sebaik mungkin.

97

4) Mendorong dukungan pemerintah terhadap industri mebel Dukungan pemerintah terhadap industri mebel Jakarta Timur sangat diperlukan. Hal ini berkaitan dengan fasilitas pemasaran yang telah disediakan pemerintah dalam rangka mempromosikan hasil-hasil produk mebel para pengrajin mebel/pelaku usaha. Oleh karena itu, pelaku usaha/pengrajin mebel harus mendukung program tersebut dengan melaksanakan segala kewajiban sebagai anggota KIKM Jakarta Timur agar fasilitas pemerintah tersebut tetap bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. STRATEGI W-O Strategi W-O adalah strategi untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki pelaku usaha/pengrajin mebel dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah : 1) Meningkatkan desain produk (inovasi produk) Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan usaha mebel agar tetap berjalan dengan baik adalah dengan cara pelatihan teknik produksi. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan para pengrajin mebel/pelaku usaha dalam teknik produksi, misalnya: mendesain mebel, keterampilan pertukangan dan teknik finishing. Dengan desain produk yang bervariasi konsumen lebih tertarik untuk memilih dan membeli sehingga bisa meningkatkan omzet penjualan perusahaan. 2) Menjalin hubungan baik dengan bank Dalam pengembangan pemasaran setiap usaha dibutuhkan modal usaha. Oleh karena itu membuka dan menjalin hubungan baik dengan pihak perbankan sangat diharapkan, terutama bagi pelaku usaha pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil. Berdasarkan adanya kelayakan usaha, bank dapat melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja dalam pengembangan usaha mebel. Menjalin hubungan kerja (kemitraan) dengan perusahaan besar/perusahaan menengah adalah salah satu cara untuk

98

meyakinkan dan memudahkan menjalin hubungan baik dengan perbankan. 3) Memperbaiki administrasi perusahaan Suatu usaha pelaku usaha/pengrajin mebel dapat berjalan dengan baik dan terukur bilamana dokumen-dokumen usaha seperti bon pembelian dan penjualan, bon utang dan piutang, surat berharga, pencatatan pendapatan, dan pengeluaran (laporan keuangan) telah tersimpan dan teradministrasi dengan rapih. Administrasi dokumen yang teratur, rapih dan teliti merupakan prinsip dasar pelaku usaha/pengrajin mebel untuk pengembangan usahanya. Dokumen-dokumen tersebut merupakan data bagi pelaku usaha/pengrajin mebel dalam mengambil keputusan untuk pengembangan usahanya. Pelaku usaha/pengrajin mebel dapat mengetahui apakah usahanya tersebut untung atau rugi dalam satu periode atau dalam satu tahun tersebut sehingga pelaku usaha/pengrajin mebel dapat menentukan langkah-langkah yang perlu diambil bilamana menemui kesulitan dalam usahanya dan bahkan dengan adanya data-data

tersebut

pelaku

usaha/pengrajin

mengantisipasi kerugian yang

mebel

dapat

mungkin timbul dan dapat

menentukan strategi yang perlu diambil dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Dokumen-dokumen yang teradministrasi dengan baik dan rapih dapat membantu pelaku usaha/pengrajin mebel dalam mengajukan

keluhan,

apabila

terdapat

kejanggalan

dalam

perolehan pendapatan bagi pelaku usaha/pengrajin mebel kepada KIKM Jakarta Timur. Data tersebut dapat juga dijadikan landasan bagi pelaku usaha/pengrajin mebel untuk lebih berdisiplin dalam usaha

sehingga

usaha/pengrajin

hasil

yang

mebel

pengembangan usaha tersebut.

diperoleh

benar-benar

dari

usaha

digunakan

pelaku untuk

99

STRATEGI S-T Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan pelaku usaha/pengrajin mebel untuk menghindari ancaman-ancaman yang ada. Strategi alternatif yang dapat dilakukan perusahaan adalah : 1)

Menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku. Hubungan yang telah terjalin baik dapat menimbulkan kenyamanan dalam berusaha. Hubungan dengan pemasok bahan baku merupakan hal penting dan perlu dibina untuk menghindari terjadinya kelangkaan bahan baku. Illegal loging atau penebangan liar perlu diberantas karena membahayakan perekonomian dan lingkungan. Illegal loging ini merusak citra Indonesia di mata internasional yang saat ini peduli pada lingkungan hidup. Jika citra terus merosot, mereka akan mengeluarkan regulasi untuk menghentikan pembelian produk furniture kayu dari Indonesia. Illegal loging juga membahayakan keamanan supplay bahan baku kayu industri furniture Indonesia. Oleh karena itu diperlukan pemberantasan illegal loging untuk (a) membangun citra produk furniture kayu Indonesia, (b) mengamankan supplay bahan baku dan (c) mengurangi biaya produksi.

2) Meningkatkan mutu produk. Mutu produk mebel merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari pengrajin mebel/pelaku usaha, mengingat mutu suatu produk sangat berkaitan erat dengan masalah kepuasan konsumen. Setiap pelaku usaha/pengrajin mebel harus memilih tingkat mutu yang akan membantu atau menunjang usaha untuk meningkatkan/mempertahankan posisi dalam pasar. Saat ini pengrajin hanya mengandalkan talent pengrajin namun lambat dalam mengantisipasi dan merespons perkembangan selera pasar. Selain itu, mutu produk juga mengkhawatirkan kalau dikaitkan dengan pesaing yang semakin banyak. Desain produk selama ini terkesan monoton dan tidak banyak berkembang karena kebanyakan lebih melayani desain pesanan dari konsumen.

