Pengauditan I Rmk 4.docx

  • Uploaded by: shinta kusuma
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengauditan I Rmk 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,093
  • Pages: 8
A. Jenis-jenis Laporan Auditor 1. Laporan Bentuk Baku Laporan audit bentuk baku memuat suatu pernyataan auditor independen bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan suatu satuan usaha, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan bentuk baku inilah yang paling banyak dikeluarkan auditor. Laporan audit bentuk baku adalah laporan audit bentuk baku seperti yang terancam dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) yang dikelurkan IAI. Perubahan yang terpenting dari Laporan Audit bentuk baku yang baru dibanding laporan audit bentuk baku yang lama adalah: a. Penambahan paragraf pengantar yang membedakan secara jelas antara tanggung jawab manajemen terhadap laporan keuangan dengan tanggung jawab auditor dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan tersebut yang didasarkan atas auditnya. b. Suatu pengakuan eksplisit bahwa audit memberikan keyakinan memadai (reasonable assurance) dalam konteks materialitas c. Penambahan penjelasan ringkas mengenai audit d. Penyebutan konsistensi dalam laporan audit dilakukan hanya jika prinsip akuntansi yang berterima umum tidak secara konsistensi diterapkan. Penyebutan ini dilakukan dengan cara menambahkan paragraf penjelasan setelah paragraf pendapat. e. Pengubahan cara pelaporan suatu ketidakpastian yang material dengan menghapus kata-kata “tergantung dari” yang selama ini digunakan dalam pendapat wajar dengan pengecualian dengan menambahkan paragraph penjelas setelah paragraf pendapat Unsur pokok laporan audit bentuk baku (Darmawan: 2012): 1. Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor Independen”. Keharusan pencatuman judul ini tidak terdapat di dalam laporan audit bentuk baku yang lama. Pencatuman kata “independen” dimaksudkan untuk lebih menegaskan posisi auditor sebagai pihak yang independen. 2. Pihak kepada siapa laporan audit ditujukan. Laporan audit dapat dialamatkan kepada direksi perusahaan yang laporan keuangannya diaudit, dewan komisaris, parang pemegang saham, atau 1

kepada pemberi tugas audit lainnya. Laporan audit biasanya dialamatkan kepada para pemegang saham untuk mempertegas bahwa auditor independen terhadap manajemen perusahaan dan dewan komisaris. 3. Paragraf pengantar a. Suatu pernyataan mengenail laporan keuangan apa saja yang telah diaudit. Ada suatu perubahan dalam bentuk laporan yang baru. Laporan audit baku yang baru tidak memuat laporan perubahan posisi keuangan melainkan laporan arus kas. Hal ini dilakukan karena laporan arus kas tidak dapat direkayasa manajemen. Manajemen tidak dapat merekayasa laporan arus kas karena menggunakan dasar cash basis dan bukan accrual basis. Disamping tu, laporan arus kas mempunyai kulitas relevansi yang tinggi. Para investor lebih menginginkan peningkatan kas perusahan daripada peningkatan laba yang mungkin hanya merupakan hasil rekayasa akuntansi. b. Suatu pernyataan auditor bahwa manjemen perusahaan bertanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan, sedangkan auditor bertanggung jawab atas pendapat kewajaran yang dinyatakannya atas laporan keuangan tersebut bedasarkan ats auditnya. 4. Paragraf lingkup audit, menyangkut pernyataan auditor melaksanakan audit sesuai standar auditing yang telah ditetapkan dan pernyataan rencana auditor untuk melakukan audit agar tidak terjadi salah saji material. Pernyataan yang telah auditor laksanakan mengenai pemeriksaan bukti-bukti mendukung diungkapkan berdasar

pengujian,

penilaian

prinsip

akuntansi

yang

digunakan

manajemen, penilaian penyajian laporan keuangan keseluruhan. Pernyataan yakin dari auditor bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. 5. Paragraf pendapat, pernyataan mengenai laporan keuangan yang disebut dalam paragraph lingkup audit disajikan secara wajar, dalam semu hal yang material, posisi keuangan perusahaan pada tanggal neraca, dan hasil usaha,serta arus kas untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum 6. Nama KAP, tanda tangan Akuntan Publik, nama Akuntan Publik, nomor registrasi Akuntan Publik , tanggal pelaporan 2

