Penebaran Benih Ikan di Perairan Umum Dukung Perikanan Budidaya Berkelanjutan December 7, 2015
Share on Facebook
Tweet on Twitter
Benih ikan, DJPB - KKP KKPNews. Perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan adalah satu tujuan pembangunan perikanan budidaya. Untuk mendukung keberlanjutan, perikanan budidaya, salah satunya adalah dengan mendorong keberlanjutan sumberdaya alam perikanan, yang saat ini telah mengalami penurunan di beberapa lokasi. Untuk itu, KKP melakukan penebaran benih ikan di beberapa perairan umum, salah satunya di Danau Toba, Sumatera Selatan.
“Dulu, banyak ikan-ikan lokal seperti ikan Tawes, Nilem, Papuyu, dan Ikan Batak yang hidup dan berkembang biak di perairan umum. Tetapi seiring dengan waktu dan cara penangkapan yang terkadang belum sesuai kaidah, populasi ikan-ikan lokal tersebut menjadi menurun. Dengan telah dikuasainya teknologi pembenihan ikan-ikan lokal tersebut, makan produksi benih yang dihasilkan dapat di restocking atau ditebar kembali ke alam untuk memperkaya dan meningkatkan sumber daya perikanan di perairan umum. Sehingga, perairan umum baik itu sungai, danau maupun waduk dapat kembali menjadi tumpuan masyarakat sekitarnya untuk meningkatkan pendapatan dan juga gizi masyarakat”, demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pada saat mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan, melakukan penebaran benih ikan di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. Slamet menambahkan bahwa kebutuhan benih ikan saat ini tidak hanya untuk di budidayakan, tetapi juga untuk memperkaya stok ikan di alam. ”Target produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 yang mencapai 17,9 juta ton, diperkirakan membutuhkan kurang lebih 90 milyar ekor benih yang berasal dari 15,8 juta induk. Ini termasuk benih untuk memperkaya atau menambah stok ikan di alam, khususnya untuk jenis-jenis ikan lokal yang telah berhasil dikuasai teknologinya”, tambah Slamet. Penebaran yang dilakukan di Danau Toba adalah sebanyak 22 ribu ekor yang terdiri dari ikan Tawes, Nila dan Mas. “Jenis-jenis ikan yang ditebar ini adalah ikan perairan umum. Melalui restocking ini, kita harapkan terjadi keseimbangan alam dan lingkungan semakin terjaga. Sehingga diperlukan juga keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga lingkungan khususnya lingkungan perairan Danau Toba”, terang Slamet. “Kami juga menghimbau kepada masyarakat sekitar Danau Toba, untuk terus mengawal usaha ini dan menjadi peraturan yang bisa diterapkan. Seperti penertiban Karamba Jaring Apung (KJA) atau zonasi dan apabila diperlukan melakukan moratorium pemasangan KJA di Danau Toba, sehingga lingkungannya dapat kembali terjaga dan berkelanjutan”, jelas Slamet Danau Toba Geopark Dunia Penjabat Bupati Toba Samosir, Hasiholan Silaen, mengatakan bahwa untuk menjaga populasi ikan yang ada di perairan Danau Toba, masyarakat harus menghindari penangkapan ikan ukuran kecil ataupun yang sedang bertelur. “Kalau kita secara konsisten melakukan hal tersebut, maka ikan yang di tebar akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar”, papar nya. “Dalam upaya memasukkan Danau Toba ke dalam salah satu Geopark Dunia, kita harus menata ulang peruntukan Danau Toba ini, sehingga lebih teratur dan rapi. Karena banyak hal yang terkait di Danau Toba ini, seperti pariwisata, transportasi, dan juga perikanan. Ini
harus terpadu dan saling mendukung, sehingga sama-sama berkembang dan memberikan manfaat”, ungkapnya. Slamet menambahkan bahwa pengelolaan perairan umum akan didasarkan kepada Culture Base Fisheries (CBF). “Kita akan bentuk kelompok-kelompok CBF untuk mengelola perikanan di perairan umum. Sebelumnya dapat diawali dengan pelatihan-pelatihan, sebagai cara pengenalan terhadap CBF. Kita harapkan melalui CBF ini, pengelolaan perikanan di perairan umum dapat mendukung perikanan budidaya yang berkelanjutan”, pungkas Slamet. FUNGSI PENEBARAN IKAN PERAIRAN UMUM DI KABUPATEN PATI
