20180827092144.pdf

  • Uploaded by: Andri Desu
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 20180827092144.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 17,335
  • Pages: 170
DESAIN SARANA KERJA MENJAHIT

TUGAS AKHIR

Oleh :

AMELIYA MAMESAH NIM : 15 616 009

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN DESAIN PROGRAM STUDI DESAIN PRODUK SAMARINDA 2018

DESAIN SARANA KERJA MENJAHIT

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Desain Produk Jurusan Desain Politeknik Negeri Samarinda

Oleh :

AMELIYA MAMESAH NIM : 15 616 009

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN DESAIN PROGRAM STUDI DESAIN PRODUK SAMARINDA 2018

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

DESAIN SARANA KERJA MENJAHIT

NAMA

: AMELIYA MAMESAH

NIM

: 15616009

JURUSAN

: DESAIN

PROGRAM STUDI

: DESAIN PRODUK

JENJANG STUDI

: DIPLOMA III Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan pada tanggal, 15 Agustus 2018 Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Darius Shyfari, S.Hut, M.Si NIP. 19780122 200212 1 002

Etwin Fibrianie, ST., MT. NIP. 19830213 200501 2 001 Mengesahkan :

Direktur Politeknik Negeri Samarinda

Ir. Ibayasid, M.Sc. NIP. 19590303 198903 1 002

Lulus Ujian Tanggal : 27 Juli 2018

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

DESAIN SARANA KERJA MENJAHIT

NAMA

: AMELIYA MAMESAH

NIM

: 15616009

JURUSAN

: DESAIN

PROGRAM STUDI

: DESAIN PRODUK

JENJANG STUDI

: DIPLOMA III Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan pada tanggal, 15 Agustus 2018 Dewan Penguji

Penguji I Nama : Royke Vincentius, ST., M.Ds. NIP : 19810222 201504 1 001 Penguji II Nama : Dwi Cahyadi., S.T.,M.T. NIP :19771229 200112 1 002 Penguji III Nama : Rony H,S.T.,M.Sn. NIP : 19820614 200812 1 001 Mengetahui

Ketua Jurusan Desain

Ketua Program Desain Produk

Dr. Darius Shyfari, S.Hut, M.Si NIP. 19780122 200212 1 002

Dita Andansari, ST., M.Ds. NIP. 19751222 200212 2 001

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama

: Ameliya Mamesah

NIM

: 15616009

Jurusan

: Desain

Program Study

: Desain Produk

Jenjang

: Diploma III

Judul Tugas Akhir

: “Desain Sarana Kerja Menjahit”

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar. Jika dikemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme dalam Laporan Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Samarinda, 17 Juli 2018

Ameliya Mamesah NIM. 15616009

iv

ABSTRAK Menjahit merupakan sebuah kerajinan tangan yang menggunakan jarum dan benang untuk mengikat sesuatu atau menyambungkan sesuatu, akan tetapi agar kegiatan menjahit menjadi lebih mudah tentunya ada beberapa persiapan yang harus direncanakan secara matang seperti mempersiapkan peralatan menjahit secara lengkap, menyediakan sarana atau tempat membuat pola, memotong pola, menyetrika kain yang menyediakan kebutuhan penjahit dalam bekerja secara lengkap sehingga penulis ingin mendesain “ Desain Sarana Kerja Menjahit” yang dapat meringankan pekerjaan penjahit. Metode perancangan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengumpulan data, analisis data, menentukan konsep desain, membuat desain alternatif, mengembangkan desain alternatif, mengembangkan desain alternatif, hingga desain akhir. Untuk itu, dengan adanya “Desain Sarana Kerja Menjahit” pengguna dapat melakukan aktivitas menjahit secara mudah dengan desain yang lebih ergonomis, dan estetis yang bernuansa modern dilengkapi dengan konfigurasi yang teratur dan rapi, serta mengutamakan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna sehingga semua dapat terakomodir dalam satu produk. Kata kunci : Menjahit, modern, peralatan menjahit.

v

ABSTRACT Sewing is a handicraft that uses needles and threads to tie something or connect something, but for sewing activities to be easier there must be some preparations that must be carefully planned such as preparing complete sewing equipment, providing a means or place to make patterns, cut patterns, ironing stitched fabrics, and a special table for sewing. Currently there is still no product that provides tailor needs in complete work so that the author wants to design "Sewing desing Working Facility" which can ease the tailor's work. Designing method is done by doing data, data analysis, determine the design concept, create alternative design, develop alternative design, develop alternative design, until the final design. For that purpose, with "Sewing Working Facility" users can easily tailor activities with a more ergonomic design, and the aesthetically modern nuances are equipped with a neat and orderly configuration, and give priority to the comfort and safety of the users so that all can be accommodated in one product. Keywords: Sewing, modern, sewing equipment.

vi

KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kemudahan bagi Penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas akhir yang berjudul “ Desain Sarana Kerja Menjahit” ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan program Diploma III pada Jurusan Desain Program Studi Desain Produk Politeknik Negeri Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang didapat oleh Penulis. Dalam penulisan laporan ini Penulis mengalami beberapa kendala, namun berkat bantuan dari berbagai pihak Penulis dapat menyelesaikannya. Dalam kesempatan ini Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

Bapak Ir. Ibayasid, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda

2.

Bapak Dr. Darius Shyafari, S.Hut., M.Si., selaku Ketua Jurusan Desain.

3.

Ibu Dita Andansari, S.T., M.Ds., selaku Ketua Program Studi Desain Produk.

4.

Bapak Dr. Darius Shyafari, S.Hut,. M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

5.

Ibu Etwin Fibrianie, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

6.

Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi, serta Administrasi Jurusan Desain.

7.

Teman-teman Desain Produk Angkatan 2015 yang senantiasa saling membantu dan memberikan semangat selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

vii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.

Samarinda, 17 Juli 2018

Ameliya Mamesah NIM. 15616009

viii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................ii HALAMAN PERSTUJUAN PENGUJI ..................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .........................................................iv ABSTRAK ....................................................................................................................... v ABSTRACT.....................................................................................................................vi KATA PENGANTAR ..................................................................................................vii DAFTAR ISI ..................................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................................xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2

Definisi Judul ..................................................................................................... 3

1.3

Perumusan Masalah ........................................................................................... 3

1.4

Batasan Masalah ................................................................................................ 4

1.5

Tujuan Perancangan ........................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Studi Eksisting ................................................................................................... 5

2.1.1

Definisi Eksisting ............................................................................................... 5

2.1.2

Jenis Dan Fasilitas Eksisting .............................................................................. 8

2.2

Teori Segmentasi ............................................................................................. 10

ix

2.2.1

Pengertian Segmentasi Pasar ............................................................................ 10

2.2.2

Tujuan Segmentasi Pasar ................................................................................. 11

2.2.3

Macam – Macam Segmentasi Pasar ................................................................. 11

2.3

Teori Ergonomi Dan Antropometri ................................................................. 13

2.3.1

Teori Ergonomi ................................................................................................ 13

2.3.2

Teori Antropometri .......................................................................................... 14

2.4

Teori Sistem ..................................................................................................... 17

2.4.1

Pengertian sistem menurut beberapa ahli ......................................................... 17

2.4.2

Sifat Konstruksi ................................................................................................ 17

2.4.3

Sistem Struktur dan Konstruksi........................................................................ 18

2.5

Teori Material .................................................................................................. 33

2.5.1

Material Alami ................................................................................................. 33

2.5.2

Material Non Alami ......................................................................................... 37

2.5.3

Material Finishing ............................................................................................ 39

2.6

Teori Bentuk .................................................................................................... 41

2.6.1

Gaya Desain Bauhous ...................................................................................... 41

2.6.2

Gaya Desain De Stijl ........................................................................................ 42

2.6.3

Gaya Desain Konstruktivisme .......................................................................... 43

2.7

Teori Warna ..................................................................................................... 43

2.7.1

Definisi Warna ................................................................................................. 43

2.7.2

Klasifikasi Warna ............................................................................................. 44

x

2.7.3

Arti Warna dan Psikologi Warna ..................................................................... 45

2.7.4

Warna yang biasa diaplikasikan pada meja kerja penjahit ............................... 50

BAB III METODE PERANCANGAN 3.1

Metode Perancangan ........................................................................................ 52

3.2

Tahapan Desain................................................................................................ 53

3.2.1

Preliminery Desain ........................................................................................... 53

3.2.2

Final Desain dan Prototype .............................................................................. 55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1

Analisis dan Spesifikasi Desain ....................................................................... 56

4.1.1

Analisis Pasar ................................................................................................... 56

4.1.2

Studi Aktivitas dan Kebutuhan ........................................................................ 58

4.1.3

Analisis Ergonomi dan Antropometri .............................................................. 60

4.1.4

Analisis Konfigurasi ......................................................................................... 66

4.1.5

Analisis Bentuk ................................................................................................ 69

4.1.6

Analisis Sistem ................................................................................................. 70

4.1.7

Analisis Material .............................................................................................. 80

4.1.8

Analisis Warna ................................................................................................. 83

4.1.9

Analisis Produksi dan RAB.............................................................................. 84

4.1.10

Spesifikasi Desain ............................................................................................ 85

4.2

Pengembangan Desain ..................................................................................... 88

4.2.1

Desain Alternatif .............................................................................................. 88

xi

4.2.2

Pengembangan Desain Alternatif Terpilih ....................................................... 98

4.3

Desain Final ................................................................................................... 104

4.3.1

Gambar Presentasi .......................................................................................... 104

4.3.2

Gambar Teknik ............................................................................................... 108

4.3.3

Foto Prototipe ................................................................................................. 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan .................................................................................................... 111

5.2

Saran .............................................................................................................. 111

DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Meja Mesin Jahit Manual Type 122 C ........................................................ 5 Gambar 2. 2 Mesin Jahit Singer Rumah Tangga (HWM) ................................................ 6 Gambar 2. 3 Meja pola ..................................................................................................... 7 Gambar 2. 4 Meja Setrika ................................................................................................. 7 Gambar 2. 5 Tempat Menyimpan Benang ....................................................................... 7 Gambar 2. 6 Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit ................................................... 8 Gambar 2. 7 fashion Sewing Kabinet ............................................................................... 8 Gambar 2. 8 Sewing Cabinet of America ......................................................................... 9 Gambar 2. 9 Mesin Jahit Brother ..................................................................................... 9 Gambar 2. 10 Meja Mesin Jahit Ibu Saipah ................................................................... 10 Gambar 2. 11 Gambar Antropometri Manusia ............................................................... 16 Gambar 2. 12 Butt Joints ................................................................................................ 19 Gambar 2. 13 Dovetail Joint ........................................................................................... 19 Gambar 2. 14 Finger Joint .............................................................................................. 20 Gambar 2. 15 Mortise & Tenon Joints ........................................................................... 20 Gambar 2. 16 Model Minifix connector system............................................................. 21 Gambar 2. 17 Konstruksi Minifix connector system ...................................................... 21 Gambar 2. 18 Model Minifix connector system............................................................. 22 Gambar 2. 19 Joint Connecting bolt ............................................................................... 22 Gambar 2. 20 Joint Connecting bolt struktur sambungan kayu ..................................... 23 Gambar 2. 21 Joint Connecting Bolt Struktur Konstruksi Tempat Tidur ...................... 23 Gambar 2. 22 Dowel Bergerigi Penyambung Knocked-Down ...................................... 24 Gambar 2. 23 Konstruksi Sambungan Dowel ................................................................ 24 Gambar 2. 24 Tipe Ukuran Dowel Penyambung ........................................................... 24 xiii

Gambar 2. 25 Struktur Konstruksi Dowel dan Purus Lobang ........................................ 25 Gambar 2. 26 Struktur Konstruksi Dowel ...................................................................... 25 Gambar 2. 27 Sambungan dengan lem ........................................................................... 26 Gambar 2. 28 Sambungan Dengan Sekrup..................................................................... 27 Gambar 2. 29 Sambungan Dengan Lidah Dan Alur....................................................... 27 Gambar 2. 30 Sistem Sambungan Sekrup ...................................................................... 28 Gambar 2. 31 Hubungan Sudut ...................................................................................... 29 Gambar 2. 32 Hubungan Di Tengah............................................................................... 29 Gambar 2. 33 Handle Pintu ............................................................................................ 30 Gambar 2. 34 Hendle Laci.............................................................................................. 30 Gambar 2. 35 Rel Laci Double Track ............................................................................ 30 Gambar 2. 36 Rel Laci Roda .......................................................................................... 31 Gambar 2. 37 Engsel Kupu-Kupu .................................................................................. 31 Gambar 2. 38 Engsel Oval.............................................................................................. 31 Gambar 2. 39 Engsel Sendok ......................................................................................... 32 Gambar 2. 40 Engsel Panel ............................................................................................ 32 Gambar 2. 41 Engsel H .................................................................................................. 32 Gambar 2. 42 Sekrup Tanda Tanya ................................................................................ 32 Gambar 2. 43 Sekrup Tanda Tanya Full ........................................................................ 33 Gambar 2. 44 Particle Board .......................................................................................... 34 Gambar 2. 45 Medium Density Fiberboard .................................................................... 35 Gambar 2. 46 Blockboard............................................................................................... 35 Gambar 2. 47 Kayu Lapis atau Plywood ........................................................................ 36 Gambar 2. 48 Alumunium .............................................................................................. 37 Gambar 2. 49 Stainless ................................................................................................... 38

xiv

Gambar 2. 50 Besi .......................................................................................................... 39 Gambar 2. 51 Finishing HPL.......................................................................................... 40 Gambar 2. 52 Finishing Cat Duco .................................................................................. 40 Gambar 2. 53 Finishing Tacon ....................................................................................... 41 Gambar 2. 54 Gaya Desain Bauhaus .............................................................................. 41 Gambar 2. 55 Gaya Desain De Stijl ............................................................................... 42 Gambar 2. 56 Gaya Desain Konstruktivisme ................................................................. 43 Gambar 2. 57 Warna....................................................................................................... 44 Gambar 2. 58 Eksisting warna 1..................................................................................... 50 Gambar 2. 59 Eksisting warna 2..................................................................................... 51 Gambar 2. 60 Eksisting warna 3..................................................................................... 51 Gambar 2. 61 Eksisting warna 3..................................................................................... 51

Gambar 3. 1 Metode Perancangan.................................................................................. 52

Gambar 4. 1 Menentukan tinggi meja ............................................................................ 62 Gambar 4. 2 Menentukan kelonggaran ruang meja bagian dalam ................................. 63 Gambar 4. 3 Menentukan lebar meja bagian dalam ....................................................... 64 Gambar 4. 4 Menentukan panjang meja keseluruhan .................................................... 64 Gambar 4. 5 Menentukan lebar meja dan jarak jangkauan tangan ke display benang ... 65 Gambar 4. 6 Menentukan jangkauan tangan ke laci....................................................... 66 Gambar 4. 7 Konfigurasi 1 ............................................................................................. 67 Gambar 4. 8 Konfigurasi 2 ............................................................................................. 67 Gambar 4. 9 Konfigurasi 3 ............................................................................................. 68 Gambar 4. 10 Alternatif 1 ............................................................................................... 89 Gambar 4. 11 Alternatif 2 ............................................................................................... 91 xv

Gambar 4. 12 Alternatif 3 ............................................................................................... 93 Gambar 4. 13 Alternatif 4 ............................................................................................... 95 Gambar 4. 14 Alternatif 5 ............................................................................................... 97 Gambar 4. 15 Pengembangan 1 ...................................................................................... 99 Gambar 4. 16 Pengembangan 2 .................................................................................... 101 Gambar 4. 17 Pengembangan 3 .................................................................................... 103 Gambar 4. 18 Final Desain 1 ........................................................................................ 104 Gambar 4. 19 Desain Final 2 ....................................................................................... 105 Gambar 4. 20 Desain Final 3 ........................................................................................ 106 Gambar 4. 21 Desain Final 4 ........................................................................................ 107 Gambar 4. 22 Foto Prototipe 1 ..................................................................................... 108 Gambar 4. 23 Foto Prototipe 2 ..................................................................................... 109 Gambar 4. 24 Foto Prototipe 3 ..................................................................................... 110

xvi

DAFTAR TABEL Tabel 4. 1 Analisis Kebutuhan dan Aktivitas ................................................................. 58 Tabel 4. 2 Skala Proiritas............................................................................................... 59 Tabel 4. 3 Analisis dimensi peralatan menjahit.............................................................. 59 Tabel 4. 4 Analisis Antropometri .................................................................................. 62 Tabel 4. 5 Analisis Sifat Konstruksi Meja Utama ......................................................... 70 Tabel 4. 6 Analisis Sistem Konstruksi Meja Utama....................................................... 70 Tabel 4. 7 Analisis Sistem Sambungan Meja Utama ..................................................... 71 Tabel 4. 8 Analisis Sifat Konstruksi Meja Mesin Jahit ................................................. 72 Tabel 4. 9 Analisis Sistem Engsel Meja Mesin Jahit .................................................... 72 Tabel 4. 10 Analisis Sifat Konstruksi Tempat Penyimpan Benang .............................. 73 Tabel 4. 11 Analisis Sistem Sekrup Gantung Tempat Penyimpanan Benang ................ 73 Tabel 4. 12 Analisis Sifat Konstruksi Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit ......... 74 Tabel 4. 13 Analisis Sistem Konstruksi Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit ...... 74 Tabel 4. 14 Analisis Sistem Sambungan Tempat Peralatan Menjahit........................... 75 Tabel 4. 15 Sistem Rel Laci Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit ........................ 75 Tabel 4. 16 Analisis Sifat Konstruksi Meja pola dan setrika ........................................ 76 Tabel 4. 17 Analisis Sistem Konstruksi Meja Pola dan Setrika ..................................... 76 Tabel 4. 18 Analisis Sitem Engsel Meja Pola dan Setrika ............................................. 77 Tabel 4. 19 Analisis Sifat Konstruksi Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika ..... 77 Tabel 4. 20 Analisis Sistem Konstruksi Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika .. 78 Tabel 4. 21 Analisis Sistem Sambungan Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika 78 Tabel 4. 22 Analisis Sistem Engsel Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika ........ 79 Tabel 4. 23 Analisis Material Utama .............................................................................. 81 Tabel 4. 24 Analisis Material Tambahan ....................................................................... 81 xvii