100

Berdasarkan dari produk yang dihasilkan, ternyata terdapat keuntungan pengadaan produk pada mutu tertentu. Oleh karena itu, mutu produk harus dipilih dengan mempertimbangkan pasar (target market) dari segmen tertentu. 3) Menetapkan harga produk dengan tepat. Penetapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap pengrajin mebel/pelaku usaha karena penetapan harga jual produk mempunyai dampak langsung terhadap besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Penetapan harga sebagian besar berdasarkan pada kuantitas permintaan. Apabila permintaan banyak, harga yang dikenakan akan rendah dan apabila permintaan sedikit harga yang dikenakan akan tinggi walaupun dalam kedua kasus di atas harga satuan yang berlaku mungkin sama. Berdasarkan penelitian di lapangan, harga jual mebel dapat berbeda-beda berdasarkan konsumen. Harga yang lebih tinggi diberikan kepada pembeli yang tidak memperdulikan harga dan harga

yang

lebih

memperhatikan

rendah

harga.

diberikan

Penetapan

pada

harga

pembeli

seperti

ini

yang dapat

menghancurkan kepercayaan konsumen dalam jangka panjang yang pada akhirnya dapat menurunkan omzet penjualan. Kasus seperti ini sering ditemukan pada kelompok usaha mikro/pemula. Selain itu, penetapan harga dilakukan bila harga tersebut sebagian besar ditentukan oleh harga pesaing yang lain. Perusahaan dapat mempertahankan harga produknya lebih tinggi atau lebih rendah dari harga produk pesaing dalam batasan presentase tertentu. Penetapan harga yang berorientasi persaingan ini biasanya digunakan pelaku usaha/pengrajin mebel dalam penawaran kontrak atau sub kontrak. 4) Menjalin kerjasama antar sesama pengrajin mebel. Kerjasama informasi antar pelaku usaha/pengrajin mebel perlu dilakukan untuk memberikan nilai tambah keterampilan dan pengetahuan dalam pengembangan usaha mebel di luar bimbingan

101

teknis atau pelatihan yang diselenggarakan oleh KIKM Jakarta Timur. Di samping itu, kerjasama ini bertujuan untuk meminimalis persaingan yang tidak sehat

di antara sesama pengrajin

mebel/pelaku usaha terutama dalam penentuan harga produk. STRATEGI W-T Strategi W-T merupakan strategi pelaku usaha/pengrajin mebel kerjasama dengan KIKM Jakarta Timur untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki agar terhindar dari ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Membuat terminal bahan baku. Untuk memenuhi target pasar yang ada tidak terlepas dari bahan baku produk, di sisi lain bahan baku adalah salah satu yang menjadi

kendala

dalam

meningkatkan

produksi.

Kesulitan

mendapatkan bahan bagi industri mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur tidak terlepas dari ”permainan oknum” pemasok bahan baku yang berasal dari luar Kota Jakarta. Oleh karena itu, pembangunan terminal bahan baku sangat dibutuhkan. Dengan pembangunan terminal bahan baku diharapkan dapat membantu pelaku

usaha/pengrajin

mebel menekan ongkos

produksi. Tingginya harga jual bahan baku mebel disebabkan oleh industri pengolahan bahan baku mebel harus berinvestasi besar pada mesin potong. Padahal, apabila terminal kayu berhasil dibangun dan berjalan secara optimal, pengrajin sudah bisa membeli kayu selanjutnya

sesuai potongan-potongan

pengrajin

mebel

tinggal

yang proses

dibutuhkan mendesain,

memproduksi, finishing lalu memasarkannya. 2) Mempertahankan harga jual produk di pasaran. Berdasarkan hasil di lapangan, terjadi persaingan yang kurang sehat antara pengrajin dengan saling menjatuhkan harga. Akibatnya margin keuntungan yang didapat semakin tipis, terutama yang diterima oleh pengrajin mebel yang posisinya

102

sebagai mata-rantai terbawah atau pelaku usaha kelompok usaha mikro/pemula. Sebaiknya, di antara para pelaku usaha/pengrajin mebel harus ada kesepakatan dalam penetapan harga untuk mempertahankan harga jual produk di pasaran. Strategi mempertahankan harga jual dapat dilakukan dengan cara melakukan produksi dengan efisien sehingga biaya produksi per satuan produk/per unit produk menjadi lebih rendah sehingga memperoleh margin/keuntungan yang baik. 3) Melakukan kemitraan dengan usaha besar/usaha menengah. Dalam menghadapi persaingan terutama dalam pemasaran, pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur dituntut untuk melakukan hubungan kerjasama (kemitraan) dengan usaha besar/usaha menengah yang bergerak dalam usaha permebelan. Hubungan kerjasama (kemitraan) tersebut perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan

ditandatangani

oleh

pihak-pihak

yang

bekerjasama

berdasarkan kesepakatan bersama. Perjanjian kerjasama yang dibuat harus dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak. Menjalin hubungan kerjasama (kemitraan) ini bertujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk bermutu tinggi dan harga yang murah. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kemitraan ini di antaranya adalah: meningkatkan produktivitas, efisiensi, jaminan mutu produk, kuantitas produk bisa meningkat, kontinuitas produksi, menurunkan resiko kerugian, memberikan social benefit yang cukup tinggi dan bisa meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional. Berdasarkan hasil analisis strategi pemasaran yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, posisi pengembangan pemasaran produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur berada pada kuadran V dan VIII berdasarkan tingkatan kelompok usahanya. Pelaku usaha/pengrajin