August 03, 2016 Posted by Media Penyuluhan Perikanan Pati No comments
Perkembangan Indonesia
Penduduk
khususnya
dunia
kian
hari
umumnya semakin
dan
di
bertambah,
demikian juga jumlah kebutuhan akan hasil pangan seperti pada komoditas perikanan juga semakin bertambah namun jumlah lahan tetap saja. Sekalipun demikian kemajuan dukungan teknologi dalam pengelolaan perikanan tetap semakin bahkan
maju
dan
berkembang
begitu
pesat
dapat dilakukan melalui teknologi yang kian
semakin berkembang kemajuannya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Luas perairan umum di Indonesia sampai saat ini cukup besar dan diperkirakan lebih dari 55 juta ha, yang terdiri dari perairan sungai beserta lebaknya seluas 11,95 juta ha; danau alam, dan buatan seluas 2,1 juta ha, dan perairan rawa seluas 39,4 juta ha. Dari total luas perairan umum yang ada, 60 % berada di Kalimantan, 30 %-nya berada di Sumatera dan sisanya di Sulawesi, Jawa, Bali, NTB dan Irian Jaya. Peranan
perairan
umum
dalam
kehidupan
manusia
sangatlah penting yaitu sebagai sumber air tawar, sumber
keanekaragaman hayati, sumber ketahanan pangan dan sumber perekonomian sehingga bisa dikatakan perairan umum bersifat multifungsi, multiguna dan multipemanfaat berbagai
sektor
pembangunan.
Manusia
sebagai
pemanfaat telah menggunakan perairan umum untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk pembangkit tenaga listrik,
irigasi
pertanian,
perikanan,
pariwisata
serta
pasokan air untuk rumah tangga dan industri bahkan masih digunakan sebagai penampung buangan limbah. Diwilayah Kabupaten pati restocking banyak dilakukan di embung, waduk, dan danau buatan, antara lain Gunung Rowo, waduk Seloromo, Danau Jimbaran , dan banyak sekali embung di kabupaten Pati. Semua itu dilakukan secara rutin setiap tahun dengan berbagai jenis ikan misal ; niia, ikan mas, patin dan sebagian ikan bawal Semua aktivitas manusia itu tentu dapat memberikan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem perairan seperti
kerusakan
punahnya sumber
dan
hilangnya
keanekaragaman daya
ikan.
habitat
hayati
Beberapa
ikan,
perairan
faktor
atau
termasuk
yang
dapat
menyebabkan turunnya populasi ikan antara lain akibat perubahan habitat, eksploitasi berlebih, akibat introduksi ikan asing
dan akibat pemanasan global, serta akibat
persaingan penggunaan air dan pencemaran. Ikan sangat penting sebagai penyedia protein hewani gizi masyarakat
bagi pemenuhan
terutama bagi anak-anak dalam masa
pertumbuhan. Pasokan ikan selama ini terutama di luar Pulau Jawa masih mengandalkan hasil tangkapan, karena itu perlu dipertahankan ketersediaan stok ikan di perairan umum. Salah satu upaya untuk mempertahankan stok ikan di perairan umum adalah dengan melakukan restocking atau kegiatan penebaran kembali ikan di habitatnya. Sedangkan jenis ikan yang ada sekitar 600 spesies, termasuk
diantaranya
jenis
ekonomis
penting,
ikan
budidaya atau jenis ikan yang dapat dibudidayakan. Perairan umum mempunyai posisi yang strategis dan berfungsi multi guna, selain dimanfaatkan sektor perikanan, juga dimanfaatkan oleh sektor perindustrian, pariwisata, perhubungan, pemukiman dan sebagainya. Perairan umum terdiri dari danau, waduk, rawa, lebak, sungai serta genangan lainnya, merupakan salah satu sumberdaya perairan yang potensial untuk lebih dikembangkan dalam
memenuhi kebutuhan pangan bagi manusia, khususnya kebutuhan protein hewani dari ikan. Pemanfaatan perairan umum tersebut umumnya dilakukan melalui kegiatan penangkapan
ikan,
namun
dengan
semakin
berkembangnya teknologi dan keterampilan masyarakat, maka perairan umum telah dimanfaatkan untuk kegiatan usaha
budidaya
perikanan
secara
intensif.