Tabel 4. 25 Analisis Material Finishing ......................................................................... 82 Tabel 4. 26 Analisis Warna ............................................................................................ 83

xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Menurut Winsen (2016) menjahit merupakan sebuah kerajinan tangan yang

menggunakan jarum dan benang untuk mengikat sesuatu atau menyambungkan sesuatu, umumnya penjahit lebih sering menggunakan mesin jahit, mesin itu terbagi menjadi dua yaitu tradisional/manual dan elektrik. Sebanyak 79% orang lebih berminat untuk menjahit pakaian sendiri dibanding harus membeli pakaian jadi dengan beberapa alasan seperti, ukuran yang susah dicari, pola pakaian jadi yang kurang nyaman dan lebih memilih menjahit pakaian ke penjahit pada acara tertentu agar dapat mengekspresikan diri dengan model pakaian yang ingin dibuat, sedangkan 21% orang mengaku bahwa membeli pakaian jadi lebih praktis dibanding harus pergi ke penjahit karena biaya menjahit lebih mahal. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pekerjaan menjahit memang sangat dibutuhkan, terbukti dengan hasil presentasi yang jauh lebih tinggi. Peralatan-peralatan yang diperlukan penjahit cukup banyak seperti benang, gunting, jarum, busa pundak, resleting, karet, kancing, skoci, kain lapis, meteran dan yang paling penting adalah mesin jahit. Ada juga alat-alat pendukung dalam menjahit seperti meja, alat setrika dan rak penyimpanan. Akan tetapi hasil kuisioner merangkum bahwa alat yang paling sering digunakan seorang penjahit adalah jarum dengan presentasi 86,6%, gunting 83,3%, benang 83,3%, meteran 40 %, penggaris 26,6%, kancing 23% , resleting 16,6% dan lain sebagainya yang hasil presentasinya jauh lebih rendah. Melalui survey dan wawancara yang terangkum diketahui bahwa penjahit lebih banyak menggunakan mesin jahit dinamo dengan presentasi 72 % daripada mesin jahit manual dengan presentasi 28%. Kebanyakan penjahit mengeluh tentang tempat

2 yang kurang memadai. Ruang yang kecil menjadi masalah dalam proses menjahit serta meletakan media penyimpanan. Saat ini yang digunakan oleh sebagian besar penjahit hanya laci-laci kecil yang tidak dapat menampung secara keseluruhan bahan jahitan, sedangkan kebutuhan seorang penjahit meliputi tempat benang dengan presentasi 63,3 % laci penyimpanan alat menjahit 63,3 %, meja potong 70% meja jahit 63,3 % setrika 50 % dan alat lainnya yang presentasinya jauh lebih rendah. Ibu Saipah adalah salah satu penjahit di kota Samarinda yang mengalami kesulitan dalam proses menjahit karena belum adanya sarana kerja untuk penjahit yang terintegrasi sehingga dapat menampung aktifitas menjahit seperti memotong pola, menjahit dan menyetrika serta dapat menampung peralatan menjahit agar tidak tercecer, rusak bahkan hilang dan produk dapat berfungsi dalam ruang yang tidak terlalu luas. Dengan mengamati dan memperhatikan masalah yang sudah dijelaskan diatas maka diperlukan sebuah inovasi pada

furniture khususnya untuk kebutuhan Ibu Saipah

dengan memberikan nilai lebih pada produk yang akan dibuat. Dari masalah di atas diharapkan dapat terciptanya sebuah meja jahit yang dapat difungsikan sebagai meja potong dan meja setrika pakaian yang sudah dijahit, terdapat pula ruang khusus untuk menyimpan peralatan menjahit seperti gunting, jarum, benang, kancing, resleting, meteran, buku catatan, pola dan lain-lain, serta terdapat sebuah ruang khusus untuk benang, dan jarum agar tidak lagi kusut atau patah. sehingga masalah di atas dapat di atas.

3

1.2

Definisi Judul “ Desain Sarana Kerja Menjahit ”

Desain

: Kerangka bentuk atau rancangan

Sarana

: Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.

Kerja

: Kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan

Menjahit

: Melekatkan (menyambung, mengelem, dan sebagainya) dengan jarum dan benang

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012) Sedangkan pengertian dari “Desain Sarana Kerja Penjahit” itu sendiri ialah suatu rancangan perabot atau perkakas (mebel) yang dikhususkan untuk ruang kerja atau untuk kebutuhan kegiatan menjahit. 1.3

Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah “ Desain Sarana Kerja Menjahit” adalah sebagai

berikut : a.

Bagaimana mendesain sarana kerja menjahit untuk Ibu Saipah.

b.

Bagaimana mendesain sebuah sarana kerja menjahit yang dapat merangkum semua peralatan jahit dalam satu sarana kerja.

c.

Bagaimana membuat sebuah sarana untuk mempermudah aktivitas membuat pola, memotong kain, menjahit dan menyetrika dalam satu sarana kerja yang sama.

d.

Bagaimana mendesain sebuah furniture atau sarana kerja menjahit yang dapat difungsikan dalam ruang kecil.

4 1.4

Batasan Masalah Untuk mempermudah dalam pembahasan laporan, perlu adanya batasan

masalah agar tetap fokus pada pembahasan “Desain Sarana Kerja Menjahit” yaitu membahas desain furniture untuk masalah pekerjaan menjahit dalam kegiatan aktifitas membuat pola, menggunting pola kain, menjahit, menyetrika pakaian yang sudah dijahit dan menyimpan perlengkapan jahit setelah selesai digunakan. 1.5

Tujuan Perancangan Adapun tujuan perancangan “ Desain Sarana Kerja Menjahit ” adalah sebagai

berikut : a.

Mendesain sebuah sarana kerja menjahit yang dapat merangkap semua peralatan jahit dalam satu sarana kerja.

b.

Membuat sebuah sarana untuk mempermudah aktivitas menjahit dalam satu tempat yang merangkum pekerjaan membuat pola, memotong kain, menjahit dan menyetrika dalam satu perangkat yang sama dengan lebih praktis.

c.

Mendesain sebuah furniture atau sarana kerja penjahit yang dapat difungsikan dalam ruang kecil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Studi Eksisting

2.1.1

Definisi Eksisting Menjahit merupakan kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan untuk membuat

suatu barang/produk yang dilakukan dengan cara menyambungkan beberapa kain yang sebelumnya sudah di cetak menggunakan pola, pola sendiri merupakan alat yang digunakan sebagai alat jiplak/cetak untuk kain sebelum kain dipotong, biasanya pola dibuat dari kertas sampul ataupun kertas koran. Kain yang sudah dipotong-potong sesuai dengan pola, kemudian disambungkan melalui proses menjahit. Definisi Menjahit adalah suatu kegiatan menyatukan semua bahan yang sudah dibentuk atau digunting menjadi sebuah bentuk yang kita inginkan. Sebuah proses menjahit dilakukan, ada beberapa hal yang harus kita persiapkan terlebih dahulu, yakni mempersiapkan alat yang akan digunakan dan menyiapkan bahan yang akan kita jahit. (Sukamto, 2003) 2.1.1.1 Meja Mesin Jahit Manual Type 122 C

Sumber : Heritage (2017) Gambar 2. 1 Meja Mesin Jahit Manual Type 122 C

6 Meja mesin jahit manual ini hanya dapat dimanfaatkan sabagai sarana kerja saja dan tidak dapat menampung peralatan menjahit secara lengkap karena hanya memiliki beberapa bagian laci kecil yang tidak dapat menampung peralatan menjahit . Mesin Jahit Singer jenis ini bisa digunakan untuk keperluan industri seperti pabrik garmen dalam skala besar serta produksi masa yang membutuhkan pekerjaan cepat maupun konveksi dalam skala yang lebih kecil. (Heritage 2017).

2.1.1.2 Mesin Jahit Singer Rumah Tangga (HWM)

Sumber : Heritage (2017) Gambar 2. 2 Mesin Jahit Singer Rumah Tangga (HWM)

Mesin jahit Singer rumah tangga (household sewing machine) adalah mesin jahit dengan ukuran , berat , kecepatan yang relative kecil yang dipergunakan secara individu untuk keperluan rumah tangga seperti ibu 2 rumah tangga, siswi sekolah jahit (SMK jurusan Tata Busana ), kursus jahit , atau usaha jahit rumah tangga (home industry).

2.1.1.3 Meja Pola Meja potong kain meja pola merupakan salah satu alat kebutuhan konveksi yang cukup membutuhkan ruangan, meja potong kain tentu saja berfungsi sebagai tempat untuk proses memotong kain (cutting).

7

Sumber : https://i.pinimg.com Gambar 2. 3 Meja pola

Meja potong kain ini cukup penting dalam menentukan pemakaian kain (consumtion) suatu produksi baju atau pakaian. 2.1.1.4 Meja Setrika

Sumber : Susi,2009 Gambar 2. 4 Meja Setrika

Menyetrika adalah hal ini sangat penting dalam pembuatan busana tailoring. Seperti menyetrika sambungan jahitan, menyetrika penyelesaian pinggiran dengan sambungan jahitan tertutup, dan menyetrika kupnat. 2.1.1.5 Tempat Menyimpan Benang

Sumber : Susi, 2009 Gambar 2. 5 Tempat Menyimpan Benang

8 Benang merupakan alat menjahit yang paling penting, seorang penjahit pasti memiliki bnyak benang karena harus menyesuaikan dengan warna kain yang dijahit, gambar diatas merupakan wadah yang biasa digunakan seorang penjahit untuk menyimpan benang. 2.1.1.6 Tempat Menyimpan Peralatan Menjahit

Sumber :beautynesia.id/937 Gambar 2. 6 Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit

Tempat menyimpan peralatan menjahit diatas adalah tempat penyimpanan dalam skala kecil yakni hanya dapat digunakan sebagai kebutuhan rumah untuk menjahit hal hal kecil seperti menambal pakaian. 2.1.2

Jenis Dan Fasilitas Eksisting

a.

Fashion Sewing Cabinet

Sumber : Sewing2015 Gambar 2. 7 fashion Sewing Kabinet

Mesin jahit ini memiliki konsep modern dengan lima laci berbeda ukuran yang memiliki fungsi penyimpanan berbeda untuk masing-masing peralatan menjahit

9 b.

Sewing Cabinet of America Meja jahit ini memiliki konsep modular, memiliki empat laci yang terdapat

pada bagian depan dan menyediakan penyimpanan aksesori.

Sumber : Sewing2015 Gambar 2. 8 Sewing Cabinet of America

Meja jahit ini didesain oleh Roberts. Meja jahit ini akan memberikan kesan praktis. Meja jahit ini memiliki sistem lipat dan pembuatan meja jahit ini menggunakan material kayu oak America. c.

Meja Jahit Brother

Sumber : Atemalam.com Gambar 2. 9 Mesin Jahit Brother

Meja jahit ini dibuat meja belajar yang tidak terpakai, dan dialih fungsikan menjadi meja jahit untuk jenis mesin jahit listrik, dengan tambahan keranjang kecil untuk menyimpan alat-alat menjahit.

10 d.

Meja Mesin Jahit yang Ada Saaat Ini Produk meja mesin jahit yang akan dijadikan esksisting pada laporan ini

adalah meja mesin jahit dari Ibu Saipah

Gambar 2. 10 Meja Mesin Jahit Ibu Saipah

Gambar diatas adalah eksisting meja mesin jahit dari obyek penelitian yang akan dikembangkan pada laporan ini. 2.2

Teori Segmentasi

2.2.1

Pengertian Segmentasi Pasar Segmentasi pasar adalah suatu konsep yang sangat penting dalam kehidupan

ini. Bukan hanya untuk kepentingan bisnis, tetapi juga untuk kegiatan-kegiatan kemasyarakatan atau kegiatan-kegiatan nirlaba lainnya. Dalam kegiatan bisnis segmentasi pasar digunakan untuk memilih pasar sasaran, mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayani lebih baik, menganalisis perilaku konsumen, mendesain produk, dan lain sebagainya. Diluar

kegiatan

bisnis,

segmentasi

pasar

dapat

digunakan

untuk

memasyarakatkan suatu undang-undang baru, melakukan kampanye-kampanye sosial, mengkampanyekan

pembayaran

pajak,

menyampaikan

pesan-pesan

politik,

menggairahkan kehidupan beragama, mendidik, mendidik para siswa dan sebagainya.

11 Sebelum pesan-pesan itu disampaikan, semua pihak memerlukan peta segmentasi yang jelas, singkatnya, segmentasi diperlukan agar anda dapat melayani lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih persuasif, dan yang terpenting, memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan pihak yang ingin anda tuju. (Kasali, 1998) 2.2.2

Tujuan Segmentasi Pasar Segmentasi pasar mempunyai tujuan utama, yaitu melayani konsumen lebih

baik dan memperbaiki posisi kompetitif perusahaan. Tujuan lain adalah meningkatkan penjualan, memperbaiki pangsa pasar, melakukan komunikasi dan promosi yang lebih baik dan memperkuat citra (Kasali, 1998) Untuk

membentuk

homoginitas

pasar

konsumen, marketer dapat

menggunakan pendekatan static attribute, dynamic attribute, dan unit attribute. Aspekaspek yang dianggap paling relevan dengan fokus bauran promosi dapat diringkas seperti dalam tabel. 2.2.3

Macam – Macam Segmentasi Pasar

2.2.3.1 Segmentasi Geografi Segmentasi geografi merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografi yang berbeda, misalnya wilayah, negara, negara bagian, provinsi, kota dan kepulauan (M. Suyanto, 2014) Pengertian lainnya mengenai segmentasi ini adalah segmentasi yang dilakukan dengan membatas-batasi wilayah geografis terhadap distribusi sebuah produk, misalnya wilayah distribusi Jabodetabek, Jawa, Kalimantan, Indonesia, Asia dan lain sebagainya. Segmentasi geografis merupakan sekmentasi yang paling sederhana sehingga gambaran target kondisi pasarnya terlalu umum. Hal ini menyebabkan produk yang bersangkutan tidak bisa dikomunikasikan secara spesifik (Bije Widjajanto, 2003.)

12 2.2.3.2 Segmentasi Demografi Segmentasi demografi adalah pasar dikelompokkan berdasarkan variabelvariabel pendapat, pendidikan, jumlah penduduk, usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pekerjaan, agama, ras, generasi, kewarganegaraan dan kelas sosial ( Suyanto, 2014 ) 2.2.3.3 Segmentasi Psikografi Segmentasi psikografi adalah pengelompokkan konsumen berdasarkan pada motivasi, gaya hidup dan karakteristik kepribadian. Menurut Hendri Ma‟ruf (2005) hal lain yang juga dilihat dalam sekmentasi ini adalah : a.

Attitude atau sikap terhadap keluarga, senang-senang (Leisure).

b.

Sikap

dalam

berbelanja

:

menganggapnya

sebagai

„„tugas”,

atau

menganggapnya sebagai “kesempatan bersenang-senang”. c.

Berbelanja sebagai simbol aspirasi konsumen.

d.

Pengertian nilai : dalam hal kuantitas versus harga ; mutu versus harga ; eksklusivitas versus harga.

2.2.3.4 Segmentasi Tingkah Laku Segmentasi tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak pemasar yakin bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik untuk membentuk segmen pasar. 2.2.3.5 Sosiocultural Variabel sosiologis (kelompok) dan antropologis (budaya) merupakan variabel sosiokultural, meyediakan dasar lebih lanjut untuk segmentasi pasar. Untuk segmen pasar yang sukses dibagi lagi dalam segmen sesuai dengan tahap pada : a.

Daur hidup keluarga.

13 b.

Kelas sosial.

c.

Budaya dan sub budaya .

d.

Lintas budaya atau segmentasi pemasaran global.

2.3

Teori Ergonomi Dan Antropometri

2.3.1

Teori Ergonomi Menurut Cahyadi (2014), istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu

ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain atau perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, kenyamanan manusia di tempat kerja, dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi juga disebut sebagai human engineering atau human factors, ergonomi juga digunakan di berbagai macam bidang keahlian seperti anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, teknik industri, militer, dan lain sebagainya. Maksud dan tujuan utama dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performa kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja di samping untuk mengurangi energi kerja yang berlebih serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disiplin ergonomi juga diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia atau human error. Hal-hal yang berkaitan dengan analisis dan penelitian yang menjadi dasar keilmuan dalam ilmu ergonomi terbagi menjadi beberapa bagian penting, yaitu: a.