103

mebel kelompok usaha menengah terdapat pada kuadran V yang digambarkan sebagai daerah hold dan maintain, yaitu memiliki kekuatan dan peluang yang lebih besar dibandingkan dengan kelemahan dan ancamannya serta strategi pemasaran pada kelompok usaha ini masih relevan dengan perubahan lingkungan saat ini. Strategi yang diterapkan di masa mendatang adalah strategi intensif atau pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluangnya, melalui pemeliharaan mutu produk, peningkatan kemampuan produksi, peningkatan SDM, pengembangan skala usaha, pengembangan pemasaran dan peningkatan ketersediaan bahan baku mebel. Pelaku usaha/pengrajin mebel kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil berada pada kuadran V yang digambarkan sebagai daerah hold and mantain, yaitu peluang yang masih lebih besar dibandingkan dengan kelemahan dan ancamannya. Strategi yang paling tepat dilakukan oleh pelaku usaha/pengrajin mebel adalah hold and maintain, misalnya penetrasi pasar dan pengembangan produk dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada, yaitu pemeliharaan mutu produk, peningkatan kemampuan produksi, peningkatan SDM, pengembangan skala usaha, pengembangan pemasaran dan peningkatan ketersediaan bahan baku. Sedangkan pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha mikro/pemula berada pada kuadran VIII yang digambarkan sebagai harvest or divestiture, yaitu pelaku usaha/pengrajin mebel harus meningkatkan usahanya dari hasil usaha sebelumnya. Artinya, hasil/keuntungan usaha harus bisa membebaskan/meningkatkan usahanya dengan cara pengembangan usaha. Adapun rumusan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur adalah : 1.

Kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil a) Strategi menghadapi pasar yang ada sekarang (current market) 1. Strategi penetrasi pasar Strategi ini berusaha untuk meningkatkan posisi perusahaan dan meningkatkan market share produk mebel yang dihasilkan

104

sekarang. Untuk meningkatkan pangsa pasar, pelaku usaha/ pengrajin mebel harus tetap membina hubungan baik dengan pemasok bahan baku dan konsumen (pelanggan) tetap dengan mengedepankan mutu produk dan pelayanan prima. Pelaku usaha/pengrajin mebel harus mencoba membuka dan menjalin hubungan baik dengan pihak bank atau lembaga keuangan lainnya untuk mengajukan kredit tambahan modal usaha dalam rangka peningkatan produksi. 2. Strategi pengembangan produk Di dalam kondisi persaingan, sangat berbahaya bagi suatu perusahaan bila hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu

untuk

pengembangannya.

Dengan

mengadakan

pengembangan produk, perusahaan dapat memahami kebutuhan dan keinginan pasar, serta melihat kemungkinan penambahan atau perubahan produk, misalnya mutu produk, penampilan (features), pilihan yang ada (option), gaya (style), merek (brand names), pengemasan (packaging), ukuran (sizes), jenis (product lines), macam produk (product items), jaminan (warranties) dan pelayanan (services). Jika dilihat produk mebel yang ada pada sentra industri mebel Jakarta Timur masih mengandalkan produkproduk lama terutama desain mebel. b) Strategi dalam menghadapi pasar yang baru (new market) 1. Strategi Pengembangan Produk Dalam menghadapi pasar yang baru (new market) pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur harus melakukan berbagai strategi. Hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan yang ketat. Ada pun strategi yang harus dilakukan adalah dengan cara pengembangan produk, yaitu: meningkatkan mutu produk mebel, membuat pilihan-pilihan alternatif, menambah variasi/desain produk, penampilan produk, meningkatkan pelayanan terutama after sales, membuat label produk (brand) yang lebih menarik dan membuat jaminan produk.

105

2. Strategi Pengembangan Pasar. Jika dilihat dari pangsa pasar yang dilayani oleh perusahaan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur maka potential market yang belum dapat diraih masih sangat besar. Pangsa pasar di luar Kota Jakarta

dan

sekitarnya

masih

sangat

potensial

untuk

dikembangkan. Jika dianggap perlu, perusahaan khususnya pada kelompok usaha menengah dan usaha kecil dapat melakukan perubahan strategi pemasaran yang lebih relevan dengan kondisi yang ada untuk mencapai pangsa pasar potensial dengan pendekatan harga, promosi dan distribusi yang tepat. Produk mebel yang dihasilkan sudah cukup baik dan diterima di berbagai segmen pasar, tetapi sangat dituntut peningkatan mutu produk. 2.

