Pola Pengasuhan Anak Sesuai Kebudayaan Karo
Dosen pengampu : Winda Widya Sari, S.Pd., MPd
OLEH: KELOMPOK Budaya Karo
ANGGOTA : SIKA AGNES GLORIA TARIGAN
1182113014
ANGGUN REVINA TARIGAN KELAS
: REGULER C
ILMU PENDIDIKAN ANAK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat berupa kemudahan dan kelancaran, serta petunjuk-Nya yang di berikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok . Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua kami yang selalu ikut peran yakni yang selalu memberikan dukungan materi maupun moril dalam membantu kami untuk kelancaran dan kemudahan dalam menuntut ilmu . Tujuan kami menyelesaikan Tugas ini ialah sebagai ketaatan dan kepatuhan Mahasiswa untuk melaksakan perintah dari dosen, serta ingin menyampaikan seberapa dalam ilmu Psikologi pendidikan
yang sudah kami
pahami. kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya tugas ini. Kami berharap semoga hasil tugas ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya agar kiranya hasilnya dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... ......... DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN………………………………………………………………… ……
BAB
II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………… ..
BAB
III
PENUTUP………………………………………………………………………….
DAFTAR
PUSTAKA
..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan tidak berdaya. Menurut teori John Locke di abad 17 yang dikenal dengan istilah tabula rasa, menjelaskan bahwa setiap manusia yang terlahir didunia bagaikan kertas putih yang masih kosong. Dan kertas kosong tersebut diisi oleh pengalaman. Kertas kosong tersebut dapat diartikan sebagai perilaku seorang anak. Perilaku seorang anak di pengaruhi oleh beberapa faktor. Dan faktor yang paling mempengaruhi adalah keluarga, terutama pola asuh orang tua. Karena seorang anak memperoleh pengalaman dan pendidikan pertama kali dalam lingkup keluarga. Dan orang tua memiliki kendali terbesar dalam mengisi dan menulis kertas putih tersebut. Artinya peran orang tua sangat berpengaruh pada pembentukan perilaku seorang anak. Pada akhir-akhir ini juga, kita sering menyaksikan tindakan kriminal atau perilaku-perilaku menyimpang baik itu di siaran televisi, koran, radio, media massa dan lain sebagainya. Sebagian besar pelakunya adalah dari kalangan remaja. Seperti kasus tawuran antar pelajar, miras, obat-obatan terlarang, bahkan pembunuhan bermotif dendam atau kecemburuan. Dalam hal ini orang tualah yang berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dan yang lebih penting lagi adalah cara bagaimana orang tua mendidik anaknya. Apakah pola yang mereka gunakan itu tepat? Masalah ini harus sangat diperhatikan oleh orang tua, karena penerapan pola asuh terhadap anak sangat berpengaruh pada perkembangan pribadi anak.
B. Rumusan Masalah a. Bagaimana kajian teori pengasuhan b. Apa pengertian pengasuhan anak dalam keluarga? c. Apa saja jenis-jenis pola dan gaya pengasuhan anak d. Apa saja faktor yang mempengaruhi pola asuh anak? e. Bagaimana pola pengasuhan anak dalam adat kebudayaan Karo?
C. TUJUAN menjelaskan rumusan masalah dan menambah ilmu pembaca.
BAB II PEMBAHASAN
A. KAJIAN TEORI PENGASUHAN Teori pengasuhan Bern (1997) menyatakan bahwa pengasuhan merupakan proses yang berlangsung terus menerus yang melibatkan interaksi antara orangtua dengan anak. Sementara jarome kagan (1975) menyatakan pengasuhan sebagai suatu alat untuk melaksanakan suatu rangkaian pengambilan keputusan untuk mensosialisasikan nilai kepada anak. Sedangkan teori-teori yang digunakan dalam pengasuhan pada anak mencakup pada beberapa teori dasar dalam perkembangan manusia, teoriteori tersebut adalah: a.
Teori psikoanalisis.
b.
Cognitive developmental theory.
c.
Behaviorism
d.
Social learning theory
e.
Genetic, heredity, personality theory
f.