Kinesiologi, yaitu pengetahuan dan aplikasi tentang fungsi dan sistem Kerangka dan otot manusia, untuk itu pengetahuan tentang anatomi dan

14 fisiologi dari tubuh manusia dipelajari juga pada bidang ini, karena kedua hal tersebut sangat berperan di dalam analisis dan penelitian di dalam ilmu ergonomi. b.

Biomekanika, yaitu aplikasi dari ilmu mekanika teknik untuk analisis

dari

suatu sistem kerangka dan otot manusia. Ilmu ini akan memberikan modal dasar untuk mengatasi masalah postur tubuh dan pergerakan dari manusia di dalam lingkungan kerjanya. c.

Antropometri, yaitu bidang yang berkaitan erat dengan ukuran atau kalibrasi dari tubuh manusia. Penggunaan pengukuran dari antropometri ini yang merupakan data-data dari pengukuran dimensi tubuh manusia dapat digunakan dalam aktivitas rancang bangun (mendesain) ataupun randang ulang (redesain).

d.

Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu pendek maupun panjang, ataupun dapat menimbulkan kecelakaan pada manusia di dalam beraktivitas. Dalam ergonomi, penelitian, dan analisis diterapkan untuk dapat menciptakan lingkungan fisik kerja yang dapat membuat nyaman manusia dalam bekerja.

2.3.2

Teori Antropometri Menurut Cahyadi (2014), dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja

adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi jika dilihat dari sisi ergonomi. Perlunya memerhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat dimungkiri lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran antropometri tubuh operator maupun penerapan data-data antropometrinya.

15 Istilah antropometri berasa dari kata anthro yang berarti manusia dan kata metri yang berarti ukuran secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan lain sebagainya) berat, dan hal lain yang berbeda antara satu dengan lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal: a.

Perancangan area kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain).

b.

Perancangan peralatan kerja, seperti mesin, equipment, perkakas (tools), dan sebagainya.

c.

Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, atau meja komputer, dan lain-lain.

d.

Perancangan lingkungan kerja fisik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakan produk tersebut. Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan memengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memerhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain, adalah : a.

Jenis Kelamin

b.

Umur atau Usia

c.

Suku Bangsa atau Etnik

d.

Jenis Pekerjaan

16 e.

Cacat Tubuh Secara Fisik

f.

Posisi tubuh (postur) Selain faktor-faktor tersebut di atas masih ada beberapa variabilitas yang

menentukan antropometri, yaitu: a.

Tebal atau tipisnya pakaian

b.

Faktor kehamilan Akhirnya, sekalipun segmentasi dari populasi yang ingin dituju dari rancangan

suatu produk selalu berhasil diidentifikasi sebaik-baiknya berdasarkan aktor-faktor seperti diuraikan, namun adanya variasi ukuran bukan tidak mungkin bisa tetap dijumpai. Permasalahan variasi ukuran yang sebenarnya akan mudah diatasi dengan cara merancang produk yang mampu menyesuaikan (adjustable) dalam suatu rentang dimensi ukuran pemakainya.

Sumber : Nurmianto 1998 Gambar 2. 11 Gambar Antropometri Manusia

Tabel 2. 1 Antropometri

No 1. 2.

3.

Dimensi Tinggi siku pada posisi berdiri Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah Tinggi siku pada posisi duduk

5% 950

Pria X 95 % 1.015 1.080

S,D 39

5% 870

Wanita X 95% 935 1.000

S.D 41

685

750

815

40

650

715

780

41

190

240

290

31

165

230

295

38

17 [\4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

11.

Tebal paha 110 135 160 Tinggi lutut 450 495 540 Tinggi lipat lutut 365 405 445 Lebar Bahu 380 425 470 Lebar panggul 300 335 370 Panjang tangan 165 180 195 Jarak bentang dari 1.480 1.635 1.790 ujung jari tangan kanan ke kiri Jarak genggaman 640 705 770 tangan ke punggung pada posisi tangan kedepan

14 26 25 26 22 9 95

38

105 130 155 410 455 500 235 375 425 335 385 435 295 330 365 150 165 180 1.350 1.480 1.610

580

635

690

Sumber : Cahyadi, 2014

2.4

Teori Sistem

2.4.1

Pengertian sistem menurut beberapa ahli

a.

Menurut John Mc Manama, sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien.

b.

Menurut Indrajid, sistem mengandung arti kumpulan-kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnya.

c.

Menurut C.W. Churc3hman, sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan dengan selaras dan harmonis untuk melaksanakan seperangkat pada tujuan .

2.4.2 a.

Sifat Konstruksi Konstruksi antara materi dengan materi secara permanen, tak berubah atau yang sering disebut fixed construction.

14 27 29 29 21 9 80

32

18 b.

Konstruksi antara materi dengan materi atau antara elemen dengan elemen yang dapat dilepas atau dibongkar pasang yang biasa disebut knocked-down system.

c.

Konstruksi antara materi dengan materi yang dapat bergerak, labil, bisa dipasang menurut kebutuha, dapat berubah, dan selalu berubah sesuai dengan beban atau biasa disebut dengan sifat konstruksi semi permanen.

2.4.3

Sistem Struktur dan Konstruksi Struktur dan konstruksi merupakan elemen desain mebel yang berkaitan

dengan factor kesatuan dari berbagai komponen mebel. Pertimbangan struktur dan konstruksi ini dilakukan dengan tujuan menjamin keselamatan pemakaiannya. Konstruksi merupakan bagian dari proses desain yang disusun setelah bahan-bahan untuk mebel dipilih dan disatukan dengan menggunakan sambungan-sambungan konstruksi adalah sambungan antara komponen satu dengan yang lainnya yang tersusun secara structural (Marizar, 2005). 2.4.3.1 Sistem Konstruksi Konfensional Konstruksi kayu yang masih digunakan hingga saat ini adalah konstruksi konvensional, yang digunakan dalam berbagai macam bentuk. Perbedaannya dengan konstruksi sebelumnya terletak pada pen atau purus penyambung yang dapat dibuat dengan memanfaatkan mesin modern seperti tenon- mortiser atau spindle shaper. Jenis konstruksi kayu yang sering digunakan adalah sambungan parohan, sambungan alur bantu, purus lubang, anak lidah, lidah-alur panjang, dan sponing-lidah a.

Butt Joints Butt Joints adalah teknik menyambung kayu membentuk siku yang paling

mudah dilakukan. Sambungan untuk mengikat sambungan ini diperlukan bantuan paku, sekrup, atau lem. Kekurangannya sambungan ini agak kasar penampilannya.

19

Sumber : https://www.crafter.id Gambar 2. 12 Butt Joints

b.

Dovetails Joints Dovetails Joints merupakan sambungan sudut yang mirip dengan sistem Box

Joints. Perbedaan antara Box Joints dengan Dove Tail terletak pada ujung gerigi.

Sumber : https://www.crafter.id Gambar 2. 13 Dovetail Joint

Pada sistem Box Joints ujung dan pangkal gerigi memiliki sudut yang sama, yaitu 90 derajat. Sementara pada sistem dovetail, ujung gerigi dibuat agak melebar, mirip dengan ekor burung dara. pada sistem Box Joints, sambungan dapat dilepas dengan cara menarik keduanya dari dua arah. Namun pada sistem Dovetail Joints, sambungan hanya dapat dilepas dari satu arah. Sistem Dovetail Joints lebih kokoh daripada sistem Box Joints.

20 c.

Finger Joints

Sumber : https://www.crafter.id Gambar 2. 14 Finger Joint

Finger Joitns adalah sistem penyambungan kayu dengan membuat lidah-lidah pada ujung kayu, sehingga kedua ujung kayu dapat dipadukan menjai satu. Kegunaan dari sistem Finger Joints untuk kayu ini adalah untuk membentuk papan yang lebar. Sistem ini membutuhkan ketepatan pembuatan yang tinggi, sehingga untuk membuat lidah-lidahnya menggunakan mesin. d.

Mortise & Tenon Joints

Sumber : https://www.crafter.id Gambar 2. 15 Mortise & Tenon Joints

Mortise & Tenon Joints adalah sistem penyambung kayu dengan membuat lubang (Mortise) pada salah satu kayu yang hendak disambung, dan membuat lidah (Tenon) untuk dimasukan pada lubang Mortise tersebut. Sistem Mortise & Tenon ini juga dapat dibuat bervariasi tergantung model dan konstruksi model barang yang akan dibuat.

21 2.4.3.2 Sistem Konstruksi Kontemporer Dalam konstruksi knocked-down telah banyak diciptakan hardwares berupa knocked-down fittings. Salah satu yang sudah digunakan oleh kalangan industri mebel adalah the minifix connector system. Penyambung kayu ini merupakan sistem konstruksi KD Furniture gaya kontemporer. Selain, mudah digunakan, penyambung ini juga praktis dan stabil (Hafele, 1988: 1). Ada beberapa macam The Minifix Connector System : a.

Penerapan sistem konstruksi Minifix connector system

Sumber : Designing Furniture Gambar 2. 16 Model Minifix connector system

Sumber : Designing Furniture Gambar 2. 17 Konstruksi Minifix connector system

22

Sumber : Designing Furniture Gambar 2. 18 Model Minifix connector system

b.

Joint Conecting Bold Joint Conecting Bold dikenal dengan istilah JCB. JCB banyak digunakan oleh

para pembuat mebel knocked-down di Indonesia, seperti Ligna, Beauty, dan sejenisnya. Bentuk JCB adalah sekrup yang menggunakan nut penyambung seperti terlihat pada gambar ilustrasi.

Sumber : Marizar (1988) Gambar 2. 19 Joint Connecting bolt

23

Sumber : Marizar (1988) Gambar 2. 20 Joint Connecting bolt struktur sambungan kayu

Sumber : Marizar (1988) Gambar 2. 21 Joint Connecting Bolt Struktur Konstruksi Tempat Tidur

c.

Dowel Salah satu alat penyambung dalam konstruksi knocked-down adalah dowel.

Dowel yang berbentuk bulat panjang ini merupakan pengganti pasak yang biasanya terbuat dari kayu atau bambu. Ukuran dowel di pasaran memiliki standarisasi, dengan ukuran diameter 6, 8, 10, 12 milimeter dan panjang berkisar antara 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 4 sentimeter. Bentuk dowel yang ideal tergambar dalam ilustrasi di bawah ini, di mana tepinya dibuat bergerigi agal lem dapat mengendap dan melekat. Sumber : Marizar, (2005)

24

Sumber : Borretti (1988) Gambar 2. 22 Dowel Bergerigi Penyambung Knocked-Down

Sumber : Joice (1987) Gambar 2. 23 Konstruksi Sambungan Dowel

Sumber : Joice (1987) Gambar 2. 24 Tipe Ukuran Dowel Penyambung

25

Sumber : Borretti (1988) Gambar 2. 25 Struktur Konstruksi Dowel dan Purus Lobang

Sumber : Kristianto (1993) Gambar 2. 26 Struktur Konstruksi Dowel

2.4.3.3 Sistem Bulit-in furniture, Mobile Furrniture dan kombinasi Dalam furniture terdapat beberapa sistem yang dapat dipakai dalam pengoperasiannya. Berikut beberapa sistem yang biasannya digunakan dalam penbuatan furniture. a.

Built-in furniture adalah perabot dengan sistem konstruksi yang ditanam. Biasanya furnitur ini

memang didesain khusus dan disesuaikan dengan tempat peletakkannya sehingga menyatu dan tertanam atau built-in. jenis lemari ini seolah-olah tertanam di dinding, lantai, ataupun ceiling (plafon). Dengan demikian lemari ini tidak bisa berpindahpindah posisi lagi/fixed.

26 Ukuran furnitur built-in berbeda dengan furnitur standar. Oleh karena itu, ukuran furnitur disesuaikan dengan kondisi ruangan. Dengan demikian, rumah pun terlihat lebih rapi dan ruang dapat berfungsi maksimal. b.

Mobile furniture/moveable Mobile furniture atau moveable adalah furnitur yang dirancang khusus agar

mudah dipindahkan ke beberapa tempat. Bisanya furnitur dirancang cenderung ringan sehingga mudah untuk diangkat., dipindahkan, dan diganti dengan model baru. Dengan kemudahan tersebut, interior hunian bias ikut menyesuaikan dengan perubahan model dan desain pada furnitur sehingga tidak berkesan monoton. (Narulita & Pratiwi, 2013). c.

Moveable kombinasi aktif dan pasif Merupakan perpauan kedua sistem di atas. Misalnya meja makan extend

berupa meja dengan sistem lipat yang dapat diubah panjang-pendeknya sesuai kebutuhan, lemari geser bawah tangga, atau pintu kamar yang dikamuflasekan merangkap pintu lemari. 2.4.3.4 Sistem Konstruksi Pelebaran Papan Masif a.

Sambungan dengan lem Lem yang digunakan ialah lem khusus kayu. Setiap bahan memerlukan jenis

lem yang cocok u tuk bahan itu sendiri. Bahan kimia yang dipakai jenis-jenis lem dan bahan yang akan dilem selalu berlainan.

Sumber : kristianto 1987 Gambar 2. 27 Sambungan dengan lem

Hal diatas perlu untuk menjaga agar perubahan iklim dan sebagainya tidak mempengaruhi keadaan lem yang menjadi penghubung sambungan. Kedua sisi papan

27 yang akan disambung harus diberi lem secukupnya.pengepresan tidak perlu terlalu kuat, cukup kalau lem sudah keluar dari garis sambung. Pengepresan yang terlalu keras mengakibatkan pelengkungan sambungan papan. Lama pengeleman tergantung dari jenis lem masing-masing. b.

Sambungan dengan sekrup

Sumber : Kristianto 1987 Gambar 2. 28 Sambungan Dengan Sekrup

Sambungan dengan sekrup digunakan kalau alat pengepres sedikit yang tersedia sedang yang akan disambung banyak. Maka setelah di lem dengan pres, papan langsung di sekrup, lalu pengepresan bisa dilepas. Papan yang satu ditarik atau dilubang atau di pemutaran sekruup dengan drei. Jarak pemasangan memanjang sekrup pada ujung 50 mm dan jarak antara sekrup 200 mm. Perlu diperhatikan panjang sekrup yang masuk ke bagian kayu yang kedua yaitu minimum 2/3 panjang sekrup. Panjang sekrup 1 ½ kali tebal papan. c.

Sambungan dengan lidah dan alur

Sumber : Kristianto 1987 Gambar 2. 29 Sambungan Dengan Lidah Dan Alur

Tebal lidah 1/3 tebal papan dan panjang ½ tebal papan. Bentuk pen yang panjangnya berlebihan bukan merupakan jaminan kekuatan sambungan bertambah. Kemungkinan justru sebaliknya. Sambungan lebih mudah patah pada arah memanjang.

28 Alur perlu dibuat lebih dalam 2mm. Tambahan ini berguna untuk penampung kotoran halus dan tempat berkumpulnya lem. Dengan adanya speling sambungan dapat dijamin benar-benar ratap segaris. 2.4.3.5 Sistem Sambungan Sekrup Sekrup sebagai alat penyambung kayu atau besi juga termasuk dalam konstruksi Knocked-down. Penyambungan dengan sekrup dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber : Marizar (2005) Gambar 2. 30 Sistem Sambungan Sekrup

2.4.3.6 Sistem Konstruksi sudut kotak atau kubus dengan paku Konstruksi ini umumnya dipakai pada peti atau perabot yang kurang halus. Pada perabot sebaiknya dipakai paku berkepala benam sehingga paku bisa dibenamkan dan lubang paku dapat ditutup. Sebelum dipakai, baik kalau ujung-ujung paku ditumpulkan sedikit dengan paku yang tajam dapat mengakibatkan timbulnya retakretak. Ikatan kekuatan ujung paku hanya pada cepitan serat-serat kayu. Oleh sebab itu paku hendaknya dimasukkan miring. Kalau jarak antara paku yang satu dengan yang lain berdekatan, pemakuan hendaknya jangan dilakukan dalam garis lurus melainkan selang seling bergelombang. Jarak pemakuan 150-200 mm. Panjang paku yang masuk kebagian papan yang kedua kurang lebih 2/3 tebal papan yang dimasuki.

29

a.

Hubungan sudut

Sumber : Kristianto 1987 Gambar 2. 31 Hubungan Sudut

b.

Hubungan di tengah

Sumber : Kristianto 1987 Gambar 2. 32 Hubungan Di Tengah

2.4.3.7 Aksesoris (Hardware) Menurut Marizar. (2005), Hardwares atau perangkat keras, dalam desain mebel memiliki banyak ragam. Handle, engsel, sekrup, paku, rel laci, kunci, dan sejenisnya. Pada umumnya hardwares dibuat di pabrik dengan desain dan ukuran yang standar a.

Handle Berikut merupakan beberapa referensi hendle yang mungkin diaplikasikan

pada desain meja komputer dan gambar, berdasarkan sumber dari pinterest :

30

Sumber : Pinterest Gambar 2. 33 Handle Pintu

Sumber : Tokopedia Gambar 2. 34 Hendle Laci

b.

Rel Laci Rell laci adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga

membentuk suatu totalitas dengan cara dua benda saling bergesek.