Kelompok usaha mikro/pemula. Kelompok usaha mikro/pemula sebagai kelompok usaha pendatang baru sebaiknya menerapkan strategi pengembangan usaha. Artinya kelompok usaha mikro pada sentra industri mebel Jakarta Timur seharusnya jangan hanya mengandalkan hasil produk mebel setengah jadi (unfinishing) saja, tetapi harus ada inovasi dari pelaku usaha/pengrajin mebel untuk mengembangkan usahanya dengan cara mencoba mencari pinjaman

modal

usaha.

Hal

ini

bertujuan

untuk

membangun

bengkel/workshop dan showroom serta membeli peralatan produksi.

106

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Pelaku usaha/pengrajin mebel di sentra industri mebel Jakarta Timur mempunyai strategi pemasaran yang berbeda, dimana kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil melakukan promosi di luar pameran yang diselenggarakan KIKM Jakarta Timur sedangkan kelompok usaha mikro hanya mengandalkan pameran KIKM Jakarta Timur dan pesanan dari konsumen. 2. Pelaku usaha/pengrajin mebel di sentra industri mebel Jakarta Timur belum memanfaatkan kekuatan yang ada secara optimal dan belum menangkap peluang secara maksimal untuk mengembangkan usahanya. 3. Alternatif strategi usaha dari hasil analisis SWOT adalah memperluas pasar, meningkatkan desain/inovasi produk, memperbaiki administrasi perusahaan, menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku, meningkatkan mutu produk, membuat terminal bahan baku dan melakukan kemitraan dengan usaha besar/usaha menengah. 5.2 Saran 1. Memperluas pengembangan pasar ke luar Kota Jakarta dan pasar ekspor bagi kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil, sedangkan bagi kelompok usaha mikro agar jangan hanya mengandalkan pasar pameran dan pesanan dari konsumen. 2. Memanfaatkan kekuatan perusahaan yang ada secara optimal untuk mengembangkan pemasaran produk mebel dengan cara inovasi produk dan meningkatkan mutu produk melalui peningkatan SDM perusahaan dan menangkap peluang secara maksimal dengan memperluas pangsa pasar untuk pengembangan usahanya, dengan cara memperbanyak promosi produk melalui media internet. 3. Melaksanakan alternatif strategi usaha : meningkatkan mutu produk dan desain/inovasi produk, menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku, memperbaiki administrasi perusahaan, membuat terminal bahan baku dan melakukan kemitraan dengan usaha besar/usaha menengah.

107

DAFTAR PUSTAKA Aryono B. 2004. ”Analisis Strategi Bauran Pemasaran pada Nava Java Interior.” [Skripsi] pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta. [Asmindo dan Depdag] Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia dan Departemen Perdagangan. 2008. ”Laporan Tahunan.” Asmindo dan Depdag, Jakarta. Assauri S. 2007. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi. Rajawali Perss, Jakarta. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. ”Berita Resmi No.28/05/Th.XI: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008.” BPS, Jakarta. Ciptono F, G Chandra dan D Adriana Pertama). Andi, Jogjakarta.

2009. Pemasaran Strategik. (Edisi

David F. 2004. Manajemen Strategis. Edisi Kesembilan (Terjemahan). Indeks, Yogyakarta. David F. 2006. Manajemen Strategis; Konsep (Terjemahan, Buku 1) Salemba Empat, Jakarta. Davis J. 2005. Majic Numbers For Consumer Marketing: Alat Kuantitatif dan Kualitatif Untuk Mengevaluasi Kesuksesan Pemasaran (Terjemahan). Elex Media Gramedia, Jakarta. Foster, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran Manajemen yang Sukses di Negara Berkembang (Terjemahan). Seri Manajemen No.50, BPFE UGM, Yogyakarta. Griffin, H. 2000. Costumer Loyalty, How to Earn it How to Keepit. Loxington : Books An Imprint of The Free Press. Haeruman, H. 2000. “Peningkatan Daya Saing Industri Kecil untuk Mendukung Program PEL.” Makalah Seminar Peningkatan Daya Saing. Graha Sucofindo, Jakarta. [IAI] Ikatan Akuntan Indonesia. 1985. “Prinsip Akutansi Indonesia 1984” IAI, Jakarta. Istijanto. 2009. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, (Edisi Revisi). Gramedia, Jakarta. [Kemenkop dan UKMI] Kementerian Koperasi dan UKM. 2008. UU RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Asa Mandiri, Jakarta. [KIKM] Koperasi Industri Kayu dan Mebel. 2006. Company Profile Koperasi Industri Kayu dan Mebel Jakarta Timur. KIKM, Jakarta. Kinnear TC, Taylor JR. 1991. Marketing Research; An Applied Approach. Mc. Graw Hill Company. USA.

