Gaya Desain-wagiono Sunarto.pdf

  • Uploaded by: Andri Desu
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Gaya Desain-wagiono Sunarto.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 21,462
  • Pages: 172
GAYA DESAIN

Tinjauan Sejarah

Wagiono Sunarto

GAYA DESAIN Tinjauan Sejarah Wagiono Sunarto Copyright © Wagiono Sunarto 2013 Editor: Sonya Sondakh Desain sampul dan tata letak: Indah Tjahjawulan Copyright © Wagiono Sunarto 2013 Editor: Sonya Sondakh Desain sampul dan tata letak: Indah Tjahjawulan Diterbitkan oleh

Pascasarjana IKJ

Jl. Cikini Raya 73 Jakarta Pusat 10330 (+62 21) 315 9687 [email protected] Cetakan ke satu 2013 ISBN 978-602-99174-6-8

GAYA DESAIN

Tinjauan Sejarah

Wagiono Sunarto

Daftar isi Pengantar | Dr. Iwan Gunawan

vi

1

1

2

27

3

33

4

55

5

75

6

93

7

127

8

149

Penutup

157

Daftar Pustaka

x

Desain dan Lingkungan Gaya Desain Grafis Gaya Desain Pra-Modern Gaya Desain Modern Awal Gaya Desain Modern Gaya Desain Modern Akhir Gaya Desain Pasca-Modern Tinjauan Sejarah Gaya Desain Indonesia

Menelusuri Kembali Jejak Gaya Desain Dr. Iwan Gunawan

Pengantar Istilah

“desain”

dikenal

di

Indonesia

jauh

sesudah

kemunculannya di negara-negara Barat. Di samping itu, pengertian dan konsep-konsep desain yang berkembang di Barat juga diterima masyarakat Indonesia lebih lambat beberapa tahun. Desain bergaya, Art Deco misalnya, yang sejak tahun 1920-an mulai populer di Eropa, baru mulai menjadi terlihat secara signifikan di kota-kota di Indonesia pada tahun 1940-an. Namun, dalam perkembangannya, kesenjangan waktu ini semakin menjadi pendek berkat semakin cepatnya penyebaran informasi melalui media. Saat ini gaya desain yang kita lihat dalam masyarakat Indonesia tak jauh berbeda dengan gaya desain yang dianut orang di negaranegara lain. Kebutuhan untuk mengonsumsi “gaya” ini terasan semakin besar. Gaya desain di negara Barat sedikit banyaknya memang menunjukkan keterkaitan antara perkembangan kebudayaan Barat – teknologi, peradaban, dan kebudayaan

vi

Barat dengan bentuk serta rupa desainnya. Dengan pemikiran itu, logis bila gaya desain menjadi alasan suatu produk dibeli oleh konsumen. Di sisi lain, gaya desain dimanfaatkan agar konsumen mau membeli produknya. Dengan pemikiran itu juga, umumnya di Indonesia, gaya desain yang diserap menjadi sebatas kulit, hanya menjadi alat agar kebutuhan-kebutuhan di atas terpenuhi. Hal tersebut terjadi karena memang perkembangan sosial dan budaya di negara Barat berbeda dengan di Indonesia. Dipercaya bahwa gaya desain menjadi tanda keikutsertaan kita pada arus utama yang paling baru. Dengan kita “sama” dalam gaya dengan negara-negara Barat, maka seakan-akan kita sama majunya dengan masyarakat Barat – “kulit luar menerangkan isi”. Buku ini membicarakan bagaimana kulit terbentuk dari “isi”, suatu pergolakan pemikiran yang memiliki dasar yang kuat dari suatu kelompok seniman atau perancang yang menanggapi permasalahan tertentu sehingga antara gaya dan pemikiran tersebut ada pertautan. Gaya desain juga bisa dibentuk dari situasi ekonomi, kemajuan teknologi dan industri. Gaya desain bisa menanggapi tekanan politik di suatu wilayah negara. Gaya desain bisa timbul akibat kritik terhadap gaya yang muncul sebelumnya. Gaya desain bisa mendasarkan pada fungsi perlindungan terhadap iklim dan cuaca suatu kawasan.

vii GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Arsitektur merupakan salah satu titik tolak penting dalam pembicaraan, karena aspek dominannya terhadap lansekap kota. Gaya yang disampaikan suatu bangunan berpengaruh pada apresiasi masyarakat sekitarnya. Desain interior dan produk kemudian mengisi ruang visual masyarakat dengan tata ruang dan produk-produk yang digunakan masyarakat seharihari. Dalam periode tertentu ada keterkaitan yang sangat kuat antara arsitektur dan produk, sehingga ada kesesuaian dalam rupa. Belum lagi bila kita membahas pakaian pada masa tertentu. Kesemuanya memberikan kenyamanan pada mata karena konsep rupa yang sesuai, terlihat harmonis. Rancangan grafis, dalam proses penciptaannya menggunakan prinsipprinsip komunikasi visual. Perancang grafis mengemas pesanpesan ke dalam ekspresi pada produk-produk media massa, kemasan, iklan, dan sistem identitas, dengan gaya yang sesuai zamannya, yang diterima oleh masyarakat pada umumnya. Industrialisasi dan penggunaan mesin-mesin berakibat pada tuntutan memroduksi barang secara massal. Jumlah produksi dan penyebaran produk yang luas membutuhkan proses promosi yang biasanya dibebankan pada bidang desain grafis. Alasan tersebut, kemajuan konsep periklanan, teknologi percetakan, kemasan, dan konsep komunikasi visual mendorong Desain Grafis tumbuh menjadi industri tersendiri.

viii

Uraian dalam buku ini diungkap dalam pendekatan sejarah yang kronologis, dan bertolak pada pikiran-pikiran dominan yang membentuk gaya desain, khususnya Desain Grafis. Desain Grafis saat ini di Indonesia tumbuh semakin pesat. Profesi ini berkembang dari berbagai arah; sekolah-sekolah dan praktisi di bidang Desain Grafis, Desain Komunikasi Visual, Komunikasi, Seni, Periklanan, Grafika, dan Teknologi Informasi. Desain Grafis bisa dikatakan paling mudah untuk mengaplikasikan gaya ke dalam produk-produknya. Alasan suatu gaya terbentuk muncul dari berbagai faktor yang tidak semata permasalahan estetika. Mungkin penting juga bagi orang Indonesia memahami bagaimana “kulit” itu terbentuk akibat “isi”, sehingga kalau pun “kulit” itu akan diadopsi ke dalam rancangan konsep desain grafis kita, pendekatan yang digunakan tetap merupakan sesuatu yang tumbuh secara alami dari permasalahan yang harus diselesaikan pada setiap desain.

ix GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

x

Desain dan Lingkungan

M

1

anusia membangun lingkungan hidup buatan untuk

memenuhi berbagai kebutuhannya. Pada tingkat yang paling sederhana, manusia perlu tempat untuk berkumpul dan melindungi diri dari cuaca, alam, mahluk lain, dan bahkan dari sesama manusia lain . Pada awalnya, manusaia purba yang hidup berpindah-pindah (nomad), memanfaatkan gua dan ceruk sebagai tempat berlindung. Mereka juga memanfaatkan api untuk menghangatkan diri, masak, dan mengusir hewan dan serangga. Kemudian, manusia mulai berpikir untuk memakai pelindung atau shelter sebagai tempat berteduh darurat yang bisa ditinggal ketika harus berpindah.

1 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr. 1 Manusia prasejarah (Janson, H.W:1986)

gbr.2 Shelter manusia pra- sejarah (Janson, H.W:1986)

Selanjutnya, pada waktu harus menetap sementara disuatu lokasi, terjadi kemajuan berpikir dalam membuat tempat bermukim, yaitu semacam rumah semi-permanen dari bahan yang ada disekitarnya. Bahan dan teknik konstruksinya sangat bervariasi di berbagai wilayah.

2

gbr. 3 Teknik sederhana membangun rumah manusia pra- sejarah (Janson, H.W:1986)

Dari contoh sederhana ini kita dapat melihat faktor dasar yang mengakibatkan terjadinya bentuk tertentu yaitu : (a) kebutuhan atau fungsi bangunan, (b) bahan bangunan, (c) teknik membangun, dan (d) kondisi alam. Dengan teknik membangun yang berbeda, potongan kayu dan ranting dapat dijalin menjadi berbentuk kubah, atau diikat berbentuk kerucut, rangka ini kemudian ditutupi ‘daun’ rumput atau kulit. Pada daerah lain banyak teknik membangun yang berbeda dari bahan berbeda. Teknik membangun sederhana dengan potongan cabang dan ranting masih dilakukan sampai sekarang, oleh bangsa-bangsa penggembara. Petani berpindah di Yunani ini membangun rumah berbentuk kubah lancip (pointed domme) dari bahan ranting dan cabang kayu. Teknik membangun merupakan salah satu ciri budaya fisik masyarakat tradisional yang kemudian berkembang menjadi seni membangun, atau seni arsitektur.

3 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr.4 Teknik sederhana membangun rumah (Janson, H.W:1986)

Bangunan,

selain

suatu

bentuk

fungsional,

juga

mengekspresikan suatu aspirasi , baik individual, komunal. Selain fungsi fisik, bangunan sering berfungsi ‘simbolik’. Pada bangunan tradisional, ekspresi komunal tampak lebih menonjol, telah mulai terlihat nyata adanya suatu keputusankeputusan individual, yang akan menjadi dasar perwujudannya. Keputusan dan pemilihan bentuk, sekala, ukuran, tata rupa, tata letak dan material adalah esensi dari ‘Design-Decission’ – dan awal dari proses desain. Dalam proses ini, selain pertimbangan teknis – pragmatik serta pertimbangan estetik – simbolik juga ikut menentukan bentuk akhir bangunan.

4

Masyarakat petani yang telah menetap, membangun permukiman yang lebih kokoh dan besar karena meningkatnya kegiatan dan jumlah anggota keluarga yang ditampung. Mereka harus hidup berkelompok dalam jumlah lebih besar karena hal yang harus dikerjakan menjadi lebih banyak. Untuk melindungi kelompoknya, mereka membangun rumah dan pagar pengaman dengan balok kayu yang lebih besar. gbr.5 rumah masyarakat yang telah menetap ((Janson, H.W:1986)

Bahan yang dipakai untuk permukiman bersama ini sangat beragam, tergantung kondisi alam pada berbagai tempat. Pada perkembangan lanjut, manusia memproduksi batu bata untuk dinding dan genteng atap. Penggunaan bata umum dilakukan di tempat yang panas dan banyak air, misalnya di daerah Sumeria dan di lembah sungai Indus.

gbr. 6 rumah masyarakat yang telah menetap (Janson, H.W:1986)

5 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Pada masyarakat tertentu, kebutuhan untuk berkumpul dan mengelompok terjadi karena mereka harus mempertahankan diri dari berbagai bahaya. Komunitas tradisional membangun pola permukimam yang sesuai dengan keadaan dan perkembangan

budaya.

Kelompok

masyarakat

yang

besar sebesar ini cenderung menetap permanen dan mengembangkan tata-aturan komunitas yang harus dipatuhi semua warga. gbr.7 Pola pemukinam sukusuku di Afrika

Seni membangun rumah dan daerah permukiman berkembang menjadi tradisi yang dipertahankan. Rumah-rumah asli penduduk dibuat dari bahan yang ada di sekitarnya dan diatur supaya sesuai dengan iklim dan cuaca setempat. Di tempat panas, dipakai bahan yang punya daya insulasi, dan dibuat sistem ventilasi untuk mengurangi panas. Di daerah yang dingin, lembab dan banyak hujan, dibuat rumah yang kokoh dan hangat, dengan lantai dinding dan atap yang tahan air.

6

gbr. 8 rumah di daerah panas (Janson, H.W:1986)

gbr. 9 rumah di daerah dingin (sumber

Bangunan-bangunan

tradisional

dikembangkan

turun-

temurun sehingga tak banyak terdapat ungkapan pribadi atau personal statement yang berbeda dengan kebiasaan. Konstruksi dalam bangunan permukiman dibuat dalam skala dan ukuran yang ‘manusiawi’. Dibangun bersama-sama

7 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

biasanya dalam suatu sistem komunal yang berlaku, sesuai adat dan tradisi sosial yang berlaku. gbr.10 Rumah adat MInangkabau di Sumatera Barat (dok. pribadi)

gbr.11 Jembatan bambu di daerah Jawa Barat (dok. pribadi)

Bangunan monumental dibuat dalam ukuran dan sekala yang spektakuler sehingga membuat manusia terasa kecil. Dari ukuran terasa bahwa bangunan tersebut tidak dibuat untuk kegiatan biasa. Bangunan-bangunan monumental lebih berfungsi sebagai simbol yang menyiratkan makna-makna tertentu bagi komunitasnya. Pyramid di Giza ini dibuat 2000 SM, untuk mengubur Raja Khefren. Tingginya sekitar 150 meter.

8

Di padang pasir bentuk ini menonjol seperti gunung buatan. Bentuk sebesar ini, dibangun bukan untuk masyarakat biasa dan tidak untuk orang yang masih hidup. Karena itu kompleks Piramid Giza juga disebut Necropolis, atau kota untuk jenazah. Dasar piramid berbentuk bujur sangkar sempurna, mengacu pada empat arah mata angin. Piramid adalah bentuk geometrik murni yang logis untuk membangun suatu bangunan yang tinggi, dengan teknik menumpuk batu. Keajaiban teknologinya karena ukuran bangunan yang luar biasa, dan beratnya batu yang harus dipindahkan dari tempat yang jauh serta teknik pembuatan batu dan penyusunan batu supaya mencapai bentuk sempurna. Fungsi bangunannnya adalah makna simbolik, sebagai lambang keabadian. Karena itu digunakan batu yang tahan terhadap cuaca dan zaman. Pada awalnya piramid berbentuk makam atau ‘mastaba’ yang kemudian berkembang menjadi piramid berundak. Di dalam piramid dibuat ruang penyimpanan mumi dan harta raja, yang disembunyikan diantara lorong-lorong untuk menyesatkan pencuri. gbr. 12 Pyramid di Mesir

9 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr.13 Tampak bagian dalam pyramid Mesir

Batu yang dibentuk menjadi kotak, dan ditumpuk menjadi struktur raksasa merupakan teknologi awal bangunanbangunan monumental . Selain sebagai makam, bangunan monumental juga dibuat untuk kegiatan agama dan kepercayaan, seperti Pyramid bangsa Maya yang banyak di bangun di Mexico, antara abad ke 6 - 11 M. Tangga dan undakan melambangkan tingkatan yang harus dilalui ke tempat dewa yang tinggi. Di atasnya dibuat pelataran dan bangunan kotak untuk upacara persembahan. gbr.14 Pyramid di Meksiko

10

Borobudur juga merupakan bangunan simbolik yang prinsip teknik dasarnya menggunakan tumpukan batu yang masif. Denahnya

menggambarkan

‘Mandala’,

suatu

diagram

kosmologi Budha, yang melambangkan alam semesta, dan alam jiwa manusia. Pintunya menghadap ke empat penjuru angin. Sosok dasarnya menyerupai meru atau gunung suci dalam kepercayaan Hindu-Budha. Borobudur merupakan harta pusaka dunia, karena keunikan dan keunggulan teknologi pembuatannya. Borobudur dibentuk dan dihias dengan berbagai ikon dan ceritera bertema agama Budha. gbr. 15 Borobudur

11 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Tembok Cina juga merupakan tembok masif yang dibuat dari tumpukan batu. Gunanya untuk menangkal serangan bangsa Mongolia dari Utara. Panjangnya 5000 km, dan dibuat melalui dataran dan pegunungan dengan lebar dan tinggi bervariasi sesuai kondisi alam dan pertimbangan strategis pertahanan. gbr.16 Tembok Cina

Konstruksi monumental yang paling sederhana adalah susunan dan tumpukan batu solid dan masif dalam skala besar. Dalam konstruksi seperti ini ruang interior yang terjadi sangat kecil dibandingkan dengan jumlah material batu yang dipakai. Untuk membangun ruang-ruang yang lebih besar, diperlukan teknologi yang berbeda. Pada bangunan-bangunan kuno, cara yang banyak dipakai adalah: (1)

Sistem Lintel, atau balok tiang (post and beam) baik menggunakan kayu, maupun memakai batu-batu ukuran besar.

(2)

12

Sistem Corbeling, yaitu batu-batu yang dibuat

bentuk kotak yang disusun dalam interval, sehingga terjadi rongga, tanpa menggunakan balok / beam. (3)

Sistem Round Arch atau busur lengkung, dan Pointed Arch atau busur lancip. Dalam teknik ini batu pembentuk lengkungan dipahat secara seksama sehingga saling berkait dan dapat menahan beban di atasnya. Ketiga sistem ini dipakai untuk membuat bukaan pada dinding atau membuat kubah.

Kekuatan konstruksi bangunan ini tidak hanya tergantung pada semen atau perekat batu, tetapi pada tekniknya menyusun dan membentuk setiap batu secara Presisi. Batu diikat dengan sistem cramps atau dowel. Tukang batu (Masonry) dianggap ahli yang punya kelebihan khusus. Dengan teknik ini, berbagai bentuk kubah atau ‘dome’ pada katedral dan masjid-masjid akbar bisa dibangun dengan sempurna. Pada masa pra-modern dan zaman modern, ditemukan berbagai teknik baru yang lebih efisien dan ekonomis untuk membangun lebih cepat dan untuk memungkinkan rasio berat struktur dan ruang yang lebih tinggi , yaitu : (a)

Rangka

baja,

dengan

truss/centilever

(prefabricated iron/steel structure)

13 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

(b)

Beton bertulang (pre stressed-concrete atau beton pra-tekan)

(c)

Space-frame / geodesic dome

(d)

Tension – cable

Dengan teknologi ini, makin banyak kebebasan dalam menciptakan bentuk- bentuk baru dalam arsitektur. Sistem ‘Lintel’ atau balok tiang terlihat pada Stone Henge, monumen batu di Inggris. Konstruksi yang membentuk lingkaran ini mungkin merupakan pusat pertemuan untuk upacara pemujaan dewa matahari . Posisi dan ukuran batunya diduga diatur sesuai dengan arah gerak matahari sehingga dari bayangannya dapat terlihat perhitungan waktu dan musim.

gbr.17 Konstruksi bangunan

14

gbr. 18 Stone Henge

Parthenon di kompleks candi Acropolis adalah salah satu contoh klasik arsitektur kuno Yunasi, yang menjadi cikal bakal seni arsitektur barat dan menjadi sumber inspirasi berbagai gaya arsitektur sampai sekarang. Parthenon terkenal karena konsep tata – ukuran, bentuk dan proporsi yang dikenal sebagai dorics – order. Konstruksi bangunan Lintel atau post and beam’ terbuat dari batu, dengan konstruksi atap kayu. Dengan sistem ini terbentuk ruang interior yang lebih luas dan lega, walaupun banyak tiang-tiangnya. Arsitektur monumental Yunani mendapat ilham dari bangunan konstruksi kayu, yang menggunakan tiang kayu, dengan bantalan kayu disebut ‘abacus’. Menopang balok lintang penunjang atap. Gaya ini terlihat pada bangunan monumental batu yang dikenal dengan ‘3 order’, yaitu: (a) Gaya Doric yang paling awal dengan ‘kapital’ sederhana (b) Gaya Ionic dengan ‘Kapital’ atau kepala berbentuk melingkar seperti tanduk domba jantan, dan (c) Gaya Corinthian yang lebih baru, dengan ‘Kapital’ berbentuk daun ‘acantus’ atau ‘chorintus’ Ini contoh awal elemen arsitektur yang diilhami flora-fauna.

15 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr.19 Parthenon

Pada kuil di Horus, Edfu, Mesir dan pada kuil Ammon di Karnak, Mesir (1350 – 1250 SM, Dinasti XIX), terlihat kapital yang merupakan stilasi dari kuncup dan bunga papyrus atau lotus. Bentuk tiang dan kapital ini mendapat inspirasi dari konstruksi rumah tradisional yang atapnya disangga ikatan batang papyrus. Tiang kuil Karnak tingginya 66 f.t. atau 33 m, lebar kapitalnya 22 f.t. atau 7 m. Kompleks stupa di Ajantan dan Bhaja India tidak dibangun tetapi dikeruk dan dipahat pada tebing batu. Namun, karena ‘tradisi dan konvensi’ bentuk ruangnya masih terikat pada teknologi membangun sistem Lintel. Paduan sistem ‘Lintel dan korbeling’ serta busur arch, menjadi teknik yang banyak dipakai di Eropa. Teknik ini dipakai untuk membangun berbagai bangunan dan fasilitas umum dan

16

konstruksi monumental bangsa Roma, dan negara-negara taklukannya sampai Abad Pertengahan, Barisan tiang atau colonade mempunyai fungsi konstruksi dan juga keindahan. gbr. 20 Kiri: Kuil di Mesir Bawah: Kuil di India

Konstruksi arch batu dapat membentuk stadion silindris besar yang dapat menampung puluhan ribu penonton. Paduan teknik Lintel, korbeling dan busur batu,banyak dipakai pada bangunan gaya Romanesque dan Bizantium. Bangsa Roma, terkenal karena teknologi konstruksi batu dalam sekala besar, banyak membuat aquaduct untuk mengalirkan air dari tempat jauh ke kota-kota kuno mereka.