Humanistic theory
g.
Ethological theory
h.
Theory sistem, etological theory
i.
Theory perkembangan moral
Konsep pengasuhan Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan social. · Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya.
· Pengasuhan emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari temantemannya, takut, atau mengalami trauma. · Pengasuhan emosi ini mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pengasuhan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan yang stabildan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya. · Sementara itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya.
B. PENGERTIAN POLA PENGASUHAN ANAK Secara etimologi, pola berarti bentuk, tata cara, sedangkan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik. Jika ditinjau dari terminology, pola asuh anak adalah suatu pola atau system yang diterapkan dalam menjaga, merawat, dan mendidik seorang anak yang bersifat relative konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negative atau positif. Seperti contohnya kebiasaan-kebiasaan yang diajarkan orang tua kepada anaknya. Menurut Kohn, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturanaturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. M. Shochib (1998: 14) mengatakan bahwa pola pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya, yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Orang tua dengan anaknya sebagai pribadi dan sebagai pendidik, dapat menyingkap pola asuh orang tua dalam mengembangkan disiplin diri anak yang tersirat dalam situasi dan kondisi yang bersangkutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah sebuah cara orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang tujuannya memberikan penjagaan, perawatan, pendidikan, dan pembimbingan yang diberikan dalam intensitas waktu yang cukup konstan dengan maksud mengarahkan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan orang tua. C.SYARAT POLA ASUH KELUARGA YANG EFEKTIF
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Pola asuh keluarga yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta dan kasih sayang. Berikut hal-hal yang dilakukan orang tua demi menuju pola asuh efektif : Pola Asuh harus dinamis Pola asuh harus sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagai contoh, penerapan pola asuh untuk anak balita tentu berbeda dari pola asuh untuk anak usia sekolah. Pasalnya,kemampuan berfikir balita masih sederhana. Jadi pola asuh harus disertai komunikasi yag tidak berteletele dan bahasa yang mudah dimengerti. Pola asuh harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak Ini perlu dilakukan karena kebutuhan dan kemampuan anak yang berbeda. Shanti memperkirakan saat usia satu tahun, potensi anak sudah mulai dapat terlihat seumpama jika mendengar alunan musik, dia lebih tertarik ketimbang anak seusianya, kalau orang tua sudah memiliki gambaran potensi anak, maka ia perlu diarahkan dan difasilitasi. Ayah ibu mesti kompak Ayah dan ibu sebaiknya menerapkan pola asuh yang sama. Dalam hal ini, kedua orang tua sebaiknya “berkompromi” dalam menetapkan nilai-nilai yang boleh dan tidak. Pola asuh mesti disertai perilaku positif dari orang tua Penerapan pola asuh juga membutuhkan sikap-sikap positif dari orang tua sehingga bisa dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Tanamkan nilai-nilai kebaikan dengan disertai penjelasan yang mudah dipahami. Komunikasi efektif Syarat untuk berkomunkasi efektif sederhana yaitu luangkan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan jangan meremehkan pendapat anak. Dalam setiap diskusi, orang tua dapat memberikan saran, masukan atau meluruskan pendapat anak yang keliru sehingga anak lebih terarah. Disiplin Penerapan disiplin juga menjadi bagian pola asuh, mulailah dari hal-hal kecil dan sederhana. Misal, membereskan kamar sebelum berangkat sekolah anak juga perlu diajarkan membuat jadwal harian sehingga bisa lebih teratur dan efektif mengelola kegiatannya. Namun penerapan disiplin mesti fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan / kondisi anak. Orang tua konsisten Orang tua juga bisa menerapkan konsistensi sikap, misalnya anak tidak boleh minum air dingin kalau sedang terserang batuk, tapi kalau anak dalam keadaan sehat ya boleh-boleh saja. Dari situ ia belajar untuk konsisten terhadap sesuatu, sebaliknya orang tua juga harus konsisten, jangan sampai lain kata dengan perbuatan (Theresia S. Indira, 2008).