Pada unsur-unsur poko laporan auditor, Nomor registrasi KAP dan alamat KAP dicantumkan jika tidak dicantumkan di kop surat KAP 7. Tanggal Tanggal tersebut bukanlah tanggal laporan auditor independen itu dibuat. Tanggal yang dicantumkan adalah tanggal diselesaikan pekerjaan lapangan. Laporan audit baku diberikan dalam kondisi: 1. Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan. 2. Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan dengan bukti yang cukup. 3. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum, termasuk pengungkapan yang memadai 4. Tidak ada kondisi lain yang mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraph penejelas 2. Laporan Audit Standar Laporan standar merupakan laporan yang paling umum dterbitkan dan berisi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menetapkan semua asersi manajemen atas pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan ini dapat diterapkan apabila auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menerbitkan laporan audit ini, meliputi (Darmawan: 2012): a. Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan independen. b. Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. c. Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak terdapat ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan pada periode berikutnya. 3. Laporan Audit Keuangan Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang sering dilakukan oleh auditor independen karena dapat meningkatkan kepercayaan bagi pemakai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Auditor melakukan audit ini atas permintaan akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan, hal ini tentu saja akan menciptakan pasar bagi auditor independen (Darmawan: 2012).

3

Para pemakai laporan keuangan meminta para auditor melakukan audit atas laporan mereka atas dasar : a. Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara manajemen sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan keuangan. b. Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam laporan tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan terbukti kewajarannya. c. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah relevan atau belum. d. Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan dengan menekan risiko informasi. Keterbatasan audit laporan keuangan, meliputi : a. Pembatasan biaya dan penarikan sampel akan membuat terbatasnya pengujian serta ketidakakuratannya data pendukung yang menjadi sampel. b. Keterbatasan waktu yang tidak memadai untuk auditor melakukan audit akan memberikan keraguan bagi pemakai laporan keuangan terhadap keakuratan data yang diaudit. Apabila auditor juga terlalu lama melakukan audit, maka akan mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan transaksi setelah tanggal neraca dan akan berdampak pada laporan keuangan. Dapat terujinya data laporan keuangan dapat dilihat dari apakah bukti-bukti yang ada untuk menilai kewajaran laporan keuangan sudah sesuai dengan kenyataannya. Tahapan audit laporan keuangan (Darmawan: 2012): a. Auditor melakukan pertimbangan penerimaan tugas apabila auditor belum mengenal klien. b. Auditor

membuat

perencanaan

audit

untuk

melakukan

audit

dan

mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan audit. c. Auditor mengadakan tes uji audit untuk mengumpulkan bukti mengenai efektivitas pengendalian intern dan memberikan dasar bagi pemberian pernyataan mengenai kewajaran laporan keuangan klien. d. Auditor melaksanakan audit sesuai standar umum dan standar pekerjaan lapangan. 4

e. Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan temuan yang dia temukan.

B. Persyaratan Masing-masing Auditor Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan audit bertujuan untuk menilai layak dipercaya atau tidaknya laporan pertanggungjawaban manajemen. Penilaian yang baik adalah yang dilakukan secara obyektif oleh orang yang ahli (kompeten) dan cermat (due care) dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin obyektivitas penilaian, pelaku audit (auditor) baik secara pribadi maupun institusi harus independen terhadap pihak yang diaudit (auditi), dan untuk menjamin kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidangyang diauditnya. Sedangkan kecermatan dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik, pelaksanaan kegiatan sesuai standar dan kode etik, supervisi yang diselenggarakan secara aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan, dan sebagainya. a. Kompetensi Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya. 1. Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya 2. Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. 3. Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan keuangan dan standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula dengan auditor yang melakukan audit operasional dan ketaatan, dia harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya, baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan tenaga ahli yang sesuai. b. Independensi Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan hasil auditnya dapat 5

diselenggarakan

secara

obyektif.