17 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Teknik busur batu, memungkinkan terbentunya kubah-kubah besar (dome) dan ruang-ruang yang luas, untuk upacara massal dalam katedral-katedral dan masjid-masjid akbar di Istambul. Pada masa Renaisans banyak katedral memakai dome yang dilukis atau dihiasi dengan ornamen yang rumit dan indah. gbr.21 Berbagai bangunan dengan teknik busur batu

18

gbr. 22 Berbagai bangunan dengan teknik busur batu

19 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Teknik arch batu tetap dipakai sampai awal abad ke-19 untuk membuat jembatan yang bentangannya terbatas. Atau jembatan penghias taman yang mementingkan bentuk estetik dan sensasi serta pengalaman watu menyebrang. gbr.23 Jembatan dengan teknik busur batu

Kubah batu memungkinkan terbentuknya ruang aktivitas yang luas, dipakai gaya arsitektur Roma kuno, Bizantium, Renaisans, dan Neo-klasik. Pada masa gaya Gotik di Eropa Barat, dibangun katedral yang menjulang seperti menara memakai teknik

20

batu berbentuk ‘pointed arch’ yang diperkuat oleh struktur penguat butress dan flying butress . Dengan teknologi ini, dimungkinkan adanya jendela kaca patri yang indah. Teknik ini menciptakan pengalaman vertikal yang membuat manusia merasa kecil dan rendah pada waktu memasuki katedral ini. Untuk memperkuat, sekaligus memperindah ceiling, dibuat rusuk-rusuk batu dekoratif (ribbed – rault). Teknologi kuno dalam arsitektur telah mengakibatkan bentuk-bentuk bangunan monumental yang khas dan unik pada berbagai daerah dan pada berbagai periode sejarah. gbr. 24 Bangunan masa Gothik dengan teknik busur batu

21 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Pada akhir abad ke-19 bangsa Eropa mengembangkan teknologi baru dengan bahan baru, yang terutama memakai konstruksi besi baja, kaca, beton bertulang, dan kawat-kawat baja. Dengan telnologi ini, terbentuk ruang-ruang kegiatan yang luas dan bentangan yang lebih besar dan efisien, serta bentuk-bentuk yang baru dan bebas. Teknologi cast iron dan prefabricated iron / stell construction serta panil kaca lebar memungkinkan dibangunnya ruang publik yang luas dan terang. Teknologi tersebut, menciptakan lengkung raksasa yang mirip seperti busur dalam teksnik batu susun. gbr.23 Bangunan dengan teknologi besi cor

22

Teknologi strusktur baja, digabung dengan reinforced concrete menciptakan ruang stadion besar yang indah. Dengan teknologi konstruksi baja-baja masa kini maka tercipta lingkungan yang seragam, kaku, dan dingin di banyak tempat di dunia. gbr. 26 Bangunan modern

Teknologi

reinforced

concrete

atau

‘beton

pratekan’

memungkinkan dibangunnya bentuk bangunan monumental yang lebih ‘plastis’. Bentuk dengan lengkungan dan cekungan yang organik ini memberi kebebasan imajinasi dan fantasi pada arsiteknya. Teknologi memungkinkan terciptanya suatu konstruksi yang sederhana, lugas dan indah pada jembatam-jembatan modern.

23 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr.28 Bangunan dengan teknologi beton pratekan

Teknologi bangunan modern yang lain adalah space frame yang bisa menutup ruang besar dengan menggunakan bahan konstruksi yang relatif ringan. Teknologi ‘geodesic dome’ dikembangkan secara khusus oleh arsitek Buck Minster Fuller. Konstruksi ini bisa dibongkar pasang secara cepat dan dapat dipasang dalam berbagai ukuran dan pada berbagai kondisi. gbr.29 Bangunan dengan teknologi geodesic dome

Selain

itu,

ada

teknologi

bangunan

modern

yang

memanfaatkan tension atau kekuatan daya tegangan kawatkawat baja, seperti pada jembatan gantung dan pada berbagai

24

tenda raksasa. Dengan memanfaatkan ‘tension’, Fuller membuat tower yang dinamakan tensigrity mast 1953. gbr. 30 fuller dan tower tensignity mast

Berbagai bangunan dengan tekologi modern telah dibuat di banyak kota-kota metropolis dan kosmopolis di dunia. Dengan diterimanya doktrin modernisme dan internasionalisme serta dengan berkembangnya kapitalisme, materialisme, dan komersialisme, banyak bagian-bagian kota modern yang menjadi mirip dan tidak khas lagi. Kita makin jarang dapat

melihat

bangunan-bangunan

yang

memadukan

teknologi dan keindahan dalam suatu konteks budaya yang utuh, Modernisasi menyebabkan transformasi budaya, yang membentuk kebutuhan dan fungsi-fungsi baru serta inovasi teknik konstruksi yang baru. Desain modern, harus menciptakan lingkungan hidup baru . Desain modern harus menciptakan lingkungan hidup baru yang khas dan memberi pengalaman sosial-budaya yang sehat dan manusiawi.

25 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

26

2

Gaya dalam Desain

Secara umum gaya desain atau gaya seni adalah suatu cara ekspresi atau sikap estetik yang khas dan unik pada suatu karya seni yang muncul karena teknik penciptaan, konsep visual, atau estetikanya. Gaya desain bisa memberi petunjuk mengenai suatu masa atau periode tertentu, suatu tempat atau negara tertentu, atau suatu aliran pemikiran atau mashab tertentu. Gaya desain juga memberi petunjuk tentang sikap dan konsep pribadi desainernya. Sejalan dengan itu, gaya desain dapat dibedakan berdasarkan: (1) Gaya Zaman (Period Style) (2) Gaya Tempat (Regional Style, National Style, Local/ Provincial Style)

27 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

(3) Gaya karena suatu Gerakan Pemikiran (Movement) (4) Gaya Pribadi (Personal Style) Dalam mengamati gaya desain, pengetahuan mengenai semua jenis gaya tersebut perlu dipakai sebagai dasar acuan. Keempatnya merupakan suatu kesinambungan yang terus berlangsung sampai masa kini. Gaya Zaman dan Gaya Tempat cenderung mapan dan merupakan pengaruh alamiah yang terjadi secara berkesinambungan, sementara Gaya Pemikiran dan Gaya Pribadi cenderung merupakan terobosan konseptual dan inovasi individual maupun kelompok yang memberi arah atau alternatif baru perkembangan desain. Ada beberapa hal yang menyebabkan terbentuknya gaya desain. Gaya desain dapat terbentuk karena kondisi sosiokultural setempat, kemajuan teknologi dan peradaban atau kemajuan yang juga meliputi perkembangan ekonomi dan perdagangan, pengaruh gaya di daerah lain atau bidang seni yang lain, dan inovasi atau statement konseptual kelompok atau pribadi.

TENTANG DESAN MODERN Desain mempunyai banyak pengertian dan konotasi istilah. Desain modern selalu dikaitkan dengan perkembangan

28

masyarakat modern, yang ciri utamanya adalah industrialisasi dan mekanisasi. Karena itu, tinjauan mengenai Desain Modern dan Industrialisasi secara umum. Masyarakat Modern sering dikontraskan dengan masyarakat tradisional, tetapi batas waktu sejarah antara keduanya tidak pernah jelas; demikian juga batas-batas deskriptif atau batas geografis. Modernisasi adalah suatu proses panjang yang tidak seragam yang terjadi di berbagai tempat dan waktu di dunia. Karena itu dalam pembahasan selanjutnya, yang diberikan adalah contoh tempat, waktu, tokoh, dan produk serta latar belakang penciptaannya yang dapat memberikan gambaran mengenai suatu benang merah perkembangan Desain Modern. Modernisasi adalah transisi dalam berbagai bidang kehidupan dari suatu tatanan yang tradisional (Feodal, Agrikultural, Tribal, Tertutup, dan Statik ) menjadi masyarakat Modern (Demokratik, Industrial, Global, Terbuka, dan Dinamik ) dengan dipicu oleh kemajuan dalam perkembangan ekonomi, komunikasi, iptek serta seni budaya dan filsafat. Dalam transisi ini banyak terjadi perubahan tata nilai dan perilaku individual maupan kolektif. Maka berbagai perkembangan ini, termasuk Desain, sangat dipengaruhi oleh perubahan tata nilai dan perilaku hidup masyarakatnya.

29 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

DESAIN DALAM MASYARAKAT INDUSTRI Istilah

desain

mempunyai

pengertian

khusus

yaitu

rancangan, bagan, atau rencana. Rancangan ini diciptakan dan disempurnakan untuk dijadikan pedoman atau dasar pelaksanaan produksi maupun konstruksi benda yang diciptakan. Dalam pengertian ini, terlihat bahwa tidak ada perbedaan jelas antara pengertian desain modern dan tradisional. Karena itu, desain dalam masyarakat modern selalu mengandung pengertian berikut ini: 1. Rancangan harus dapat menjadi dasar pelaksanaan produksi dan konstruksi yang menerapkan teknologi modern serta mekanisme atau fabrikasi yang terkontrol secara sistematis, baik untuk produksi massal, semi massal, maupun tunggal. 2. Konsep bentuk rancangan mengacu kepada kebutuhan dan pertimbangan fungsional masyarakat modern dan pertimbangan teknologi produksi dan pemasaran yang mutakhir. 3. Khusus untuk desain produk, pola produksi dan pemasarannya selalu mengarah pada tujuan mencapai hasil keuntungan produksi massal dan konsumsi massal yang setinggi- tingginya.

30

4. Proses penciptaan desain menggunakan sistem modern yang menerapkan sistem quality control, serta standar evaluasi yang baku. 5. Proses desain dengan melibatkan team work berbagai keahlian yang terpadu untuk mencapai sasaran desain secara optimal, penggunaan instrumen riset, dan uji coba dalam berbagai bidang terkait. 6. Spesialisasi dan profesionalisme perancangnya yang selalu melembaga serta mengikuti perkembangan terakhir dalam teknologi dan manajemen. Proses industrialisasi atau modernisasi telah mengakibatkan berubahnya tata kehidupan masyarakat dan ini tercermin dari perubahan lingkungan hidup ciptaan manusia (build environment ) yaitu rumah, benda pakai , bangunan umum serta kota – kota. Proses ini juga mempengaruhi kondisi lingkungan alam kita. Maka pembicaraan mengenai Desain Modern tak dapat dijelaskan dari kedua aspek lingkungan diatas. Dalam buku ini akan dibicarakan gaya desain dalam tinjauan sejarah yang diawali dari desain gaya pra-modern, modern awal, modern, modern akhir hingga pasca-modern. Untuk melengkapi pengetahuan tentang gaya desain, pada bab penutup akan disertakan pula pembahasan tentang gaya desain Indonesia dari tinjauan sejarah.

31 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

32

3

Gaya Desain Pra - Modern

GAYA DESAIN VICTORIA Gaya Victoria dalam desain grafis sebetulnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu gaya yang muncul dari suatu konsepsi atau inovasi yang mendasar. Gaya ini terjadi begitu saja sebagai akibat pesatnya perkembangan dalam komunikasi grafis dan media cetak ketika terjadi puncak industri dan perdagangan di Inggris pada masa revolusi industri di abad ke-18. Secara teknis, gaya ini muncul karena teknologi baru, tetapi secara konsep visual, gaya ini masih turunan (derivative) abad pertengahan.

33 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Karena kemajuan transportasi dan teknologi cetak secara merata di Eropa dan Amerika muncul majalah-majalah dan poster-poster komersial yang dirancang dengan memakai pola dan tata letak dan teknik visualisasi mengikuti tradisi bukubuku dan seni grafis abad pertengahan. Di dalam hasil karya desain grafis Victoria kita melihat suatu turunan langsung seni Abad Pertengahan misalnya: • Seni cetak wood engraving atau etching • Seni-seni piktorial yang masih ‘representasional’ atau mencoba merekam keadaan dan benda secara realistik (mendekati kenyataan) dengan engraving, etching dan litografi • Seni hias dan hias pinggir • Seni kaligrafi dan tipografi • Seni karikatur dan satir Walaupun teknologi dan proses produksi melalui fabrikasi telah berkembang, tidak ada hal baru yang konsepsual pada produk desain industri maupun interior dan arsitektur. Gaya produk dan bangunan masih melanjutkan semangat Abad Pertengahan, yaitu Resesan, Barok, “Gothic revival”, Romantikisme dan Neo Klasik. Maka teknologi dan penemuan material baru diterapkan begitu saja pada gaya atau pencampuran gaya yang telah ada sebelumnya.

34

Pada awal Industrialisasi di Inggris, Josiah Wedgwood (1730– 95 ) dan John Flaxman (1755–1826 ) memulai industri benda hias rumah untuk kalangan menengah atas. Mereka memproduksi guci dan vas Romawi di Staffordhire berkembang menjadi pusat industri Inggris, dan para artisan yang bekerja disana menjadi semacam Industri designer, yang pertama. Pemasallan benda seni kuno juga dilakukan oleh John Cheere yang memproduksi patung – patung Yunani dan Romawi untuk hiasan interior dan taman. Hal yang baru dalam masa Victoria adalah: 1. Penemuan teknik besi cor (cast – iron) diterapkan dalam berbagai kebutuhan ornamen arsitektur dan interior seperti railing, kontruksi kanopi, pagar, lampu jalan dan lampu hias serta perlengkapan taman yang lain, secara massal dan besar – besaran. 2. Pembuatan moulding plaster juga dipakai sebagai kelengkapan ornamen interior yang diproduksi secara massal dan besar – besaran. 3. Penemuan teknik besi dan baja cor mulai menggantikan konstruksi bangunan umum, jembatan dan bangunan monumental yang dibangun secara “pre-fabricated”. 4. Ekliktikisme atau percampuran berbagai gaya masa lalu didalam interior atau exterior yang disegarkan dengan romantikisme oriental, yaitu ketertarikan pada unsure

35 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Cina dan India, jajahan Inggris yang dianggap eksotik dan penuh pesona. 5. Penemuan sistem penerangan dengan gas memungkinkan dibuatnya berbagai bentuk penerangan bangunan monumental yang rumit (candellier) maupun sistem penerangan kota. 6. Gairah pada seni ornamen masa lalu, sekaligus mencerminkan ekspresi kemakmuran yang terlihat pada kecenderungan ornemen yang berlebihan pada benda – benda pakai dan ruang tinggal. Hal ini diproduksi secara besar – besaran memakai mesin. 7. Kegandrungan pada hasil mesin, yang kualitasnya dianggap melebihi hasil pekerjaan tangan para petani dan penduduk pedesaan, menyebarkan suatu standar estetika produk yang seragam namum berselera rendah. 8. Penemuan mesin pintal ‘Spinning Jenny’ oleh James Hargreaves; 1764, dan mesin tenun ‘Jacquard Loom’ 1801 oleh Marie Joseph Jacquard yang diprogram memakai kartu lubang, meningkatkan produktivitas industri textil secara drastis. 9. Sementara itu, benda porselen, perak dan gelas telah berhasil diproduksi secara besar – besaran. Produk dengan mutu kria tinggi masih tetap menjadi konsumsi kelas atas yaitu para bangsawan, regent atau penguasa

36

teritorial dan para saudagar. Pada “Nouveau Richie” atau OKB, berkembang selera masyarakat menengah massal yang penuh ornamen.

Arsitek dan Desainer Masa Victoria Arsitek yang menonjol adalah John Nash, yang banyak memakai teknik cast-iron secara imajinatif di Carlton House Terrace (1827), atap kaca di Galeri Attingham Park (1810) dan Brighton Pavilion di Brighton (1818 – 21). Arsitek Joseph Paxton membangun Crystal Palace, yang menjadi tempat penyelenggaraan Pameran Akbar Industri Internasional di London, 1851. Bangunan besi – kaca ‘Pre-Fab’ ini menjadi salah satu tonggak sejarah penemuan konstruksi yang mengawali arsitektur modern bangunan – bangunan umum dan sarana umum. Sejak itu arsitektur Victoria sering dicirikan dengan pemakaian struktur dan ornamen besi dan baja cor secara dominan. Puncaknya adalah menara Eiffel yang dibangun Gustav Eiffel 1889 di Paris dan “Halles des machines”, ruang utama Expo Internasional Paris 1889 yang dirancang oleh Dutert dan Contamin.

37 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Desainer Interior masih menyatu dengan profesi arsitek, yang merancang dan memesan mebel dan asesoris pada para ahlinya. Di Inggris, pada awal abad ke-19 pembuat mebel yang terkenal adalah Studio Thomas Hope, Robert Adam dan Chipendale Muda yang mengembangkan gaya “Regency” dan “Colonial”. Di Jerman yang menonjol adalah studio Fredrich Schinkel dan kelompok gaya Beidermeier. Di Amerika, studio Duncan Phyfe dan Charles – Honore Lannuier memulai sistem produksi masinal baru, namun tetap memodifikasi gaya Regency dan Empire sehingga timbul gaya Hybrid atau cangkokan. Gaya Gothic Revival Perancis, Rococo, dan Barok tetap mendominir desain mebel dan asesoris masa Victoria. Desain Grafis berkembang pesat, seiring dengan kemajuan teknologi cetak dan berkembangnya industri jurnalistik. Selain itu maraknya perdagangan barang konsumen, melahirkan seni iklan yang telah mencapai kematangan konsepsual awal. Seni ilustrasi dan tipografi menjadi tulang punggung komunikasi grafis dalam penerbitan jurnalistik maupun iklan. Namun, karena desainer grafis dan ilustrator masih merupakan bagian system penerbitan dan pemasaran, maka pada masa itu desainer dan ilustrator hampir semuanya tak dikenal. Di Inggris, Perancis dan Amerika berkembang seni Satir Grafis atau Karikatur

38

yang kemudian menjadi alat opini publik yang menonjol pada penerbitan media cetak. Tokoh – tokohnya antara lain James Gillray, William Hogarth, George Cruishank (Inggris), Honnore Daumier (Perancis) dan Thomas Nast (Amerika). Seni iklan berkembang pesat di Amerika, terutama setelah ditemukannya teknik Chromolithograhy atau Litografi berwarna. Hal-hal yang menarik yang terjadi pada masa Victoria adalah: (1) Terbitnya majalah-majalah berita yang banyak berisi karikatur politik. Seni karikatur atau satir politik sudah lama berkembang di Eropa, namun dalam bentuk majalah yang tercetak, baru dimulai pada masa ini. Seni ini berkembang karena suasana politik Inggris yang selalu panas dan penuh pertentangan. Seni karikatur memberi ‘rasa terlibat’ pada masyarakat yang selalu merasa ikut ber-politik, dengan cara humoristik dan satiristik. (2) Seni karikatur, satir dan humor grafis juga berkembang pada media komersial lain di majalah maupun posterposter. (3) Ditermukannya

mesin

Lithowarna

atau

Chromolithography yang memberikan kemung-kinan untuk memperbanyak/menggandakan citra full-color yang realistik, walaupun dengan kecepatan yang masih terbatas.

39 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

(4) Perkembangan seni poster komersial yang banyak terlihat di tempat-tempat umum, menandai awal pemikiran iklan modern. (5) Semangat ‘Orientalisme’ dan ‘Eksotikisme’ dimana gambaran mengenai Cina, India dan tempat atau benda eksotis timur jauh sering dipakai sebagai selling point. (6) Diciptakannya berbagai huruf jenis ‘Display’ yang penuh dekorasi. (7) Dipraktikkannya prinsip ‘Movable type’ pada produksi buku dan poster. (8) Mulai dipakainya ‘Metal Casting’ dalam proses cetak. (9) Kertas mulai dibuat secara massal. Ciri-ciri utama desain grafis Victoria adalah : (1) Visualisasi realistik baik pada desain berwarna maupun hitam putih. (2) Penuturan visual yang ‘didaktik’ dan ‘naratif’, yaitu berusaha menjelaskan dengan selengkap-lengkapnya dan sebanyak-banyaknya. (3) Banyaknya ilustrasi karikatur dan satir, baik dalam majalah politik maupun dalam iklan komersil pada poster-poster. Humor dan satir dianggap ‘selling point’ yang kuat bagi produk-produk tertentu. (4) Visualisasi dan pemakaian tipografi serta border atau

40

hiasan pinggir secara penuh, tanpa meninggalkan bidang kosong. Ada anggapan bahwa setiap bidang harus dikuasai dengan cara diisi berbagai unsur grafis. (5) Pencampuran berbagai jenis huruf, secara langsung dan berdesak. Tak ada kepekaan tentang spasi dan ruang pada tipografi. (6) Seni ornamen yang dipakai secara berlebihan. (7) Komposisi yang cenderung merata dan simetris (statis). Perlu dicatat bahwa masa ini memang mencatat banyak penemuan teknologi cetak, tetapi pikiran bahwa merancang adalah menghias masih sangat dominan. Karena itu, peranan ‘desainer’ seperti yang kita kenal sekarang belum ada dan profesi komunikasi grafis banyak didukung ilustrator, tipografer, ahli pembuat border dan bengkel-bengkel cetak. Karena itu, tak ada desainer yang ternama. Pada masa Victoria, produksi masinal benda-benda pakai dan media informasi dimulai secara besar-besaran, tetapi visualisasinya belum mencerminkan suatu zaman mesin dan teknologi. Kebutuhan akan profesi desainer yang memadukan unsur seni, teknologi dan pasar belum terasa dan baru akan berkembang pada perpindahan abad ke-19 menuju abad ke20.

41 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Pada perpindahan abad ke-19 ke abad ke-20, Revolusi Industri telah mencapai kematangannya, tersebar merata di Eropa dan Amerika, dan menyebar melalui para kapitalis ke Amerika Selatan, Asia, Afrika dan Australia yang pada waktu itu masih dikuasai oleh bangsa-bangsa Eropa. Di berbagai tempat, pabrik-pabrik bermunculan dan lahan dibuka untuk pertanian dan perkebunan skala besar yang dikelola secara modern. Sementara itu terjadi pergeseran lapangan kerja dari pertanian dan industri tradisional ke pabrik-pabrik dan pertambangan, sehingga muncul suatu kelas baru yaitu kaum buruh. Kereta api dan kapal samudra bertenaga diesel telah menghubungkan seluruh penjuru dunia, kemudian Karl Benz menemukan mesin mobil dan Gottlieb Daimler menemukan formula bahan bakarnya di Jerman tahun 1885. Henry Ford mengembangkan industri mobilnya di Amerika pada tahun 1909, sehingga pada awal abad 20 mobil menjadi symbol baru kelas menengah negara-negara industri yang membentuk wajah baru dan gaya hidup baru. Penemuan bola lampu listrik oleh T.A Edison tahun 1879 dan prinsip telpon oleh A.G. Bell tahun 1876 dikembangkan terus sehingga jaringan penerangan listrik dan saluran telpon segera menjadi kelengkapan umum kota-kota besar. Listrik juga dimanfaatkan untuk berbagai alat rumah tangga seperti ‘vacum cleaner’ (1901), ‘referigrator (1913) dan alat-alat lain. Serat sintesis ditemukan oleh Josep Swann di Inggris,

42

dan proses peleburan aluminium disempurnakan secara bersamaan oleh Charles Hall di Amerika dan Paul Heroult di Perancis. Keduanya menjadi bahan yang penting pada desain Abad 20. Gelombang radio ditemukan oleh ahli fisika Jerman Heinrich Herz pada tahun 1888. Setelah itu disempurnakan oleh berbagai pihak menjadi media komunikasi massa terpenting pada awal abad 20, menyaingi kedudukan surat kabar. Di bidang fisika dan kimia, James Maxwell, Niel Bohr, A. Einstein, F. Rutherford, Pierre & Marie Curie dan para ahli lain berlomba menemukan teori dan formula yang menjadi sangat penting bagi perkembangan berbagai bidang terapan di abad ke-20. Demikianlah, pada perpindahan abad ke-19 – ke-20 telah terjadi kemajuan pesat dibidang industri dan iptek, yang secara dramatis mengubah lingkungan dan perilaku hidup manusia. Namun, pada berbagai produk konsumen belum terlihat hubungan antara ‘bentuk’, ‘teknologi’, ‘fungsi’ dan ‘pasar’ secara mendasar dan konseptual. Dengan kata lain, desainer yang harus menyatukan hal-hal tersebut belum dikenal sebagai profesi yang baku dan dasar profesionalismenya belum melembaga. Dalam masa ini kita melihat banyak peranan arsitek yang profesinya lebih mapan dan punya sejarah panjang dalam mencari formulasi antara bentuk dan fungsi pada desain modern.