108

Kotler, P 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian (Terjemahan). Erlangga, Jakarta. ________2000. Marketing Manajemen. The Millenium Edition, Prentice Hall International Edition, New Jersey. Kotler P dan K.L Keller. 2007a. Manajemen Pemasaran (Terjemahan, Edisi 12 Jilid 1). Indeks, Jakarta. ____________________2007b. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi 12 Jilid 2. Indeks, Jakarta. Kotler, P. dan AB Susanto. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. (Jilid 1). Salemba Empat, Jakarta. Kusnadi, A dan S.M Zainal 2002. Akuntansi Manajemen Komprehensif Tradisional dan Kontemporer. Universitas Brawijaya, Malang. Mulyadi. 1991. Akuntansi Biaya. Aditya Media, Yogyakarta. Porter M. 2004. Strategi Bersaing: Teknis Menganalisis Industri dan Pesaing. (Terjemahan) Erlangga, Jakarta. Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Riyanto B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE, Yogyakarta. Robbins, S.P dan C, Mary. 2004. Manajemen (Terjemahan). Indeks, Jakarta. Setiadi, W.T. 2006. ”Analisis Strategi Penggunaan Pengembangan Bahan Baku Kayu Bersertifikat Ekolabel di Indonesia.” Tesis pada Magister Manajemen dan Bisnis. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. Syamsudin, L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tambunan, T. 1997. Peran industri Kecil dalam Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi di Pedesaan. Simposium Industri Kecil. Universitas Kristen Indonesia, Jakarta. Umar H. 2008. Strategic Management in Action: Konsep, Teori dan Teknik Menganalisis Manajemen Strategik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wijaya, I.R. 2000. Hukum Perusahaan: Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaan di Bidang Usaha. Kesaint Blanc, Jakarta.

109

LAMPIRAN

110

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR

PAJARUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

111

Lanjutan Lampiran 1.

PENGANTAR Dalam rangka penyelesaian tugas akhir pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, kami melakukan penelitian dengan judul "Analisis Pengembangan Strategi Pemasaran Mebel di Sentra Industri Mebel Jakarta Timur." Untuk maksud tersebut, kami melakukan penelitian lapangan yang salah satu bentuk implementasinya melalui kuesioner. a. Tujuan Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data-data dan informasi yang akurat dan valid di lapangan dari usaha mebel pada Sentra industri mebel di Jakarta Timur untuk keperluan analisis perusahaan dalam kaitannya dengan aspek pengembangan pemasaran khususnya yang mencakup tentang analisis pengembangan strategi pemasaran. b. Kegunaan Kuesioner Data-data yang diperoleh akan dianalisis dan diolah secara deskripsi dengan penekanan pada aspek pemasaran perusahaan, sehingga diperoleh gambaran tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta perkembangan dan keadaan profitabilitas serta kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha di bidang industri mebel. Hasil dari pengolahan data ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi usaha industri mebel pada Sentra industri mebel Jakarta Timur dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pola pengelolaan aspek pemasaran yang dapat memberikan peningkatan usaha sesuai dengan strategi pemasaran yang dikembangkan. Dengan demikian pada hasil penelitian dapat dirumuskan strategi apa yang dapat dibuat/ direkomendasikan dalam pengembangan strategi pemasaran pada Sentra industri mebel Jakarta Timur di masa yang akan datang. Demikianlah hal ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. Hormat kami,

PAJARUDDIN Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Industri Kecil Menengah Institut Pertanian Bogor

112

Lanjutan Lampiran 1. Untuk memperoleh informasi dari KIKM Jakarta Timur, penulis melakukan wawancara mendalam kepada pengurus KIKM Jakarta Timur tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : a) Pertanyaan yang akan diajukan berupa pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan kondisi KIKM Jakarta Timur dalam membina anggota KIKM Jakarta Timur khususnya dalam aspek pemasaran mebel produksi perusahaan sebagai anggota KIKM Jakarta Timur. b) Jawaban dari pertanyaan akan diisi oleh narasumber dalam bentuk pilihan dan penjelasan berdasarkan informasi dan tingkat kepentingan dalam organisasi. c) Hasil wawancara mendalam bersifat rahasia, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar. A. PROFIL NARASUMBER 1. Nama

: ......................................................

2. Umur

: ......................................................

3. Jabatan

: ......................................................

4. Pendidikan

: ......................................................

5. Alamat Rumah

: ......................................................

6. Nomor Telp./HP

: ......................................................

B. PROFIL KIKM Jakarta Timur 1. Nama Koperasi

: ......................................................

2. Tahun Berdiri

: ......................................................

3. Alamat Koperasi

: ......................................................

4. Jumlah Anggota

: ......................................................

a. Aktif

: ......................................................

b. Tidak Aktif

: ......................................................

C. INFORMASI UMUM 1. Bagaimana peran dan fungsi KIKM Jakarta Timur bagi sentra industri mebel di Jakarta Timur ? Jelaskan.......................................................................................................

113

Lanjutan Lampiran 1. 2. Apa saja yang menjadi persyaratan untuk menjadi anggota KIKM Jakarta Timur ? Jelaskan....................................................................................................... 3. Apakah ada kerjasama antara KIKM Jakarta Timur dengan perusahaan mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur ? a. Ya

b. Tidak

4. Jika ya, bagaimana sistem hubungan kerjasama yang telah dilakukan ? Jelaskan....................................................................................................... 5. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban KIKM Jakarta Timur ? Jelaskan....................................................................................................... 6. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban perusahaan anggota KIKM Jakarta Timur ? Jelaskan....................................................................................................... 7. Apakah KIKM Jakarta Timur juga menjalin kerjasama dengan pihak ketiga? a. Ya

b. Tidak

8. Bila ya, dengan pihak mana saja ? Jelaskan................................................. 9. Bagaimana peranan KIKM Jakarta Timur untuk mengatasi kelangkaan bahan baku ? Jelaskan....................................................................................................... 10. Bagaimana peranan KIKM Jakarta Timur untuk meningkatkan penjualan anggota KIKM Jakarta Timur ? Jelaskan....................................................................................................... 11. Apakah program promosi bulanan yang dilakukan oleh KIKM Jakarta Timur bekerjasama dengan pihak pemerintah Jakarta Timur ? a. Ya

b. Tidak

12. Bila ya, kerjasama dengan dinas apa ? Jelaskan........................................... 13. Kenapa program promosi bulanan dilakukan di Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel ? Jelaskan..................................................................................... 14. Bagaimana sistem program promosi bulanan yang dilakukan ? Jelaskan.......................................................................................................