Independensi

yang dimaksud

meliputi

independensi dalam kenyataan (infact) dan dalam penampilan (in appearance). Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental yang tidak terpengaruh oleh pihak manapun. Sedangkan independensi dalam penampilan ditunjukkan oleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi pendapat orang lain terhadap independensi auditor.

c. Kecermatan dalam Melaksanakan Tugas Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya dengan cermat (due professional care), direncanakan dengan baik, menggunakan pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan bukti yang cukup dan ditelaah secara mendalam. Di samping itu, institusi audit harus melakukan pengendalian mutu yang memadai; organisasinya ditata dengan baik, terhadap SDM yang digunakan dilakukan pembinaan, diikut sertakan dalam pendididkan dan pelatihan yang berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya disupervisi dengan baik, dan hasil pekerjaannya direview secara memadai. Kecermatan merupakan hal yang mutlak harus diterapkan auditor dalam pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan akan berpengaruh pada sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audityang dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan bahwa suatu saat dia harus mempertanggung jawabkan hasil auditnya,termasuk apabila dia tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil meng-ungkapkannya. C. Kriteria Wajar dalam Laporan Auditor Kriteria wajar dalam laporan auditor terdiri dari wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan, wajar dengan pengecualian, tidak wajar, dan tidak memberikan pendapat. 1. Wajar Tanpa Pengecualian Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Dalam SA 411 par 04 dikatakan bahwa laporan keuangan yang wajar dihasilkan setelah melalui pertimbangan apakah: 6

a. Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan telah berlaku umum b. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan c. Laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsiran d. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan dengan semestinya, yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas. e. Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang dapat diterima, yaitu batas-batas yang layak dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan. 2. Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangansesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, tetapi terdapat keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Kondisi atau keadaan yang memerlukan bahasa penjelasan tamabahan antara lain dapat diuraikan sebagai berikut: a. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain. Auditro harus menjelaskan hal ini dalam paragraph pengantar untuk menegaskan pemisahan tanggung jawab dalam pelaksanaan audit. b. Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh IAI. Penyimpangan tersebut adalah penyimpangan yang terpaksa dilakukan agar tidak menyesatkan pemakai laporan keuangan auditan. Auditor harus menjelaskan penyimpanagn yang dilakukan berikut taksiran pengaruh maupun alasannya penyimpangan dilakukan dalam satu paragraph khusus. c. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang mmaterial d. Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya e. Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip dan metode akuntansi 3. Wajar dengan Pengecualian Sesuai dengan SA 508 par 20 dikatakan bahwa jenis pendapatan ini diberikan apabila:

7

a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum yang ebrdampak material tetapi tidak emmpengaruhi laporan keuangan secara kesluruhan. Penyimpangan tersebut dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai, maupun perubahan dalam prinsip akuntansi. 4. Tidak Wajar Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tersebut diberikan terhadap laporan keuanagn. Misalnya, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum seperti perusahaan menggunakan penilaian aktiva berdasar nilai appraisal dan mendepresiasi atas dasar nilai tersebut. 5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat ini layak diberikan apabila: a. ada pembatasan lingkup audit yang sangat material bak oleh klien maupun karena kondisi tertentu b. Auditor tidak independen terhadap klien Pernyataan ini tidak dapat diberikan apabila auditor yakin bahwa terdapat penyimpanagn yang material dari prinsip akuntansi yang berterima umum. Auditor tidak diperkenankan mencantumkan paragraph lingkup audit apabila ia menyatakan untuk tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan alasan mengapa auditnya tidak berdasarkan standar auditing yang ditetapkan IAI dalam satu paragraph khusus sebelum paragraf pendapat.

8

Related Documents

Pengauditan I Rmk 4.docx
October 2019 16
14 Rmk Pengauditan Ii.docx
October 2019 39
Pengauditan I Sap 12.docx
November 2019 16
Rmk
June 2020 28
Rmk
October 2019 46
Pengauditan I Sap 4-1.docx
October 2019 24

More Documents from "vidya maharani"

Tugas 1 Kl.4.docx
December 2019 15
Rmk 5.docx
October 2019 18
Organisasi Nirlaba 1.docx
December 2019 25
Rmk Audit Presen.docx
December 2019 25
Kata Pengantar.docx
December 2019 10