43 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr. 31 Iklan, Poster “Sutton’s Compound Ammonia”, London 1907 (Desain Tak dikenal) Contoh konsep Victoria,yang mencampurkan gambar dan huruf tanpa ada disiplin atau konsep ‘ruang’, semua informasi dan gambar diperlihatkan. Teknik cetak Lithografi. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 32 Kulit muka majalah “punch”, London 26 Mei 1883. RICHARD DOYLE Desain penuh dan ramai. Ukiran dan hiasan serta gambar-gambar naratif (bertutur-bercerita) tampak jelas dalam kulit muka majalah ini. Ciri yang lain adalah gambar-gambar humoristic. Desain ini dicetak dengan teknik etsa di atas tembaga atau kuningan. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

44

gbr. 33 Poster Tembakau Payn Mc Naughton , New York abad 19 ( tak dikenal ) Poster tembakau ini unik, karena dicetak dengan menyatukan klise – klise untuk cetakan label (kemasan). Hasilnya sebuah poster yang isinya susunan dalam berbagai ukuran. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 34 Contoh label produk “Vinegar” Bitter’s Almanac Tipografi beragam dan lay out simetris serta desain penuh., ditambah penggunaan pita. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

45 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr 35 Karikatur Politik (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

46

gbr 36 Karikatur tentang pemasangan poster. Karikatur ini tentang joroknya kota karena dipasangi beragam poster dalam berbagai ukuran . Persis seperti yang kita alamai sekarang. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr 37 Iklan dengan teknik Litografi berwarna Teknologi menuju cetakan berwarna yang massal. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

47 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

GAYA ART AND CRAFTS Gaya ini adalah sebuah transisi ke periode modernisasi desain. Citra rasa artistik dan estetik pada hasil produksi massal industrialisasi awal yang sangat repetitif, streotope, dan membosankan telah menggugah arsitek dan pencipta meubel. August Welby Nortmore Pugin (1812-52) dan John Ruskin (1819-1900) mencela kebiasaan membuat ornamen yang berlebihan dan tak terkendali serta rendahnya selera para produsen dan arsitek yang kurang inovatif dan senantiasa mengulang pola yang ada. Pemikiran ini didukung oleh penulis jurnal Henry Cole dan kemudian dipraktikkan oleh sekelompok pencipta meubel dan arsitek, William Morris, C.F.A. Voysey, C.R. Ashbee, A.H. Macmurdo, Ernest Gimson dan Barnsley Brothers. Mereka mendirikan kelompok kerja ‘Arts and Crafts’ yang memelopori suatu moral yang tinggi dan penerapan estetika pada proses penciptaan benda-benda pakai. Mereka menentang ‘estetika mesin’ yang dangkal dan kembali mengeksploitasi kemungkinan craft sebagai jalan menciptakan benda fungsional. Gerakan ini dianggap sebagai reformasi desain yang pertama. Dalam dunia komunikasi grafis, gerakan ini tidak pernah menjadi gerakan yang bergaung luas, tetapi secara umum, gerakan ini mengilhami para praktisi tertentu dan merupakan

48

tonggak awal suatu konsepsi tentang desain yang baik. Gerakan ini juga memberi contoh, bahwa seorang praktisi harus menciptakan sesuatu komunikasi grafis yang sekaligus harus bisa menjadi suatu statemen keindahan. Hal ini terlihat dalam karya-karya buku ilustrasi ciptaan William Moriss, Selwyn Image, Abrey Beardsley, Edward Burne Jones, Charlest Rickets, Walter Crane di Inggris, dan Gustar Stickley serta Daniel Berkley di Amerika. Di dalam teknik cetak tak ada perkembangan tertentu dan masih sama dengan pada masa Victoria (gaya yang juga masih tetap dipraktekkan pada perpindahan abad). Namun terlihat bahwa gaya desain Arts and Crafts diciptakan untuk hal yang tertentu dan lebih khusus. Tidak seperti gaya Victoria yang dipraktekkan secara meluas, gaya ini terbatas pada buku-buku khusus terutama mengenai idealisme desain mereka sendiri, atau buku anak-anak dan sastra serius. Dibandingkan dengan desain gaya Victoria, desain gaya Arts and Crafts tampak berciri seperti berikut: (1) Walaupun masih banyak memakai ornamen, tetapi ornamen dan unsur lain lebih menyatu secara harmonis karena khusus diciptakan untuk rancangan tersebut (bukan ornamen Victoria yang siap pakai). (2) Tipografinya khas dan bukan type yang diambil begitu

49 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

saja dari koleksi huruf di percetakan, melainkan ditulis atau disusun khusus untuk menyatu dengan harmonis dalam seluruh rancangan. (3) Suatu sikap total, yang menganggap seluruh permukaan kertas harus diolah secara utuh dan harmonnis, seperti menciptakan karya seni dimana setiap unsur terkontrol tetapi tidak kaku. (4) Sensitivitas terhadap warna, hitam putih dan gelap terang, serta keberanian memakai hitam putih dalam bidang yang besar. Putihnya kertas telah dianggap sebagai unsur desain yang potensial dan tidak harus dipenuhi. (5) Penggunaan gambar dan visualisasi yang tak perlu realistik, yang figur-figurnya lebih merupakan stilasi atau ciptaan baru yang imajinatif. Unsur garis dan bidang telah dipakai secara artistik menjadi elemen desain dan bukan sekedar batas obyek, tone atau tekstur obyek. (6) Komposisi yang masih rigid dan cenderung simetri. (7) Suatu sense of priority yang tergambar dalam cara penempatan huruf dan visualisasi lainnya. (8) Gairah pada idiom masa lampau yang ditampilkan kembali secara ‘baru’ (pada masa itu). Terlihat kesan revival dan ‘romantikisme sejarah’. (9) Belum munculnya sikap desain yang selaras dengan perkembangan teknologi dan modernisasi. Bahkan ada kesan bahwa gerakan ini ‘anti teknologi’.

50

Pikiran-pikiran Pugin, Ruskin, dan Morris menyebar dan dipraktikkan oleh pembuat mebel dan benda-benda pakai di Eropa yang setuju bahwa suatu penciptaan benda-benda fungsional harus disertai rasa estetika dan etos kerja yang besar. Mereka beranggapan bahwa sensitivitas terhadap material dan komitmen pada cratfmanship merupakan tanggung jawab moral desainer yang terpenting. Dalam waktu yang bersamaan, konsep mengenai keindahan material, craftmanship dan bentuk perpaduan fungsional juga berkembang di tempat lain. Di Jerman ada kelompok kerja Deutche Werkbund yang diprakarsai Herman Matheus (18611927) oleh Gustav Klimt (1862-1918). Di Amerika, gerakan ini didukung oleh Gustav Stickley di Syracuse, yang menerbitkan majalah Craftsman. gbr. 38 William Moris, The Centrebury Tales, Book Page, 1896 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

51 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr. 39 Unknown, Walter Crane Design Exhibition, Poster 1895 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 40 Unknown, Stencil page of craftsman, 1902 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

52

gbr. 41 Walter Crane, Art and Craft Magazine cover, 1893. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 42 WILLIAM MORRIS, Honney Sucle Room, Wightwick Mannor, akhir abad 19.

53 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

54

4

Gaya Desain Modern Awal

Reformasi desain yang digerakkan oleh kelompok Arts and Crafts berhasil meletakkan beberapa dasar pertama profesi desain grafis, yaitu : (1) Komitmen tinggi pada kualitas artistik karya pakai atau produk-produk terapan. (2) Penghargaan tinggi pada kualitas finishing hasil akhir, yang menuntut craftmanship dan kepekaan pada teknik dan material. Mereka menciptakan karya-karya terapan dengan integritas dan respek terhadap medium dan pada pemakaiannya. Sikap seperti ini adalah sesuatu yang tidak terlihat pada masa

55 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

sebelumnya. Namun, kelompok ini belum dapat dikatakan modernis karena referensi visualnya masih sangat terikat pada estetika Abad Pertengahan dan kelompok ini bersikap menentang mekanisme dan industrialisasi. Mereka memang menentang selera pasaran dan desain produk stereotipe Victoria dengan hasil mesin-mesin yang produktivitas-nya tinggi, tetapi mereka belum bisa menawarkan alternatif dalam menghadapi kenyataan industrialisasi yang tak mungkin dihindari lagi. Karena itu, gerakan ini tidak tersebar luas dan hanya bergaung sebagai gerakan moral. Kemudian, muncul gerakan-gerakan lain yang berhasil pada zamannya dan mencoba menciptakan karya terapan yang bisa mencerminkan realita industrialisasi. Gerakan modernisasi awal ini antara terlihat pada karya-karya bergaya Art Nouveau, Wienner Werkstate, dan Plakatstil. Pada karya-karya ini terlihat kesinambungan piktorial dari masa Victoria dan Arts and Crafts, namun mulai tampak konsepsi visual yang baru dan lebih sesuai dengan semangat modernisme.

GAYA ART NOUVEAU Segera sesudah munculnya gerakan Arts and Crafts, muncul gerakan besar yang lebih punya gaung dan lebih diterima

56

oleh berbagai kalangan, yaitu ‘Gerakan Art Nouveau. Seperti yang terjadi pada para pelopor Arts and Crafts, para pelopor Art Nouveau juga menentang degradasi mutu dan penampilan hasil produksi masa mesin-mesin pabrik yang penuh streotipe, berselera rendah, dan sama sekali tidak memperhatikan aspek fungsional produk tersebut. Desainer Art Nouveau mendukung perlunya sensitivitas estetik pada penampilan benda pakai dan sensibilitas penggunaan material dan penggarapan aspek fungsionalnya. Mereka

memperlihatkan,

bahwa

suatu

pakai

bisa

fungsional sekaligus indah dan mengekspresikan imajinasi perancangnya secara utuh. Suatu benda dapat menjadi pernyataan estetik. Akan tetapi, berbeda dengan para pelopor Arts and Crafts, para seniman dan desainer Art Nouveau lebih realistis menyambut modernisasi dan tidak mencoba mencari ‘keindahan’ melalui semangat Historikisme Abad Pertengahan. Gerakan Art Nouveau berhasil menjadi suatu gerakan yang meluas dan menyebar di Eropa dan ke Amerika. Gerakan ini juga berhasil menjadi gerakan yang menyambut industrialisasi dan mengambil manfaat dari zaman mesin dan penemuan teknologi.

57 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Poster-poster komersial dan majalah hiburan tetap populer meneruskan gairah media Victoria. Poster-poster dan majalah yang memakai gaya Art Nouveau biasanya hanya diterbitkan untuk peristiwa yang khusus dan kalangan yang khusus pula. Secara umum, gaya Art Nouveau memang gaya yang berkembang sebagai konsumsi kelas-kelas tertentu saja. Dalam hal teknik cetak, tak banyak perubahan yang berarti dan masih sama dengan teknologi masa Victoria. Art Nouveau berkembang secara luas ke Eropa dan Amerika Utara. Di setiap daerah terlihat ciri-ciri visual dan tematik sebagai berikut: 1. Telah melepaskan diri dari kegandrungan pada ornamen yang masih terlihat kuat pada gaya Arts and Crafts 2. Ornamen gaya Art Nouveau lebih bebas, organik, dan menyatu utuh dengan tema. Ornamen bukan lagi hanya penghias belaka, tetapi sudah menjadi bagian penting statemen. Karena itu ornamen digambar khusus untuk berintegrasi secara menyatu dengan unsur visual lain. Dalam benda produk dan arsitektur, ornamen juga menyatu dengan konstruksi secara organik. 3. Garis-garis tipis dan bentuk geometrik murni dipakai sebagai ornamen.

58

4. Kegairahan pada visualisasi secara stilasi atau deformasi dan distorsi yang imajinatif. 5. Penggunaan berbagai jenis tipografi yang sangat individual (dirancang untuk kebutuhan tertentu). 6. Kebebasan komposisi yang menjadi lebih dinamis, lebih bebas dalam ruang, dan tidak perlu simetri. 7. Kebebasan ekspresi yang memberi peluang hasil visualisasi tidak harus apik dan rapi, tetapi boleh berupa sapuan-sapuan yang spontan. 8. Sensitif dalam pemakaian berbagai unsur visual seperti tekstur, warna, garis, ruang, volume, dan efek-efek piktorial lainnya. Teknik litografi-warna memungkinkan ekspresi artistik yang lebih bebas dalam penerbitan publikasi komersial. 9. Komitmen gerakan Arts and Crafts pada penciptaan benda pakai yang indah diteruskan oleh seniman dan desainer Art Nouveau lebih menggambarkan keadaan masa itu, bukan mengangkat kembali mitologi dan semangat historikisme. 10. Suatu konsep piktorial yang lebih langsung dan terfokus tidak seperti poster Victoria yang terlalu penuh dengan peristiwa, dan karya Arts and Crafts yang masih ornamentik.

59 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Ciri-Ciri Khas Gaya Art Noveau Dari Beberapa Negara PERANCIS Karya poster Art Nouveau Perancis bersifat lembut, sensitif, dan lebih seperti art statement. Mereka banyak memakai goresan-goresan spontan dan warna-warna lembut, yang merupakan pengaruh gaya seni lukis pasca-impresionisme. Bentuk figur tak perlu utuh, tipografinya juga spontan dan tidak kaku, pemakaian ornamen sangat minim, komposisi sangat ‘tegas’, tidak rumit; biasanya suatu visualisasi yang kuat dengan tipografi spontan; banyak yang tidak lagi memakai border atau batas tepi. INGGRIS/SKOTLANDIA (GLASGOW STYLE) Karya-karya grafis Art Nouveau Skotlandia biasa disebut Glasgow Style. Ciri-ciri khasnya antara lain adalah lebih tertib, teratur, dan tenang (tidak dinamik), komposisinya statis dan mendekati simetis; inovasi tipografi yang proporsinya tidak umum, dan digarap secara apik dan khas, terutama pada spasi dan permainan pertemuan huruf-huruf; ornamen yang banyak memakai unsur geometrik abstrak dan berkesan ‘organik’; warna-warna dingin dan suasana mistik; dan stilasi figur-figur memanjang/meninggi

60

JERMAN (Jugendstill) Ciri-ciri khas karya-karya Jugendstill antara lain adalah visualisasi figur hampir sama dengan Perancis, namun warnanya lebih redup dan kebebasan permainan efek kuas (brush strokes) tidak tampak; karya Jugendstill lebih rapi dan tertib dari pada karya-karya ‘Art Nouveau’Perancis; warna-warnanya lebih berhati-hati dimana warna-warna kontras yang ramai selalu dihindari; tipografinya lebih kaku; ornemen-ornemen yang khas; dan pewarnaan yang merata. AUSTRIA (Vienna Secession) Ciri-ciri Art Nouveau di Austria antara lain menghindarai penggambaran naturalistik figuratif; memakai kekuatan garis, bidang dan warna secara maksimal; tipografi yang apik; bidang-bidang warna atau bidang putih yang luas tanpa efek tekstur atau brush Strokes; penggunaan ornamen geometrik yang sangat terpikir; ornamen bisa menjadi visualisasi utama dan bukan sekadar pengisi atau hiasan pinggir yang tak bermakna; permainan tipografi yang sangat sensitif dan bebas, namun tertib dan apik ITALIA Di Italia Art Nouveau tidak banyak berkembang, tetapi dari contoh yang tidak banyak terlihat gaya-gaya yang khas.

61 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Gaya-gaya khas tersebut antara lain adalah penggambaran figur secara realistik, pendekatan visualisasi yang dramatik/ romantik; warna-warna tenang, cenderung gelap dan redup; komposisi yang cenderung simetrik; dan penggunaan ornamen yang terbatas. AMERIKA Di Amerika pengaruh Art Nouveau Eropa bercampur dengan gaya komersial Victoria Amerika. Akibatnya, tak terlihat sesuatu hal yang sangat khas dan menonjol. Namun, gaya ini tetap terlihat lain dibandingkan dengan gaya Victoria - Amerika yang ada. Hal tersebut antara lain terlihat dalam gairah yang luar biasa dalam bereksperimen dengan bidang, warna, efek-efek artistik; tipografi yang lebih efisien; warna-warna yang lebih semarak dan riang; stilasi figuratif; action yang romantis/emosional; penyederhanaan border atau hiasan tepi, dan komposisi yang cenderung simetrik.

Tentang Gerakan Art Nouveau Di Inggris Dan Skotlandia Pada perpindahan ke abad ke-20 muncul gerakan penting di Inggris dan Skotlandia yang merupakan reaksi terhadap degradasi mutu estetika pada hasil produksi massal masa Victoria, dan sekaligus mengembangkan sikap artistik Arts

62

and Crafts untuk diaplikasikan dalam skala besar. Gerakan Art Nouveau mendukung perlunya sensitivitas dan sensibilitas seni pada karya terapan. Akan tetapi, mereka tidak mau terjebak dalam spirit ‘Historikisme’ Abad Pertengahan seperti para artisan Arts and Crafts. Mereka mengembangkan kreasi baru – yang walaupun masih banyak mengambil inspirasi dan sumber masa lampau – yang sangat bebas dan berani dalam penciptaan aturan serta idiom baru. Pelopor utamanya adalah Arthur Mackmurdo (1851 – 1942), seorang arsitek yang banyak belajar dari pemikir Ruskin dan arsitek James Brooks di London. Pada tahun 1883 Mackmurdo membuat desain cover buku Wrens city churches, yaitu buku tentang arsitektur. Karya cover buku tersebut dan karya mebelnya dianggap merupakan contoh paling awal gerakan Art Nouveau. Ia mendirikan ‘Century Guild’, studio yang memolopori gaya Art Nouveau. Pada tahun 1882 Lewis Day dan Walter Crane mendirikan Art Workers Guild yang juga dianggap pionir dalam perkembangan gaya baru ini. Gaya Art Nouveau awal bisa dikenali dari hias yang organik, meliuk-liuk, tanpa aturan geometrik, dan stilasi bentuk yang bebas dan imajinatif. Kalau para artisan Art and Crafts masih menganggap ornamen itu pelengkap obyek, seniman Art Nouveau sudah sampai pada penyatuan struktur,

63 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

hiasan fungsi, dan ruang secara harmonis dan terpadu. Seluruh obyek atau struktur itu merupakan hiasan yang menyatu dengan fungsinya. Di Skotlandia Charles Renie Mackintosh (1868 – 1928) mengambil inspirasi dari seni Celtic dan menciptakan rumah dan kelengkapan interior yang menggunakan pola curvilinear dan hiasan -hiasan yang bersih dan terpikir. Kesan apik, sensitif, tetapi dingin ini menjadi ciri utama Glasgow Style. Gaya ini terlihat pada karya desain grafis J. Herbert Nair, Jessie M. King dan M.G. Lightfoots.

Penyebaran Ke Eropa Dan Amerika Karya ‘Art Nouveau’ justru mencapai puncak kematangan di luar Inggris, yaitu Perancis, Belgia dan Spanyol. Di Perancis, Hector Guimard (1867 – 1942) merupakan tokoh penting yang berhasil mengaplikasikan gagasan ‘Art Nouveau’ dalam skala besar pada sistem METRO di Paris. Guimard juga menciptakan mebel dan interior gaya Art Nouveau yang sangat bebas dan penuh kejutan pada Castel Beranger di Paris. Tokoh Perancis lain adalah Emile Galle (1846 – 1904), seorang botanist sekaligus seniman yang membuat studio mebel dan kemudian pindah ke London 1904, pada tahun kematiannya. Karya Galle terkenal karena memakai bentuk-bentuk flora dan fauna sebagai penghias dan juga langsung sebagai struktur

64

mebelnya. Seniman mebel terkenal lainnya adalah Eugene Vallin dan Eugene Galliard . Rene Lalique (1860 – 1945) terkenal karena karya-karya kaca dan perhiasan yang memberi arah baru pada perkembangan desain perhiasan wanita di Eropa. Ia juga banyak memakai unsur hewan dan tumbuhan sebagai inspirasi karyanya. Di bidang desain grafis, Alphonse Mucha (1860 – 1939) adalah pencipta poster ‘Art Nouveau’ yang paling popular. Ia lahir di Wina namun akhirnya menjadi lebih terkenal sebagai seniman Paris yang berhasil menangkap gairah dan kesemarakan kota dalam ilustrasi poster dan tipografinya. Seniman poster Perancis yang juga sangat terkenal adalah Jules Cheret (1836-1932) dan pelukis Henri de Toulouse Leutrec (1864 – 1901). Karya-karya mereka menjadi identik dengan kehidupan malam di salon, bar dan teater Perancis. Di Jerman, gaya Art Nouveau diadaptasi secara khas oleh seniman dan Arsitek yang tergabung dalam kelompok ‘Jugendstill’ atau gaya muda, dalam poster – poster dan karya mereka. Pelopornya antara lain Otto Eckmann (1865 – 1902), Bruno Paul (1874 – 1968) dan Henry Van de Velde (1863 – 1957). ‘Jugendstill’ kemudian juga dikenal sebagai Munich Secession.