Sumber : Pinterest Gambar 2. 35 Rel Laci Double Track

31

Sumber :Tokopedia Gambar 2. 36 Rel Laci Roda

c.

Engsel Engsel digunakan untuk memasang benda-benda yang memiliki ukuran kecil.

Contoh dari benda yang menggunakan engsel adalah jendela, kotak perhiasan, kotak penyimpanan kecil, lemari kecil dan lain-lain.

Sumber : Pinterest Gambar 2. 37 Engsel Kupu-Kupu

Sumber : Pinterest Gambar 2. 38 Engsel Oval

32

Sumber : www.hardware.com Gambar 2. 39 Engsel Sendok

Sumber :bahanbangunan (2013) Gambar 2. 40 Engsel Panel

Sumber :bahanbangunan (2013) Gambar 2. 41 Engsel H

d.

Skrup Gantung Skrup gantung digunakan sebagai pengait yang akan ditempelkan pada dinting

dan lain-lain.

Sumber :Tokopedia Gambar 2. 42 Sekrup Tanda Tanya

33

Sumber :Tokopedia Gambar 2. 43 Sekrup Tanda Tanya Full

2.5

Teori Material Pada proses pembuatan produk “Sarana Kerja Penjahit” pemilihan material

yang tepat sangat mempengaruhi hasil akhir dari suatu produk tersebut, karena selain fungsi, keawetan, dan kekuatannya juga perlu dipertimbangkan, terdapat dua jenis material yang cocok di aplikasikan pada produk “Sarana Kerja Penjahit” yaitu material alami dan material non alami, berikut penjelasannya : 2.5.1

Material Alami Material alami merupakan material yang didapat dari alam seperti kayu,

bambu, rotan dan lain-lain. Material alami juga dapat berasal dari serbuk serbuk kayu yang dijadikan lembaran papan yang dipadatkan dengan mesin bertekanan tinggi. Material alami biasanya diaplikasikan pada meja sebagai alas, kaki, laci atau pintu lemari. Berikut jenis-jenis material alami yang dapat diaplikasikan pada produk “Sarana Kerja Penjahit” : a.

Particle Board (PB) atau Chipboard Partikel board adalah papan yang terbuat dari partikel kayu, baik kayu yang

dihancurkan menjadi serbuk kasar ataupun berasal dari sisa pekerjaan kayu yang dicampur dengan kimia khusus kemudian dipadatkan dengan mesin bertekanan tinggi. Kualitas particle board yang terdapat di pasaran sangat bervariasi dilihat dari

34 kepadatannya. Kepadatan particle board diukur dengan satuan E (emission) dan kualitas yang paling baik untuk particle board adalah E = 0 (nol).

Sumber: Erniati, 2014 Gambar 2. 44 Particle Board

Kelemahan kayu olahan jenis ini adalah tidak dapat menopang beban yang terlalu berat karena akan melengkung. Penggabungan particle board juga memerlukan lem atau sekrup khusus. Jika disatukan dengan sekrup biasa atau paku, akan sering kali lepas. Selain itu, finishing particle board tidak bisa dengan cat atau coating karena tekstur permukaannya yang kasar. Untuk menutupinya, biasanya dipakai lapisan vinir atau kertas tiruan (fancy paper). Harga particle board paling murah dibandingkan dengan kayu olahan lainnya. Untuk standart ukuran particle board tersebut memiliki ukuran panjang 78 cm, lebar 67 cm dan tinggi rata-rata 7-8 cm. 1.

122 cm x 244 cm tebal 19 mm

2.

122 cm x 244 cm tebal 12 mm

3.

122 cm x 244 cm tebal 15 mm

4.

122 cm x 244 cm tebal 18 mm

(Erniati, 2014) b.

Medium Density Fiberboard (MDF) Proses pembuatan MDF sama dengan particle board, hanya bahannya lebih

halus yaitu berupa bubur atau serbuk kayu halus sehingga papan yang dihasilkan lebih padat dan kuat daripada particle board. Karena terbuat dari serbuk kayu halus,

35 pengerjaan MDF juga lebih fleksibel, yaitu mudah dipotong, dibor, dan dibentuk, serta bermacam finishing dapat diterapkan pada permukaannya

Sumber: Erniati, 2014 Gambar 2. 45 Medium Density Fiberboard

. Di samping itu, kekuatannya pun lebih merata di seluruh bidang. Dengan kompresi suhu yang lebih tinggi, akan diperoleh papan yang lebih padat dan kuat yang disebut High Density Fiberboard .

Ukuran standart yang dimiliki MDF yakni 120 cm

x 240 cm dengan varian harga mengikuti ketebalan MDF yaitu 3 mm, 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12 mm, 18 mm dan 20 mm. Berikut beberapa ukuran particle board yang dijual di pasaran yaitu : 1.

122 cm x 244 cm tebal 9 mm

2.

122 cm x 244 cm tebal 15 mm

3.

122 cm x 244 cm tebal 18 mm

(Erniati, 2014) a.

Blockboard

Sumber : Erniati, 2014 Gambar 2. 46 Blockboard

36 Blockboard adalah papan yang terbuat dari potongan balok-balok kayu kecil berukuran 4 - 5 cm yang dipadatkan menggunakan mesin dan diberi pelapis vinir di kedua sisinya menjadi lembaran papan. Potongan kayu yang digunakan biasanya dari kayu lunak. Kayu olahan jenis ini bagus untuk membuat Kitchen Set. Yang banyak beredar di pasaran adalah teak block, yaitu blockboard yang diberi lapisan terluar dari irisan kayu jati (vinir teak) dan sungkaiblock (vinir sungkai). Harga blockboard lebih mahal dari kayu olahan di atas, namun masih lebih murah dibanding plywood. Ketebalan blockboard bervariasi antara lain 12 mm, 15 mm, dan 18 mm dengan ukuran standar 122 cm x 244 cm yang sama dengan multipleks. Berikut beberapa ukuran particle board yang dijual di pasaran yaitu : 1.

122 cm x 244 cm tebal 15 mm

2.

122 cm x 244 cm tebal 18 mm

3.

122 cm x 244 cm tebal 25 mm

(Erniati, 2014) b.

Kayu Lapis atau Plywood Kayu lapis atau plywood terdiri dari sejumlah lapisan tipis lembaran kayu yang

direkatkan menjadi satu membentuk papan dengan mesin bertekanan tinggi dan perekat khusus tahan lembap. Tiap lapisan dipasang saling menyilang untuk mendapatkan hasil yang kuat. Jenis kayu bahannya bisa berupa kayu keras atau lunak.

Sumber : Erniati, 2014 Gambar 2. 47 Kayu Lapis atau Plywood

37 Kayu lapis yang terdiri dari tiga lapisan disebut tripleks, yang lebih dari itu disebut multipleks. Karena relatif lebih kuat dari kayu olahan lainnya, kayu lapis atau plywood paling mahal di antara kayu olahan lain. Ukuran standar trpileks adalah 2240 mm x 1120 mm atau96 inch x 48 inch (8 feet x 4 feet). Sedangkan ketebalan triplek standar bervariasi mulai dari 3 mm sampai 32 mm. Berikut beberapa ukuran particle board yang dijual di pasaran yaitu : 1.

122 cm x 244 cm tebal 9 mm

2.

122 cm x 244 cm tebal 12 mm

3.

122 cm x 244 cm tebal 15 mm

4.

122 cm x 244 cm tebal 19 mm

2.5.2

Material Non Alami Material non alami adalah material yang murni dari buatan manusia dan tidak

berasal dari alam seperti besi, aluminium, baja, stainless dan lain-lain. Material ini dapat digunakan sebagai kaki meja, rangka dan lain-lain. Berikut jenis-jenis material non alami yang dapat diaplikasikan pada produk “Sarana Kerja Penjahit” : a.

Alumunium

Sumber : dekoruma.com Gambar 2. 48 Alumunium

Alumunium memiliki tampilan yang serupa dengan stainless steel, namun lebih ringan serta memiliki kekuatan yang lebih rendah. Selain menyerupai, alumunium juga cenderung murah sehingga sering digunakan sebagai pengganti baja dan stainless steel. Alumunium tidak berkarat, namun melalui proses oksidasi, alumunium dapat mengalami korosi. Material yang ringan ini banyak dimanfaatkan menjadi jenis furnitur

38 berbentuk lipat yang mudah dibawa kemana-mana. Dari segi ukuran tersedia dua ukuran standart yaitu ukuran 3 inch dan 4 inch, untuk ketebalan plat adalah 1 mm – 1,15 mm. (dekoruma.com) b.

Stainless

Sumber : dekoruma.com Gambar 2. 49 Stainless

Material ini tahan dari timbulnya karat, oksidasi, dan korosi, sehingga material ini mudah untuk dirawat. Selain itu, stainless steel juga memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada alumunium. Oleh karena itu, material ini kerap menjadi favorit untuk digunakan dalam berbagai peralatan rumah tangga hingga furnitur. Penggunaan material ini dapat menunjukkan kesan mewah, elegan, dan modern. Ukuran stainless ini cukup beragam seperti berikut : 1.

20 mm x 20 mm x 6000 mm tebal 3 mm

2.

25 mm x 25 mm x 6000 mm tebal 3 mm

3.

30 mm x 30 mm x 6000 mm tebal 3 mm

4.

40 mm x 40 mm x 6000 mm tebal 3 mm

5.

40 mm x 40 mm x 6000 mm tebal 4 mm

6.

40 mm x 40 mm x 6000 mm tebal 5 mm

7.

50 mm x 50 mm x 6000 mm tebal 3 mm

8.

50 mm x 50 mm x 6000 mm tebal 4 mm

9.

50 mm x 50 mm x 6000 mm tebal 5 mm

10.

50 mm x 50 mm x 6000 mm tebal 6 mm

(dekoruma.com)

39 c.

Besi Material ini sangat cocok untuk digunakan sebagai furnitur. Namun, karena

besi cenderung kasar, butuh perlakuan khusus untuk menjadikan besi sebagai bahan dasar furnitur yang baik dan menghilangkannya dari karat, sehingga harga cenderung lebih mahal dibandingkan aluminium. Besi biasanya digunakan sebagai aksesoris perapian rumah, rak dan pot tanaman, tempat tidur bergaya rustic alami, dudukan lampu, dan lainnya.

Sumber : dekoruma.com Gambar 2. 50 Besi

Tampilan besi sangat cocok untuk menghasilkan furnitur yang cocok untuk rancangan ruang yang alami, industrial, dan memiliki kesan terbuka. Namun, besi sangat mudah berkarat, sehingga harus dirawat dan diletakkan di tempat yang tidak berdekatan dengan air, suhu tinggi dan rendah, serta lembab. (dekoruma.com) 2.5.3

Material Finishing

a.

HPL ( High Pressure Laminate) HPL adalah lembaran yang terbuat dari campuran akrilik dan kayu. Lapisan

luarnya menyerupai kayu dan mengandung serat-serat kayu, tetapi bagian belakangnya akrilik. HPL biasanya berbentuk lembaran ukuran 120 cm x 240 cm dan tebal 3 mm. Variasi motif dan warna cukup banyak serta permukaannya berteksture. Harganya bervariasi tergantung merek dan motifnya.

40

Sumber : Aliyafurniture Gambar 2. 51 Finishing HPL

Warna polos relatif murah dan warna perak adalah yang paling mahal. Keunggulan HPL adalah mengandung unsur kayu, cocok bagi yang ingin menampilkan warna-warna alami kayu. Bahan ini kuat (karena cukup tebal) dan elastis sehingga bisa ditekuk untuk melapisi bagian tepi furniture. b.

Cat Duco Cat duco adalah metode penyemprotanpada permukaan furniture. Warnanya

bervariasi seperti batuan dan warna-warna mencolok sehingga cocok untuk furniture bernuansa modern, minimalis, dan furniture anak. Harganya relatif mahal, bila sudah dicat serat asli tidak bisa dikembalikan lagi. Pengaplikasiannya menggunakan semprot atau kuas.

Sumber : www.catkayu.com Gambar 2. 52 Finishing Cat Duco

Dengan kemajuan teknologi dan desain sekarang ini, berbagai motif dapat dibuat dari cat ini seperti, motif batu, marmer, motif pecah seribu, maupun motif perak, temabaga dan emas.

41 c.

Tacon

Sumber : www.Rumahtropis.com Gambar 2. 53 Finishing Tacon

Tacon adalah lapisan yang terbuat dari plastik berbentuk gulungan dengan tinggi 120 cm, tebal kurang dari 1 mm dan panjangnya tidak terbatas. Variasi motif cukup banyak dan permukaannya berteksture. (pratiwi dkk, 2011) 2.6

Teori Bentuk Bentuk-bentuk yang dapat di aplikasikan untuk produk “ Sarana Kerja Penjahit

“ adalah aliran gaya desain modern. Berikut macam-macam aliran gaya desain modern yang memungkinkan untuk diaplikasikan : 2.6.1

Gaya Desain Bauhous

Sumber : Pinterest Gambar 2. 54 Gaya Desain Bauhaus

42 Pada gaya desain ini banyak karya desain minggalkan aspek ornamen. Karyakarya arsitektur, terutama cenderung goemetris murni dan menyajikan bentuk-bentuk “ polos dan jujur bahan”. 2.6.2

Gaya Desain De Stijl

Sumber : Pinterest Gambar 2. 55 Gaya Desain De Stijl

Sejalan dengan gerakan di atas, de stijl, -- awalnya muncul di Belanda pada tahun 1917, kemudian dikenal sebagai gerakan yang bertujuan memunculkan kaidah estetika bercitra baru pada kehidupan modern. Hal ini terungkap pada karya Theo van Doesburg, Piet Mondrian, JJP Oud dan Rob van t‟Hoff yang mengarah kepada bentuk geometris-abstrak. Gagasan de stijl, hakikatnya dipengaruhi oleh seorang penganut teosofis, mistikus, dan ahli matematika, yaitu: MJH Schoenmackers yang menegaskan tentang susunan matematika semesta. De Stijl, percaya kepada teori komposisi semesta, yang dibatasi oleh garis horisontal dan vertikal dengan primer: merah, biru, dan kuning, di samping hitam, putih, dan abu-abu yang tidak dianggap warna, tetapi sebagai dasar penampakkan realitas. Pencitraan de stijl, adalah berusaha memadukan konflik antar garis, bidang, dan warna dalam citra kelayakan proporsi dan keseimbangan, sebagai simbol kehidupan universal. Seni, mempunyai tenaga yang cukup kuat untuk mempengaruhi kebudayaan, demikian penegasan van Doesburg.

43 2.6.3

Gaya Desain Konstruktivisme

Sumber : Cultured, 2010 Gambar 2. 56 Gaya Desain Konstruktivisme

Konstruktivisme kerap kali dikatakan sebagai jembatan antara seni dan industri. Pada masa ini, Vladimir Tatlin mengembangkan suatu aliran dalam seni (yaitu: Suprematism; bergaya abstrak, atau non objektif, memiliki susunan atau komposisi geometris yang sederhana) untuk diterapkan bagi kebutuhan yang sifatnya lebih fungsional seperti tekstil, bioskop, poster, furnitur. (Sunarya 2002) 2.7

Teori Warna

2.7.1

Definisi Warna Menurut Wirania (2010) Secara objektif atau fisik, warna adalah sifat cahaya

yang dipancarkan. Sementara secara subjektif atau psikologis, warna adakah sebagian dari pengalaman indra penghlihatan. Warna dapat dibentuk oleh panjang gelombang. Dilihat dari panjang gelombang, cahaya yang tampak oleh mata merupakan salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian yang sempit dari gelombang elektromagnetik.

44 2.7.2

Klasifikasi Warna

Sumber : Fescoatings Gambar 2. 57 Warna

a.

Warna Primer Warna primer merupakan warna dasar yang tidak dicampur dengan warna-

warna lain. Pigmen warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. b.

Warna Sekunder Warna sekunder merupakan hasil pencampuran dua warna primer dengan

perbandingan 1 : 1. Warna yang didapatkan adalah jingga (campuran warna merah dengan kuning), hijau (campuran warna biru dengan kuning), dan ungu (campuran arna merah dengan biru). c.

Warna Tersier Warna tersier merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu

warna sekunder. Sebagai contoh, warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga. Warna indigo (biru keungan) diperoleh dari pencampuran warna biru dan ungu. Warna turquoise merupakan campuran warna biru dengan hijau, dan seterusnya. d.

Warna Netral Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1 :

1 : 1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Hasil pencampuran pigmen warna yang tepat biasanya akan membentuk warna hitam.

45 2.7.3

Arti Warna dan Psikologi Warna Bukan hanya menciptakan keindahan. Kuatnya pengaruh warna bahkan pernah

diungkapkan oleh Darwis Triadi, seorang fotografer Indonesia dalam bukunya Color Vision: “Dengan warna kita bisa menciptakan suasana teduh dan damai. Dengan warna pula kita dapat menciptakan keberingasan dan kekacauan”. Adapun pernyataan tersebut berkaitan dengan konsep psikologi warna,yang kelak menjelaskan hubungan antara manusia dan cara mereka memersepsikan warna-warna di sekitar. Banyak penelitian mencoba mengungkap korelasi warna dengan manusia, terutama dalam segi karakter dan psikologis. Warna menjadi simbol penting dalam logo perusahaan atau partai dan dapat menciptakan nuansa tertentu di tempat-tempat seperti rumah sakit, institusi pendidikan, hingga rumah makan. (Salamadian, 2017)

2.7.3.1 Tabel Arti Warna Tabel 2. 2 Arti Warna No.

Warna

1.

