Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Dan Daun Kirinyuh Sebagai Insektisida Nabati Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Sawi
Disusun Oleh : Nama : Emha Dwi Rifqi Rafid NIM
: 165040201111068
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2019
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cruciferae yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015), produktivitas tanaman sawi di Kalimantan Selatan tahun 2012 yaitu 2.88 ton.ha-1, tahun 2013 yaitu 2.79 ton.ha-1 dan tahun 2014 yaitu 2.68 ton.ha-1. Data tersebut menunjukkan adanya penurunan hasil produksi sawi tiap tahunnya. Penurunan hasil produksi tanaman sawi salah satunya disebabkan oleh gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) berupa hama, antara lain adalah ulat tritip, ulat krop dan ulat grayak. Pengendalian ulat grayak pemakan daun oleh petani masih tergantung pada penggunaan insektisida sintetik yang diyakini praktis dalam aplikasi dan hasil pengendalian jelas terlihat. Selalin itu petani menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan, sehingga penggunaan insektisida perlu dikelola dan dikendalikan secara efektif dan aman bagi lingkungan (Haryanto, 2003). Pestisida nabati merupakan suatu pilihan yang baik untuk pengendalian OPT dalam pertanian berkelanjutan. Pestisida nabati menggunakan bahanbahan dari tumbuhan yang memiliki khasiat racun bagi OPT. Salah satu diantaranya adalah kulit ubi kayu dan daun kirinyuh. Salah satu tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai pestisida nabati adalah kirinyuh (Eupatorium odoratum L.). Pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia ekstrak etanol daun kirinyuh positif terhadap fenolik, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin dan steroid (Yenti, 2011:228). Senyawa ini menyebabkan adanya aktifitas biologi seperti toksik menghambat makan, antiparasit, dan pestisida. Limbah kulit ubi kayu mengandung senyawa HCN (Asam sianida) yang merupakan racun yang dapat dinetralisir melalu perlakuan pemanasan atau pengeringan. Kandungan HCN pada kulit ubi kayu dapat mencapai 68 mg 100 g-1 bahan (Irmansyah, 2005).
1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kulit ubi kayu dan daun kirinyuh sebagai insektisida nabati pada berbagai konsentrasi untuk mengendalikan Spodoptera litura F. pada tanaman sawi. 1.3 Hipotesa Penelitian 1. Pemanfaatan kulit ubi kayu dan daun kirinyuh mampu untuk mengendalikan hama yang ada pada tanaman sawi terutama ulat grayak (Spodoptera litura L.). 2. Pencampuran larutan antara kulit ubi kayu dan daun kirinyuh lebih efektif mengendalikan hama ulat grayak (Spodoptera litura L.) dibanding larutan kulit ubi kayu atau daun nimba. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai
salah
satu
biopestida
yang
ramah
lingkungan
mengendalikan hama pada pertanaman sayuran dan hortikultura. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
dalam
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Sawi Desa Cangar Batu, Malang. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Februari 2019 sampai Mei 2019. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ini menggunakan alat-alat antara lain adalah sprayer, ember, polibag, petakan, alu (penghalus kulit ubi kayu dan daun nimba), saringan dan alat tulis, martil, gembor. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman sawi, insektisida ekstrak kulit ubi kayu dan daun nimba, air. 3.3 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non faktorial dengan 3 ulangan. P0 = Kontrol (tanpa perlakuan) P1 = Kulit ubi kayu dengan dosis 25 g/ L Air P2 = Kulit ubi kayu dengan dosis 50 g/ L Air P3 = Kulit ubi kayu dengan dosis 75 g/ L Air P4 = Daun kirinyuh dengan dosis 25 g/ L Air P5 = Daun kirinyuh dengan dosis 50 g/ L Air P6 = Daun kirinyuh dengan dosis 75 g/ L Air P7 = Campuran ubi kayu dan daun kirinyuh dengan dosis 25 g/ L Air P8 = Campuran ubi kayu dan daun kirinyuh dengan dosis 50 g/ L Air P9 = Campuran ubi kayu dan daun kirinyuh dengan dosis 75 g/ L Air