65 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Eckmann banyak membuat ilustrasi untuk majalah Pan dan majalah Jugendstill tempat ia menciptakan tipografi baru. Bruno Paul banyak membuat desain untuk majalah Simplicismus sedangkan Van de Velde yang lahir di Belgia banyak memberikan inspirasi pada rekannya dan kemudian ia menjadi tokoh penting dalam Deutche Werkbund (1907). Di Austria, gerakan ini didukung oleh seniman dan Arsitek Wina, sehingga lebih dikenal sebagai Vienna Secession. Tokohnya adalah arsistek Joseph Hoffman (1870-1956), arsitek dan grafikus Joseph Olbrich (1867 – 1998) grafikus Kolloman Mosser (1868-1918) dan pelukis Gustav Klimt (18621918). Hoffman dan Olbrich pernah bekerja dan mengagumi Arsitek Jerman Otto Wagner. Kelompok Austria ini kemudian mengadakan pameran besar yang sangat terkenal berjudul ‘Ver Sacrum’ atau Sacred Spring’, 1898. Gagasan estetika mereka dimasyarakatkan melalui majalah ‘Ver Sacrum’ yang sekaligus memperlihatkan statemen gratis yang unik pada komposisi illustrasi maupun tipografinya. Di Spanyol, Antoni Gaudi (1852 – 1926) menjadi tokoh sangat penting karena skala pekerjaan dan ambisinya yang masih terekam dalam karya-karya besarnya yaitu Katedral ‘La Sagrada Familia’ yang belum rampung, ‘Park Guell’, ‘Casa

66

Bartllo’ dan ‘Casa Milla’ di kota Barcellona. Ia menganggap penciptaan rumah, katedral dan taman seperti penciptaan karya seni yang setiap detailnya harus diperhatikan dengan cermat dan khas. Ia menghindari pengulangan solusi desain pada setiap bagian karyanya. Di Belgia, tokoh utama Art Nouveau adalah Baron Victor Horta (1861-1947), Ia memakai motif hias floral yang konsisten dari karpet sampai atap, struktur dan railing tangga dengan panduan yang elegan dan jernih. Di Italia, karya Art Nouveau tidak terlihat pada bangunan dan interior, dan pengaruh ini lebih terlihat pada desainer-desainer grafisnya. Tokohnya antara lain Giovani Mataloni, Leonetto Cappiello dan Macello Dudovitch. Mereka menamakan diri kelompok ‘Novacento Style’. Di Amerika, karya Art Nouveau lebih menonjol pada desain grafis dan produksi asesori interior. Pengaruh Art Nouveau, terutama dari Perancis, banyak terlihat pada majalah LIFE dan HARPER’S BAZAR, dimana terdapat illustrasi dan desain karya Will Bradley, Maxfield Parrish, Edward Penfield dan Charles Danna Gibson. Karya asesoris interior dan perhiasan diproduksi oleh Louis Comfort Tiffany di New York.

67 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Gerakan Art Noveau lebih berhasil daripada Art and Craft dalam memasyarakatkan suatu estetika baru yang secara komersial sukses. Seniman Art Noveau juga tidak alergi terhadap mesin dan tidak terlalu fanatik terhadap hasil kerja kria. Mereka lebih berhasil mengadaptasi modernisasi dan industrialisasi dan menciptakan karya yang tetap punya pesona karakter khas. Namun, gerakan mereka berhenti sebagai gerakan ‘stylish’ dan tidak dapat lebih jauh menyesuaikan diri secara massal dengan modernisasi lanjut. Beberapa tokoh dapat bertahan, walaupun tidak dalam sekala industri yang besar. Mereka tetap memakai semangat Art Noveau dalam hasil produksi masinal dan tetap mempunyai penggemar terbatas. Yang perlu dicatat adalah toko ‘Julius Meier Graefe’ di Munich, Samuel Bing di Paris, Arthur L. Liberty di London dan L.C. Tiffany di New York. Secara umum, berbagai gaya para pesohor Art Nouveau ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yang pertama adalah ‘High Art Nouveau’ atau masa puncak, yang terlihat pada karya Gaudi, Guimard dan Horta, dan karya masa akhir yang terlihat pada karya Hoffman, Mackintosh dan Wagner. Pada masa ‘High Art Nouveau’ terlihat kecenderungan

68

‘Stylistic’ dan ‘Individualisme’ yang sangat besar. Mereka bekerja lebih seperti seniman yang bebas berkreasi secara emosional. Sedangkan pada kelompok kedua mulai terlihat suatu rasionalisasi dan sikap yang lebih penuh pertimbangan dalam komposisi bentuk, ruang, elemen dan hiasan. Karya mereka, merupakan jembatan ke arah berbagai kecenderungan

yang

berlangsung

pada

kematangan

modernisasi di abad ke-20. gbr. 43 A.H.MC. MURDO, Sampul muka buku ‘Wren City Church’, 1883 Arthur Mc. Murdo adalah Arsitek pendukung ‘Arts and Crafts’ yang gigih di Inggris. Pada sampul buku tentang salah satu bangunan karyanya, ia melukiskan huruf yang menyatu dengan latar belakang yang meliuk-bergelombang. Karya ini mengawali kecenderungan desain grafis ‘Art Nouveau’ kemudian. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

69 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

PLAKATSTIL Pada Tahun 1910 Dr. Hans Sachs, editor majalah Jerman yang khusus untuk seni poster ‘Das Plakat’ melihat bahwa para industrialis Jerman telah melihat batasan jelas antara seniposter komersial dan poster-seni yang hanya merupakan media ekspresi. Prejudisme kaum borjuis terhadap seni dan seniman masih kuat. Para industrialis tidak merasa perlu produknya dipromosikan melalui karya seniman terkemuka, seperti juga seniman terkemuka juga tak mau lagi mengotori tangan dengan menciptakan iklan. Para pedagang tidak lagi tertarik pada desain poster yang indah, mereka lebih menginginkan desain yang langsung dan mengena dan dapat menjual produknya dengan cepat. Pada tahun 1907, Herman Matheus dan Harry Graf Kessler mendirikan kelompok kerja ‘Deutcher Werkbund’ yang mengumpulkan arsitek, ‘industrial designer’ dan ‘graphic designer’ yang merupakan profesi baru. Kelompok ini menyadari degredasi estetika karena komersialisme industri, namun mereka yakin bahwa untuk mengatasinya desainer justru harus mengusai dan menyesuaikan diri dengan mekanisme dan prosedur industri. Seorang pelopor ‘Werk bund’, Peter Behrens, kemudian secara seksama dan tekun mengukuhkan kehadiran profesi ‘desainer industri’ dan

70

‘desainer grafis’ di Jerman dan menjadi penemu konsep ‘corporate identity’ serta ‘product identity’ pada produk AEG. Gaya ini adalah gaya yang dikembangkan khas untuk poster yang masih populer. Namun kemudian juga dipakai dalam media lain. Karena mobilisasi masyarakat waktu itu telah lebih cepat dan kompetisi juga meningkat maka gaya ini cenderung menghilangkan detil statement visual dan verbal yang tidak penting. Karenanya timbul rancangan yang ‘eye cathing’ dan secara cepat mengkomunikasikan pesan esensial. Bila Munich terkenal karena ‘Jugendstill’, maka di Berlin yang merupakan pusat industri dan dagang muncul kelompok ‘Berliner Plakat’ atau lebih dikenal dengan ‘Plakatstil’. ‘James Pryde’ ‘William Nicholson’ yang tergabung dalam ‘Beggarstaff Brothers’ di London pada akhir Abad 19 telah menciptakan poster dengan desain yang sederhana dan kuat. Desain seperti ini sangat sesuai dengan semangat efisiensi dan agresivitas industrialisasi dan kemudian mengilhami banyak desainer sesudahnya. Pada karya ‘Plakatstil’ terlihat konsep blok warna dan bidang warna yang kuat, obyek yang terfokus dan hilangnya ‘dekoratifisme’. Desain kelompok ini bersifat langsung ke sasaran (Straight-forward) dan menjauhi detil yang tidak bermakna. Plakatstil juga dapat dikenal huruf-huruf extra bold dan menonjol.

71 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Desainer yang terkenal antara lain Ludwig Hohlwein, J.D. Smith, Walter Kampman, Pirchan, Lucian Bernhard, dan Hans Rudi Erdt. gbr. 44 Plakatstil ; Lucian Bernhard, Adler Typewritter Poster (1908), Hans Rudi Erdt, Opel Poster, 1911 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

WIENER WERKSTATE Sebagai kelanjutan gaya kelompok ‘Vienna Secession’ Austria, di Wina muncul ‘Wiener Werkstate’ atau ‘kelompok kerja Wina’. Kelompok ini dipengaruhi oleh pemikiran Josef Hoffman dan Koloman Moser. Hoffman menyatakan bahwa karya terapan harus : menciptakan keakraban antara desainer, ‘craftman’ dan publik serta menciptakan suatu produk yang memenuhi kebutuhan secara simple dan baik. Gaya ini juga merupakan contoh konsep komunikasi yang mementingkan penyampaian pesan yang cepat dan langsung, tanpa gairah ornamentik dan kegenitan visual. Gaya ini dipakai pada berbagai jenis media cetak, dan tidak memerlukan suatu teknik cetak yang canggih.

72

Dalam desain grafis, karya kelompok ini terlihat dari penggunaan garis dan bidang hitam-putih yang sangat kuat, kesinambungan ruang positif-negatif yang terpelihara dan stilasi atau distorsi figur-figur. Terlihat juga penciptaan hurufhuruf yang unik yang diatur mengikuti bidang geometrik yang ada, sehingga menjadi semacam ukiran lino atau wood-out. Walaupun masih melanjutkan gejala ‘Art Nouveau’, kelompok ini mulai memperlihatkan sikap baru yang menjauhi kegenitan dan romatikisme desain. Meraka mulai merasa tidak perlu menciptakan sesuatu yang indah hanya demi keindahan, tetapi lebih mengusahakan suatu visualisasi yang kuat dan berkarakter. Gaya Desain Grafis ‘Wiener Wekstate’ dapat dilihat pada karya Moritz Jung, Max Bernischke, Josef Brukcmuller dan pelukis ternama Oskar Kokoschka. gbr. 45 MORITZ JUNG (3 buah karya), 1903, sampul majalah. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

73 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

74

Gaya Desain Modern

5

Industrialisasi telah menciptakan tatanan masyarakat yang baru, merata di Eropa dan Amerika Utara dan mulai menyebar ke negara-negara koloni Eropa di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Transportasi semakin dinamis dan cepat dan jaringan kereta api telah menjadi ikon zaman, maka ikon zaman awal abad ke-20 adalah mobil, kapal terbang, permukiman modern, jalan-jalan raya serta gedung-gedung pecakar langit. Revolusi industri dimungkinkan oleh energi batu bara, sedangkan modernisasi selanjutnya dipercepat oleh bahan bakar minyak bumi dan pembangkit tenaga serta sistim distribusi listrik. Jaringan telpon dan sistem telekomunikasi

75 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

serta broadcast radio mempercepat transformasi sosialekonomi diberbagai tempat. Para pionir desain modern melihat gejala baru ini dan mengantisipasi perubahan yang terjadi di dalam karya-karya mereka. Gaya hidup dan sikap hidup baru tercermin dalam berbagai manifestasi desain keperluan sehari-hari masyarakat industri yang selalu menginginkan perubahan, pembaruan, dan sensasi. Karena itu benda-benda yang diciptakan harus senantiasa dapat memenuhi tuntutan fungsional maupun psikologis yang cenderung selalu berganti. Para industrialis melihat bahwa mereka harus selalu mengamati kondisi dan keinginan masyarakat. Kemudian mereka belajar bahwa keinginan dapat dikondisikan. Berbagai gejala dan fenomena produksi ini tercermin dalam perkembangan Desain Grafis abad ke-20. Berbeda dengan keadaan sebelumnya dimana pendekatan desain grafis masih berangkat dari landasan yang seragam, maka konsep desain modern berangkat dari berbagai landasan pemikiran yang beragam. Suatu transisi yang bersifat evolusi visual seperti pada masa Victoria sampai ‘Arts and Crafts’, ‘Art Nouveau’ dan ‘Plakatstil’ tidak lagi berlanjut. Gejala baru yang muncul adalah berbagai trend, gerakan dan gaya yang sangat bervariasi dan kadang-kadang tampak kontradiktif.

76

Gerakan-gerakan ini disebabkan oleh berbagai pengaruh, baik yang akademik-rational maupun yang berasal dari pemikiranpemikiran spontan seniman murni. Perwujudan konsep mereka yang beragam, mulai dari yang emosional, sampai pada gaya formalistik dan stylish atau ‘romantik’ secara umum tak ada satu ciri visual atau kesamaan landasan konsep formal yang sama. Kalau ada ciri zaman, mungkin yang paling penting adalah ledakan kebebasan interprestasi terhadap tugas yang diberikan. Ciri-ciri utama, modernisasi adalah rasionalisme dan individualisme dan kebebasan berpikir dan desain grafis modern mempelihatkan dengan jelas kebebasan ini.

RASIONALISME DESAIN DAN BAUHAUS DI EROPA Pada perpindahan abad ke-19 – ke-20 gerakan yang dianggap besar dalam perkembangan desain adalah Art Nouveau. Gerakan ini memberi kebebasan stylish untuk gagasan dan imajinasi para arsitek, pembuat mebel, dan grafikus. Pada waktu bersamaan muncul juga konsepsi-konsepsi desain yang lebih rasional dan mengacu pada perubahan teknologi dan sosial masyarakat industri. Kelompok ini lebih melihat proses desain sebagai proses intelektual yang harus dapat

77 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

memecahkan berbagai masalah fungsional, baik dalam segi teknis operasionalnya maupun penampilan rupanya. Mereka sadar, bahwa ciptaannya adalah untuk orang banyak dan akan menjadi bagian pengalaman kolektif masyarakat. Karena itu mereka sangat memperhatikan kondisi masyarakat sebagai parameter desain, baik kondisi sosial- budaya maupun kondisi fisik serta aspek ekonominya. Kelompok inilah yang dianggap sebagai pionir Desain Modern, yang kemudian mempunyai pengaruh besar terhadap konsepsi dan polemik desain di abad ke-20. Dalam awal modernisasi, kembali para arsitek mempelopori pemikiran baru dan konsep baru dalam desain gedung mereka. Masa awal ini terjadi di Eropa dan Amerika. Di Eropa para penganjur Modernisasi Desain dan Arsitek pionir Eropa kebanyakan telah terlibat atau mengetahui perkembangan reformasi konsep desain yang terjadi pada gerakan ‘Art and Crafts’ dan ‘Art Nouveau’. Mereka melihat bahwa perkembangan kedua gerakan tersebut masih dibayangi oleh sisa semangat ornamentasi, kecenderungan ‘stylish’ dan tradisi ‘historikisme’ Victoria. Gaya-gaya tersebut belum tepat mencerminkan perubahan sikap, perkembangan teknologi dan kebutuhan fungsional masyarakat industri modern (pada waktu itu). Oleh karena itu, mereka mulai

78

melihat ‘bentuk’, ‘teknik’, ‘material’ dan ‘fungsi’ dengan sensitivitas dan sensibilitas baru. Di Wina, transisi ini terjadi pada kelompok ‘Vienna Secession’ dan dapat dilihat pada karya Otto Wagner (1841-1918) Josef Maria Olbrich (1867 – 1908), Joseph Hoffman (1870-1955) dan Adolf Loos (1870-1933). Otto Wagner adalah inspirator para arsitek dan desainer Austria. Gedung ciptaannya, kantor Tabungan Pos di Wina (1905), dianggap contoh dari simplikasi desain dan ekspose struktur yang jernih dan anggun Di Jerman transisi ini terjadi pada kelompok yang punya hubungan dengan kelompok Austria sehingga sering disebut ‘Munich Secession’. Mereka adalah R.A Schroder (1878 – 1962), Hans Poelzig (1869-1968) dan Max Berg (1870-1947). Transisi ini dimatangkan oleh tokoh – tokoh modernist Jerman sejati, Walter Gropius (1883-1969), Ludwid Mies van der Rohe (1886 – 1969) dan Peter Behrens (1868-1940). Olbrich menciptakan dan mendesain gedung Sezession di Wina (1898-9) yang menjadi monumen kelompok ini, dan gedung “ Hochzeitsrum” di Darmstat (1907-8), pusat koloni seniman yang disponsori oleh Grand Duke of Hessen. Gedung ini bersih dari hiasan dan mulai memperlihatkan perpaduan harmonis antara bentuk, skala dan material.

79 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Hoffman membangun ‘Convalescent Home” di Purkerdorf (1903–4) yang memperlihatkan bentuk sederhana namun anggun. Gedung rancangannya Palais Stoclet di Brussel (1905) merupakan referensi klasik gaya Wina yang punya pengaruh jauh sampai pertengahan abad ke-20. Loos menciptakan ‘Steiner House’ di Wina (1910) yang mulai memperlihatkan gaya rasionalisme murni yang hanya bermain dengan kotak, jendela persegi dan ruang, tanpa border atau lis atau bentuk tambahan yang tidak perlu. Di Jerman, Schroder menciptakan rancangan flat untuk A.W. von Heymel di Berlin (1899) yang memperlihatkan pertentangan terhadap gaya stylish dan dekoratif Art Nouveau. Poelzig menciptakan gedung perkantoran di Breslau (1911) dan pabrik kimia di Luban (1911-12) yang memperlihatkan puritanisme formal Jerman. Gropius menciptakan pabrik di Leine (1911) dan suatu model pabrik untuk pameran ‘Werkbund’ di Cologne (1914). Bangunan-bangunan ini menjadi contoh penting modernisme dan rasionalisme bentuk yang terjadi karena sifat teknik dan bahan. Gropius kemudian menjadi

tokoh penting dalam

Bauhaus di Weimer. Mies van der Rohe, menciptakan rumah untuk Mrs. Kroller – Muller (1912) dimana terlihat kecermatan

80

skala dan proporsi serta kepekaan mengatur bidang dan komposisi kubistik. Mies van der Rohe kemudian menjadi tokoh penting Bauhaus di Amerika. Henry van de Velde, seorang pendidik dan seniman Belgia, dan Herman Matheus, pemikir desain Jerman, mendirikan Deutche Werkbund (1907), yang menjadi forum eksperimen dan pembicaraan desain modern Jerman. Salah satu tokohnya adalah Peter Behrens yang membuat desain pabrik di Huttenstrasse (1909) dan Voltastrasse, Berlin (1911) pada keduanya terlihat rasionalisme, strukturalisme dan kelugasan Jerman. Behrens juga merancang gedung untuk pameran seni ‘Oldenburg Exhibiton’ yang lebih ramah dan ringan. Peter Behren kemudian menjadi desainer pertama yang secara sadar menerapkan Corporate Style pada bangunan, produk, pabrik serta desain grafis untuk promosi produksinya. Behren dianggap desainer pertama yang merancang ‘identity program’ modern. Ia juga dianggap pelopor desainer produk modern. Semangat modernisasi, rasionalisasi, dan puritanisme desain tidak berkembang di Inggris, Perancis, Spanyol dan Italia, dan lebih disambut oleh desainer Austria, Jerman, Belgia, Belanda, Swiss dan Amerika pada awal abad ke- 20.

81 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Puritanisme formalistik dan rasionalisme serta intelektualisme desain menjadi lebih tersebar dengan didirikannya sekolah Bauhaus (Staatliches Bauhaus) Weimer yang merupakan gabungan dua sekolah desain yaitu ‘Grossherzogliche Sachsische Kunstgewerbeschule’ dan ‘Hocheschule’ fur Bildende Kunst’. Direktur pertamanya adalah Walter Gropius dan pengajarnya adalah arsitek, desainer, dan seniman terkenal di Jerman yaitu Lyonel Feininger (1871-1956 ), Johanness Itten (1888-1967), Adolf Meyer (1881-1929), Paul Klee (1879-1940), Wasilly Kandisky (1886-1940) dan Moholy – Nagi (1895 – 1946). Bauhaus menjadi contoh dan model pendidikan desain modern, yang menekankan pembinaan semangat eksplorasi eksperimental, pengenalan pada karakter teknik dan bahan, craftmanship, serta sensitivitas dan sensibilitas penggunaan berbagai elemen. Bauhaus juga memberi ruang bagi perbedaan pendapat dan kegiatan multidisiplin. Mahasiswa dilatih untuk bebas bersikap dan dapat menemukan sendiri nilai artistik pada setiap material dan elemen rupa. Mereka menjadi peka dan punya imajinasi, namun pragmatis dan akrab dengan teknologi. Pada tahun 1925 Bauhaus pindah ke Desau tempat ia bergabung beberapa tokoh penting, antara lain; Marcel Breuer (1902 – 1981), Hannes Meyer (1889 – 1954), dan Josep Albers

82

(1899-1968). Selanjutnya sekolah ini dipindahkan lagi ke Berlin (1930) dan dipimpin oleh van Der Rohe sampai kerusuhan dan teror politik Nazi membubarkannya. Sekolah ini kemudian dibentuk lagi di Chichago oleh tokoh-tokohnya yang hijrah ke Amerika. gbr. 46 FERDINAND ANDRI, Poster pameran ‘Vienna Secession’ (AUSTRIA) Contoh lain karya F. Andri yang simbolik-metaforik. Komposisi ornamen ini membentuk ilusi ruang luas dengan gunung (dan pohon cemara) serta langit dan awan yang menjauh.