114

15. Apakah setiap anggota KIKM Jakarta Timur berhak untuk mengikuti promosi tersebut ? a. Ya

b. Tidak

16. Siapa saja yang berhak untuk mengikuti program promosi tersebut ? Jelaskan....................................................................................................... 17. Apa saja syarat untuk mengikuti program promosi tersebut ? Jelaskan....................................................................................................... 18. Bagaimana respon masyarakat/konsumen terhadap program promosi bulanan yang dilakukan di Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel ? Jelaskan.......................................................................................................

115

Lanjutan Lampiran 1. Untuk memperoleh informasi dari perusahaan yang akan diteliti/dikaji, penulis melakukan wawancara mendalam kepada pemilik dan karyawan perusahaan-perusahaan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut : a) Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan berupa pertanyaan sederhana yang berkaitan dengan kondisi perusahaan khususnya aspek pemasaran perusahaan. b) Jawaban dari pertanyaan akan diisi oleh narasumber dalam bentuk pilihan dan penjelasan berdasarkan informasi dan tingkat kepentingan dalam perusahaan. c) Hasil wawancara mendalam bersifat rahasia, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar. A. PROFIL NARASUMBER 1. Nama

: ......................................................

2. Umur

: ......................................................

3. Jabatan

: ......................................................

4. Pendidikan

: ......................................................

5. Alamat Rumah

: ......................................................

6. Nomor Telp./HP

: ......................................................

B. PROFIL USAHA 1. Nama Perusahaan

: ......................................................

2. Tahun Berdiri

: ......................................................

3. Alamat Perusahaan

: ......................................................

a. Workshop

: ......................................................

b. Showroom

: ......................................................

4. Bentuk Badan Usaha

: ......................................................

5. Jumlah Karyawan

: ......................................................

c. Tetap

: ......................................................

d. Tidak tetap

: ......................................................

C. MODAL USAHA 1.

Apakah modal usaha merupakan modal sendiri ? a. Ya

b. Tidak

116

Lanjutan Lampiran 1. 2. Apakah modal usaha merupakan kerjasama dengan pihak luar ? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah modal usaha pernah dapat pinjaman dari pihak bank atau KIKM Jakarta Timur ? a. Ya 4.

b. Tidak

Apakah modal usaha merupakan ancaman bagi perusahaan ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju

5. Apakah menurut anda modal usaha diperlukan pinjaman dari bank ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju 6. Apakah modal usaha merupakan kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju 7. Apakah biaya/ketersediaan modal sekarang menjadi hambatan bagi peusahaan dalam menjalankan usaha anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 8. Apakah sistem keuangan selama ini menjadi hambatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 9. Apakah sistem keuangan selama ini menjadi ancaman bagi stabilitas keuangan perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju D. BAHAN BAKU 1.

Apakah kelangkaan bahan baku merupakan ancaman bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju

2. Apakah kenaikan harga bahan baku merupakan ancaman dalam produksi ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju 3. Apa ketersediaan bahan baku adalah jadi kekuatan pada perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 4. Apa yang menyebabkan kelangkaan bahan baku pada perusahaan anda ? Jelaskan............................................................................................................... 5. Apakah perlu dibuat terminal bahan baku ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

117

Lanjutan Lampiran 1. 6. Apa saja jenis produk yang diproduksi selama ini ? No

Nama Produk

Jumlah

Waktu Produksi

Harga

Ket.

Harga

Total

1 2 7. Bahan baku apa saja yang digunakan dalam produksi? No

Nama Bahan

Asal

Volume

1 2 3

8. Bagaimana perkembangan usaha mebel selama ini ? No

Tahun

Nama Produk

Jumlah Produksi

Jumlah Tenaga Kerja

Omzet

1 2 3

E. PELAYANAN dan PEMASARAN 1. Apakah produk mebel diujual langsung ke konsumen ? a. Ya

b. Tidak

2. Apakah produk mebel dijual melalui agen ? a. Ya

b. Tidak

3. Apaka penjual langsung ke konsumen lebih baik ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 4. Apabila produk mebel dijual melalui agen, berapa jumlah agen yang mengambil/membeli produk anda ? Jelaskan................................................................................................................ 5. Bagaimana mekanisme transaksi penjualan produk ? a. Cash

b. Kredit

6. Berapa rata-rata penjualan produk mebel setiap bulan ? Jelaskan................................................................................................................