Produksi
perikanan perairan umum sebagian besar didominasi oleh produksi penangkapan, kini terjadi pergeseran ke arah sektor budidaya. Pergeseran ini terlihat dari penurunan perikanan hasil penangkapan serta meningkatnya produksi dari usaha budidaya di perairan umum. Pengelolaan perairan umum sebagai salah satu upaya kegiatan perikanan dalam memanfaatkan sumberdaya secara berkesinambungan perlu dilakukan secara bijaksana. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan umum melalui kegiatan penangkapan dan budidaya mempunyai kecenderungan semakin tidak terkendali, dimana jumlah tangkap tidak lagi seimbang dengan daya pulihnya. Agar terjadi
keseimbangan
maka
diperlukan
pengelolaan
sumberdaya yang lebih hati-hati. Di perairan umum agar tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan, serta terjaminnya kelangsungan usaha pemanfaatan sumberdya ikan dengan tetap mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan di perairan umum. Melakukan kegiatan restocking adalah langkah terbaik untuk meningkatkan jumlah populasi ikan akibat produksi penangkapan
yang
dilakukan
secara
terus
menerus
khususnya diperairan umum. Apakah restocking ikan itu? Sejalan
dengan
misi
Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan, restocking ikan diyakini mendukung upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Kegiatan restocking ini sering dilakukan di danau dan sungai. Saat ini sudah sering dilakukan kegiatan restocking ikan oleh kelompok-kelompok yang peduli lingkungan, akademisi, pemerintahan bahkan personal dalam rangka memperingati kegiatan tertentu. Sesuai dengan definisinya, restocking adalah menebarkan kembali jenis-jenis ikan yang menurut sejarahnya mendiami perairan itu yang karena suatu sebab terjadi penurunan populasi atau tidak ditemukan lagi. Namun seringkali jenis ikan yang ditebar
bukanlah ikan asli setempat tetapi jenis ikan introduksi yang belum tentu cocok dengan lingkungan perairan itu bahkan dapat membahayakan populasi ikan asli. Sebelum
melakukan
kegiatan
restocking,
harus
mengetahui terlebih dahulu kondisi stok ikan di perairan yang dipilih dan jenis ikan yang akan ditebar. Untuk penebaran ikan asli
tentu memerlukan persediaan benih
dalam jumlah yang memadai dengan cara melakukan perbenihan di panti benih yang didahului dengan proses domestikasi mulai dari pemeliharaan induk dari perairan umum dan dikuasai teknologi budidayanya kemudian dilakukan perbenihan selanjutnya benih yang dihasilkan di tebar
ke
perairan
asalnya.
Sedangkan
introduksi
didefinisikan sebagai kegiatan menebar ikan dengan cara mendatangkan spesies baru dari luar ke habitat barunya (bukan ikan asli). Kegiatan restocking sendiri bertujuan untuk: (1) meningkatkan keanekaragaman jenis ikan, (2) peningkatan
stok
ikan
yang
dapat
ditangkap
oleh
masyarakat yang tinggal di sekitarnya, (3) pelestarian sumber daya benih ikan dan (4) pemanfaatan sisa-sisa kotoran
organik
yang
dihasilkan
dari
kegiatan
pembudidayaan ikan. Ciri dari perairan yang harus dilakukan penebaran kembali adalah perairan yang telah mengalami penurunan stok alami (depleting natural population), yang ditandai makin sedikit hasil tangkapan oleh nelayan. Tentunya upaya ini sebelum dilakukan harus disertai dengan berbagai kajian dan
pertimbangan
ilmiah,
karena
dalam
upaya
mengembalikan fungsi dan peran perairan umum sebagai ekosistem akuatik yang seimbang jangan sampai kegiatan ini justru dapat mengakibatkan hilangnya spesies endemik yang mempunyai nilai ekonomis penting. Untuk keperluan restocking sebaiknya menebarkan benih yang sudah cukup besar sehingga benih tersebut mampu mencari pakan alami dan menghindar dari predator. Menebarkan
ikan yang sudah dewasa atau indukan
sebenarnya lebih baik, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Restocking dengan ikan asli perairan setempat Perairan umum di Sumatera Selatan mempunyai kekayaan ragam jenis dan ada beberapa jenis yang dikenal bernilai ekonomi