RASIONALISASI DESAIN DI AMERIKA Berbeda dengan Eropa yang masih dipengaruhi referensi gaya masa lampau, maka di Amerika, arsitek dan desainerdesainernya lebih siap memasuki modernisasi dan lebih

83 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

berani menciptakan desain yang dapat mencerminkan aspirasi kebebasan dan kemajuan industri. Kota-kota di baru di Amerika, telah lebih siap mengantisipasi permasalahan urban dengan menerapkan sistem skala yang lebih besar, serta teknologi bangunan baru. Era listrik telah memungkinkan dioperasikannya berbagai sarana kota dan rumah tangga. Elevator atau lift, segera dapat menjawab persoalan sirkulasi vertikal pada gedung bertingkat banyak. Maka, segera desainer Amerika menjadi pelopor bangunan monumental modern, yaitu gedunggedung bertingkat tinggi dan jembatan – jembatan yang menggunakan sistem suspensi kabel. Pelopor awal modernisasi desain arsitektur di Amerika adalah tokoh besar Henry Hobson Richardson (1838 – 1886), Frank Loyd Wright (1867 – 1950) dan Louis Sulivan (1856 – 1924). Richardson, menciptakan Marshall Field Wholesale Store di Chicago (1885-7), bangunan kerangka baja berlantai 7 yang kokoh dan fungsional. Ia juga menciptakan gudang di New Quay, Liverpool, Inggris, yang mulai memakai ceruk dan celah sebagai elemen komposisi ruang. Pada situasi planologi pusat kota besar di Amerika, dimana lahannya terbatas dan terjepit gedung lain maka permainan ruang arsitektural menjadi sangat terbatas dan para arsitek hanya dapat berkreasi dengan

84

penggarapan skala, organisasi fungsional dan pengolahan permukaan (façade). Sulivan, merancang ‘Wainwright Building di St. Louis, Missouri (1890), bangunan bertulang baja 11 lantai yang lebih jelas memperlihatkan prinsip dasar bangunan ‘fungsionalisme’. Prinsip ini makin jelas pada bangunan Carson Pirie Scott & Company, yang sudah secara tegas menggunakan grid vertical-horizontal yang memper-lihatkan struktur luar dan dalam gedung secara seadanya. Gedung-gedung Sullivan adalah awal sejarah ambisi ‘pencakar langit’ di Amerika, dan Sulivan penganjur utama fungsionalisme dengan semboyan ‘form follow functions”. Wright sangat terkenal karena konsep ‘spatial’ ruang ciptaannya yang sangat revolusioner, terutama dalam bangunan rumah tinggal. Baginya, arsitektur adalah komposisi bidang massa dan ruang fungsional yang dilakukan dengan pengaturan bidang vertikal dan bidang horizontal. Bentuk akan terjadi dengan sendirinya kalau pemahaman akan kebutuhan ruang serta sensitivitas terhadap skala dan material dapat diungkapkan dengan baik. Karya-karya Wright yang paling terkenal antara lain ‘Robie House’, Chicago (1909) dan ‘Falling Water’, Bear Run,

85 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Pennsylvania (1936). Keduanya mengejutkan karena dengan konsep formalisme dan fungsionalisme yang kreatif dan sensitif, ia berhasil menyatukan bangunannya dengan alam secara harmonis. Gaya rumah karya Wright yang banyak memakai konsep atap beton bidang horizontal itu biasa disebut ‘Prairie Style’. Karya bangunan monumentalnya seperti ‘Larkin Building’ di Buffalo, New York (1904) masih memperlihatkan pengaruh ‘Secessionist’ Austria – Jerman.

SETELAH 1920 Setelah para perintis desain modern melepaskan diri dari berbagai paradigma dan kondisi sosio – cultural masa Victoria, maka pada tahuan 1920’an perkembangan desain telah mendapatkan landasan konsepsual yang sesuai dengan kemajuan teknologi dan ekonomi masyarakat industri di Eropa dan Amerika. Bidang arsitektur, mulai menemukan idiom pribadi dan interpretasi individualisme

baru

terhadap

masyarakat

modernisasi. modern,

Kebebasan

memungkinkan

diciptakannya dan diterimanya pikiran – pikiran progresif. Arsitek Le Corbusier (1887 – 1965) di Perancis menciptakan ‘Savoye House’ (1929) di Poissy-sur-Seine yang memperlihatkan

86

interpretasi fungsionalisme dengan konsep spatial harmonis dan komposisi massa yang ‘segar’. Le-Corbusier sangat cermat memanfaatkan ukuran dan skala. Ia menganggap bahwa ukuran adalah kunci utama desain, seperti notasi adalah elemen dasar musik. Ia juga menciptakan kapel ‘Notredame du Haut’ di Ronchamp yang menjadi karya spiritual besar. Pada bangunan ini dia berhasil menciptakan suasana sakral yang sangat kuat dengan menggunakan bahasa bentuk modern. Di Belanda, Gerrit Rietveld (1888 – 1964) menciptakan ‘Schroder House’ (1924) dan seri kursi ‘Merah-Biru’ yang menampilkan perwujudan lain dari modernisasi. Ia menterjemahkan konsep Neo Plastikisme pelukis Piet Mondrian kedalam desain gedung dan mebel. Rietveld adalah tokoh penting kelompok ‘De Styl’. Sementara itu Gropius dan Mies van der Rohe tetap meneruskan garis rasionalisme desain dan ketika institusi Bauhaus di Weimar ditutup oleh partai Nasionalis Nazi (1993), mereka pindah ke Chicago, Amerika dan menjadi tokoh modernisme desain dan pendidikan desain terkemuka. Di Amerika, penyempunaan jaringan listrik dan kemakmuran ekonomi memungkinkan dibangunnya gedung pencakar langit.

87 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Kondisi pusat kota industri seperti New York dan Chicago menyebabkan perkembangan khas arsitektur monumental Amerika, Disinilah Mies van der Rohe mempraktekkan fungsionalisme sejati

pada gedung ‘besi-kaca’nya.

Ia

berpendapat “Less is more”. Peranan para arsitek pada desain mebel dan kelengkapan interior masih sangat dominan. Mereka menemukan sintesa logis antara fungsi, bentuk dan teknologi dalam ciptaan – ciptaan mereka. Arsitek yang dianggap penting adalah antara lain; Le Corbusier, Mies van der Rohe dan Marcel Breuer. Di Swedia, arsitek Gunnan Asphund (1885-1940) dan di Finlandia arsitek Alvar Aalto (1898-1976), memelopori dan mengembangkan gaya ‘Scandinavia’ yang sederhana, jujur, dan elegan. Selain dalam bidang mebel dan interior, Arsitek Peter Behrens di Jerman dan arsitek Eileen Gray (1879 – 1976) di Inggris merupakan pelopor dalam bidang desain produk. Setelah 1920, bidang desain produk mulai menemukan tempat dan peranan yang penting dalam mekanisme industri dan pemasaran global. Pelopor-pelopor dalam profesi desainer industri adalah Norman Bel Geddes (1893-1958), Raymond Loewy (lahir 1893) dan Henry Dreyfuyss (1903-1972) di Amerika serta Harold van

88

Dorren (1895 – 1957) di Belanda dan Oscar Barnack (1879-1936) di Jerman. Mereka mulai melihat peluang bahwa teknologi dapat diterapkan pada rumah tangga biasa. gbr . 47 A.L RICH, Logo untuk General Electronic, N.Y. 1890 (USA). Logo yang punya spirit ‘Art Nouveau’ ini ternyata bisa bertahan dengan baik pada zaman yang lebih modern ini. Tanda ini sudah punya citra kuat tentang kualitas produknya. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 48 PETER BEHREN, Perkembangan Logo AEG, 1895-1912 (USA). Evolusi bentuk logo AEG yang terjadi selama akhir abad 19 sampai 1912 memperlihatkan pengaruh gaya modern yang lebih tegas. Peter Behren juga mendesain produk alat rumah tangga bertenaga listrik. Ia adalah desainer pertama yang menerapkan pendekatan ‘Corporate Image’. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

89 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Desain telah dianggap sebagai suatu disiplin tersendiri, yang memerlukan penguasaan teknologi, ilmu pemasaran dan sensibilitas kesenimanan. Berbagai acuan dan standar profesional mulai melembaga. Institut Desain Chicago yang merupakan kelanjutan Bauhaus, menjadi tempat pendidikan formal desainer yang ternama, dan menjadi model banyak institusi lain di dunia. Le Corbusier mengembangkan konsep proporsi yang sempurna, serta prinsip modulor dan sistem Grid yang menjadi pegangan umum para desainer. Henry Dreyfuss dan Otto Neurath mendalami dan menekankan perlunya ukuran tubuh dipakai sebagai salah satu dasar terpenting desain. Ilmu Ergonomi dan Antrhopometry menjadi dasar penting profesi desainer, sehingga dalam setiap rancangan, desainer harus sadar akan perlunya memperhatikan ‘human factor’. Bidang desain yang mengalami perkembangan bentuk pesat setelah 1920 adalah otomotif. Setelah Ford mengeluarkan Model – T (1909) dan dikembangkan menjadi T-Roadmaster (1926) industri mobil lain mulai mengembangkan model dan warna beragam. Dibidang desain grafis, modernisme terlihat dari perkembangan tipografi yang menjadi lebih logis dan fungsional, komposisi yang lebih tegas dan ditinggalkannya gaya illustrasi romantik dan naratif serta hiasan yang

90

berlebihan. Sementara itu Fotografi mulai menggantikan illustrasi. Teknologi cetak mendukung rancangan berwarna dan sistem press linotype telah ditinggalkan ke sistem monotype. Sistem cetak berwarna offset telah mulai dikembangkan. Huruf-huruf yang tegas dan ‘keluarga huruf’ untuk berbagai prioritas statemen telah lebih banyak. Edward Johnston (1872-1944) di Inggris menciptakan huruf san-serif untuk sistem informasi ‘London Underground’, 1916. Bekas muridnya, Eric Gill (1882-1940) menciptakan berbagai huruf baru yang lebih sesuai dengan semangat zaman. Yang paling terkenal adalah Gill san-serif (1928). Moris Fullen Benton menciptakan “Benton New Gothic’ san-serif, 1908. Dengan standarisasi ukuran kertas mesin cetak, dan proses pra cetak, maka secara bersama ditetapkan pula ukuran standar nasional besar huruf dan jarak baris dalam ‘point’ dan ‘pica’.

91 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

92

6

Gaya Desain Modern Akhir

Bersamaan dengan gelombang rasionalisme dan formalisme desain ini, berkembang gaya-gaya yang khas dan menaik. Gayagaya ini merupakan kesinambungan dari berbagai gejala lain dalam seni rupa pada umumnya atau desain pada khususnya. Walaupun tidak bisa dikategorikan sebagai ‘fungsionalisme’’, gaya-gaya ini tetap dianggap bagian tak terpisahkan dalam ‘Modernisme’. Yang terbesar dan berpengaruh diantaranya adalah art Deco, Konstruktivisme dan Futurisme. Selanjutnya muncul berbagai gaya yang lebih individual meskipun tidak terlalu luas penyebarannya tetapi dipengaruhi oleh gaya-gaya terbesar tersebut.

93 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

ART DECO Modernisme telah melahirkan berbagai alternatif gaya yang rasional, puritan, abstrak, dan lugs. Meskipun modernisme juga melahirkan pendekatan yang lebih ekspresif, spontan, dan impulsif. Namun, rupanya masyarakat masih menyukai dekorasi. Art Deco yang masih ada kaitannya dengan ‘Art Nouveau’. Gerakan ini berawal dari para desainer yang menganggap bahwa dekorasi masih diperlukan dalam lingkungan kita, namun dekorasi tidaklah harus berupa ornamen atau pola hias yang dominan. ‘Palais Stoclet’ di Brussel karya Josef Hoffman dianggap transisi Art Nouveau ke Art Deco, dan gerakan ini mulai menyebar setelah diadakannya “Exposition des Arts Decoratifs et Industrielles di Paris (1925). Pameran ini menjadi awal bangkitnya kembali kegandrungan desainer dan publik Eropa akan ornamen. Berbeda dengan pendekatan ‘skulptural’ pada puncak Art Nouevau, karya Art Deco lebih ‘Arsitektural, tertib, mewah dan elegan. Karya arsitektur Art Deco menjadi tanda zaman keemasan seni pertunjukan dan hiburan di Amerika (Radio City Music Hall, New York) sehingga untuk suatu masa, bentuk gedung sinema di seluruh dunia mengikuti gaya tersebut.

94

Gaya ini juga menjadi gaya yang cocok untuk mencerminkan kemakmuran, kemewahan dan sekuriti pada hotel, gedung perkantoran (Empire State Building dan Chrisler Building di New York) serta kapal pesiar mewah. Gaya Art Deco diterapkan dalam berbagai skala, mulai dari perhiasan sampai pencakar langit. Gaya ini juga terlihat pada desain poster, iklan – iklan dan kemasan tahun 30-an. Gerakan yang berdampak luas ini mulai dari pameran tersebut, terutama Exterior, Interior, dan meubel yang ada pada pavilion ‘Hotel d’un Collectionneur’ karya arsitek Jean Patout dan desainer E.J. Ruhlmann. Gaya ini juga mendapat inspirasi dari karya arsitek Josef Hoffmann di Brussel. Seperti ‘Art Nouveau’, gaya ‘Art Deco’ kemudian menjadi gaya besar yang diaplikasikan pada rancangan bangunan umum, teater, gedung bioskop, hotel, pencakar langit, meubel, kapal pesiar, asesoris, dekorasi interior dan bahkan perhiasan. Gaya ini juga dominan pada desain grafis tahun 30-an. Gaya ‘Art Deco’ sangat bersandar pada ilustrasi dengan teknik stylistic serta air-brush. Teknik ini banyak memanfaatkan penyederhanaan bentuk dan ‘tone’, tetapi untuk mencapai kesan dramatik dan kesan ruang yang khas. Teknik cetak dan reproduksi telah lebih berkembang dan gaya ‘Art Deco’ diterapkan secara sangat meluas dalam berbagai media.

95 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Gaya ‘Art Deco’ dalam desain grafis mengembalikan lagi ‘Dekorativisme’ tetapi tidak harus dalam bentuk ornamen. Kesan dekoratif bisa dicapai melalui permainan elemen geometrik, blok tipografi, tekstur dan nuansa warna. Gaya ini mengolah teknik stilasi dan permainan garis, bidang dan warna yang teratur dan sensitif. Huruf-huruf ‘Art Deco’ unik dan segar, serta dibuat dengan apik dan sensitif. Secara keseluruhan gaya ini mengekspresikan suatu penampilan dan kesan yang elegan dan berkelas. Desainer ‘Art Deco’ banyak menggunakan efek background ‘air-brush’, stilasi figuratif yang tegas namun sensitif dan angun dan penggarapan garis, bidang, warna, huruf, dan tata letak yang tertib, terkontrol, dan efisien. Keanggunan dan optimisme ini mencerminkan suatu zaman yang penuh dengan gaya dan gairah hidup sekelompok masyarakat yang sukses dan makmur. ‘Art Deco’ berawal dari Paris, lalu berkembang ke seluruh Eropa dan akhirnya menjadi gaya yang besar di Amerika. Di Paris dikenal A.M. Cassandre, Georges Lapape, Eduardo Benito dan Jean Carlu. Di Jerman dikenal Schulz Neudamm dan Paul Pfund. Di Swiss dikenal: Herbert Matter dan Noel Fantanet. Di Amerika dikenal gaya ‘Streamline’ yang desainernya antara lain : Otis Shepard, Robert Muchley dan Nemhard N. Culin.

96

gbr. 49 Magazine Ad ; Paris ArtDeco Exhibition, 1925 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 50 French Art Deco ; Eduardo Benito, Vogue Cover, 1927 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 51 French Art Deco ; ; A.M Cassandre ; Nord Express Poster, 1927 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

97 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

KONSTRUKSTIVISME Konstruktivisme merupakan gerakan yang dipelopori para seniman Rusia yaitu Kasimir Malevich dan Vladimir Tatlin. Walaupun, gaya ini ingin mengeksplorasi semacam struktur dan basic element desain secara murni dan konsekuen tanpa pretensi menghias, kenyataannya gerakan ini juga menjadi ‘gaya’ baru. Gerakan ini lebih banyak terlihat pada desain grafis dan dekor teater. Hal yang menarik, adalah konsep bahwa setiap bidang, bentuk, citra dan huruf dapat dipakai sebagai elemen komposisi bentuk dan ruang yang dinamis namun logis. Pada dasarnya mereka menghindari ‘beautification’ dan mencari hubungan rasional yang bebas antar unsur. Dalam desain grafis, Constructivism punya banyak persamaan konsep visual dengan futurism yang dicanangkan oleh Marinetti tahun 1909 di Italia, dan Publikasi Bauhaus yang dibuat oleh Herbert Bayer 1923. Gejala menstrukturkan desain supaya lebih murni (dari emosi) dapat dilihat pada karya desainer grafis Balanda yang tergabung dalam ‘de Styl’. Gerakan Konstruktivisme dimulai di Rusia, diawali oleh berbagai eksperimen seniman-seniman yaitu yang disebut aliran ‘Cubo-Futurism’, ‘Rayonism’ dan aliran mistik-non obyektif ‘Supermatism’ yang dipelopori oleh Kasimir Malevich

98

dan Vladimir Tatlin pada tahun 1920. Mereka mencoba menciptakan karya yang membuat pelihatnya lebih aktif menafsirkan, bukan karya-karya yang konvensional dan ‘representational’. Karya mereka memberikan kebebasan bagi pemirsa untuk menafsirkan susunan bentuk dan citra yang disajikan, dan mulai memakai elemen dasar dan bentuk geometrik serta warna-warna utama saja seperti hitam, putih dan merah. Mereka juga mulai menciptakan karyakarya kolektif yang bertema revolusioner (Rusia). Gaya ini dipraktekkan dalam berbagai media cetak. Teknik yang khas hanyalah transfer citra fotografis. Karya desain grafis Konstruktivisme, dapat dikenali dari komposisi potongan huruf, kata-kata dan montase-foto yang bebas dan punya kesan ‘bermain’. Mereka banyak menggunakan elemen dasar garis dan bentuk geometrik. Komposisi elemen tipografi, foto dan elemen grafis yang lain disusun tanpa aturan formal seperti pada penciptaan karya seni. Mereke juga menggunakan warna-warna dasar dalam bidang besar dan kuat. Dengan konsep seperti ini desain Konstruktivisme tidak lagi bersandar pada citra visualisasi yang dominan (ilustrasi atau foto tunggal) tapi pada konstruksi berbagai elemen yang membentuk suatu susunan gambar. Sinergi berbagai elemen ini membentuk kesan dinamik dan ramai. Gaya ini sesuai dengan tema-tema revolusioner.

99 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Desainer grafis ‘Konstruktivisme’ antara lain Lassitzky, Alexander Rodchenko, Alexei Gan, Solomon Telingater, Vladimir Mayakovsky dan Varvara Stepanova. gbr. 52 EL LSSITSKY, Illustrasi ceritera anak, 1922 Lsstzky bertindak lebih jauh, dengan mencipta buku dongeng anak yang ilustrasinya geometrik murni, tanpa polesan lain. Anak – anak harus dididik untuk memakai bahasa bentuk dan simbol – simbol yang abstrak (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

100

FUTURISME Futuristik – Streamline; merupakan kecenderungan untuk memberi bentuk pada produk kendaraan supaya mengurangi ‘air-drag’ sesuai dengan prinsip ‘aero dinamics’. Bentuk ini kemudian memberi kesan masa depan, seperti yang banyak digambarkan dalam cerita fiksi. Bentuk streamline dimungkinkan karena teknik press logam dan aluminium sudah lebih sempurna. Walaupun gaya streamline lebih menggejala setelah Perang Dunia II, kecenderungan awalnya telah muncul sebelum 1942 antara lain pada karya : Norman Bel-Geddes, Model ‘Sreamline bus’ (1934) dan visi tentang pesawat ‘Airliner’ (1929), Buckmister Fuller (1895 – 1983); Model ‘Dymaxion Car’ (1932), Wally Byam; Airstream Caravan (1934), Ferdinand Porche; VW Beetle (1937), Raymond Loewy; ‘Locomotif Railrod T-1’ (1942), Piere Boulanger; ‘Citroen Deux Chevaux’ (1939). Dan pada eksperimen Mobil Burney di Inggris 1928 yang gagal. Bentuk ‘streamline’ dan ‘plastic’ akan menjadi gaya penting pada perkembangan selanjut. Selain trend dan gaya desain yang diaplikasikan pada masyarakat, beberapa arsitek mencoba menggambarkan lingkungan hidup manusia dimasa mendatang dengan mengantisipasi permasalahan urban modernisasi awal. Kegandrungan memproyeksikan kemajuan masa kini ke

101 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

kehidupan masa depan telah dimulai sebelumnya antara lain oleh Viollet-le-Duc (Abad 18) yang melihat besi sebagai bahasa zaman mendatang. Namun pemikiran lengkap mengenai lingkungan atau kota metropolis masa depan yang sudah memakai idiom modern lebih jelas digambarkan oleh Tony Garnier (1869-1948), Sant’Elia, Paolo Soleri dan Mario Chiattone di Italia serta Buckminster Fuller (18951983) di Amerika bersama beberapa tokoh terkenal antara lain Corbusier, Bel Geddes dan Wright. Para futuris ini sering dikritik sebagai utopis. Pikiran-pikiran futurisme diawali oleh penyair Italia FT Marinetti yang pada tahun 1908 mengikrarkan suatu manifesto. Ia berpikiran bahwa para seniman tak perlu lagi bernostalgia melihat ke masa lampau, dan tak perlu pesimis melihat masa depan karena tak ada lagi jalan kembali. Kaum futuris mengidolakan mesin dan teknologi sebagai totem spirit baru modernisasi. Desain grafis futurisme berangkat dari teori energi universal harus tampak pada karya lukis dan karya grafis sebagai suatu sensasi dinamik dan bahwa gerak dan cahaya dapat meluluhkan benda-benda yang solid. Pelukis Umberto Boccioni menyatakan Manifestonya bahwa pelukis Futurisme harus menciptakan ‘garis-garis yang

102

bertenaga’, sensasi dinamik’ dan ‘perang atau benturan bidang-bidang’. Salah seorang eksponen gerakan ini, Furtunato Depero merupakan penganjur utama Futurisme dalam karya grafis terapan. Ia mendirikan dan menjadi editor majalah seni mesin “dinamo”, membuat produksi siaran radio Futurisme dan menciptakan produk-produk Futurisme yang lain. Depero adalah contoh yang berhasil mempromosikan dan mengaplikasikan gagasan-gagasan Futurisme ke dalam masyarakat industri. Pada masa ini sistim pemindahan citra fotografis ke dalam media cetak telah dilakukan dengan cara membuat ‘screen’ atau ‘raster’ yang masih kasar. Teknik cetak telah berkembang dlam hal kecepatan dan media cetak yang berkembang belum ada loncatan teknik yang berarti. Karya desain grafis Futurisme memang jels mencerminkan spirit para tokohnya. Komposisi yang dinamik/penuh gerak, anti nostalgia, benturan garis, bidang dan huruf, kebebasan dan suasana gerak mesin. Karya Futurisme juga merupakan awal pemakaian foto, kolase, dalam desain grafis. Selain Filippo T. Marinetti dan Fortunato Depero, desainer lain adalah Gino Seferini, Tullio D’Albisola, Ivo Panaggi dan Enrico Prampolinni.