Merah

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Hijau Orange Kuning Biru Ungu Hitam Putih Cokelat Abu-abu

11.

Emas

12. 13.

Tosca Warna magenta

Arti Warna Keberanian, kekuatan, energi, gairah, semangat, nafsu dan adrenalin Kesuburan, kesegaran, kedamaian, dan keseimbangan Kehangatan, kenyamanan, keceriaan Ceria, bahagia,, energik, dan optimis Stabil, kecerdasan, rasa percaya diri Keakraban dan rasa aman Hampa, duka dan misterius Bersih, suci, ringan, dan kebebasan Keakraban, dan rasa aman Keseriusan, kestabilan, kemandirian dan tanggung jawab Prestasi, kesuksesan, kemewahan, kemenangan dan kemakmuran Ketenangan dan kesabaran Keseimbangan, fisik, mental spiritual dan emosional Sumber : Salamadian, 2017

46 2.7.3.2 Psikologi Warna a.

Merah Seperti halnya warna api, darah, maupun Matahari, warna merah kerap

berkonotasi dengan kekuatan, adrenalin, gairah, serta semangat. Dunia psikologi sering kali mengaitkan arti warna merah dengan energi, gairah, kekuatan, kegembiraan, cinta, enerjik, kemewahan, nafsu dan peringatan. Selain itu, warna merah juga identik dengan kekerasan, kecemasan, bahkan agresivitas. Sedangkan warna merah muda (campuran merah dengan putih) atau kita kenal dengan warna pink dianggap melambangkan cinta dan romantisme. Itu sebabnya, merah muda populer dengan warna “cinta”, berhubungan dengan perempuan, dan kesan feminim. b.

Hijau Menjadi representasi dari warna alam, warna hijau sarat akan harmoni

(keseimbangan), kesuburan, kesegaran, kedamaian, hingga efek relaksasi bagi seseorang. Kendati punya dampak negatif (menimbulkan rasa terperangkap, kebosanan, ambisi, dan kelemahan), Warna

hijau

dipercaya

mampu

menurunkan

stres,

melambangkan

penyembuhan, hingga mendorong perasaan empati. Dalam psikologi warna, hijau kerap digunakan untuk membantu seseorang yang berada dalam situasi tertekan-agar lebih mampu menyeimbangkan dan menenangkan emosinya. c.

Orange / Jingga

Warna Orange Dianggap mampu “merangsang” emosi, tidak heran jika warna orange kerap digunakan pada tempat-tempat makan atau justru di lingkungan kerja yang membutuhkan produktivitas. Dengan daya tariknya yang kuat, warna orange melambangkan kehangatan, kenyamanan, keceriaan, bahkan optimisme.

47 Sayangnya, dalam dunia desain, penggunaan warna oranye yang berlebihan dapat memberikan kesan “murah”, bahkan “mudah dijangkau”. Lebih dari itu, penggunaan warna orange secara dominan bahkan bisa menciptakan kesan ramai, gaduh, hingga merangsang perilaku hiperaktif. Sebagai penyeimbang, dapat menggunakan warna ungu atau biru. d.

Kuning Secara umum, warna terang seperti halnya kuning, memberikan kesan ceria,

bahagia, energik, dan rasa optimis. Adapun penggunaan warna kuning pada ruangan dipercaya mampu merangsang aktivitas pikiran dan mental, bahkan berdampak pada meningkatnya kemampuan analisis seseorang. Muncul satu anggapan, mereka yang menyukai warna kuning cenderung lebih bijaksana, cerdas (akademis), kreatif, serta piawai dalam menciptakan ide dan berinovasi. Sayangnya, seluruh manfaat positif tersebut tidak lepas dari risiko kecemasan, inkonsisten, rasa gelisah, bahkan tekanan stres–khususnya bagi penggemar warna kuning. e.

Biru Dalam ranah desain interior, warna biru sering kali digunakan untuk

menciptakan kesan luas, stabil, sejuk, dingin, dan relaksasi pada ruangan. Dari segi kesehatan, penggunaan warna biru diyakini mampu meningkatkan konsentrasi, mengatasi rasa cemas, tekanan darah tinggi, migrain, bahkan insomnia. Adapun arti warna biru melambangkan suatu hubungan profesionalitas, kecerdasan, kepercayaan diri, bahkan menjadi simbol kekuatan. Sayangnya, warna biru juga kerap berasosiasi dengan sikap dingin, keras kepala, tidak ramah, dan kurangnya empati.

48 f.

Ungu Jarang ditemukan di alam, membuat warna ungu kerap dipersepsikan dengan

imajinasi, spiritualitas, dan sisi misterius. Itu sebabnya, penggunaan warna ungu dianggap mampu menarik perhatian, memancarkan kekuatan–bahkan tidak lepas dari kesan lain, seperti ambisius, independen, kebijaksanaan, visioner, bahkan kemewahan. Sayang, penggunaan warna ungu secara berlebihan juga memiliki sisi negatif dan memiliki kesan kurang teliti dan “kesendirian”. g.

Hitam Elegan, misterius, namun atraktif. Tidak heran jika warna yang populer dalam

ranah fashion ini menjadi favorit banyak orang. Bagaimanapun, warna hitam merepresentasikan kekuatan, rasa percaya diri, dramatis, misterius, klasik. Bahkan dalam banyak kasus: melambangkan maskulinitas. Namun, penggunaan warna hitam yang terlalu dominan, bahkan secara tidak seimbang, dapat menciptakan kesan lain, seperti suram, gelap, bahkan menakutkan. Adapun pemakaian dalam intensitas besar bisa saja menimbulkan perasaan tertekan yang lekat dengan kondisi hampa, kerusakan, duka, hingga kematian. h.

Putih Kontras dengan warna hitam, putih erat kaitannya dengan kesan bersih, suci,

ringan, dan “terang”. Adapun diyakini punya “kekuatan” untuk mengurangi rasa sakit, tidak heran jika warna putih sering kali dijumpai dalam dunia kesehatan. Seperti halnya di rumah sakit. Sementara warna putih dalam jumlah yang “sesuai” dapat memberi kesan keterbukaan dan kebebasan. Namun, penggunaan warna putih secara berlebihan bisa saja berdampak pada nyeri kepala dan mata lelah.

49 i.

Cokelat Masuk dalam kategori warna alam yang “netral”, warna cokelat identik dengan

stabilitas dan kehangatan. Biasa bersanding dengan warna hijau, paduan cokelat sendiri dipercaya mampu menciptakan kenyamanan, keakraban, serta rasa “aman”. Sayang, penggunaan warna cokelat secara berlebihan bisa saja memberikan kesan dominan yang kaku, kolot, pesimis, bahkan tidak berperasaan. j.

Abu-abu Campuran antara warna hitam dan putih ini kerap kali digunakan sebagai

“penetral”. Dalam sisi positif, warna abu-abu menggambarkan keseriusan, kestabilan, kemandirian, bahkan memberikan kesan bertanggung jawab. Namun, penggunaan warna abu-abu yang terlalu dominan berdampak pada munculnya kesan membosankan dan tidak komunikatif. Selain itu, beberapa kesan negatif akan muncul seperti kurang percaya diri, kurang energi (tidak atraktif) bahkan depresi. k.

Emas Warna emas memiliki makna prestasi, kesuksesan, kemewahan, kemenangan

dan juga kemakmuran. Sama seperti emas dalam bentuk fisik yang menjadi komoditas berharga dan juga prestise di setiap negara. l.

Tosca Dalam psikologi warna, warna tosca atau turquoise memiliki makna

keseimbangan emosional, stabilitas, ketenangan dan juga kesabaran. Warna tosca dipercaya dapat memberikan semangat ketika seseorang stress mental atau kelelahan dan juga dihinggapi rasa kesepian. Warna toska adalah warna yang baik untuk membantu konsentrasi dan menenangkan sistem saraf sehingga pikiran menjadi lebih jernih juga percaya diri.

50 Warna tosca cocok digunakan untuk pembicara ataupun untuk anda yang sering bekerja „multi-tasking‟. m.

Magenta Warna magenta merupakan perpaduan antara warna merah dan ungu.

Kandungan warna merah yang bermakna semangat, kekuatan dan energi tertahan oleh energi tenang warna violet sehingga menciptakan keseimbangan. Maka dari itu. Warna magenta memiliki makna keseimbangan baik itu keseimbangan dalam aspek fisik, mental, spiritual ataupun emosional. Selain itu warna magenta memiliki filosofi perubahan atau transformasi. Perubahan dari rasa ketidakbahagiaan, frustasi dan marah menjadi kearah yang lebih baik. 2.7.4

Warna yang biasa diaplikasikan pada meja kerja penjahit Berikut eksisting dari warna-warna yang biasa diaplikasikan pada meja kerja

atau sarana kerja menjahit :

Sumber : Royanicraft (2017) Gambar 2. 58 Eksisting warna 1

51

Sumber : Sewing (2015) Gambar 2. 59 Eksisting warna 2

Sumber : Yahomey (2013) Gambar 2. 60 Eksisting warna 3

Sumber : Yahomey 2013 Gambar 2. 61 Eksisting warna 3

BAB III METODE PERANCANGAN 3.1

Metode Perancangan PERUMUSAN MASALAH

Sebuah sarana untuk membuat pola, menjahit, hingga menyetrika dalam satu tempat. Dan Sebuah sarana penyimpanan perlengkapan jahit, yang tersimpan secara aman, tertata dan praktis ketika dioperasionalkan.

Preliminary Design

TINJAUAN PUSTAKA  

  

Mencari eksisting media meja kerja penjahit Mencari Teori segmentasi, ergonomi, antropometri, sistem, material, bentuk dan warna yang dapat digunakan sebagai tinjauan pustaka untuk produk meja untuk penyimpanan perlengkapan jahit

Analisis Data Penyusunan program desain Analisis dan spesifikasi desain

Design Development

............................................................................................................................................ ALTERNATIF DESAIN     

Alternatif Desain I Alternatif Desain II Alternatif Desain III Alternatif Desain IV Alternatif Desain V PENGEMBANGAN ALTERNATIF DESAIN

Final Design & Prototyping

............................................................................................................................................   

Pembuatan gambar presentasi Pembuatan gambar teknik Pembuatan Prototipe produk

Sumber : Goel, 1995 Gambar 3. 1 Metode Perancangan

53 3.2

Tahapan Desain Beberapa tahapan desain pelaksanaan yang harus dilakukan secara terus

menerus adalah : 3.2.1

Preliminery Desain Pengumpulan data dari informasi, analisis data berdasarkan konsep desain

makro yang meliputi analisis konsep (konsep fungsi, konsep pemakaian,pemakain pasar, dan konsep produk), penyusunan program desain sketsa awal. Bagian diatas terdiri dari : 3.2.1.1 Perumusan Masalah a.

Bagaimana mendesain “ Sarana Kerja Penjahit “ untuk Ibu Saipah.

b.

Bagaimana mendesain sebuah sarana kerja penjahit yang dapat merangkum semua peralatan jahit dalam satu sarana kerja.

c.

Bagaimana membuat sebuah sarana untuk mempermudah aktivitas membuat pola, memotong kain, menjahit dan menyetrika dalam satu sarana kerja yang sama.

d.

Bagaimana mendesain sebuah furniture atau sarana kerja penjahit yang dapat difungsikan dalam ruang kecil.

3.2.1.2 Tinjauan Pustaka a.

Studi eksisting yang terdiri dari definisi eksisting beserta jenis dan fasilitas eksisting produk sarana kerja penjahit yang sudah ada.

b.

Teori segmentasi terdiri dari segmentasi pasar.

c.

Teori ergonomi dan antropometri untuk pengguna yang akan disesuikan dengan kebutuhan pengguna.

d.

Teori sistem yang digunakan pada produk adalh sistem konstruksi kontemporer dengan sistem sambungan joint connecting bolt, dan akan

54 menggunakan hardware engsel oval,engsel kupu-kupu dan engsel sendok juga menggunakan rel laci roda, serta sistem finishing dengan HPL. e.

Teori material yang digunakan adalah plywood dan stainless.

f.

Teori bentuk yang digunakan adalah pendekatan bentuk gaya desain bauhaus.

g.

Teori warna yang digunakan adalah warna netral putih dan cokelat muda.

3.2.1.3 Analisis dan Spesifikasi Desain Analisis pasar, studi aktifitas dan kebutuhan, analisis ergonomi dan antropometri, analisis konfigurasi, analisis sistem, analisis material, analisis bentuk, analisis warna dan analisis produksi. 3.2.1.4 Spesifikasi Desain a.

Pengguna

b.

Dimensi

c.

Komponen

3.2.1.5 Design Development Pada tahap ini dibuat alternatif gambar komponen serta rancangan secara wire diagram dengan bentuk 3D (tiga dimensi). Dari bagian yang tertera diatas terdiri dari : 1.

2.

Desain Alternatif a.

Desain alternatif I dan analisisnya.

b.

Desain alternatif II dan analisisnya.

c.

Desain alternatif III dan analisisnya.

d.

Desain alternatif IV dan analisisnya.

e.

Desain alternatif V dan analisisnya.

f.

Desain alternatif terpilih.

Pengembangan dan Alternatif Desain a.

Pengembangan desain alternatif I dan analisisnya.

55

3.2.2

b.

Pengembangan desain alternatif II dan analisisnya.

c.

Pengembangan desain alternatif III dan analisisnya.

d.

Desain Terpilih.

Final Desain dan Prototype Dibuat gambar-gambar yaitu gambar presentasi 3D dan gambar teknik

(gambar tampak, potongan, gambar detail dan spesifikasi teknik produk). Tahapan selanjutnya adalah pembuatan komponen-komponen dilakukan assembling (exploded) atau perakitan sehingga menjadi produk (prototype). Bagian ini terdiri dari : 1.

Desain Akhir

a.

Gambar presentasi dalam bentuk 3D modeling yang diberi ilustrasi skala terhadap ukuran tubuh manusia.

b.

Gambar Teknik yang terdiri dari gambar presfektif, gambar tampak, gambar potongan, gambar urai dan gambar detail.

c.

Prototipe produk.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1

Analisis dan Spesifikasi Desain

4.1.1

Analisis Pasar Analisis pasar dilakukan agar produsen suatu produk dapat menganalisa dan

menentukan peluang-peluang pasar yang dapat ditembus sehingga akan didapatkan sasaran konsumen yang tepat. Analisis pasar mencakup lokasi atau letak dipasarkannya suatu produk, misalnya seberapa luas ruang lingkup pasar, strategis atau tidaknya lokasi yang dipilih terhadap sasaran konsumen maupun terhadap distributor produk, serta perusahaan pesaing yang mungkin memasarkan produk yang sama. Selain itu yang paling utama adalah meninjau sasaran konsumen yang tepat sehingga pemasaran dapat mudah berjalan dan berkembang. Dalam melakukan analisis pasar, dilakukan pendekatan-pendekatan untuk menentukan sasaran konsumen. Berikut pendekatan-pendekatan yang dilakukan : 4.1.1.1 Segmentasi Geografi Segmentasi geografis membagi pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda misalnya wilayah, negara, provinsi, kota dan kepulauan. Untuk produk “sarana kerja penjahit”, ditujukan untuk Ibu Saipah yang memiliki profesi sebagai panjahit busana dan bertempat tinggal di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. 4.1.1.2 Segmentasi Demografis Segmentasi demografis mengelompokkan pasar berdasarkan variabel-variabel seperti usia, jenis kelamin, dan pekerjaan yang tercantum sebagai berikut :

57 A.

Usia Perancangan “ Desain Sarana Kerja Menjahit” ini ditujukan untuk orang dewasa yang berusia sekitar 17-50 tahun.

B.

Jenis Kelamin Jenis kelamin pengguna ialah pria dan wanita, akan tetapi pengguna lebih dikhususkan pada wanita

karena perancangan “ Desain Sarana Kerja

Menjahit” di tujukan untuk Ibu Saipah. C.

Pekerjaan Perancangan “ Desain Sarana Kerja Menjahit” dikhususkan untuk pekerjaan menjahit.

4.1.1.3 Segmentasi Psikologi Secara sederhana, psikologi dapat diartikan sebagai segmentasi berdasarkan gaya hidup, yang dalam prakteknya begitu banyak cara dan pendekatan yang dapat digunakan. Jadi gaya hidup hanya salah satu cara untuk mengelompokan konsumen secara prikografinya. Gaya hidup mempengaruhi seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumen yang erat kaitannya dengan keinginan. “Desain Sarana Kerja Menjahit” ini sudah sesuai dengan aktvitas dan dapat merangkum pekerjaan membuat pola, memotong kain, menjahit dan menyetrika dalam satu perangkat yang sama dengan lebih praktis. 4.1.1.4 Segmentasi Prilaku Segmentasi prilaku merupakan pembagian pasar berdasarkan pengetahuan, sikap penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Produk “ Desain Sarana Kerja Menjahit” dapat mempermudah aktivitas penjahit seperti membuat pola, memotong pola, menjahit dan menyetrika dalam satu saran kerja yang sama.