118

Lanjutan Lampiran 1. 7. Bagaimana pangsa pasar yang anda jalani sekarang ? a. Sangat tidak baik b. Tidak baik c. Baik d. Sangat baik 8. Apakah pangsa pasar yang baik merupakan kekuatan perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

9. Apakah kepuasan pelanggan selama ini menjadi kekuatan bagi anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 10. Apakah selama ini ada pelanggan yang komplain, bagaimana mengatasinya ? Jelaskan.............................................................................................................. 11. Apakah mutu pelayanan yang baik menjadi kekuatan bagi perusahaan ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 12. Apakah penetapan harga selama ini sudah efektif untuk meraih pelanggan ? a. Ya

b. Tidak

13. Apakah distribusi produk kepada pelanggan sudah berjalan dengan baik ? a. Ya

b. Tidak

14. Apa saja yang menjadi kendala dalam distribusi produk perusahaan anda ? Jelaskan............................................................................................................. 15. Apakah promosi yang diadakan oleh KIKM Jakarta Timur sudah efektif bagi perushaan anda ? a. Ya

b. Tidak

16. Apakah ada peningkatan penjualan perusahaan anda setelah bergabung dengan KIKM Jakarta Timur ? Jelaskan.............................................................................................................. 17. Apakah setelah bergabung dengan KIKM Jakarta Timur merupakan kekuatan penjualan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 18. Apakah desain produk baru menjadi efektif untuk menggaet konsumen ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 19. Apakah jarak antara work shop dengan tempat promosi menjadi hambatan ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

119

Lanjutan Lampiran 1. 20. Apakah fasilitas perusahaan sekarang menjadi ancaman bagi perusahaan ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 21. Apakah fasilitas yang disediakan KIKM Jakarta Timur menjadi kekuatan dalam melaksanakan promosi produk ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 22. Apakah kapasitas tenaga kerja yang dimiliki menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 23. Apakah kapasitas tenaga kerja yang dimiliki merupakan kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 24. Apakah tenaga kerja yang dimiliki mempunyai loyalitas dan dedikasi yang tinggi kepada perusahaan anda ? a. Ya

b. Tidak

25. Jika ya, apakah loyalitas dan dedikasi tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 26. Apakah kemampuan berproduksi yang tepat merupakan kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 27. Apakah keahlian teknik manufaktur menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju F. PERSAINGAN PRODUK 1. Apakah ada persaingan produk antara sesama perusahaan lokal ? a. Ya

b. Tidak

2. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 3. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 4. Apakah produk impor asal China merupakan ancaman bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

120

Lanjutan Lampiran 1. 5. Apakah ada persaingan desain dan model antara sesama perusahaan lokal ? a. Ya

b. Tidak

6. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 7. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 8. Apakah harga produk impor asal China merupakan ancaman bagi perusahaan? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 9. Apakah ada persaingan harga antara sesama perusahaan lokal ? a. Ya

b. Tidak

10. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 11. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 12. Apakah harga impor asal China yang lebih murah merupakan ancaman bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 13. Apakah ada persaingan antara sesama perusahaan lokal untuk meraih pelanggan baru ? a. Ya

b. Tidak

14. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 15. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 16. Apakah persaingan terjadi juga dengan produk asal China ? a. Ya

b. Tidak

17. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 18. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

121

Lanjutan Lampiran 1. 19. Apakah pimpinan anda adalah sosok pemimpin yang mempunyai pandangan ke depan untuk meMenengahkan perusahaan anda ? a. Ya

b. Tidak

20. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 21. Apakah karyawan anda punya loyalitas dan dedikasi yang baik kepada pimpinan perusahaan anda ? a. Ya

b. Tidak

22. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 23. Apakah pimpinan anda adalah sosok pemimpin yang mempunyai wawasan kewirausahaan ? a. Ya

b. Tidak

24. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 25. Apakah karyawan anda punya kemauan kewirausahaan yang tinggi ? a. Ya

b. Tidak

26. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju 27. Apakah pimpinan anda adalah sosok pemimpin yang fleksibel dan responsif terhadap karyawan ? a. Ya

b. Tidak

28. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ? Jelaskan................................................................................................................ 29. Apakah karyawan anda mempunyai sifat yang fleksibel dan responsif terhadap segala tugas yang diberikan ? a. Ya

b. Tidak

30. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda? a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

122

Lampiran 2 Pembobotan terhadap faktor strategi internal Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap perusahaan pada Sentra industri mebel di Jakarta Timur. Contoh: 1. “SDM yang berpengalaman” (A pada baris/vertikal) lebih penting daripada “Pengalaman perusahaan memproduksi mebel” (B pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1. 2. “SDM yang berpengalaman” (A pada baris/vertikal) sama penting dari pada “Pengalaman perusahaan memproduksi mebel” (B pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2 3. “SDM yang berpengalaman” (A pada baris/vertikal) tidak lebih penting daripada

“Pengalaman

perusahaan

memproduksi

mebel”

(B

pada

kolom/horizontal), maka nilainya = 3 * Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris kesatu terhadap kolom dan harus konsisten. Faktor Penentu Internal

Sumber Daya Manusia yang berpengalaman Pengalaman perusahaan memproduksi mebel Image produk sudah dikenal masyarakat Harga produk mebel terjangkau konsumen Hubungan baik perusahaan dengan KIKM Biaya produksi mebel masih tinggi Kapasitas produksi masih terbatas Teknologi yang dipakai masih sederhana Sistem administrasi perusahaan kurang baik Inovasi produk masih kurang (monoton)

