No Ordo Famili 1. Coleoptera Curculionidae
Spesies Hama Bubuk Jagung (Sitophilus zeamais)
Gambar
Deskripsi
Hama ini disebut corn weevil atau bubuk jagung yang memiliki kepala memanjang membentuk moncong. Hama ini bersifat polifag atau dapat merusak berbagai jenis biji-bijian, antara lain beras/gabah, jagung, gandum, dan sorgum. Dalam siklus hidupnya, S. zeamais melalui beberapa stadia perkembangan
atau
mengalami
metamorfosis
sempurna, yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Imago betina membuat lubang pada biji jagung dengan
menggunakan
moncongnya,
kemudian
ovipositornya meletakkan satu butir telur, lalu lubang tersebut ditutup atau dilindungi dengan lapisan lilin (egg-plug) (Nurnina dan Amran, 2015). Seekor imago betina dapat menghasilkan telur antara 300 - 400 butir (Peadt, 1978). Satu ekor imago betina S. zeamais meletakkan telur kurang lebih 25 butir/hari dan menyebar selama 100 hari. Telur akan menetas selama 3 hari, bergantung pada kelembapan dan kadar air biji. Imago betina meletakkan telur pada suhu 20ºC, suhu maksimun 32oC, dengan kadar air biji 12%. Di dalam biji, telur
menetas menjadi larva, kemudian larva makan dengan cara menggerek bagian dalam biji (Nurnina dan Amran, 2015). Pupa berkembang di dalam biji jagung, yaitu pada lubang bekas gerekan larva .Stadia pupa berlangsung 3 - 9 hari. Pupa berubah menjadi serangga muda yang tetap tinggal pada kulit pupa di dalam biji untuk proses pematangan dan pengerasan kulit. Imago keluar dari biji dengan cara menggerek kulit pupa dan kulit biji jagung. siklus S. Zeamais bergantung pada jenis dan kualitas
biji
yang
dirusak.
Kerusakan
yang
disebabkan oleh S. zeamais bervariasi sesuai dengan varietas tanaman yang diserang dan populasi S. zeamais. Jika kerusakannya berat, dalam satu biji bisa terdapat lebih dari satu lubang gerekan. Salah satu indikasi biji jagung terserang hama bubuk yaitu bila biji tersebut dimasukkan ke dalam air maka biji akan terapung (Nurnina dan Amran, 2015).
Oryctes rhinoceros atau kumbang badak adalah 2.
Coleoptera Scarabaeidae
Kumbang Badak (Oryctes rhinoceres)
salah satu hama penting pada pertanaman kelapa sawit. Stadium O. rhinoceros yang menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa adalah imago, baik jantan maupun betina. Serangan O. rhinoceros tersebut dapat mengurangi hasil panen, mematikan bibit muda pada persemaian dan tanaman tua, serta merusak areal tanaman baru (replanting) (Bedford, 1980). Pada tanaman kelapa sawit dengan serangan ringan, O. rhinoceros menyebabkan gejala daun seperti tergunting seperti huruf “V” dan daya hasil menurun, bahkan pada saat awal pertumbuhan generatif produksi dapat tertunda. Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian yang lunak. Bila serangan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati
(Syafrizal,
2018). Larva O. rhinoceros L. berkaki 3 pasang, larva ini segera memakan bagian tanaman yang masih ada serta bahan organik yang ada didekatnya. Tahap larva terdiri dari tiga instar, masa larva instar satu
12-21 hari, instar dua 12-21 hari dan instar tiga 60165 hari. Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna coklat. Ukuran pupa lebih kecil dari larvanya, kerdil, bertanduk dan berwarna merah kecoklatan dengan panjang 5-8 cm yang terbungkus kokon dari tanah yang berwarna kuning. Stadia ini terdiri atas 2 fase: Fase I : selama 1 bulan, merupakan perubahan bentuk dari larva ke pupa. Fase II : Lamanya 3 minggu, merupakan perubahan bentuk dari pupa menjadi imago, dan masih berdiam dalam kokon. Pupa berada dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya. Pupa jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13 hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap
tinggal
ditempatnya
antara
5-20
hari,
kemudian terbang keluar. Serangga dewasa berukuran 40-50 mm, berwarna
coklat kehitaman, pada bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut betina terdapat bulubulu halus, sedangkan pada yang jantan tidak berbulu. Memiliki dua pasang sayap, sayap depan disebut elytra fungsi sebagai pelindung Pola dasar sayap viens dan satu sayap tipis. Kaki memiliki 7 ruas kaki kumbang badak jelas perbedaan antara tibia dan tarsus berwarna hitam gelap. Warna kumbang
hitam kepala, dada dan abdomen tidak terlihat batas yang jelas, memiliki satu tanduk pada bagian kepala. Antena kumbang badak berbentuk piring (lamellate) (Syafrizal, 2018).