58 4.1.2

Studi Aktivitas dan Kebutuhan Studi aktivitas digunakan untuk mengetahui seluruh aktivitas penjahit dan

untuk menemukan kebutuhan penjahit. Analisis aktivitas dan kebutuhan dilakukan dengan menjelaskan aktivitas yang dilakukan dan kebutuhan yang ada saat membuat pola, menyiapkan peralatan jahit hingga kegiatan utama yaitu menjahit pakaian guna mendapatkan gambaran produk dengan konsep yang diinginkan. Berikut tabel aktivitas dan kebutuhan yang sesuai dengan urutan pekerjaan. Tabel 4. 1 Analisis Kebutuhan dan Aktivitas No.

Aktivitas

Detail kegiatan

Alat

1

Mengukur Badan Konsumen

-Mengambil meteran -Pensil -Mengambil catatan -Meteran -Mengambil pensil -buku catatan -Meletakan diatas meja -Meteran diukurkan ke badan konsumen -Mencatat

2

Meyiapkan perlengkapan membuat pola

-Mengambil kain -Mengambil pola -Mengambil kapur -Meletakan diatas meja

3

Membuat dan -Mengambil gunting memotong pola -Menaruh kain pada kain dimeja -Memotong kain sesuai pola Menyiapkan -Memilih benang peralatan jahit -Memasang jarum pada mesin -Menyiapkan karet, kancing dan

4

-Pola -Kapur -Penggaris -Kain

-Gunting -Meja

-Benang -Jarum -Karet -Kancing -Resleting

Kebutuhan -Tempat meyimpan pensil -Tempat menyimpan buku catatan -Tempat menyimpan meteran -Area untuk meletakan pensil, buku dan meteran -Tempat menyimpan pola -Tempat menyimpan kapur -Tempat menyimpan kain -Tempat meyimpan penggaris -Area untuk meletakan pola, kapur dan kain -Tempat menyimpan gunting -Area untuk Memotong pola -Tempat benang -Tempat jarum -Tempat

menyimpan menyimpan menyimpan

59 resleting yang akan digunakan

5

Menjahit kain

-Menyiapkan mesin -Mesin jahit jahit -Meja

6

Meyetrika Kain -Menyiapkan yang sudah setrika dijahit

alat -Alat setrika -Meja

karet -Tempat menyimpan kancing -Tempat menyimpan Resleting -Tempat menyimpan mesin jahit -Area untuk meletakan mesin jahit -Tempat menyimpan Alat setrika -Area untuk menyetrika

Analisis Aktivitas dan kebutuhan juga dilakukan dengan menjelaskan urutan lamanya pekerjaan dengan skala prioritas sebagai berikut : Tabel 4. 2 Skala Proiritas Urutan

Aktivitas Menjahit pola kain yang sudah dipotong Membuat dan memotong pola Menyetrika pakaian yang sudah dijahit Mengukur badan konsumen Menyiapkan peralatan membuat pola Menyiapkan peralatan menjahit

Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3 Kegiatan 4 Kegiatan 5 Kegiatan 6

Perlu dicari ukuran minimum dari alat-alat dan kebutuhan penjahit agar kebutuhan diatas dapat terakomodasi. Berikut tabel Ukuran atau dimensi dari alat dan kebutuhan.

Tabel 4. 3 Analisis dimensi peralatan menjahit No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Alat / Kebutuhan Pensil Meteran Buku Catatan Pola tangan & leher Kapur Kain

Keadaan Satuan Dilipat 3x Satuan Ditumpuk Satu Kotak Dilipat / 2 meter

jumlah

Dimensi (PxLxT)

1 buah 1 buah 1 buah 3 buah 50 buah 7 lembar

17,5 x 0,5 x 0,5 cm 20 x 1,5 x 0,5 cm 21 x 15 x 1cm (A5) 28 x 21 x 0,5 cm 10 x 6 x 8,5 cm 30 x 20 x 20 cm

60 7. 8. 9. 10. 11. 12. 11. 12. 12

Gunting Benang Jarum Karet Kancing Resleting Mesin jahit dinamo Alat setrika Meja pola dan setrika

Satuan Digantung di papan Dicucukan ke busa Dilipat 3x / 1 meter Ditaruh dalam box Ditumpuk Satuan Satuan Dijadikan 1 dengan meja utama

1 buah 50 buah 100 buah 1 meter 100 buah 10 buah 1 buah 1 buah 1 tempat

24 x 8,5 x 1,5 cm 44 x 24 x 7 cm 15 x 15 x 7 cm 20 x 2 x 2,5 cm 15 x 15 x 6 cm 50 x 2,5 x 5 cm 37 x 20 x 33 cm 30 x 17 x 12 cm 33 x 38 x 1 cm

Dari tabel diatas terdapat ukuran yang dapat digunakan sebagai panduan menyusun konfigurasi. 4.1.3

Analisis Ergonomi dan Antropometri Analisis anthropometri dilakukan guna mendapatkan dimensi atau ukuran

produk yang sesuai dengan tubuh pemakai. Sedangkan analisis ergonomi dilakukan untuk meminimalkan resiko kesehatan dan keselamatan dalam produk yang dirancang. Dengan begitu efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dalam melakukan kegiatan menggunakan produk ini dapat maksimal. 4.1.3.1 Analisis Ergonomi Ergonomi sangat diperlukan untuk membuat suatu produk guna memberikan kenyamanan pada pengguna. Begitu juga dengan produk

sarana kerja penjahit.

Aktivitas-aktivitas yang telah dianalisis membutuhkan fasilitas yang ergonomis agar memberikan kenyamanan pada pengguna ketika menggunakan produk. Analisis ergonomi juga dilakukan untuk meminimalkan resiko kesehatan dan keselamatan dalam produk yang dirancang. Dengan begitu efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan dalam melakukan kegiatan menggunakan produk dapat maksimal. Berikut beberapa analisis ergonomi yang perlu diperhatikan pada produk yang dirancang :

61 a.

Pada umumnya pada saat membuat pola, penjahit sering melakukan kegiatan membuat pola di lantai karena tidak adanya meja yang besar untuk membuat pola atau meja membuat pola terpisah dengan meja jahit sehingga dapat memenuhi ruangan. Kegiatan membuat pola di lantai tidaklah ergonomis, karena untuk membuat pola penjahit harus membungkukkan badannya, dan posisi duduk terutama pada kaki sering berpindah posisi. Jika hal ini dilakukan berulang-ulang maka dapat menimbulkan kelelahan dan masalah pada persendian tulang. Dengan demikian meja pola dan meja jahit akan difungsikan menjadi satu kesatuan, agar tidak terus menerus membuat pola di lantai, dengan begitu penjahit dapat mengurangi resiko kelelahan.

b.

Pada produk meja ini akan diletakkan juga beberapa laci yang akan menjadi satu pada meja, sehingga penjahit tidak bolak-balik untuk mengambil peralatan yang biasa diletakkan dibeda tempat.

c.

Bahan yang digunakan untuk membuat produk “Desain Sarana Kerja Penjahit” menggunakan bahan yang tidak berbahaya bagi pengguna, dan sedapat mungkin menghindari bentuk dan sudut-sudut yang tajam yang dapat melukai pengguna. Keamanan dan kenyamanan penggunaan alat-alat menjahit di utamakan agar tidak dapat digunakan oleh anak-anak.

4.1.3.2 Analisis Antropometri Analisis Anthropometri dilakukan guna mendapatkan dimensi atau ukuran produk yang sesuai dengan tubuh penggunanya. Berikut merupakan analisis anthropometri pada produk meja untuk menyimpan perlengkapan menjahit untuk penjahit pria dan wanita. Berikut beberapa data antropometri yang akan digunakan sebagai acuan :

62 Tabel 4. 4 Analisis Antropometri No

Dimensi

Pria

SD

5%

X

95%

Wanita

SD

5%

X

95%

1

Tebal paha

110

135

160

14

105

130

155

14

2

Tinggi lutut

450

495

540

26

410

455

500

27

3

Lebar panggul

300

335

370

22

295

330

365

21

4

Jarak bentang dari ujung jari kanan ke tangan ke kiri

1480 1635 1790

95

1350 1480 1610

80

5

Jarak genggaman tangan ke punggung pada posisi tangan ke depan Tinggi siku pada posisi duduk

640

705

770

38

580

635

690

32

190

240

290

31

165

230

295

38

Tinggi lipat lutut

365

405

445

25

325

375

425

29

6 7

Berikut penjelasan yang lebih terperinci mengenai antropometri yang akan diaplikasikan pada produk : a.

Menentukan tinggi meja

Gambar 4. 1 Menentukan tinggi meja

Menentukan tinggi meja, menggunakan dimensi tinggi lutut wanita dan disesuaikan dengan fungsi produk untuk bekerja sambil berdiri. Pada dimensi ini menggunakan ukuran tinggi siku pada posisi duduk 95 % wanita yaitu 295 mm ditambah

63 dengan ukuran tinggi lipat lutut 95 % wanita yaitu 425mm. Maka ukuran dari tinggi meja adalah 720 mm dan ditambah dengan toleransi tempat penyimpanan mesin jahit 30 mm. Dari ukuran diatas maka ditentukan ukuran meja adalah 750 mm sehingga kaki tidak akan tersangkut saat bekerja. b.

Menentukan kelonggaran ruang meja bagian dalam

Gambar 4. 2 Menentukan kelonggaran ruang meja bagian dalam

Menentukan tinggi meja bagian dalam saat digunakan pada posisi duduk menggunakan dimensi tinggi lipat lutut dengan 50 percentile wanita yaitu 375 mm dan tebal paha dengan 50 percentile wanita yaitu 130 mm. Dan dari ukuran keseluruhan adalah 505 mm. Data ini merupakan ukuran minimal untuk kelonggaran ruang meja. Kelonggaran ruang meja pada perancangan ini adalah 550 mm, dengan demikian dalam membuat tinggi laci adalah sisa dari perhitungan tinggi meja –kelonggaran meja = 700 mm – 550 mm = 150 mm c.

Menentukan lebar meja bagian dalam Menentukan lebar meja bagian dalam saat digunakan pada posisi duduk

menggunakan dimensi yang lebar panggul dengan 95 percentile wanita yaitu 365 mm dan ditambah toleransi 235 mm jadi keseluruhan ukuran untuk menentukan lebar meja bagian dalam adalah 600 mm.

64

Gambar 4. 3 Menentukan lebar meja bagian dalam

Dimensi ini digunakan agar pengguna dapat leluasa dalam menggunakan produk tanpa harus kekurangan ruangan walaupun terdapat laci di samping meja tersebut. d.

Menentukan panjang meja

Gambar 4. 4 Menentukan panjang meja keseluruhan

Ukuran panjang meja ini menggunakan antropometri jarak bentang tangan dari ujung jari tangan kanan ke kiri dengan jenis ukuran rata-rata wanita yaitu 1480 mm, dan ditambah toleransi utk fungsi tambahan jenis pekerjaan membuat pola 120 mm. Jadi ukuran panjang meja adalah 1600 mm. Sehingga pengguna memiliki area yang lebih luas untuk memotong dan membuat pola diatas meja.

65 e.

Menentukan lebar meja dan jarak jangkauan tangan ke display benang

Gambar 4. 5 Menentukan lebar meja dan jarak jangkauan tangan ke display benang

Untuk menentukan ukuran lebar meja dan jarak jangkauan tangan ke display benang perlu menggunakan jarak genggaman tangan ke punggung pada posisi tangan ke depan. Ukuran yang digunakan adalah ukuran minimum rata-rata wanita yaitu ukuran maksimal 635 mm. Dimensi ini juga digunakan untuk menentukan jangkauan tangan bagi pengguna produk agar tidak susah ketika akan menjangkau benda yang ada di meja. Maka dari ukuran diatas diambil ukuran 600 mm karena sudah dapat memenuhi kebutuhan produk. f.

Menentukan panjang tangan kebawah pada posisi duduk Untuk menentukan ukuran jangkauan tangan pada laci ukuran panjang tangan

kebawah pada posisi duduk yang didapat dengan menjumlahkan data tinggi siku pada posisi berdiri dikurang dengan tinggi lipat lutut ditambah dengan tinggi siku pada posisi duduk dengan jumlah 790 mm dan dikurangkan lagi dengan ukuran tinggi genggaman

66 tangan pada posisi relaks, jadi 790mm – 715 mm didapatkan hasil dari penjumlahan dengan ukuran 50 % wanita yakni 75 mm.

Gambar 4. 6 Menentukan jangkauan tangan ke laci

Ukuran tersebut digunakan untuk mempermudah menjangkau laci-laci pada meja, sehingga pengguna tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari barang / peralatan yang tersimpan pada laci bawah. 4.1.4

Analisis Konfigurasi Analisis konfigurasi dilakukan guna mendapatkan bentukan atau susunan dari

tiap- tiap komponen yang terdapat pada produk. Adapun komponen yang terdapat pada produk adalah : a.

Meja jahit

b.

Meja pola dan setrika

c.

Tempat penyimpanan buku catatan, pensil, meteran Pola, kapur dan Penggaris.

d.

Tempat penyimpanan karet, kancing, resleting, jarum dan gunting

e.

Tempat penyimpanan benang

f.

Tempat penyimpanan kain

g.

Tempat penyimpanan alat setrika

67 4.1.4.1 Analisis Konfigurasi 1 Pada analisis konfigurasi I terdapat beberapa tempat penyimpanan. Dengan fungsinya masing masing yakni terdapat 3 laci untuk menyimpan peralatan menjahit lengkap dengan alat setrika, 1 buah lemari kecil untuk menyimpan kain dan 1 buah gantungan benang terpisah yang tepat berada diatas meja utama, serta terdapat juga meja lipat khusus untuk membuat atau memotong pola dan bisa juga digunakan sebagai meja setrika dan terdapat tempat yang berada disamping kanan meja.

Gambar 4. 7 Konfigurasi 1

4.1.4.2 Analisis Konfigurasi 2

Gambar 4. 8 Konfigurasi 2

68 Pada analisis konfigurasi 2 hanya terdapat beberapa tempat penyimpanan. Dengan fungsinya masing masing yakni Terdapat 2 laci untuk menyimpan peralatan menjahit lengkap 1 buah lemari kecil untuk menyimpan kain yang menyatu dengan penyimpanan setrika dan , 1 buah gantungan benang yang menyatu dengan meja utama,dan juga terdapat meja lipat khusus untuk membuat atau memotong pola dan bisa juga digunakan sebagai meja setrika. 4.1.4.3 Analisis Konfigurasi 3

Gambar 4. 9 Konfigurasi 3

Pada analisis konfigurasi 3 juga terdapat beberapa tempat penyimpanan. Dengan fungsinya masing masing yakni Terdapat 2 laci untuk menyimpan peralatan menjahit lengkap 1 buah lemari kecil untuk menyimpan kain yang menyatu dengan penyimpanan setrika

dan , 1 buah gantungan benang yang terpisah dengan meja

utama,dan juga terdapat meja lipat khusus untuk membuat atau memotong pola dan bisa juga digunakan sebagai meja setrika. Berdasarkan analisis terhadap komponen meja jahit di atas maka konfigurasi yang paling tepat adalah konfigurasi pada analisis yang ketiga. Alasannya karena konfigurasi ini menempatkan peletakkan peralatan menjahit yang lebih efesien.

69 4.1.5

Analisis Bentuk Analisis bentuk diperlukan guna mendapatkan bentuk yang sesuai dengan

konsep yang diambil. Dengan konsep desain yang modern ada beberapa bentuk cocok digunakan pada produk “Desain Sarana Kerja Menjahit”

seperti De Stijl ,

Konstruktivisme, dan Bauhaus, dari gaya-gaya desain yang telah ditentukan akan terpilih satu gaya desain yang akan diaplikasikan pada “Desain Sarana Kerja Menjahit” yang akan dianalisis menurut berdasarkan kebutuhan pengguna atau target konsumen yang berusia 46 tahun. Dari gaya desain De Stijl diketahui bahwa gaya tersebut memiliki ciri dengan kombinasi warna-warna primer seperti merah, biru dan kuning sedangkan pengguna produk atau target konsumen berusia 46 tahun yang membutuhkan warna-warna simple dan tidak mencolok agar pekerjaan menjahit tidak terganggu karena masalah warna yang tidak sesuai. Untuk gaya desain konstruktivisme memiliki ciri khas bentuk abstrak atau non objektif, memiliki susunan atau komposisi geometris yang sederhana, akan tetapi terdapat kesulitan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan produk “Desain Sarana Kerja Menjahit”, sedangakn untuk bentuk bauhous lebih cenderung berbentuk goemetris murni dan menyajikan bentuk-bentuk “ polos dan jujur bahan” dan cocok untuk diaplikasikan pada produk “Desain Sarana Kerja Menjahit”. Sehingga produk yang akan dibuat dengan gaya desain Bauhaus yang berbentuk persegi sederhana, karena persegi itu sendiri dapat dirangkai, memiliki ruang yang luas, dan memiliki makna stabilitas, kesetaraan, dan kejujuran. Persegi juga merupakan simbol ketegasan, kepastian, keseriuasan, kokoh dan tidak goyah dan sesuai dengan karakter pengguna yang menginginkan bentuk yang simple dan sederhana.