103 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr. 53 Plakatstil ; Lucian Bernhard, Adler Typewritter Poster (1908), Hans Rudi Erdt, Opel Poster, 1911 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

EKSPRESIONISME Kalau gaya-gaya yang kita kenal secara umum sebelumnya adalah gaya yang masih apik dan teratur (walaupun mengekspresikan kebebasan) maka di Jerman pada awal abad ke-20 muncul gaya-gaya ekspresionistik yang sangat jauh bertentangan dengan kaidah gaya lain. Gaya ini sama sekali tidak mencerminkan suatu kesan komersial atau keindahan yang lazim. Sebaiknya, gaya ini mencerminkan suatu sikap protes, sikap prihatin dan anti keindahan. Sikap

104

ini mencerminkan situasi Jerman pra-Perang Dunia I yang dihantui oleh berbagai tindak teror dan kekerasan oleh Partai Nazi, dan dilanda kemelut ekonomi yang menekan. Gaya ini menggunakan teknik sederhana dan cocok sebagai media ‘jurnalisme-protes’. Suasana politik Jerman yang muram itu menyebabkan munculnya penerbitan politik yang banyak diisi karikatur dan ilustrasi satir oleh berbagai seniman. Malajah tersebut antara lain ‘Simplicismus’, ‘Der Sturm’, ‘Jugend’ dan ‘Die Blaue Reiter Almanach’. Karya-karya mereka dipengaruhi estetik kelompok ‘Die Brucke’ yang didirikan Emil Nolde, Karl Schmidt Rotluf, Ernest Ludwig Kinchner, Max Pechstein dan kawan-kawannya di Dresden, 1905. Munculnya gaya ini dalam karya Grafis terapan dimotori oleh kelompok ‘Der Blaue Reite’ yang diditikan oleh seniman Rusia, Wassily Kandinsky dan seniman Jerman, Franz Marc. Karena itu, terlihat penggunaan efek-efek wood-cut yang kasar dan ekspresif serta suasana gelap dan getir. ‘Die Bruske’ dan ‘Der Blaue Reiter’ merupakan gerakan seni yang besar yang terkenal dengan nama Ekspresionisme Jerman. Karena itu gaya desain grafis yang sejiwa dengan kedua gerakan tersebut disebut gaya Ekspresionisme.

Seniman ternama

yang turut mengisinya antara lain Otto Dix, George Gorz, Erich Mendelsohn, Oskar Kokoscha.

105 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr. 54 HANZ POELZIG, Poster film, 1920, PAULLENI, Sampul buku, 1926, MAX PECHSTEIN, Poster, 1919. Karya desain grafis EkspresinismeJerman yang spontan, kasar dan sangat ekspresionistik. Kesan kasar dan sembarangan ini disengaja untuk memperkuat pesan ‘ protes’. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

VORTIKISME Istilah Vortikisme dimulai oleh penyair Ezra Pound, 1914, yang berarti vortex atau pusat energi. Kelompok ini merupakan kelompok avant garde yang ternama di London, yang agak mirip dengan gerakan kelompok Futurisme di Italia. Tujuan gerakan Vortikisme adalah secara agresif menentang semua yang “lama dan dekaden”, serta menciptakan masyarakat baru yang dinamik.

106

Pound dan Wyndham Lewis mendirikan majalah “BLAST” yang berisi isu-isu sentral politik dan sosial di Inggris yang dibahas secara tajam. Mereka mencetak majalah dengan warna-warna yang “tidak enak” dan menciptakan deformasi figur dalam lansekap. Selain hal tersebut tak ada perkembangan yang berarti. Berbeda dengan desain grafis futurisme yang lebih “ramai” dan terpencar”, desain kelompok Vortikisme lebih simple dan terfokus serta efisien. Gaya ini memperlihatkan enersi yang kuat dan terarah dalam komposisi yang dramatis dan efisien. Tipografi diatur dengan terpisah dan jelas. Desainernya antara lain : Wyndham Lewis, William Roberts, dan E.Mc.Knight Kauffer. gbr. 55 Lucian Bernhard, Adler Typewritter Poster (1908), Hans Rudi Erdt, Opel Poster, 1911 E. Mc. KNIGHT KAUFFER, Poster untuk Koran Dally Herald, 1919 Pada tahun 1914, Ezra Pound, penyair Inggris memperkenalkan istilah Vortikisme yang berasal dari “Vortex” atau pusat enersi. Istilah ini menjadi aliran seni yang harus dapat mengekspresikan gerak dan enersi secara gamblang dan tegas’. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

107 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

DE STIJL (THE STYLE) ‘De Stijl’ adalah majalah yang dimotori oleh arsitek, desainer, pelukis dan penulis Theo Van Doesburg. Tidak seperti gerakan lain, gaya ‘De Stijl’ bukan dipelopori oleh suatu grup tetapi dilakukan oleh desainer-desainer secara terpisah. Beberapa malahan tidak pernah bertemu. Konsep ‘De Stijl’ merupakan konsep puritan yang menghindari segala sesuatu yang emosional. Mereka hanya mempergunakan elemen geometrikabstrak yang terukur, dengan bersih dan tertata apik. Dalam desain ‘De Stijl’ yang terlihat hanyalah garis vertikal-horisontal, bidang warna,blok warna dan warna-warna dasar hitam-putihmerah dan biru. Tak hanya perkembangan teknik dan gaya ini banyak dipakai dalam media-media yang berkaitan dengan kegiatan desain atau desainer. Desain grafis bergaya De Stijl hanya menggunakan elemen geometrik murni, garis dan bidang rektangular dan ‘rekta linear’ serta warna murni dan tipogafi san-serif yang bersih dan kuat, mereka menciptakan komunikasi grafis yang inovatif dan efisien. Tipografinya sejalan dengan kelompok New typography yang lugas dan tegas. Konsep tipografi ini diwujudkan melalui penggunaan huruf-huruf san-serif yang

108

menekankan sifat rektangular. Konsep kemurnian warna dan bentuk ini selaras dengan konsep pelukis besar Belanda Piet Mondrian and arsitek-desainer ternama Gerit Rietveld yang beranggapan bahwa elemen dasar bentuk dan warna yang murni, serta komposisi vertikal-horisontal saja sudah merupakan bahasa universal yang dapat dipakai untuk menyampaikan berbagai ‘statemen’ estetik. Desainer yang menciptakan desain grafis dengan gaya ‘De Stijl’ antara lain Theo Van Doesburg, Vilmos Hulzar, dan Piet Zwart.

gbr. 56 De Styl ; L. Moholy Nagi, Theo van Doesburg, Book Cover Bauhaus, 1925 (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

109 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

BAUHAUS Pada tahun 1914 di Jerman terjadi reformasi pendidikan oleh para tokoh yang mulai melihat masalah mendasar pendidikan seni-murni dan desain. Mereka mencoba mendapatkan suatu sistim dimana mahasiswa seni dan desain mendapat latihan dan pengetahuan dasar yang sama sebelum melanjutkan ke bidang yang dominati. Pada tahun 1919 Welter Gropius ditunjuk menjadi direktur suatu sekolah yang merupakan gabungan dua istitusi yaitu sekolah seni ‘Weimar Kunsthewerbeschule’ yang tadinya dipimpin oleh Henry Van de Velde dan ‘Dusseldorf School of Arts and Crafts’ yang tadinya dipimpin oleh Peter Behrens. Sekolah baru itu dibentuk menjadi Das Staatliche Bauhaus di Weimar yang memberikan dasar seni terapan melalui satu kurikulum saja. Pada sekolah ini guru-guru membantu mahasiswa menghadapi masalah kreativitas dan menemukan idiom formal yang sesuai dengan gagasannya. Bauhaus mendorong mahasiswa untuk ber-eksplorasi dan bereksperimen dengan elemen dasar bentuk 2-D dan 3-D secara sistematis, dan tidak menuntut mahasiswa menuruti suatu gaya atau konsep tertentu saja. Tokoh-tokoh pendidiknya antara lain Johannes Itten, Laszlo Moholy Nagy dan Theo Van Doesburg. Di Bauhaus inilah Herbert Bayer dan Joost Schmidt melatih para mahasiswa untuk menciptakan desain grafis

110

dan tipografi terapan berdasarkan suatu proses eksplorasi visual dan eksperimen teknik. Walaupun para tokoh awal Bauhaus tidak menganggap bahwa sistim mereka akademik dan bahkan merasa anti-akademik, lembaga ini kemudian menjadi tonggak awal pendidikan desain-modern. Tak ada perkembangan teknik yang berarti; dan gaya ini banyak dipakai untuk mengomunikasikan kegiatan desain dan kegiatan atau buku-buku grup mereka sendiri. Gaya ‘Bauhaus’ berkesan bebas tetapi formal dan hati-hati. Masa ini banyak ditandai dengan penggunaan tipografi sanserif dan kesadaran tinggi mengenai ruang kertas dan unsurunsur grafis yang ada. Mereka menyusun tanpa aturan rigid, tetapi dengan cara menciptakan koneksi logis sehingga tetap tampak ada keteraturan. Desainernya antara lain Herbert Bayer, Joost Schmidt, Mirgit Terry-Adler, Johannes Itten dan Laszlo Moholy-Nagy. gbr. 57 HERBERT BAYER, 1924 dan 1923 , LUDWIG HIRSCHFELD 1925, Poster Karya puritan desainer Bauhaus yang secara konsekwen mengolah elemen dasar geometrikuntuk menciptakan kesan bersih, seadanya, rasional dan tegas (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

111 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

NEW TYPOGRAPHY Kelompok New Typography di Jerman menolak aturan tipografi klasik yang menetapkan proporsi ukuran dan sistim tata letak mengenai keindahan huruf dan rangkaian huruf. Pelopornya, El Lisstizky, mengaku mendapat pengaruh dari Marinetti (Tokoh ‘Futurisme’), Wyndham Lewis (tokoh ‘Vortikisme’), dan gaya tata letak John Heartfield pada majalah ‘Dadaisme’ ‘Neue Jugend’. Mereka mencoba mencari cara ungkapan grafis yang baru dan banyak memanfaatkan yang dimungkinkan oleh teknik ‘Super impose’ dan ‘Photo typography’ yang bisa memanipulasi berbagai kemungkinan komposisi huruf. Selain itu tak ada perkembangan teknik yang baru. Gaya ini lebih meluas dari pada gaya-gaya yang lain. Walaupun karya kelompok ini banyak kemiripan dengan karya ‘Futurisme’, ‘De Stijl’, ‘Konstruktivisme’ dan ‘Bauhaus’, karya kelompok ini punya penampilan yang khas. Karya ‘New Typography’ lebih terkontrol dan tertib penataan serta penggarapan serta elemen grafis, fotografi serta tipografinya. Maka, walaupun ada kesan dinamis dan main-main, fokusnya jelas dan penampilannya lebih bersih. Penggunaan dan penempatan fotografi dalam desain terasa lebih jernih dan

112

menjauhi pencampuran elemen yang rumit dan semerawut. Teknik super impose dan montase juga dilakukan dengan berhati-hati sehingga tetap rapih dan jelas. Selain El Lisstizky, desainer-desainer New Typography antara lain Jan Tschichold, Max Burchartz, Joost Schmidt, Ladislav Sutnar, Zdenek Rossmann, dan Karl Tiege. gbr. 58 Zdenek ROOSMAN, 1938 dan 4 karya LASIDOV SUTNAN, 1930, Poster dan sampul buku Mengembangkan kebebasan penggunaan citra-visual fotografis yang menarik dan lebih hidup. Pada masa ini telah ditemukan cara untuk memindahkan foto ke proses cetak mekanikal dengan memakai ‘raster’ atau ‘dots-screen’ (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

DADAISME Dada tidak berarti apa-apa. Kata itu hanya bunyi yang kosong, tetapi punya pesan yang sangat dasyat, begitulah kata pelopornya, penyair Rumania, Tristan Tzara. Dadaisme menentang segala macam seni yang mapan, termasuk

113 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

‘Ekspresionisme’ yang pada awalnya memberontak tetapi kemudian mendapat tempat di masyarakat seni. Selain Tzara, perintis lainnya adalah filsuf-penyair Hugo Ball dan Emmy Hennings. Keduanya melarikan diri dari Jerman yang sangat opresif dan tinggal di Zurich. Dari sinilah mereka menyebarkan gagasan yang diwujudkan dalam bentuk karya-karya seni rupa, sastra, dan teater dari 1916 sampai 1918. mereka menyelenggarakan kabaret ‘Voltaire’ dan ‘AntiArt Happenings’ di café-café. Tokohnya antara lain Richard Huelsenberg, Jean Arp dan Sophie Tauber-Arp. Di New York gagasan ini dikembangkan oleh Marcel Duchamp dan Francis Picabia yang mencoba melakukan perombakan konsep estetik barat dan menyingkir balikkan logika dalam seni. Di Berlin dikenal tokoh Raoul Hausman, George Grosz, kakak beradik Wieland Herzfelde serta John Heartfiled. Mereka menolak anggapan bahwa seni adalah puncak cita rasa keindahan diri dengan jujur melalui gambaran horor, dekadensi dan kegalauan masyarakat pada waktu perang. Gaya dada menggunakan teknik media yang telah dipakai oleh gaya-gaya lain seperti ‘Foto-montase’, ‘kolase’ dan teknik ‘super-impose’. Gaya ini banyak bermain dengan manipulasi huruf dan gambar. Pada dasarnya gerakan ini adalah gerakan protes karena itu penyebaran medianya terbatas.

114

Desain grafis ‘Dadaisme’ sangat impulsif dan tanpa mereka juga mengeksploitir perpaduan citra yang kontradiktif sehingga menimbulkan rasa muskil dan aneh, seperti pada konsep ‘surealisme’. Mereka lebih mementingkan suatu ‘syok’ atau kejutan dari pada harmoni. Karya-karya desain grafis ‘Dadaisme’ mengekspresikan suatu situasi kacau, tanpa norma, tanpa etika dan tanpa moral. Kebanyakan karya desain ‘Dadaisme’ dibuat oleh tokohtokohnya sendiri. Beberapa Desainer lainnya adalah Kathe Steinitz, John Heartfield, Hannah Hoch, Perkens dan Kwat Schwitters.

gbr. 59 KURT SCHWITTERS, Poster “Dada”, 1922 Kelompok seniman “Dadaisme” muncul di Jerman sebagai ungkapan frustasi dan kemarahan akan situasi politik dan masyarakat yang rusak dan dekaden, Salah seorang senimannya Kurt Schwitters banyak menciptakan poster untuk kelompok Dadaisme selalu dibuat seenaknya, tanpa aturan dan pertimbangan. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

115 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

REALISME HEROIK Selain gaya-gaya yang bermuara pad keperluan komersialindustri serta gaya-gaya imbasan gerakan seni dan desain, pada tahun 30-1n muncul gaya yang khas dan politik yang disebut ‘Realisme Heroik’ yaitu seni propoganda atau PROPART. Gaya Realisme Heroik dipakai pada kampanya dan publikasi yang bersifat politis. Landasan utama gaya ini adalah ilustrasi figur atau tokohtokoh yang dilukiskan secara ‘romantik-dramatik’ untuk menggugah atau menggelorakan semangat publik. Gaya ini tidak sensitif terhadap emosi dan elemen dan cenderung melebih-lebihkan suatu kesan heorik dan melengkapi dengan tipografi yang kuat. Gaya ini bersandar pada seni lukis dan seni ilustrasi heroikromantik yang dramatik. Gaya ini diterapkan pada media dan program publikasi pemerintah secara besar-besaran. Dalam perwujudannya, gaya ini memadukan kekuatan seni komersial (promosi-iklan) dengan memberi motivasi romantik mengenai kebangsaan dan kebersamaan. Ini adalah gaya yang khas negara-negara komunis namun dipakai juga oleh bangsa Jerman dan Amerika dalam propoganda mereka.

116

Karena ini lebih merupakan gaya pesanan, tidak banyak desainer atau ilustrator terkenal yang bisa dikaitkan dengan gaya ini. Beberapa yang terkenal adalah Victor Borisovich dan Ludwig Holwein di Jerman. Dalam masa modernisme desain grafis terjadi gairah inovatif dan eksperimental yang luar biasa di Amerika dan Eropa. Berbagai kemungkinan visual telah dicoba dan berbagai konsep pemikiran telah dijelajahi. Tak ada gaya tunggal yang dominan pada desain grafis kecuali gaya-gaya komersial yang terus berkembang dan mengambil inspirasi dari gaya eksperimental maupun gaya terobosan para seniman dan perintis konsep desain. Banyak kecenderungan atau konsep gerakan modernisasi yang muncul lagi secara lebih terkristal pada masa Modernisme Akhir. Perkembangan pada masa ini memang tidak sedramatis dan tidak sebanyak pada masa sebelumnya. Daerah konsepsual tealh dicoba dan arah-arah serta terobosan baru telah dibuka. Pada masa Modernisme lanjut, para desainer menyempurnakan, mengembangkan dan mengaplikasikan ke realita industri yang mulai lebih menghargai profesi Desain Grafis. Profesi desain grafis sendiri berkembang dengan marak bersamaan dengan perkembangan industri peiklanan, kemasan dan penerbitan.

117 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Bersamaan

dengan

perkembangan,

industri

dan

pemasaran, terjadi perkembangan yang sangat cepat pada teknologi cetak, teknologi pra-cetak, teknologi packaging visualisasi fotografi. Penemuan komputer telah membantu perkembangan dunia cetak dan penerbitan secara drastis namun eksploitasi kemungkinan komputer untuk visualisasi dan lay-out kreatif baru dimulai pad tahun 70-an. Pada masa ini, terjadi dua arah yang menarik yaitu yang pertama dimulainya internasionalisme (yang sudah mulai lebih awal pada bidang desain lain) serta rasionalisme desain grafis, dan yang kedua adalah terbentuknya sikap-sikap nasionalisme atau regionalisme pada negara tertentu. Keterlibatan desainer grafis pada puncak industrialisme sudah semakin mantap dan berbagai spesialisme profesi mulai bermunculan. Pada masa inilah desain grafis mendapat tempat khusus di dalam perkembangan seni dan desain serta mempunyai kelembagaan yang lebih profesional. Hal ini terlihat dari bermunculannya pendidikan khusus desain grafis di perguruan tinggi dan lembaga independen lain serta makin banyaknya penerbitan buku dan majalah mengenai desain grafis dan komunikasi visual. Desain grafis juga sudah melembaga dalam perusahaan-perusahaan besar serta perencanaan lingkungan melalui program

118

‘Corporate Communication’, ‘Corporate Identity Program’ dan ‘Environmental Graphics’ atau ‘Archigraphia’. Pada masa ini, program ‘inter-disipliner’ makin menjadi kenyataan profesional Desainer Grafis. Mereka bekerja sama dengan arsitek, Interior-displayer, Perancang Bangunan Umum dan Museum, Desainer Produk serta Produser Film dan Televisi. Pada tahun 70-an desainer grafis sudah mulai masuk ke media yang paling dinamik ‘Computer Graphic’. Maka istilah ‘Komunikasi-Grafis’ mulai sering dipakai karena istilah ini memayungi berbagai bentuk media dan disiplin terkait. gbr. 60 LUDWIG HOLWEIN, Poster Lufthansa,1939 Pada tahun 1930-an muncul tren heroisme, yang di buat dalam teknik ilustrasi realistik. Gaya seperti ini dibuat terutama untuk kampanye atau promosi yang bersifat menggugah rasa nasionalisme, patriotisme dan kebanggan warganya. Jenis ini sering disebut seni propaganda (Propaganda Art atau ‘Pop-Art’). (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

119 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

SWISS-INTERNATIONAL Gaya ini muncul sebagai usaha beberapa tokoh desainer Swiss, menerapkan dasar konsepsual yang logis, sistematis dan metodologis pada profesi desain grafis. Dalam hal tata letak, konsep ‘Swiss-international’ banyak mendapat inspirasi dari gagasan arsitek Prancis Le’Corbusier yang menyusun teori tentang tata letak, tata ruang, proporsi dan ukuran dalam bukunya ‘MODULOR’. Sistim ini menekankan perlunya ‘module’ yang merupakan suatu satuan komponen desain dan ‘grid’ yang merupakan landasan logis tata letak dan tata ruang. Maka desainer modern Swiss, segera menerapkan sistem ‘grid’ dan ‘module’, dan menekankan suatu solusi yang logis, langsung dan bersih, tanpa dekorasi atau usaha sensasi dramatik dan romantik yang berlebihan. Mashab ini segera populer dan menyebar di Eropa dan Amerika, kemudian ke seluruh dunia karena sistim ini sangat membantu solusi grafis yang rumit dan kompleks terutama pada desain buku, majalah dan surat kabar. Tokoh terpenting gaya ini adalah Max Bill, Josef Muller Brockman dan Armin Hofmann. Gaya Swiss International segera diterapkan secara sistimatis pada berbagai publikasi, baik yang berhalaman tunggal maupun yang berhalaman banyak. Sistim Grid pada gaya ini memang

120

sangat praktis untuk menangani berbagai jenis informasi grafis baik yang padat-informasi maupun yang sederhana. Gaya ini juga diterapkan dalam program yang disebut ‘Corporate Identity’, yang merupakan pedoman aplikasi desain logo dan logotype ke dalam berbagai media. Selanjutnya sisten ‘grid’ menjadi sangat penting dalam ‘Environmental Design’. Yaitu sistim informasi lingkungan menggunakan petunjuk tempat, petunjuk arah dan papan informasi. Meluasnya gaya ini, dan implementasinya pada berbagai media dan keperluan menjadikan gaya ini dikenal sebagai internasionalisme pertama pada bidang Desain Grafis. Gaya ‘Swiss International’ dapat dikenali, dari tata letak yang didasarkan atas grid. Penggunaan gird ini bisa bebas seperti dalam poster, bisa juga lebih teratur seperti pada media cetak berhalaman banyak. Gaya ini juga jelas dari penggunaan huruf sanserif, terutama Helvetica yang dipakai secara efisien dan metodologis. Tampilan gaya ini selalu bersih dan tegas, tanpa kecenderungan genit dan romantik. Dalam rancangan, terlhat suatu kesadaran tentang proporsi dan ukuran yang sistematik, dan pola-pola gemetrik murni yang kuat. Josef Muller-Brockman, Max Bill, Carlo L. Vivarelli, Karl Gerstner dan Armin Hofmann.