( A ) ( B ) ( C ) ( D ) ( E ) ( F ) ( G ) ( H ) ( I ) ( J ) Total Skor (A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J)

123

Lampiran 3 Pembobotan terhadap faktor strategi eksternal Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap perusahaan pada Sentra industri mebel di Jakarta Timur. Contoh: 4. “Terjaminnya pangsa pasar lokal” (A pada baris/vertikal) lebih penting dari pada “Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas” (B pada kolom/horizontal), maka nilainya = 1. 5. “Terjaminnya pangsa pasar lokal” (A pada baris/vertikal) sama penting dari pada “Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas” (B pada kolom/horizontal), maka nilainya = 2 6. “Terjaminnya pangsa pasar lokal” (A pada baris/vertikal) tidak lebih penting dari

pada

“Pangsa

pasar

ekspor

masih

terbuka

luas”

(B

pada

kolom/horizontal), maka nilainya = 3 * Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris kesatu terhadap kolom dan harus konsisten.

Faktor Penentu Eksternal Terjaminnya pangsa pasar lokal Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas Dukungan pemerintah terhadap industri mebel Kemajuan teknologi yang semakin berkembang Dukungan modal dari pihak perbankan Kesulitan mendapatkan bahan baku Tingginya harga bahan baku Menurunnya daya beli masyarakat Masuknya produk mebel impor asal China Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis

( A ) ( B ) ( C ) ( D ) ( E ) ( F ) ( G ) ( H ) ( I ) ( J ) Total Skor (A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H) (I) (J)

124

Lampiran 4 Pemberian nilai peringkat terhadap peluang Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, Nilai 3, Nilai 2, Nilai 1,

Menurut

Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam meraih peluang. Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih peluang. Jika perusahaan mempunyai kemampuan sedang dalam meraih peluang. Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam meraih peluang. Bapak/Ibu,

bagaimana

kemampuan

perusahaan

anda

dalam

memanfaatkan peluang berikut di bawah ini: Peluang Terjaminnya pangsa pasar lokal Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas Dukungan Pemerintah terhadap industri mebel KeMenengahan teknologi yang semakin berkembang Dukungan modal dari pihak Perbankan

4

3

2

1

125

Lampiran 5 Pemberian nilai peringkat terhadap ancaman Petunjuk Pengisian : Pemberian nilai peringkat didasarkan pada besarnya ancaman dalam mempengaruhi keberadaan perusahaan. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 1, Nilai 2, Nilai 3, Nilai 4,

Jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi perusahaan. Jika faktor ancaman kuat mempengaruhi perusahaan. Jika faktor ancaman akan memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan. Jika faktor ancaman tidak akan memberikan pengaruh terhadap perusahaan

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana perusahaan anda dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor ancaman berikut di bawah ini: Ancaman Kesulitan mendapatkan bahan baku Tingginya harga bahan baku Menurunnya daya beli masyarakat/konsumen Masuknya produk mebel impor asal China Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis

4

3

2

1

126

Lampiran 6 Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan Petunjuk Pengisian : Pemberian

nilai

peringkat

didasarkan

pada

kekuatan

perusahaan

dibandingkan pesaing utama atau rataan industri. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 4, Nilai 3,

Jika faktor tersebut kekuatan utama bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Jika faktor tersebut kekuatan kecil bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing.

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kondisi perusahaan anda bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing utama atau industri mebel lainnya dalam hal faktorfaktor kekuatan yang dimiliki perusahaan berikut di bawah ini: Kekuatan SDM yang berpengalaman Pengalaman perusahaan memproduksi mebel Image produk sudah terkenal di masyarakat Harga produk mebel terjangkau konsumen Hubungan baik perusahaan dengan KIKM Jakarta Timur

4

3

127

Lampiran 7 Pemberian nilai peringkat terhadap kelemahan Petunjuk Pengisian : Pemberian

nilai

peringkat

didasarkan

pada

kekuatan

perusahaan

dibandingkan pesaing utama atau rataan industri. Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 1, Nilai 2,

Jika faktor tersebut kelemahan utama bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Jika faktor tersebut kelemahan kecil bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing.

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kondisi perusahaan anda bila dibandingkan dengan perusahaan pesaing utama atau industri mebel lainnya dalam hal faktorfaktor kelemahan yang dimiliki perusahaan berikut: 2

Kelemahan Biaya produksi mebel masih tinggi Kapasitas produksi masih terbatas Teknologi yang dipakai masih sederhana Administrasi perusahaan kurang baik Inovasi produk masih kurang (monoton)

1

Daftar Tabel hasil analisis SWOT pada perusahaan KEKUATAN: 1. 2. 3. 4. 5.

...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ......................................................

KELEMAHAN: 1. 2. 3. 4.

...................................................... ...................................................... ...................................................... ......................................................

PELUANG:

ANCAMAN:

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4.

...................................................... ...................................................... ...................................................... ...................................................... ......................................................

...................................................... ...................................................... ...................................................... ......................................................

Related Documents

Pengembangan _ktsp
May 2020 37
Pengembangan Bahasa.docx
December 2019 53
Pengembangan Diri
December 2019 67
Pengembangan Ktsp
July 2020 33

More Documents from "Mulyana Amirah"