70 4.1.6

Analisis Sistem Analisis sistem dilakukan guna menentukan sistem yang baik yang akan

digunakan pada produk. Berdasarkan hasil analisis konfigurasi terdapat beberapa komponen yang membutuhkan sistem adapun bagian-bagian tersebut adalah : a.

Meja Utama

Meja utama memerlukan beberapa sistem yang akan diaplikasikan secara khusus berdasarkan fungsinya. Berikut analisisnya : Tabel 4. 5 Analisis Sifat Konstruksi Meja Utama Jenis Sifat konstruksi Permanen / Fixed Construction Lepas pasang / Knocked-down System Semi Permanen

Item Penilaian Kekuatan

Kesesuaian Konsep 3

Total

3

Kemudahan Pengerjaan 3

2

1

2

5

2

2

3

7

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

9

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas terpilih sifat konstruksi yang akan digunakan pada meja utama yaitu adalah konstruksi yang bersifat permanen / Fixed Construction karena meja utama adalah komponen yang menopang komponen lainnya, sehingga konstruksi yang digunakan harus lebih kuat. Tabel 4. 6 Analisis Sistem Konstruksi Meja Utama Jenis Sistem konstruksi

Item Penilaian Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan 3

Kesesuaian Konsep 3

Total

3

2

7

Konstruksi 3 Konvensional Konstruksi 3 Kontemporer Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

9

71 Dari analisis diatas didapatkan hasil bahwa sistem konstruksi yang akan digunakan pada meja utama adalah konstruksi konfensional karena meja utama akan dibuat secara permanen dan tidak dapat dibongkar pasang sehingga kekuatan dari produk akan lebih terjaga. Tabel 4. 7 Analisis Sistem Sambungan Meja Utama Jenis Sistem Sambungan

Item Penilaian Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan

Total

Butt Joints

3

3

6

Dovetail Joints

3

2

5

Finger Joints

2

1

3

1

4

3 Mortise & Tenon Joints Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas terdapat sistem sambungan yang cocok untuk diapliksikan pada komponen meja utama yaitu sistem sambungan butt joints yang menggunakan secrup sebagai pengunci dari sistem sambungan untuk menyambungakan sisi-sisi potongan yang akan membentuk sebuah meja. b.

Meja Mesin Jahit Meja mesin jahit memerlukan beberapa sistem yang akan diaplikasikan secara

khusus berdasarkan fungsinya. Berikut analisisnya :

72 Tabel 4. 8 Analisis Sifat Konstruksi Meja Mesin Jahit Jenis Sifat konstruksi

Item Penilaian Kekuatan

Permanen / Fixed Construction Lepas pasang / Knocked-down System Semi Permanen

Kesesuaian Konsep 1

Total

3

Kemudahan Pengerjaan 3

2

1

2

5

2

3

3

8

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

7

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas terpilih sifat konstruksi yang akan digunakan pada meja utama yaitu adalah konstruksi yang bersifat semi permanen karena meja mesin jahit akan difungsikan sebagai tempat penyimpanan mesin jahit ketika tidak terpakai sehingga pada analisis sistem akan menggunakan sistem engsel yang akan dijelaskan pada analisis selanjutnya. Tabel 4. 9 Analisis Sistem Engsel Meja Mesin Jahit Item Penilaian Sistem Engsel

Kekuatan

Harga

Kesesuaian Konsep 3

Total

3

Ketersediaan Bahan 3

Engsel kupu-kupu

3

Engsel oval

3

3

3

2

11

Engsel Sendok

3

2

3

3

11

Engsel H

1

2

2

2

7

Engsel Panel

3

2

3

1

9

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

12

73 Dalam pembuatan komponen meja mesin jahit dibutuhkan engsel kupu-kupu yang akan diaplikasikan untuk tempat penyimpanan mesin jahit. Sehingga lebih mudah ketika akan menyimpan mesin jahit ketika tidak digunakan. c.

Tempat Penyimpanan Benang Tempat penyimpan benang memerlukan beberapa sistem yang akan

diaplikasikan secara khusus berdasarkan fungsinya. Berikut analisisnya : Tabel 4. 10 Analisis Sifat Konstruksi Tempat Penyimpan Benang Jenis Sifat konstruksi Permanen / Fixed Construction Lepas pasang / Knocked-down System Semi Permanen

Item Penilaian Kekuatan

Kesesuaian Konsep 3

Total

3

Kemudahan Pengerjaan 3

2

1

2

5

2

3

2

7

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

9

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas terpilih sifat konstruksi yang akan digunakan pada tempat penyimpanan benang yaitu adalah konstruksi yang bersifat permanen agar lebih kuat untuk menampung benang-benang yang akan digantung pada tempat penyimpanan tersebut. Tabel 4. 11 Analisis Sistem Sekrup Gantung Tempat Penyimpanan Benang Jenis Sistem Sekrup Gantung

Item Penilaian Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan 3

Kesesuaian Konsep 2

Total

3

3

9

Sekrup gantung 2 tanda tanya Sekrup gantung 3 tanda tanya full Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

7

74

Dari analisis di atas terpilih sistem sekrup gantung tanda tanya full yang akan diaplikasikan pada tempat penyimpanan benang agar lebih mudah ketika ingin menggantung tempat penyimpanan pada dinding. d.

Laci Tempat Penyimpanan peralatan menjahit Tempat penyimpan peralatan menjahit yang ada pada analisis konfigurasi

terbagi menjadi dua bagian dengan fungsi yang sama dan sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan seorang penjahit sehingga memerlukan beberapa sistem yang akan diaplikasikan secara khusus berdasarkan fungsinya. Berikut analisisnya : Tabel 4. 12 Analisis Sifat Konstruksi Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit Jenis Sifat konstruksi Permanen / Fixed Construction Lepas pasang / Knocked-down System Semi Permanen

Item Penilaian Kekuatan

Kesesuaian Konsep 1

Total

3

Kemudahan Pengerjaan 3

2

1

2

5

2

3

3

8

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

7

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas terpilih sifat konstruksi yang akan digunakan pada tempat penyimpanan peralatan menjahit yaitu konstruksi yang bersifat semi permanen agar laci-laci tempat penyimpanan peralatan menjahit mudah dioprasikan sesuai kebutuhan. Tabel 4. 13 Analisis Sistem Konstruksi Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit Jenis Sistem konstruksi Konstruksi Konvensional

Item Penilaian Kekuatan 3

Kemudahan Pengerjaan 3

Kesesuaian Konsep 2

Total 8

75 Konstruksi 3 Kontemporer Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

3

3 2. Sedang

9

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas didapatkan hasil bahwa sistem konstruksi yang akan digunakan pada komponen tempat penyimpanan peralatan menjahit adalah konstruksi kontemporer karena komponen tersebut akan dibuat dengan sifat semi permanen, agar lebih mudah dalam pengoprasian komponen tersebut. Tabel 4. 14 Analisis Sistem Sambungan Tempat Peralatan Menjahit Jenis Sistem Sambungan

Item Penilaian Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan

Total

3

2

5

3

3

6

1

3

Minifix connector system Joint Conecting Bold

2 Dowel Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

Dari anaisis diatas terpilih sistem sambungan joint connecting bold pada komponen tempat penyimpanan peralatan menjahit karena lebih kuat dan lebih mudah dalam proses pengerjaannya. Tabel 4. 15 Sistem Rel Laci Tempat Penyimpanan Peralatan Menjahit Item Penilaian Sistem Rel Laci Rel Laci Roda

Kekuata n 2

Harga 3

Rel Laci Double 3 2 Track Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

Ketersediaa n Bahan 3

Kesesuaian Konsep 2

Total

3

3

11

2. Sedang

3. Baik/sesuai

10

76 Dari analisis diatas Sistem rel laci yang terpilih untuk komponen tempat penyimpanan peralatan menjahit adalah rel laci jenis doubletrack lebih kuat dan mudah dalam pengoprasian pada produk. e.

Meja Pola dan Setrika Meja pola dan setrika pada produk ini akan dibuat menjadi satu tempat yang

memiliki 2 fungsi berbeda sehingga memerlukan beberapa sistem. Berikut analisisnya : Tabel 4. 16 Analisis Sifat Konstruksi Meja pola dan setrika Jenis Sifat konstruksi Permanen / Fixed Construction Lepas pasang / Knocked-down System Semi Permanen

Item Penilaian Kekuatan

Kesesuaian Konsep 1

Total

3

Kemudahan Pengerjaan 3

2

1

2

5

2

3

3

8

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

7

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas sifat konstruksi yang akan digunakan pada meja pola dan setrika adalah konstruksi semi permanen karena akan memudahkan aktivitas pengguna. Tabel 4. 17 Analisis Sistem Konstruksi Meja Pola dan Setrika Jenis Sistem konstruksi

Item Penilaian Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan 3

Kesesuaian Konsep 2

Total

3

3

9

Konstruksi 3 Konvensional Konstruksi 3 Kontemporer Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

8

77 Dari analisis di atas sistem konstruksi yang akan digunakan pada komponen meja setrika dan pola adalah konstruksi kontemporer karena komponen tersebut akan dibuat semi permanen. Tabel 4. 18 Analisis Sitem Engsel Meja Pola dan Setrika Item Penilaian Sistem Engsel

Kekuatan

Harga

Kesesuaian Konsep 3

Total

3

Ketersediaan Bahan 3

Engsel kupu-kupu

2

Engsel oval

3

3

1

3

10

Engsel Sendok

2

2

3

1

10

Engsel H

1

2

2

2

7

Engsel Panel

3

2

3

1

9

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

11

3. Baik/sesuai

Dari analisis di atas sistem engsel yang akan digunakan pada meja pola dan setrika adalah sistem engsel kupu-kupu karena mudah didapatkan dan harganya cukup terjangkau serta tebih mudah dalam pengerjaannya. f.

Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika Tempat penyimpanan kain dan alat sertika yang ada pada analisis konfigurasi

memerlukan beberapa sistem yang akan digunakan berikut analisisnya : Tabel 4. 19 Analisis Sifat Konstruksi Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika Jenis Sifat konstruksi

Item Penilaian Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan 3

Kesesuaian Konsep 1

Total

1

2

5

Permanen / Fixed 3 Construction Lepas pasang / 2 Knocked-down System Semi Permanen 2 Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

3 2. Sedang

7

3 8 3. Baik/sesuai

78 Dari analisis diatas sifat konstruksi yang akan digunakan pada penyimpanan kain dan alat setrika adalah konstruksi semi permanen karena akan lebih mudah dalam pengoprasiannya. Tabel 4. 20 Analisis Sistem Konstruksi Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika Jenis Sistem konstruksi

Item Penilaian Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan 3

Kesesuaian Konsep 2

Total

3

3

9

Konstruksi 3 Konvensional Konstruksi 3 Kontemporer Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

8

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas sistem konstruksi yang terpilih untuk tempat penyimpanan kain dan alat setrika adalah konstruksi kontemporer karena sifat konstruksi yang akan digunakan adalah sifat semi permanen. Tabel 4. 21 Analisis Sistem Sambungan Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika Jenis Sistem

Item Penilaian

Sambungan

Kekuatan

Kemudahan Pengerjaan

Total

Minifix connector system Joint Conecting Bold

3

2

5

3

3

6

1

3

2 Dowel Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas sistem sambungan yang akan digunakan pada tempat penyimpanan kain dan alat setrika adalah sistem sambungan joint connecting bolt, karena lebih kuat dan lebih mudah dalam pengerjaan.

79 Tabel 4. 22 Analisis Sistem Engsel Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika Item Penilaian Sistem Engsel

Kekuata n 3

Harga

Kesesuaian Konsep 2

Total

3

Ketersediaa n Bahan 3

Engsel oval

3

3

3

2

11

Engsel Sendok

3

3

3

3

12

Engsel H

1

2

2

2

7

Engsel Panel

3

2

3

1

9

Engsel kupu-kupu

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

11

3. Baik/sesuai

Dari analisis diatas sistem engsel yang akan digunakan pada tempat penyimpanan kain dan alat setrika adalah sistem engsel sendok karena akan lebih mudah menutup dan tidak mudah terbuka sehingga lebih cocok untuk diaplikasikan pada komponen tempat penyimpanan kain dan alat setrika. Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa sistem sistem yang akan diaplikasikan pada produk “Desain Sarana Kerja Menjahit” meliputi beberapa jenis dan sifat konstruksi yang menyesuaikan komponen-komponen yang ada pada konfigurasi berikut kesimpulannya : a.

Meja Utama

Sifat Konstruksi

: Permanen / Fixed Construction

Sistem Konstruksi

: Konfensional

Sistem Sambungan

: Butt Joint

b.

Meja Mesin Jahit

Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Engsel

: Engsel Kupu-kupu

80 c.

Tempat Penyimpanan Benang

Sifat Konstruksi

: Permanen / Fixed Constuction

Sistem Gantung

: Sekrup gantung tanda tanya full dan pipa besi penopang

d.

Laci Tempat penyimpanan Peralatan Menjahit

Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Konstruksi

: Kontemporer

Sistem Sambungan

: Joint Connecting Bold

Sistem Rel Laci

: Rel Laci Doubletrack

e.

Meja Pola dan Setrika

Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Konstuksi

: Kontemporer

Sistem Engsel

: Engsel kupu-kupu

f.

Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika

Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Konstruksi

: Kontemporer

Sistem Sambungan

: Joint Connecting Bold

Sistem Engsel

: Engsel Sendok

4.1.7

Analisis Material Analisis material dilakukan guna menentukan material yang baik yang akan

digunakan pada produk. Produk akan dibuat dengan sistem konstruksi tanpa menggunakan rangka dan material yang akan digunakan adalah jenis material kayu olahan yang diharapkan dapat membuat produk lebih kuat, tahan lama dan tidak mudah lapuk. Pemilihan material juga harus di pertimbangkan seperti harga material yang murah, kuat, mudah di dapatkan dan ringan Berikut adalah analisis dari material utama yang memakai bahan alami buatan :

81 Tabel 4. 23 Analisis Material Utama Jenis Kayu Olahan

Item Penilaian Kekuatan

Harga

Berat

Total

2

Ketersediaan Bahan 3

Particle Board

1

3

9

Medium Density Fiberboard Blockboard

3

2

2

1

8

1

2

3

3

9

Plywood

3

1

3

3

10

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

3. Baik/sesuai

Dari beberapa analisis diatas material utama yang akan diaplikasikan pada produk adalah kayu olahan jenis plywood. Plywood ini dipilih karena memiliki kekuatan dan ketahanan yang cukup baik serta lebih tahan air dan lembab, dan memiliki kerapatan struktur yang baik, mudah dibentuk, dan penyebarannya yang sangat mudah ditemui di Kalimantan terutama daerah Samarinda. Dalam perancangan produk ini juga membutuhkan tambahan ornamen yang akan di aplikasikan pada produk agar dapat menciptakan kesan modern, mewah dan elegan yang terbuat dari bahan non alami. Pemilihan material sebagai tambahan ornamen ini juga berdasarkan kekuatan , harga yang relatif murah, mudah didapatkan, ringan, dan pengerjaannya yang mudah. Berikut analisisnya : Tabel 4. 24 Analisis Material Tambahan Jenis Kayu Olahan Alumunium

Item Penilaian Kekuatan

Harga

2

3

Ketersediaan Bahan 2

Stainless 3 2 2 Besi 1 2 2 Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

Kemudahan pengerjaan 2 3 2

2. Sedang

Berat

Total

3

12

3 2 3. Baik/sesuai

13 9

82 Dari beberapa analisis diatas material tambahan yang akan digunakan ada dua jenis yang yaitu material stainless yang digunakan sebagai ornamen pada meja yang menggantikan posisi kaki meja. Stainless ini dipilih karena memiliki kekuatan dan ketahanan yang cukup baik serta lebih tahan air dan tidak mudah berkarat, dan cocok sebagai ornamen dari produk yang akan dibuat agar dapat menimbulkan kesan mewah, elegan dan modern. Selain itu terpilih juga material alumunium yang akan digunakan sebagai tempat benang karena harganya yang terjangkau dan mudah dalam pengerjaan serta lebih ringan sehingga cocok untuk digunakan sebagai material untuk membuat tempat benang. Pemilihan material finishing juga dibutuhkan untuk memperindah hasil akhir dari produk yang akan didesain dengan kriteria yang modern, kuat, mudah didapatkan, pengerjaanya yang mudah serta harga yang murah sangat dibutuhkan pada analaisis material finishing, berikut analisisnya : Tabel 4. 25 Analisis Material Finishing Item Penilaian Material Finishing

Kekuatan

Harga

Kemudahan Pengerjaaan 3

Total

2

Ketersediaan Bahan 3

Lapisan HPL

3

Cat duco

2

1

3

1

7

Tacon

1

3

3

2

9

Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

2. Sedang

11

3. Baik/sesuai

Dari analisis sistem finishing diatas terpilih sistem lapisan HPL yang akan diaplikasikan untuk produk “ Desain Sarana Kerja Menjahit” karena lebih mudah diaplikasikan serta sesuai dengan konsep dan cukup kuat untuk melapis permukaan produk selain itu ketersedian bahan yang banyak dan harganya yang cukup terjangkau

83 sehingga lapisan HPL cocok untuk produk “ Desain Sarana Kerja Menjahit” hanya saja pada bagian sisi-sisi dan ujung HPL sedikit tajam yang menjadi kekurangan dari HPL sehingga dibutuhkan lapisan bevel berbahan dempul pada sisi-sisi yang tajam agar tidak melukai pengguna. 4.1.8

Analisis Warna Analisis warna sangat diperlukan guna mendapatkan warna yang sesuai

dengan konsep yang diambil. Adapun warna-warna yang memungkinkan diaplikasikan pada produk adalah warna-warna netral. Yang berhubungan dengan gaya desain “Bauhaus”. Telah dilakukan survey untuk menentukan warna yang akan diaplikasikan pada desain “Desain Sarana Kerja Menjahit” dan terdapat 3 warna yang paling banyak dipilih oleh pengguna berikut analisisnya : Tabel 4. 26 Analisis Warna Item Penilaian Warna

Psikologi

Menarik

Total

2 3

2 3

7 9

Putih 3 3 Keterangan : 1. Buruk/kurang sesuai

3

Hitam Cokelat

Kesesuaian konsep 3 3

2. Sedang

9 3. Baik/sesuai

Dari analisis warna diatas cokelat dan putih akan diaplikasikan pada pewarnaan produk “Desain Sarana Kerja Menjahit” Analisis warna ini dilakukan dalam dua jenis yakni pemilihan warna sebagai aksen dan warna yang akan mendominasi produk tersebut. Warna pendominasi yang akan digunakan yaitu warna putih karena warna putih dapat memberikan kesan bersih, ringan, dan terang serta di yakini dapat menimbulkan kesan kekuatan pada produk tersebut. Sedangkan untuk warna aksen menggunakan warna cokelat yang identik dengan stabilitas dan kehangatan serta dapat

84 menciptakan rasa nyaman dan aman bagi produk itu sendiri. Sehingga kedua warna ini dikombinasikan akan memberikan kesan yang bersih,terang, nyaman dan menimbulkan kesan hangat, aman dan stabil. 4.1.9

Analisis Produksi dan RAB Agar dapat terlaksananya Tugas Akhir maka di butuhkan bahan untuk

membuat prototype produk yang sudah ditentukan sesuai dengan produk yang akan dibuat sebagai berikut : 1.