121 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr. 61 KARL GERSTNER, Poster Pameran, 1960 bergaya Swiss International (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

CORPORATE STYLE DAN GAYA AMERIKA Sejak tahun 50-an muncul kebutuhan pada perusahaanperusahaan besar untuk lebih banyak menerbitkan bahanbahan promosi dan publikasi usaha mereka yang telah meluas dan mendunia. Mereka sadar akan perlunya rancangan grafis yang ‘integrated’ yang menciptakan citra positif bagi usaha dan perusahaan. Mereka membutuhkan suatu penampilan grafis yang punya citra bisnis yang mantap namun tetap menarik dan hangat. Maka berkembanglah suatu jenis gaya yang mendukung usaha ‘Corporate Communication’ mereka serta program ‘corporate identity’ yang makin banyak diterapkan sejak tahun 60-an. Desainer grafis di Amerika menjawab kebutuhan ini dengan suatu gaya yang apik dan jernih namun lebih bebas dan imajinatif dari pada gaya ‘Swiss International’. Gaya ini banyak diterapkan pada brosur, katalog, publikasi dan iklan-iklan perusahaan Amerika.

122

Berbeda dengan ‘Swis International’, gaya ini tidak didasarkan pada sistem grid dan modul, sehingga desiner bebas mengatur tata-letak dan sudut komposisi. Gaya ini juga tidak memakai huruf san-serif helvetica yang khas pada gaya ‘Swis’. Walaupun demikian, suatu kesan apik dan efisien tetap terpelihara. Pada gaya Amerika/ ‘Corporate Style’ terlihat kebebasan bermain huruf dan terlihat konsep bahwa jenis huruf dan pesan komunikasi harus satu nafas. Secara lebih khusus, pada masa itu diciptakan berbagai jenis huruf baik huruf kontemporer maupun jenis revival atau ‘redesign’ huruf lama. Gaya ini juga memanfaatkan ilustrasi modern dan visualisasi efek fotografy yang eksploratif dan segar. Desainernya antara lain Saul Bass, Lou Dorfsman, Rudolf de Harak, Paul Rand dan Louis Silverstein. gbr. 62 BROWJOHN, CHERMAYEF,G FREDRICO, RUDOLF DE HARAK, Sampul, brosur dan iklan. New York – 1960, 1953, 1963 Gaya “Corporate” Amerika lebih hangat dan terasa “komersial” walaupun tetap rasional dan tegas (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

123 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

ECLECTICAL & REVIVAL Eklektikisme adalah suatu konsep seni yang mencampurkan beberapa gaya di dalam suatu karya. Pada konsep ini, perpaduan beberapa disiplin dan komponen bisa menimbulkan ketegangan atau sensasi yang menarik. Sedangkan Revivalisme adalah suatu konsep seni yang menggali kembali suatu gaya lama, tetapi kemudian diberi konteks dan penampilan yang sesuai dengan zaman. Kedua konsep ini menghasilkan desaindesain yang segar dan berpenampilan ‘baru’, namun akrab dan mengingatkan kita pada sesuatu yang lama dan konvensional. Pada tahuan 60-an di Amerika muncul desainer-desainer inovatif yang mencoba melepaskan diri dari dominasi gaya ‘Swiss International’, ‘American/Corporate Style’ maupun gaya-gaya komersial yang lain. Mereka kemudian menggali gagasan dari khazanah ‘seni ilustrasi Amerika’, ‘Art Nouveau’ dan ‘Art Deco’, kemudian memberi wajah baru sesuai dengan konteks. Selain itu, mereka juga bereksperimen dengan unsur desain modern dan tipografis yang kontemporer. Hasilnya memberi arah baru yang unik pada perkembangan Desain Grafis Modern, dan sekaligus memberi dasar yang baru yang kemudian dikembangkan dalam gaya ‘Post Modern’. Gaya eklektik dan revival menampilkan gagasan yang segar, berangkat dari suatu ikon atau metafor yang lama yang diberi

124

greget baru. Gaya ini punya kesan main-main dan tidak formal, tetapi tetap dengan tata-letak dan ‘treatment’ yang apik dan bersih. Banyak hal atau gaya lama yang diangkat lagi misalnya huruf ‘Art Nouveau’, komik dan wajah-wajah tokoh populer. Mereka menciptakan skema warna yang baru dan suatu aturan yang memungkinkan kebebasan mencampur tipografi serta elemen desain yang lain. Gaya ini juga mengetengahkan kembali kekuatan ilustrasi sebagai elemen utama komunikasi. Ilustrasi yang diciptakan sangat inovatif dan karya dengan interpretasi serta metafor yang baru. Studio yang paling terkenal memakai gaya ini adalah ‘Push-pin’ di New York. Desainernya antara lain Paul Davis, Milton Glaser, Seymour Chwast, Henry Wolf, Herb Lubalin, James Mc Mullan dan Paul Davis.

125 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

126

Gaya Pasca Modernisme

7

Seperti istilah Modernisme, Pasca-Modernisme yang dimulai sekitar 1980 juga menjadi istilah yang penuh dengan konflik dan perbedaan interpretasi. Istilah ini dapat dipakai dalam banyak aspek di bidang seni – budaya dan filsafat, dan pada setiap bidang, istilah ini punya arti dan konteks yang khusus, sehingga sering menyesatkan bila dipakai secara umum. Mungkin, persamaan mendasar yang ada pada semua bidang adalah bahwa paham Pasca Modernisme adalah paham yang mempertanyakan dan mencari alternatif baru untuk mengkaji berbagai masalah yang tidak bisa tuntas didalam paham dan standar sistematika Modernisme.

127 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Masalah yang dihadapi masyarakat industri, dipaparkan secara baik oleh Alvin Toffller dalam bukunya Future Shock (1075) The Third Wave (1980) dan The Power Shift (1990) serta oleh John Naisbit dan Patricia Aburdune dalam buku Megatrend 2000 (1990) dan Global Paradox (1994). Nilai-nilai Modernisme dianggap telah terlalu mapan sehingga tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini yang penuh dengan paradigma baru. Sementara, Modernisme itu sendiri dianggap telah melunturkan atau menyebabkan de-gradasi nilai -nilai kemanusiaan. Industrialisme dan Kapitalisme, yang merupakan sebab dan penyebab modernisme, telah banyak menciptakan bencana pada berbagai segi kehidupan. Masyarakat Paska – Industri harus bisa meninggalkan aspek sistem tata nilai dan struktur berpikir masyarakat modern dan menetapkan sistem tata nilai dari filosofi baru. Bagi yang tertarik pada masalah dan konflik Pos Modernisme dalam bidang Seni-Budaya, Ilmu Bahasa dan Filsafat dapat mempelajari jalan pikiran para pakarnya yaitu Michael Foucault, Jean baudrillard, Jean Francois Lyotard, Jacques Derrida (Perancis), Edward Said (Palestina), Craig Owens (Amerika) dan lain-lainnya.

128

Dalam bidang Arsitektur dan Design. Paham Post Modern diawali oleh Charles Jencks yang mengamati sikap kritis para arsitek muda yang tidak mau lagi menciptakan desain dengan pendekatan para pionir modernisme Eropa dan Amerika seperti Walter Gropius dan Miess Van de Rohe. Gagasan alternatif ini disampaikan oleh Robert Venturi dalam bukunya Complexity and Contradiction in Architecture (1966). Modernisme dianggap telah sampai pada titik jenuh karena formalisme dan fungsionalisme tidak lagi memberi ruang untuk imajinasi dan kreasi individual yang unik dan penuh makna. Internasionalisme,

Rasionalisme,

Puritanisme

formal,

Intelektualisme dan Standarisasi sistem dan prosedur penciptaan telah mengakibatkan gedung dan lingkungan menjadi monoton dan sama di seluruh dunia, sementara kebutuhan dan tuntutan masyarakat sangat beragam di berbagai tempat. Arsitek Robert Venturi, merancang gedung, mebel dan asesoris interior yang menjadi panutan dan referensi karya Post Modern. Karya arsitek John Qutram dan arsitek Philip Johnson (gedung AT & T di New York) dianggap salah satu contoh awal Post Modernisme. Di bidang desain produk, Michael Graves, Aldo Rossi, Phillipe Starck, dan Etorre Sottsass menciptakan berbagai ragam karya yang jauh dari formalisme Jerman

129 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

yang kaku atau sensitivitas Skandinavia yang elegan. Sotsass dan kelompok MEMPHIS dianggap pelopor

penciptaan

mebel post-mo. Studio lain yang terkenal adalah ALLESSI dan STUDIO ALCHIMIA dengan desainer Alessandro Mendini dan Bruno Gregori. Desainer gelas dan keramik yang cukup menonjol adalah du Pas Quier, Borek Sipek, dan Michele de Lucchi. Di bidang desain grafis, Pasca-Modernisme tidak dapat dicirikan secara jelas karena karya komunikasi grafis sangat dinamik dan sangat berkaitan dengan pesan. Namun, gejala Pos Modernisme dapat ditandai dengan munculnya berbagai gaya alternatif baru karena kecanggihan teknologi komputer, serta ditinggalkannya mashab rasionalisme desain ‘Swiss International’ dan Bauhaus. Walaupun demikian, sulit memastikan seorang desainer grafis yang dapat secara konsekuen disebut Post Modernis. Yang dianggap model post – modernisme adalah kelompok Basel dan Zurich yaitu Odernatt, Tissi dan Weingart. Di Amerika terdapat kelompok ‘New Wave’ dan ‘Punk’ yaitu Daniel Friedman, April Greiman dan Inge Druckery. Di Belanda, desainer Gert Dumbar dan di Inggris tipografer Neville Brody. Karya Interior dan produk desain yang dianggap PascaModernisme mempunyai ciri antara lain :

130



Menghindari puritanisme formal dan material serta berani menggunakan campuran berbagai material yang terasa paradox.



Menganggap bahwa karya desain harus memungkinkan kebebasan imajinasi dan

fantasi serta punya ‘surprise’

dan ‘intrik’ tertentu. •

Menghidupkan kembali symbol arkaik dan tradisional, serta mengungkapkannya melalui idiom baru.



Menghargai keunikan ekspresi individual, regional maupun tribal (etnik), yang memperkaya kemajemukan seni dan desain.



Menghindari berbagai macam standar ukuran, konvensi bentuk dan keseragaman prosedur penciptaan.



Menghidupkan sikap experimental dalam penciptaan desain.

Para desainer konvensional mencemooh karya-karya PascaModern sebagai “Banci” (Berthold Luberkin, Arsitek RIBA, London), “Kegilaan Narkisus” dan “Gejala kecil coba-coba “ (Bruno Zevi, Arsitek, Italia), Namun gejala kecil ini ternyata meluas, memperkaya perkembangan desain serta memberikan kesegaran baru pada desainer – desainer di seluruh dunia. Pasca-Modernisme adalah istilah yang punya banyak arti dan makna dan dipakai berbagai bidang seni budaya secara luas.

131 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Arti harafiahnya adalah ‘sesudah modernisme’ artinya, pikiran dan konsep-konsep baru yang muncul sesudah, dan sebagai reaksi atas akibat dan ekses modernisme. Karena cakupan yang sangat luas itu, maka dalam setiap bidang muncul interpretasi yang spesifik, misalnya bidang sastra, filsafat, sosial, musik dsb. Di bidang seni rupa dan desain, juga muncul teori yang khas. Di bidang Arsitektur, ‘Post Modernime’ dipelopori oleh Charles Jenck dan Robert Venturi. Di bidang desain produk dan di Interior diwakili oleh Michael Graves. Baik dalam Arsitektur maupun desain produk dan interior, konsep ‘Post Modernisme’ melahirkan perwujudan yang khas yang bisa dikenali ciri dan gaya visualnya. Konsep ‘Post Modern’ menekankan perlunya perombakan suatu struktur berpikir modern yang kaku dan tidak bisa lagi memecahkan masalah-masalah baru zaman ini. Konsep ini juga menekankan perlu dipakainya kembali simbol dan idiom-idiom budaya asli dalam suatu ekspresi baru. Paham ‘Post modern’ tidak percaya pada internasionalisme dan menganjurkan pluralisme sebagai bentuk budaya masa depan yang paling tepat. Di bidang desain grafis situasinya agak khas. Di sini, istilah Post Modern dipakai untuk memayungi berbagai gejala dan trend yang terjadi sesudah para desainer jenuh dengan aturan, prosedur, dan pendekatan visual yang menjadi konvendi

132

‘modernisme akhir’. Puncak Modernisme akhir antara lain adalah ‘Swiss International’, suatu gaya bersih, tertib dan berlandaskan sistem grid yang secara rasional dan sistematik berorientasi pada ‘prblem soving’. Kemudian gaya corporate style yang terlihat profesional dan mantap namun kurang sentuhan personal. Dari semua gaya modernisme akhir, gayagaya yang menarik adalah yang tidak terlalu besar scopenya yaitu antara lain ‘Revival’, ‘Eclectic’, ‘Psychedelic’ dan gayagaya Nasiional/Regional. Gaya-gaya terakhir inilah yang sering dianggap sebagai jembatan ke gaya-gaya ‘post modernisme’. Secara umum, desainer-desainer muda merasa bahwa gaya Modernisme Akhir mulai kekurangan ‘sentuhan seni’ serta sikap imajinatif, eksperimental dan exploratif. Gaya Modernisme Akhir juga dianggap terlalu monoton dan membatasi keinginan ekspresi yang sifatnya pluralistik. Karena itu muncul berbagai sikap dialektik yang semua mencoba mencari kembali akar seni serta budaya dan jati diri desainer dalam bidang Desain grafis. Sementara itu, perkembangan teknologi elektronik dan komputer pada proses pracetak, proses cetak maupun proses manipulasi huruf dan foto telah sangat maju. Banyak sekali program-program komputer yang sangat membantu kreativitas desainer grafis baik untuk promosi, corporate design, packaging maupun bidang penerbitan. Kedua faktor ini berperan membentuk gaya-gaya ‘post modern’.

133 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Perkembangan lain yang menarik adalah di bidang multimedia dan internet yang langsung menjadi tantangan baru para desainer. Profesi desain grafis telah meluas, tidak lagi hanya pada benda cetak, film dan video tetapi masuk ke suatu jaringan informasi yang lebih canggih, lebih luas cakrawalanya serta penuh kemungkinan. Maka-desainer grafis kontemporer dihadapkan pada pilihan yang jauh lebih banyak dari sebelumnya. Dalam perkembangan desain grafis, tantangan kreativitas dan kejenuhan ini dijawab melalui berbagai sikap dan konsep yang beragam. Tak ada persamaan ciri visual yang khas pada gaya-gaya ini, namun semuanya punya semangat inovatif dan experimental, serta banyak memanfaatkan kemungkinan teknologi komputer yang makin berkembang. Dari berbagai kecenderungan yang muncul sejak tahun 80-an beberapa dapat diketengahkan sebagai gaya ‘post modern’ dalam Desain Grafis.

‘NEW WAVE’ AMERICA Banyak desainer Amerika yang belajar si Swiss pada akhir 60an dan tahun 70-an. Mereka segera tertarik pada pendekatan baru Basel dan Zurich. Di Amerika, mereka menerapkan

134

konsep baru ini dengan bentuan program-program grafiskomputer yang juga berkembang pesat pada masa itu. Dengan komputer, mereka memperkaya dan memperluas eksperimen inovatif dengan citra foto, ilustrasi, efek grafis dan tipografi yang telah dilakukan di Swiss. Hasilnya adalah suatu gelombang baru yang disebut ‘American New Wave’. Gaya ‘American New Wave’ atau ‘American Post Modernism’ ini sangat bervariasi perwujudannya. Pada gelombang baru ini terlihat eksplorasi visual melanjutkan perintis gaya ‘Eklektik & Revival’. Selain itu terlhat juga konsep main-main seperti pada grup ‘Memphis’ dan konsep tipografi, visualisasi yang segar seperti gaya Basel dan Zurich serta adaptasi karya arsitektur Robert Venturi dan Michael Graves ke dalam bentuk grafis. Terlihatlah berbagai pendekatan yang baru dan segar yang dilakukan oleh desainer-desainer muda Amerika di awal 70an. Pendekatan-pendekatan ini sangat bervariasi sehingga sukar dicari satu ciri yang bisa mengikatnya. Suatu hal yang sama adalah suatu ketegangan dan dilema antara keinginan untuk menciptakan desain yang bersih, terkontrol dan efektif dengan keinginan untuk lebih ekspresif dan eksperimental. Hal lainnya adalah semangat kreatif dan inovatif yang juga sangat bervariasi.

135 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Berbeda dengan gaya-gaya sebelumnya dimana ciri visual suatu gaya dapat dikenali, pada ‘American New Wave/Post Modernism’ terjadi variasi pendekatan yang sangat individual. Hal yang paling umum adalah ekslporasi dan manipulasi efekefek komputer dalam visualisasi dan tipografi. Desainernya antara lain April Greiman, Inge Druckrey, Dan Friedman, Hans U Alleman, Nancy Skolos, John Jay, Rudy Vanderlans, Warren Leherer, Jane Kosstrin & David Sterling, Woody Pirtle dan Alan Calvin.

gbr. 63 JOHN JAY, Tas Tahun Baru, Bloomingdale, USA, 1983 Wujud lain dari penerapan PostModern, yang diilhami oleh tren desainer interior dan desain produk ‘Post-Mo’. Gaya apik, tertib, bersih dan segar ini juga menjadi tren yang digemari sampai sekarang dan diberi label “American New Wave”. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

136

PUNK AMERIKA American Punk adalah nama yang diberikan pada gaya baru Desain Grafis Amerika yang mencerminkan gejolak selera dan semangat muda yang dinamik, nakal, tidak serius dan urakan. Semangat urakan dan anti-mapan ini dikemas secara lincah oleh desainer yang berhasil mewujudkannya kembali secara segar. ‘Punk’ sendiri adalah istilah yang dipakai untuk memberi nama pada gaya hidup ‘Pink’ yang anti kemapanan masyarakat dan selanjutnya secara frontal mengkonfrontir segala nilai estetik dan etika yang dinggap mapan. G ejala ini kemudian dipakai secara komersial dalam desaingrafis oleh beberapa exponen yang menginginkan adanya kejutan-kejutan baru dalam desain sesudah masa modernisme. Trend dan gaya hidup baru ini dimanfaatkan oleh Fiorucci, perusahaan yang mengkhususkan diri pada pakaian dan asesoris yang ‘nyentrik’. Gaya ‘American Punk’ juga punya ciri visual atau tematik yang bisa disama-ratakan. Seperti gaya ‘New Wave’ yang lain, variasi pendekatan visualnya juga sangat beragam. Kesamaannya adalah pada gagasan dan visualisasi yang aneh dan provokatif dan warna-warna cerah yang bertabrakan. Gaya ini juga memakai komposisi dan tata letak yang bebas, tanpa aturan

137 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

tertentu. Terlihat juga kesengajaan memilih citra visual yang ‘tidak enak’ dan cenderung ‘tidak wara’. Desainernya antara lain Art Chantry, Christopher Garland, Louis Fishauf, Gary Panter serta Sue Huntley dan Donna Muir. gbr. 64 GARY PANTER , ART SPIEGELMAN , Sampul muka majalah “Raw” #3”, USA, 1981. “American –punk” adalah nama yang diberikan untuk menggambarkan gayagaya desain dan ilustrasi yang ‘mbeling’ atau ‘tak ikut aturan’ Hasilnya bisa berupa kesan aneh melalui eksperimen artistik dan teknik. Sengaja mencari efek yang ‘tidak nyaman’, namun mudah diingat. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

‘NEW WAVE’ EROPA Gejala yang dimulai oleh grup Memphis, Basel dan Zurich, dikembangkan secara kreatif oleh desainer-desainer lain di Eropa. Mereka juga mengembangkan eksperimen kreatif dalam mencari kemungkinan-kemungkinan ekspresi baru pada visualisasi, tata letak, tipografi dan tema-tema ciptaan mereka. Desainer Eropa juga memanfaatkan komputer untuk

138

menciptakan manipulasi huruf, citra visual dan komposisi yang lebih bebas. Di Perancis, Studio Grapus sangat terkenal sebagai grup yang banyak menciptakan desain-desain ynag penuh intrik dan kejutan. Di Belanda, Studio Dumbar terkenal sebagai penganjur ‘Total Design’ yang selalu menciptakan gagasan inovatif dan berhasil menerapkan gagasan-gagasan baru pada program identitas visual kantor pemerintahan yang biasanya kaku dan formal. Gejala ‘New Wave’ Amerika dan Eropa punya banyak persamaan, sukar dipastikan suatu ciri umum yang sama pada setiap karya. Hal yang sama adalah gairah bermain dengan elemen grafis, ikon dan persepsi. Kemudian secara khas, desainer Eropa lebih memperlihatkan suatu pendekatan simbolik dan puitik. Studio Grapus sangat terkenal karena poster-poster yang jail dan penuh intrik, sedangkan Studio Dumbar terkenal karena memberikan nafas baru dan ‘bahasa’ yang baru pada desain grafis. Ia meletakkan dasar baru pada pendekatan tipografi sehingga lebih hidup dan kaya akan kemungkinan. Di Studio Grapus dikenal Alexander Jordan, Gerald Paris Clavel dan Pierre Bernard. Selain itu di Prancis dikenal Alain Le Quernec. Di Belanda selain Gert Dumbar, dikenal juga Joost Swarte.