misalnya
Patin,
Baung,
Jelawat,
Lampam,
Semah, Belida. Jenis ikan Baung, Patin dan Jelawat telah dapat dilakukan perbenihan di panti benih sehingga dapat menjadi pilihan untuk ditebar sebagai pengkayaan stok di sungai atau danau. Sedangkan di Danau Ranau dapat ditebar ikan semah yang dulu pernah menjadi primadona di danau ini dan sekarang sangat sulit didapatkan. Dengan menebar jenis ikan yang tepat, kegiatan restocking ini dapat mengembalikan keseimbangan ekosistem perairan dan bernilai ekonomi bagi masyarakat di sekitar perairan tersebut. Pemahaman restocking ikan sering disalahartikan dengan introduksi misalnya melakukan penebaran ikan nila atau ikan mas yang jelas bukan ikan asli Indonesia. Ikan nila berasal dari Afrika dan ikan mas berasal dari China. Ikan nila dan ikan mas di beberapa perairan umum sangat invasif terhadap makanan dan ruang. Ikan nila telah diintroduksi ke 90 negara di dunia dan 15 negara diantaranya telah melaporkan dampak negatif terhadap ekologi perairan. Saat ini ikan mas dan ikan nila termasuk ke dalam 100 spesies asing di dunia yang bersifat invasif, walaupun memiliki nilai ekonomis. Contoh kegiatan yang berhasil di Negara tetangga adalah restocking 600.000 benih udang galah di Sungai Timun Malaysia sepanjang 12,7 km, yang dapat meningkatkan hasil tangkapan 38% setelah 3 tahun. Contoh lain adalah menebar 220.000 benih ikan Bream pada perairan Blackwood River Australia yang memiliki luas 13 ribu ha, dan setelah 5 tahun produksinya meningkat 4 kalinya dan menjadi tempat olahraga pancing yang menarik. Di beberapa sungai dan danau di Indonesia
juga pernah
dilakukan restocking ikan Baung (di Riau), Patin (Sulawesi Selatan), Jelawat (Kalimantan Barat), bahkan di Sumatera Selatan pernah dilakukan restocking ikan Patin dan Baung
namun belum ada laporan dampak dari restocking
tersebut. Dari contoh di atas untuk kegiatan restocking ikan di perairan Sumatera Selatan misalkan di Danau Ranau yang memiliki luas 12.800
ha, untuk menebar
kembali ikan Semah paling tidak dibutuhkan sebanyak 200.000 ekor benih. Regulasi yang mengatur restocking Berdasarkan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Pasal 12 Ayat 2, menyebutkan “Setiap
orang
dilarang
membudidayakan
ikan
yang
dapat
membahayakan sumber daya ikan, lingkungan sumber daya
ikan,
dan/atau
kesehatan
manusia
di
wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia” dan ayat 3 “Setiap orang dilarang membudidayakan hasil rekayasa genetika yang dapat membahayakan sumber daya ikan, lingkungan sumber daya ikan, dan/atau kesehatan manusia di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia”. Penebaran ikan juga tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan
dan
Perikanan
Republik
PER.15/MEN/2009 tentang Jenis
Indonesia
Nomor
Ikan dan Wilayah
Penebaran Kembali Serta Penangkapan Ikan Berbasis Budidaya, yang menyatakan bahwa “bahwa danau yang dilakukan
penebaran
kembali
tetapi
danau
yang
mempunyai spesies ikan endemik, maka jenis ikan lainnya tidak boleh ditebar”. Bijaksana dalam mengelola perairan umum Pengelolaan perikanan perairan umum sebagai upaya agar sumber
daya
ikan
dapat
dimanfaatkan
secara
berkesinambungan perlu dilakukan secara bijaksana. Untuk menjamin ketersedian stok ikan selain menjaga kelestarian habitat ikan dan pengaturan penangkapan, khusus di perairan yang sudah menunjukkan penurunan produksi perlu dilakukan pemacuan dengan restocking jenis ikan yang tepat. Kegiatan restocking ini juga sudah dilakukan oleh
pemerintah
melalui
kementerian
kelautan
dan
perikanan, namun demikian perlu juga adanya dukungan dari
pihak-pihak
terkait
dari
pemerintah
daerah
masing-masing melalui instansi dan juga para pelaku usaha dibidang perikanan.