Multipleks

2.

Stainless Steel kotak

3.

Alumunium batang dan alumunium flat lembaran

4.

HPL

5.

Engsel sendok dan kupu-kupu

6.

Paku Tembak dan sekrup

7.

Rel laci

8.

Handle

9.

Lem Rajawali / lem kuning RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA (RAB) DESAIN SARANA KERJA MENJAHIT

No

Kebutuhan

Harga satuan

Spesifikasi

Jumlah

1.

Multipleks

Rp. 285.000

15 mm

2 Lembar

2.

HPL

Rp. 155.000

HPL Doff putih 4 Lembar

Total Rp. 570.000 Rp. 620.000

dan coklat 3.

Lem kuning

Rp. 165.000

Rajawali (1kg)

1 Kaleng

Rp. 165.000

4.

Stainless kotak

Rp. 470.000

-

1 Kotak

Rp. 470.000

5.

Sekrup

Rp. 85.000

2 ½ inch

1 Kotak

Rp. 85.000

6.

Alumunium batang

Rp. 30.000

3 Meter

1 Batang

Rp. 30.000

7.

Alumunium flat

Rp. 30.000

100 x 100 cm

1 lembar

Rp. 30.000

85 8.

Cat Semprot

Rp. 20.000

Warna silver

1 Botol

Rp. 25.000

9.

Engsel sendok

Rp. 10.000

Bahan stainless

2 Buah

Rp. 20.000

10.

Engsel kupu-kupu

Rp. 5.000

7 x 5 cm

8 Buah

Rp. 40.000

11.

Rel laci

Rp. 45.000

45 cm

2 Pasang

Rp. 90.000

12.

Sekrup gantung

Rp. 2.000

Gantung full

2 buah

Rp. 4.000

13.

Handle

Rp. 17.000

Stainless

3 Buah

Rp. 51.000

14.

Isi paku tembak

Rp. 25.000

25 mm

1 kotak

Rp. 25.000

15.

Amplas

Rp. 5.000

800 Gsm

2 Lembar

Rp. 10.000

16.

Transportasi

Rp. 150.000

-

-

Rp. 150.000

17.

Upah tukang

Rp. 1.500.000

Borongan

-

Rp.1.500.000

Total

Overhead

Rp. 3.885.000

: 10% x Rincian Biaya 10% x Rp. 3.885.000,- = Rp.388.500 ,-

Profit

: 10% x ( Rincian Biaya + Overhead ) : 10% x ( Rp. 3.885.000.- + Rp. 388.500,-) = Rp.427.350,-

Harga jual

= Total biaya produksi + Overhead + Profit

Harga Jual

: Rp. 3.885.000.- + Rp. 388.500,- + Rp.427.350,= Rp. 4.700.850

Harga Jual ( Dibulatkan) : Rp. 4.700.000 4.1.10

Spesifikasi Desain Dari kesimpulan data yang sudah dianalisis pada sub-sub sebelumnya maka

terdapat beberapa hasil akhir yang akan diaplikasikan pada produk dari analisis pengguna sampai warna. Berikut beberapa hasil akhir dari analisis yang sudah ditentukan : a.

Pengguna 1.

Ibu Saipah

2.

47 th

86 3. b.

Penjahit Dimensi

1.

Panjang meja

: 1600 mm (maksimal)

2.

Lebar meja

: 600 mm (maksimal)

3.

Tinggi meja

: 700 mm (maksimal)

c.

Sistem 1.

2.

3.

Meja Utama Sifat Konstruksi

: Permanen / Fixed Construction

Sistem Konstruksi

: Konfensional

Sistem Sambungan

: Butt Joint

Meja Mesin Jahit Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Engsel

: Engsel Kupu-kupu

Tempat Penyimpanan Benang Sifat Konstruksi

: Permanen / Fixed Constuction

Sistem Gantung

: Sekrup Gantung Tanda Tanya Full dan tiang

penggantung 4.

Laci Tempat penyimpanan Peralatan Menjahit

Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Konstruksi

: Kontemporer

Sistem Sambungan

: Joint Connecting Bold

Sistem Rel Laci

: Rel Laci doubletrack

5.

Meja Pola dan Setrika

Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Konstuksi

: Kontemporer

Sistem Engsel

: Engsel Oval

6.

Tempat Penyimpanan Kain dan Alat Setrika

87 Sifat Konstruksi

: Semi Permanen

Sistem Konstruksi

: Kontemporer

Sistem Sambungan

: Joint Connecting Bold

Sistem Engsel

: Engsel Sendok

h.

Konfigurasi Konfigurasi yang akan diaplikasikan pada produk sesuai dengan analisis yang

sudah terdapat pada sub sebelumnya. Yang akan diaplikasikan adalah alternatif konfigurasi III. i.

Material Metrial utama

: Kayu olahan jenis plywood dengan ketebalan 1,5 cm

Material tambahan

: Stainless dan alumunium

Material Finishing

: HPL dan cat semprot

j.

Bentuk Gaya desain Bauhaus.

k.

Warna Putih dan cokelat.

l.

Komponen 1.

Meja utama.

2.

Meja mesin jahit.

3.

Tempat penyimpanan benang.

4.

Tempat penyimpanan karet, kancing, resleting, jarum dan gunting.

5.

Meja pola dan setrika.

6.

Tempat penyimpanan buku catatn, pensil, meteran, pola, kapur dan penggaris.

7.

Tempat penyimpanan kain dan alat setrika.

88 4.2

Pengembangan Desain

4.2.1

Desain Alternatif

a.

Alternatif 1

89

Gambar 4. 10 Alternatif 1

Alternatif satu ini tempat penyimpanan mesin jahit agak masuk kedalam dan ada sedikit potongan meja pada bagian depan sehingga laci laci penyimpanan terlihat lebih maju kedepan. Dari segi bahan alternatif satu memakai lebih bnyak stainless untuk menopang sebagai kaki karena bentuk kakinya juga menopang bagian alas atas meja. b.

Alternatif 2 Alternatif kedua ini kaki stainless sampai keatas meja yang menutupi

potongan meja sehingga tercipta kesan yang berbeda pada alternatif tersebut dan tempat pnyimpanan mesin jahit juga agak masuk kedalam

90

91

Gambar 4. 11 Alternatif 2

Dari analisis bahan yang digunakan tidak jauh berbeda dengan alternatif satu hanya saja bentuk dari kakinya yang agak lebih tinggi sejajar dengan meja yang terpotong sedangkan pada alternatif satu kaki stainlless nya berada dibawah lapisan atas meja.

92 c.

Alternatif 3

93

Gambar 4. 12 Alternatif 3

Alternatif ketiga tempat penyimpanan mesin jahit juga agak masuk kedalam tetapi meja tidak terpotong sehingga laci penyimpanan dengan meja rata sejajar. Bentuk kaki stainless pada alternatif ketiga lebih sedikit menggunakan bahan dibandingkan pada alternatif satu dan alternatif kedua karena bentuk kaki stainless pada alternatif ketiga ini tidak menopang alas meja atas tetapi karena stainless hanya menggantikan posisi kaki pada bagian kiri meja dan pada bagian laci terdapat lubang pengganti handle sehingga membedakan dari alternatif lainnya.

94 d.

Alternatif 4

95

Gambar 4. 13 Alternatif 4

Alternatif keempat ini tempat penyimpanan mesin jahit tidak berbeda jauh dengan alternatif sebelumnya pada penyimpanan mesin jahit juga agak masuk kedalam, pada alternatif keempat ini adalah perpaduan dari desain alternatif satu dan tiga dengan meja sedikit terpotong sehingga laci laci penyimpanan terlihat lebih panjang kedepan dan kaki stainless yang digunakan lebih sedikit dari allternatif desain satu dan dua karna kaki stainless hanya menggantikan posisi kaki pada bagian kiri meja sama seperti alternatif tiga.

96 e.

Alternatif 5

97

Gambar 4. 14 Alternatif 5

Alternatif kelima ini secara keseluruhan tidak ada yang dikurangi dari tempat penyimpanan mesin jahit ukurannya disamaratakan dengan laci penyimpanan dan kaki stainlless nya terpasang dibawah tenpat penyimpanan mesin jahit sehingga terlihat lebih pendek. Dari segi bahan alternatif kelima ini lebih bnyak menggunakan bahan untuk tempat penyimpanan mesin jahit sedangkan untuk kakinya sendiri lebih sedikit menggunakan bahan karna peletakan kaki stainless yang berada dibawah penyimpanan mesin jahit sehingga stainless yang diperlukan sedikit lebih pendek. Dari lima alternatif analisis gambar diatas terpilih alternatif empat untuk dikembangkan pada desain selanjutnya karena dalam segi bahan alternatif empat lebih murah biaya karena pemakaian stainlless pada kaki tidak banyak sehingga lebih murah pada biaya pengerjaannya.

98 4.2.2 a.

Pengembangan Desain Alternatif Terpilih Desain pengembangan 1

99

Gambar 4. 15 Pengembangan 1

Desain pengembangan satu ini memiliki bentuk handle pengganti yakni lubang pada pegangan pembuka laci-laci sehingga tidak perlu memakai aksesoris handle lagi hanya saja kekurangan dari desain pengembangan ini yaitu lubang sebagai pengganti handle dapat mempermudah debu masuk sehingga kurang efektif untuk desain tersebut. b.

Desain pengembangan 2 Desain pengembangan kedua ini memakai handle stainless pada bagian laci

dan lemari- lemarinya sehingga mempermudah pengerjaan dan mempercepat proses pembuatan produk dan dapat membuat kesan mewah serta menjadikan desain tersebut lebih cocok untuk gaya desain bauhaus karena terbuat dari stainless.

100

101

Gambar 4. 16 Pengembangan 2

102

c.

Desain pengembangan 3

103

Gambar 4. 17 Pengembangan 3

Desain

pengembangan

tiga ini

tidak jauh berbeda dengan desain

pengembangan 1 karena sama-sama tidak menggunakan handle hanya saja pada pengembangan ini bagian atas setiap laci diberi coakan yang dapat menggantikan handle sehingga mempermudah ketika ingin mengoprasikan produk, hanya saja proses pengerjaannya yang lama karena harus benar-benar terukur sehingga memperlambat proses pengerjaan. Dari analisis diatas terpilih desain pengembangan kedua karena proses pengerjaannya yang mudah dan dapat dikerjakan dengan cepat dibandingkan analisis pertama dan ketiga karena harus memperhitungkan dahulu potongan pola pada bagian depan yang dapat memperlambat proses pengerjaan.

104 4.3

Desain Final

4.3.1

Gambar Presentasi

Gambar 4. 18 Final Desain 1

105

Gambar 4. 19 Desain Final 2

106

Gambar 4. 20 Desain Final 3

107

Gambar 4. 21 Desain Final 4

108 4.3.2

Gambar Teknik

a.

Gambar Perspektif (Lampiran)

b.

Gambar Tampak (Lampiran)

c.

Gambar Potongan (Lampiran)

d.

Gambar Urai (Lampiran)

e.

Gambar Detail (Lampiran)

4.3.3

Foto Prototipe

Gambar 4. 22 Foto Prototipe 1

109

Gambar 4. 23 Foto Prototipe 2

110

Gambar 4. 24 Foto Prototipe 3

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1

Kesimpulan Simpulan dari hasil perancangan “ Desain Sarana Kerja Menjahit” ialah

sebagai berikut : a.

Menyediakan sarana kerja untuk Ibu Saipah dengan tempat penyimpanan peralatan menjahit dan meja lipat untuk membuat pola dan menyetrika yang sudah menjadi satu kesatuan dengan meja utama agar mempermudah penjahit dalam bekerja.

b.

Desain Sarana kerja menjahit ini didesain dengan sistem yang sederhana dan mudah dioprasionalkan serta dapat menampung berbagai aktvitas penjahit

c.

Desain Sarana kerja menjahit ini dapat difungsikan dalam ruang kecil.

5.2

Saran Saran yang dapat diberikan bagi para produsen dan desainer adalah

menganalisa kembali aktivitas dalam penggunaan produk, sehingga kebutuhankebutuhan akan elemen desain yang memudahkan aktivitas dapat dipenuhi dan dengan ditambahnya fungsi produk yang menjadi satu kesatuan yang tepat dan sesuai aktivitas, sehingga menambah daya tarik konsumen. Selain itu diharapkan adanya perancangan lanjutan mengenai material dan dimensi yang telah dibuat, dan penambahan fungsi yang dapat dimasukan kedalam produk, sehingga produk akan menjadi lebih baik.

112

DAFTAR RUJUKAN A.

Buku

Cahyadi, Dwi. (2014). Aplikasi Mannequin Pro untuk Desain Industri. Yogyakarta : Leutikaprio. Eddy S.Marizar. (2005). Designing Furniture (Teknik Merancang Mebel Kreatif Konsepsi, solusi, inovasi dan Implentasi). Yogyakarata : Media Pressindo. Hendri, Ma‟ruf. (2006). Pemasaran Ritel. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama Kasali, Rhenald. (1998). MEMBIDIK PASAR INDONESIA Segmentasi, Targeting, dan Positioning. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kristianto. M. Gani. (1993). Tehnik Mendesain Perabot yang Benar.Yogyakarta : Kanisius Pratiwi, Ariani dkk. (2011). 43 Inspirasi Dapur dan Pantri. Jakarta : Griya Kreasi. Royan, Frans. (2004. Tujuan Segmentasi. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Sukamto, Daryanti (2003). Membuat Busana Anak Memanfaatkan Waktu Luang. Jakarta : Kawan Pustaka Sunarya, Yan yan. (2000) Sejarah Seni Rupa dan Desain Modern, Bandung : Institut Teknologi Bandung.media untuk Pemasaran. Yogyakarta Suyanto, M. (2014). Analisis dan Desain Aplikasi Multimedia untuk Pemasaran. Yogyakarta : ANDI. Vinod G. (1995). Metode Perancangan 10 Januari, 2018. Widjajanto, Bije. (2003). Cara Aman Memulai Bisnis. Jakarta : Grasindo Wignjosebroto, Soetandyo. (2003). Ergonomi Dalam Teknik Industri. Surabaya : Bayuwangi. B.

Webtografi

Bisniskonfeksi. (2017). Jenis-jenis mesin jahit dan fungsinya. http://Bisniskonfeksi.com./jenis-jenis-mesin-jahit/. (22 November, 2017). Erniati, D.A. (2014). Mengenal Empat Jenis Kayu Olahan. http://www.derumi.net/2014/02/mengenal-jenis-kayu-olahan-bahanfurniture.html. 23 Oktober 2017. Heritage, Singer. (1875) Mesin Jahit Singer. http://www.singerhomeindonesia.com/index.php/22-blog-posts/63-mesin-jahitsinger. 20 Juli 2017. Salamadian, (2017). 13 Arti Warna dan Psikologi Warna. Januari 14, 2017. http://Salamadian.com/Artiwarna/-. Winsen. (2016). 21 Teknik Dasar Menjahit Bagi Pemula. https://ilmuseni.com/senirupa/kerajinan-tangan/teknik-dasar-menjahit. 22 November 2017. Www.Dekoruma.com/artikel/furniture101. Metal, Si Kuat dan Awet. (1 Agustus 2016).

LAMPIRAN

114 PROSES PEMBUATAN PRODUK

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133

134

135

136

137

138

139

140

141

142

143

144

145

146

147

148

149

150

151

More Documents from "Andri Desu"