3.4 Pelaksanaan Penelitian Persiapan Tanah Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lapisan atas (top soil). Sebelum tanah dimasukkan dalam polibag terlebih dahulu dihaluskan dan dikering-anginkan, kemudian diayak guna membersihkan dari gulma dan kotoran-kotoran lain. Selanjutnya tanah dicampur dengan pupuk kompos bokashi dengan perbandingan 1:1. Penanaman Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 minggu sejak benih disemaikan. Tanah dari masing-masing plot ditugal dengan kedalaman ± 4 cm dan jarak tanam 25 cm x 40 cm. Setelah itu bibit dicabut dari persemaian dan ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia. Pindah tanah dilakukan pada 21 hst (hari setelah tabur). Pemeliharaan Tanaman disiram setiap pagi dan sore hari, kecuali ada hujan dan dibersihkan dari gulma baik yang tumbuh di dalam polibag maupun yang tumbuh di sekitar polibag. Persiapan Insektisida Nabati Daun Kirinyuh dan Kulit Ubi Kayu Daun kirinyuh yang masih segar, ditimbang sebanyak 3 kg kemudian dicuci bersih dan ditiriskan. Selanjutnya daun tersebut dikering anginkan selama 5 hari, kemudian dihaluskan dengan blender dan diayak sehingga diperoleh serbuk halus seberat 800 gram. Serbuk kemudian dimaserasi dengan larutan etanol 96% selama 3-4 hari pada suhu kamar, kemudian ekstrak disaring menggunakan kertas saring. Ekstrak hasil penyaringan tersebut kemudian diuapkan dalam vacum rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental sebanyak 312 gram. Kulit ubi kayu ditimbang 2 kg, selanjutnya dirajang dan dihaluskan. Kulit ubi kayudilarutkan dengan air sebanyak 1 liter dan diaduk hingga merata, kemudian diendapkan pada wadah tertutup. Untuk campuran larutan air larutan kulit ubi kayu dan daun nimba dicampurkan kedalam sprayer dan
semprotkan. Larutan tersebut dibuat pada saat akan diaplikasikan pada tanaman. Aplikasi Penyemprotan Penyemprotan dilakukan dengan sprayer keseluruh tanaman dengan dosis yang telah ditentukan. Penyemprotan dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval 2 hari pada sore hari yaitu 14, 16, 18, 20, 22 hst (hari setelah tanam). 3. 5 Parameter Pengamatan 1. Persentase Serangan ulat grayak Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali setelah 7 hst (hari setelah tanam) sebanyak lima kali pengamatan. Dengan menggunakan rumus : IS =
∑(nxv) (NxZ)
x 100%
Dimana: IS : Intensitas serangan yang menyebabkan kerusakan (%) n : Banyaknya rumpun tanaman untuk setiap kategori serangan v : Nilai skala dari setiap kategori serangan rumpun tanaman yang diamati Z : Nilai skala tertinggi dari kategori serangan yang ditentukan. N : Jumlah rumpun yang diamati. Penentuan nilai skala serangan sebagai berikut; 0 : Tidak ada serangan. 1 : Kerusakan lebih kecil atau sama dengan 25 % 2 : Kerusakan lebih besar 25 % dan lebih kecil atau sama dengan 50 % 3 : Kerusakan lebih besar 50 % dan lebih kecil atau sama dengan 75% 4 : Kerusakan lebih besar dari 75% 2. Produksi Produksi dihitung dengan cara menghitung berat helai daun sawi perplot. Kemudian dikonversikan dalam ton/ha dengan rumus :
Y=
𝑥 𝐿
+
1000 m2 1000 kg
Dimana : Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plot (m2)