139 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

gbr. 65 GRAPUS, Poster Pameran, Paris, 1982. Grup GRAPUS ( Alexander Jordan, Gerald Paris Clavel dan Pierre Bernard) adalah grup desainer radikal di Paris . Mereka banyak membuat poster teater dan pameran dan terkenal karena gagasan-gagasan yang ‘mengganggu’ pemirsa, dan menimbulkan rasa penasaran. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

gbr. 66 ALAN LE QUERNEC, Poster Theatre, Paris, 1986 , mempunyai ciri yang sama dengan grup Grapus, karya-karyanya penuh gagasan metaforik yang kuat dan mengesankan. Ia juga banyak membuat poster teater. (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

IDENTITAS NASIONAL DAN REGIONAL DALAM DESAIN Kalau pada pertengahan abad ke-20 terjadi perluasan gelombang besar ‘international style’ maka pada waktu yang

140

sama terjadi juga suatu gerakan yang menarik, yaitu semakin jelasnya identitas nasional pada karya – karya desainer dari negara – negara tertentu. Di Swiss, kekhasan gaya nasionalnya sudah dimulai ketika para desainernya mulai mengadaptasi ‘New Tippography’ dari ‘Bauhaus’ menjadi ‘Swiss International’. Tren nasional yang tertib, bersih dan sistematis ini menyebar keseluruh dunia. Sifat ini diteruskan oleh kelompok Basel (Wolfgang Weinger) dan Zurich (Sigfried Odermatt dan Rosmarie Tissi) yang menciptakan gaya lebih bebas memanfaatkan teknologi komputer. Kelompok ini punya pengaruh terhadap gejala paska – modern di Swiss (terlihat pada jam Swatch) dan pada gaya Memphis Italia dengan tokoh utamanya Ettore Sottsas. Di Jepang; kita melihat gaya nasional yang sangat kuat. Karya desainernya memperlihatkan mistik timur yang aneh, dalam warna-warna cerah dan kombinasi warna yang tidak ‘rasional’. Selain desainer grafis Ikko Tanaka, Kazumasa Nagai, Yusaku Kamekura dan Tadanoori Yoko, Jepang juga terkenal karena desainer industri dan fashion yang inovatif. Kenji Ekuan (L. 1929) menciptakan desain untuk Yamaha dan Yaschica Elektroniks. Shiro Kuramata (L. 1939) dan seniman – desainer – pematung Isamu Noguchi (1904 – 1988) menciptakan mebel dalam berbagai bentuk aneh. Issey Miyake (L. 1939). Hanae

141 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Mori (L. 1926) dan Kenzo Takuda pelopor desain busana yang terkenal. Mereka berhasil mengangkat industri dan desain Jepang menjadi salah satu yang terkemuka di dunia dengan tetap mempertahankan ciri nasional. Gaya Scandinavia sangat terkenal karena interpretasi fungsionalisme mereka tetap sensitif terhadap pemakaian bentuk dan bahan, serta tetap memperhatikan ‘craftmaship’ yang terpelihara. Mereka juga sudah dapat menemukan teknik mekanisasi yang tepat, sehingga bentuknya tetap ‘natural’. Gaya desain Denmark dan Finlandia sederhana, jernih, tulus namun anggun. Di Finlandia, pelopornya adalah Alvar Aaalto (1898 – 1976), dan Gunnar Asplund (1885 – 1940) . setelah itu menyusul generasi berikutnya, Yro Kukkapuro (1933), Timo Sarpaneva dan Tapio Wirkkala yang terkenal dalam desain ‘glass-ware’. Di Denmark, pelopornya adalah Arne Jacobsen (1902 – 1971) desainer yang terkemuka lainnya adalah Finn Juhl (L. 1912), Mogens Koch, Borge Mogensen, Hans Wegner, Nana Ditzel (L. 1923) dan George Jensen (1866 – 1935) yang sangat terkenal karya logam perhiasan dan ‘flatware’nya.

142

Gaya Italia lebih bebas dan provokatif. Mereka secara sadar mencoba mencari alternatif bentuk serta warna yang berani dan mengejutkan. Pelopornya adalah Cesare Cassina (L. 1909) dan desainer terkenal yang lain adalah Achille Castiglioni (1918), Joe Colombo (1930 – 1971), Paolo Deganello (L. 1940) dan kelompok Memphis yang dipelopori oleh Ettore Sotsass (L. 1917) dengan desainer Michele de Lucchi, Elio Fiorucci, Aldo Cibic, Andrea Branci dan Marco Zanini. Dalam bidang busana dan perlengkapan pribadi, Gugio Gucci berhasil mengembangkan gaya Italia menjadi mendunia. Gejala gaya regional ini makin dirasakan perlu oleh para desainer yang mencoba mencari suatu identitas kelompok baru yang

berbeda dengan kelompok internasional dan

regional lain. gbr. 67 TADANORI YOKOO, poster teater ‘John Silver’, 1967 (Jepang). Tadanori Yokoo juga desainer poster modern Jepang yang punya reputasi internasional tinggi karena karyakaryanya juga istimewa. Ia memakai suasana ikon dan metafora Jepang dalam posterposter kontemporernya. Hasilnya suatu perpaduan suasana yang kaya dan menarik (Heller, Steven dan Chwast Seymor: 1988.)

143 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

GERAKAN MORAL DAN ETIKA DESAIN Kebanyakan masalah desain dan estetika desain pada abad 20 berkisar pada masalah bentuk dan fungsi, serta teknologi dan pemasaran dan perangkat ilmiah lain untuk menunjang keberhasilan desain. Dibalik itu semua ada kepentingan yang lebih besar, yaitu kelangsungan industri itu sendiri yang pada dasarnya bersifat kepitalistik. Pada perpindahan abad ke-19 dan ke-20, pemikir etika desain mulai menekankan perlunya produk industri mendapat perhatian segi ‘estetika’nya. Pada awal abad ke-20, permasalahan etika dan moral desain masih pada masalah dilema antara bentuk fungsional – rasional atau stylish – ornamentik. Pada pertengahan abad 20, para desainer mulai melihat suatu misi lain. Mereka melihat bahwa desainer bisa berperan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi manusia dan lingkungan. Pada tahun 60-an designer dan arsitek Eropa dan Amerika mulai menyadari bahwa mereka harus lebih banyak memperhatikan kepentingan orang cacat. Pada tahun 1969, sepanjang tahun majalah DESIGN membahas perlunya perhatian kepada para penderita cacat, setelah itu pada bengunan umum,

144

ram untuk kursi roda sudah menjadi persyaratan. Berbagai desain peralatan makan dibuat secara khusus agar mudah dioperasikan. Pada tahun 1980 Ergonomy Desain Grupen di Swedia menciptakan antara lain Maria Benktzon dan Sven – Eric Juhlin. Selain desain bagi penderita cacat, desain di negara berkembang punya masalah yang jauh berbeda dari pada di Negara industri. Karena itu seorang pemikir desain terkemuka Victor Papanek menulis buku Design for the Real World of 1973 di mana ia menekankan perlunya para desainer berhenti bermain-main dengan gagasan-gagasan untuk dunia industri yang tidak menyentuh kenyataan hidup di dunia lain. Ia melihat bahwa pemecahan desain di negara berkembang perlu mendapat perhatian yang khusus, berbeda dengan formula yang berlaku pada masyarakat industri. Ia sependapat dengan Buckminster Fuller bahwa desainer sekarang kurang memakai hati-nuraninya. Fuller menganggap bahwa tujuan desain adalah untuk ‘meningkatkan kemampuan efektif survival manusia’. Pikirannya sejalan dengan gagasan Richard Neutra dalam tulisannya Survival through Design (1954). Papanek juga menulis The Green Imperative (1995) tentang perlunya landasan etik baru bagi desainer untuk mengatasi masalah manusia dan lingkungan.

145 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Isu moral lain yang menonjol adalah masalah lingkungan. Dunia menghadapi krisis energi karena tidak akan mencukupi kerakusan dunia industri akan bahan bakar. Dunia juga menghadapi krisis karena pemborosan sumber daya alam yang dipakai sebagai bahan baku industri. Di atas itu, dunia menghadapi masalah pencemaran yang luar biasa. Plastik yang tidak dapat dihancurkan oleh alam, deterjen dan limbah industri yang merusak ekologi dan biota laut, pencemaran udara oleh asap pabrik, asap mobil serta sampah, limbah beracun dan radio aktif yang tak dapat diolah kembali sangat membahayakan dan menurunkan kualitas hidup manusia. Maka timbullah kesadaran bahwa sudah waktunya desainer ikut memikirkan penciptaan produk yang ramah lingkungan (Green Design). Hal yang harus dilakukan antara lain (a) Pengereman nafsu konsumerisme dan pemborosan yang berlebihan pada negara makmur (b) penghematan air, enersi dan sumber alam lain (c) penciptaan alat yang hemat enersi atau menggunakan enersi alternatif (d) penciptaan alat yang sangat minim emisi-gas buang berbahayanya (e) penciptaan kemasan yang dapat dihancurkan secara alamiah (f) penghentian pemakaian gas yang merusak ozon (g) pencarian bahan alternatif kayu lapis (h) pembuatan desain tata kota yang lebih hijau (i) melakukan ‘reinforcement’ untuk menindak

146

pelanggaran masalah lingkungan (j) perubahan gaya hidup, sehingga lebih efisien memanfaatkan sumber daya alam (k) meluaskan sistem produksi recycle dan sistem distribusi refilling dan sebagainya. Di dalam mengatasi hal tersebut, peranan arsitek dan desainer akan makin besar di masa mendatang.

147 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

148

8

Tinjauan Sejarah GayaIndonesia Desain

Desain Gaya Indonesia selalu menjadi pertanyaan dalam berbagai media dan forum seni atau desain. Berbeda dengan sejarah perkembangan seni rupa, khususnya seni lukis yang lebih banyak diteliti dan diterbitkan, perkembangannya telah cukup baik terekam. Dari masa pelukis Eropa yang melukis di Indonesia, Raden Saleh dan seni rupa modern serta kontemporer banyak dibahas sejak abad ke-19. Begitu juga seni kriya Nusantara yang punye kesinambungan sejarah karena hasil ciptaan kriya menjadi perhatian budaya dan arkeologi yang menggali dan mengumpulkan berbagai artifak prasejarah dan sejarah. Artifak ini berupa keramik, tekstil, perhiasan, pelengkap upacara adat, busana dan asesoris, yang

149 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

menjadi koleksi berbagai museum, dan yang menjadi landasan pemahaman akan seni kriya baru. Konsep desain lahir bersama dengan konsep industri pada masa Revolusi Industri di Inggris dan Eropa di abad ke-18. Dengan lahirnya pabrik-pabrik serta kota-kota industri dan berkembangnya kemajuan alat transportasi ke semua penjuru dunia, maka industrialisasi menjadi tahap pengembangan akhir kemajuan di banyak negara. Revolusi Industri mengawali konsep produksi massal dn konsumsi massal bagi berbagai benda pakai yang tadinya dibuat secara manual satu persatu. Prinsip ini juga melahirkan media komunikasi massal baik melalui media cetak, media film, maupun media radio. Perjalanan gaya desain Eropa, dari Abad Pertengahan, Klasikisme, Renaisans, Gotik, Barok, Romantik sampai Pra-Modern dan Modern melewati suatu perkembangan peradaban yang lambat dan bertahap. Transformasi gaya-gaya ini menyerap berbagai aspek seni yang berkembang, termasuk seni-seni berbasis tradisi. Semua infrastruktur dan landasan sosial yang terbentuk pada perkembangan peradaban ini memberi warna pada perkembangan gaya desain di setiap wilayah kekuasaan di Eropa. Perkembangan ini menjadi model ketika bangsa Inggris dan Eropa melakukan kolonisasi ke berbagai bagian dunia yang lain.

150

Oleh bangsa Inggris dan Amerika, industrialisasi, yang menjadi landasan modernisasi, dibawa ke koloni-koloninya dan dikembangkan untuk meningkatkan produksi sumber daya alam. Industri-industri atau lebih tepatnya pabrik-pabrik besar yang dibangun oleh bangsa Inggris dan Eropa terutama adalah yang berkaitan dengan hasil perkebunan, pertanian, hutan, tambang, mineral, dan bahan baku industri. Melalui proses ini konsep modernisasi diserap oleh bangsa-bangsa lain di luar Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat (yang merupakan kelanjutan peradaban Inggris-Eropa di benua Amerika). Di negara-negara yang kemudian merdeka ini, terjadi dua polarisasi dua konsep gaya yang besar, yaitu pola-pola dan idiom desain berbasis gaya hidup tradisional setempat, dan desain yang berbasis media dan kebutuhan hidup modern. Sintesa bentuk yang di Barat terjadi secara lambat, di daerahdaerah koloni berlangsung lebih singkat. Hal ini terlihat pada perkembangan sejarah gaya desain barat yang di tempat asalnya terjadi akibat reformasi- reformasi berkelanjutan sebagai hasil pewacanaan linier oleh para ahli, yang kemudian menjadi landasan konsep desain selanjutnya. Di daerah lain, karena perkembangan komunikasi dan transportasi modern yang cepat, suatu konsep dan bentuk desain yang baru bisa segera menjadi acuan di tempat yang berbeda. Transisi bentuk yang bersifat progresif dan melalui perubahan gaya hidup setempat jarang terjadi.

151 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Di dalam desain, seharusnya bentuk terjadi akibat pemecahan masalah desain, bentuk adalah solusi terhadab masalah lain yang substantif. Bentuk menjawab banyak masalah yang berkait dengan fungsi sosial-budaya, teknologi dan ekonomi. Namun dalam masyarakat global yang multi-kultur, berbagai fenomena desain bisa berpindah atau diadaptasi dari satu tempat ke tempat lain, mengakibatkan internasionalisme gaya yang tidak terkait lagi dengan akar sosio-kultural setempat. Kita perlu melihat dengan cara kritis perkembangan seni dan desain di Indonesia melalui sudut pandang ini. Pemahaman desain modern di Indonesia diperkenalkan oleh desainer atau seniman Belanda yang berpraktik di Indonesia (Hindia Belanda). Para planolog, arsitek, desainer interior dan mebel, rumah mode, ilustrator, biro iklan, penerbit, percetakan, dan perusahaan kemasan mempekerjakan ahli Belanda yang dibantu oleh drafter, teknisi, operator, dan asisten pribumi. Secara berangsur, melalui sekolah teknik dan perguruan tinggi yang ada (antara lain di Bandung dan di Yogya) prinsip dan teknik desain ini diambil alih oleh Putra Bangsa. Dalam proses itulah perkembangan gaya modern Eropa mulai di adaptas, yang tampak pada gaya Deco, dan kemudian Bauhaus. Selanjutnya, setiap gaya baru yang terjadi di Eropa dan Amerika akan menjadi sumber dari referensi bentuk desain di Indonesia. Pada Desain Grafis, kita

152

melihat progresi gaya dari Dutch-Victorian, jadi Dutch Deco, American Commercial Art, Futurisme, Bauhaus, dan kemudian gaya Post-Modern yang didasarkan pada kemajuan ICT dan perkembangan Media Digital. Di Indonesia terjadi perkembangan menarik di mana pengaruh konsep bentuk desain modern, bertemu dengan konsep gaya bersumber pola hias masyarakat tradisional. Bentuk pendekatan yang terjadi adalah pembaruan desain dan fungsi produk-produk tradisi, atau membuat karya desain modern yang terinspirasi pola dan idiom tradisional, atau menangkap spirit tradisi dan menciptakan desain modern atau berbagai kemungkinan sintesa lain. Penulisan sejarah desain Indonesia sukar dilakukan karena tidak dimulai sejk awal, namun sintesa antara gaya tradisional dan pendekatan modern ini terus menerus muncul sebagai fenomena yang menarik. Masalah desain di Indonesia, antara lain adalah pergulatan mencari identitas, yang terjadi dalam semua bentuk desain. Tantangan untuk menjadi desainer global tetapi berakar pada masalah lokal (glokal) sudah menjadi jargon umum. Masalah lain yang relevan adalah isu lingkungan hidup, yang menjadi salah satu prasyarat desain masa kini. Isu internasional ini dapat diwujudkan melalui berbagai pendekatan desain, baik di tahap pra-produksi, produksi, distribusi, pemakaian maupun

153 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

pemusnahan setelah pemakaian. Pada setiap tahap ini selalu ada masalah besar dalam hal limbah. Masalah lingkungan hidup ini terkait langsung dengan isu konsumerisme dan komersialisme yang telah mendapat penolakan sejak masa Art&Craft di awal Revolusi Industri sampai sekarang. Konsumerisme dan komersialisme terjadi karena produsen yang terus mencari untung, dan konsumen yang terbius untuk terus membeli barang yang baru. Mekanisme ini dihidupkan oleh mekanisme industri media. Berbagai masalah nyata ini menjadi latar berlakang perkembangan desain di Indonesia, dan selalu menjadi tantangan bagi desainer Indonesia. gbr. 68 N.Indie-Moderne ; Unknown ; Java Bier ; Enamel 121 x 60 (30’s)

154

gbr. 69 Indonesia, Garuda Guide Book, 1951

155 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

156

Penutup

Tulisan ini adalah garis besar yang sangat ringkas mengenai perkembangan desain selama 200 tahun yang dimulai dengan revolusi industri. Sampai di sini, terlihat bahwa dalam membahas desain tidak terlalu mudah menarik garis yang tegas antar periode, antar negara maupun antara kelompok mashab desainer. Berbeda dengan sejarah seni – rupa murni, desain tidak ditentukan oleh desainernya saja, namun juga oleh pasar, dan oleh klien atau produsennya. Karena itu, contoh-contoh yang ada dalam tinjauan desain dapat dianggap sebagai pilihan yang terbaik untuk menerangkan situasi ‘problem solving’ yang khas, dimana disitu tercermin kualitas desainernya, kondisi, situasi dan gaya hidup konsumennya,

157 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

komitmen produsennya, serta taraf kemajuan teknologi yang ada. Setiap masa, periode mashab, tempat dan desainer, punya masalah-masalah spesifik dalam penciptaan desain. Hal ini tidak seluruhnya dapat dituangkan di dalam tulisan ini. Karena itu, bagi yang tertarik dapat mendalami dari sumber lain dan menemukan berbagai nama desainer dan contoh karya desain yang tidak disebutkan di sini. Yang dapat terlihat disini, adalah perkembangan desain sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan seni-budaya, terutama seni rupa. Itulah sebabnya, ada desainer yang cenderung bekerja seperti teknisi (engineering) dan ada desainer yang cenderung bekerja seperti seniman. Kita telah memulai polemik ini dengan pilihan antara struktur (bentuk) atau ornamen (hiasan). Kemudian pilihan dilematik antara bentuk dan fungsi, rasional atau emosional, abstrak – formal atau simbolik, fungsional atau stylistic, objektif atau subjektif, akademik – sistematik atau intuitif – mistik dan polemik sejenisnnya. Semua ini adalah cermin dari dilema pilihan sikap para desainer yang harus ditentukan sendiri, berdasarkan situasi desain yang khas yang dihadapi setiap hari. Dilema lainnya adalah peran desainer sebagai bagian dari roda industri kapitalistik yang harus bersikap profesional, dihadapkan pada pertanyaan etika

158

dan moral bila tujuan desain tidak sesuai dengan nuraninya. Banyak contoh desain yang baik yang dapat memadukan tujuan desainer dan produsen/klien menjadi sinergi kreatif yang berhasil, namun contoh yang sebaliknya juga sangat banyak. Sejarah Perkembangan Desain oleh konflik, polemik, dan dilema seperti ini.

159 GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

Daftar Pustaka Bayley, Stephen. The Conran Directory of Design. Villard Books, New York, 1985

Brunt, Andrew. Phaidon Guide to Furniture. Phaidon , Oxford, 1983. Burns, Edward Mc.Nall. Western Civilizations, Their History and Culture. W.W. Norton & Company. Inc, New York, 1958. Feldman, Edmund Burke. Art as Image and Idea. Prentice Hall, New Jersey, 1967. Hardy, William. A Guide to Art Nouveau Style. The Apple Press, 1988. Heller, Steven dan Chwast Seymor. Graphic Style. Thames and Hudson, New York, 1988. Hiesinger. Philadelphia Museum of Art. Rizzoli New York, 1983. Kathryn B dan Marcus, George H. Design Since 1945.

x

Hollis, Richard. Graphic Design, A Concise Hystory. Thames and Hudson, New York, 1994. Janson, H.W. History of Art. Volume Two, Prentice Hall & Abrams, New York, 1986. Jervis, Simon. Design and Designers’, The Penguin Dictionary. Penguin Book Ltd, London, 1984 Julier, Guy. 20th Century Design and Designers’ Encyclopaedia. The Thames and Hudson, New York 1993. Lemme, Arie van de. Guide to Art Deco Style. The Apple Press, New York 1988. Livingstone Alan dan Isabella. Graphic Design + Designers Encyclopaedia. The Thames and Hudson, New York 1992. Papanek, Victor. The Green Imperative. Thames and Hudson, New York, 1995. Pearche, Chris. Twentieth Century Design Classics. H.C. Blossom. London 1991. Pevsner, Nikolaus. Pioneers of Modern Design. Penguin Books Ltd, London, 1982. Sottsass, Etore. 80’s Style, Designs of the Decade. Thames and Hudson, New York, 1990. Sparke, Penny. Design & Culture in the Twentieth Century. Harper & Raw Publisher, New York 1986.

xi GAYA DESAIN. Tinjauan Sejarah

xii

Related Documents

Gaya
December 2019 50
Gaya Gaya Batang.docx
November 2019 42
Soal Gaya
June 2020 34
Gaya Pembelajaran
July 2020 21
Gaya Bahasa
December 2019 32
Gaya-kepemimpinan.ppt
December 2019 20

More Documents from "Mayana Siregar"