D.FAKTOR DAN YANG MEMPENGARUHI POLA ASUH ANAK 1 Budaya Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka. 2 Pendidikan Orang Tua Orang tua yang memiliki pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak, maka akan mengerti kebutuhan anak. 3 Status Sosial Ekonomi Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permisif dalam mengasuh anak.
E. Pola Pengasuhan Anak Dalam Adat Kebudayaan Karo 1. sebelum anak lahir, diadakan acara 7 bulanan dalam adat Karo disebut namanya “Mbaba Manuk Mbur”. Tujuan acara ini adalah untuk memberikan semangat kepada sang ibu pada saat proses persalinansehingga anak akan lahir dalam keadaan sehat/selamat begitu juga ibunya berada dalam kondisi yang baik. 2. setelah anak lahir diadakan acara rembah ku lau (memandikan bayi) Jika anak perempuan, akan digendong oleh bibik(adik/kakak ayah), jika anak lakilaki akan digendong oleh mami (istri adik laki-laki ibu). Tujuan acara ini yaitu dalam bahasa karo “gelah meteguh pertendinna” (agar roh nya menyatu dengan bibi/mami tersebut. 3. pola pengasuhan membendung si meninaobokkan si anak.
anak,
menyusui,
menyapih
dan
4. orangtua mendidik anak dengan pola demokratis dimana orangtua lebih memprioritastas kepentingan sianak, orangtua tidak memaksakan kehendak kepada anak. 5. memperkenalkan bahasa Karo yang baik dan benar
6. pola pengasuhan anak dalam Karo sang ibulah yang mempunyai peran ganda mengasuh, mendidik, dan bekerja ke lading, sedangkan ayah hanya bekerja ke lading saja. 7. ketika anak beranjak remaja, anak diajarkan bahwa di rimah jika ayah di rumah, harus memakai “abit” (sarung) untuk menjaga kesopanan dan hormat kepada ayah. 8. anak dibawa ke pesta acara adat agar anak mengenal adat dan mengenal keluarga yang jauh maupun yang dekat, dari ayah atau ibu. 9. dalam acara kerja tahun(pesta tahunan) anak diwajibkan ikut untuk “mantek” untuk melestarikan kebudayaan karo. 10. anak diajarkan merga silima, tutur siwaluh,rakut sitelu, ras perkade-kaden sepuluhdua ( mengenal keluarga). 11. jika anak sudah dewasa, dan siap untuk menikah, jika dia laki-laki, dia harus merembukkannya dengan bibi dan bengkilanya( adik dari ayah dan suami adik dari ayah), jika perempuan, merembukkan dengan kedua orangtuanya. 12. dalam acara pernikahan anak, orangtua wajib untuk memberikan nasihat kepada anaknya.
BAB III Penutup
A.Kesimpulan Dengan apa yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh anak dalam keluarga adalah usaha orang tua dalam membina anak dan membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa . Selanjutnya, gaya pola asuh memiliki 2 elemen penting, yaitu : parental responsiveness (respons orang tua) dan parental demandingness (tuntutan orang tua). Adapun macam-macam pola asuh anak dalam keluarga yaitu: pola demokrasi, pola otoriter, dan pola permisif. Untuk menerapkan macam-macam dari pola asuh tersebut ada beberapa fungsi keluarga diantaranya: fungsi biologis, fungsi pendidikan, fungsi religius, fungsi perlindungan, fungsi sosialisasi, fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi rekreatif dan fungsi status keluarga. Selain itu, cara mengasuh anak dalam keluarga hendaknya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. B.Saran Kami menyarankan kepada para orang tua agar lebih memperhatikan terkait dengan masalah pola asuh anak dalam keluarga hal ini mungkin merupakan PR yang besar bagi semua orang tua karena pada saat ini banyak terjadinya konflikkonflik serta kurangnya rasa simpati dan empati dari anak dalam pergaulan tersebut disebabkan oleh pola asuh anak dalam keluarganya.
Daftar pustaka http://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com/2013/04/pola-asuh-anak-dalam-keluargamakalah.html http://nanisarahhapsari30.blogspot.com/2017/06/contoh-makalah.html?m=1