3.
Coleoptera
Cerambycidae
Boktor (Xystrocera festiva)
Tubuh berwarna coklat dengan garis agak hijau metalik pada pronotum. Antena berwarna hitam, dua garis pada bagian lateral, bagian tubuh lebar. Kumbang ini aktif pada waktu senja sampai malam hari, perkawinan dan bertelur terjadi beberapa jam setelah kumbang keluar. Waktu bertelur terjadi dalam tempo satu hari. Umur kumbang betina rata-rata lima hari dan jantan rata-rata tujuh hari. Siklus hidupnya selama delapan bulan. Tanaman inang kumbang ini yaitu Acacia mangium, A.
arabica,
Pithecolobium
jiringa
Albizia
chinensis
(Basuki,2008).
4.
Coleoptera
Chrysomelidae
Aulacophora sp.
Kumbang ini bertubuh kecil, sayap berwarna merah bintik-bintik hitam atau kuning polos mengkilat. Aktif pada senja sampai malam hari. Siklus hidup selama 5571 hari. Gejala akibat serangannya seperti adanya lubang-lubang bekas gigitan pada permukaan daun bagian bawah, apabila serangan berat maka semua jaringan daun rusak dan tinggal tulang-tulang daun (Basuki, 2008).
5.
Coleoptera
Buprestidae
Samber Iler (Chrysochroa fulminans)
Larva kumbang ini melubangi tangkai pohon yang sudah tua, terutama pada pohom jeruk bali. Panjang larva sekitar 7 cm (Basuki, 2008).
6.
Coleoptera
Elateridae
Kumbang klik
Ukuran tubuh sekitar 12-30 mm. Ujung belakang pronotum
memanjang
/runcing
ke
belakang
berbentuk seperti duri. Pada saat dewasa sering mengeluarkan bunyi “klik‟ saat meletakkan sesuatu di punggunggnya. Telur diletakkan dalam tanah. Berpupa di tanah, bawah kulit kayu/papan yang telah mati. Beberapa jenis sangat tertarik oleh
cahaya. Baik larva maupun dewasa umumnya sebagai hama di pertanaman kacang-kacangan, kapas, kentang, jagung, tebu, padi, dan tembakau (Pracaya, 2005) 7.
Coleoptera
Meloidae
Kumbang
Tubuh
Lepuh
kadang sempit
lunak,
ramping,
memanjang,
kadang-
ada yang membulat. Pronotum lebih daripada
kepala
atau
sayap
depan.
Antenna seperti benang, tarsi5-5-4. Warna menarik, yaitu
hitam
dengantertentu
berwarna
cerah
sepertioranye, coklat merah.Hidupdi lingkungan budidaya, dan umum dijumpai di bunga-bungaan yang
berwarna
menarik. Dewasa
bertindak
sebagai hama pada berbagai tanaman budidaya khususnya sayuran; bayam, lombok, timun, dan jagung (Pracaya, 2005). 8.
Coleoptera Tenebrionidae Kumbang
Kumbang dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna
Tepung
cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm.
(Tribolium
Hama ini juga disebut hama bubuk beras. Hama
sp)
Tribolium hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama Sitophilus oryzae sebelumnya yang berbentuk tepung (Tjahjadi N, 2002).
9.
Coleoptera
Bruchidae
Kumbang
Menurut Pracaya (2005) Merupakan Salah satu
Kacang Hijau (
serangga hama yang sangat potensial merusak biji
Callosobruchus
kacang hijau di gudang. Serangga hama ini disebut
chinensis
kumbang biji. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat
kekuning-kuningan.
Gejala
serangan
kumbang kacang hijau tampak lubang pada biji-biji kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak (Tjahjadi N, 2002)
Daftar Pustaka Basuki, Dwi Fajri IS. 2008. Identifikasi Jenis-Jenisa Ordo Coleoptera Koleksi Laboraturium Hama Hutan FakultasKehutanan. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Bedford. 1980. Biology, Ecology, and Control of Palm Rhinoceros Beetles. Annual Review Entomology 25: 309−339. Nurnina Nonci dan Amran Muis. 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera : Curculionidae). Balai Penelitian Tanaman Serealia. Vol. 34 No. 2 Peadt, R.C. 1978. Fundamental of Applied Entomology. 3rd Edition. Mac Millan Publ, Co. Inc., New York. pp. 591-595. Pracaya.
2005.
Hama
dan
Penyakit
Tanaman.
Penebar
Swadaya, Jakarta.
Syafrizal Hasibuhan. 2018. Pengendalian Kumbang Badak (Oryctes rhinoceres L; Scarabidae ) Dengan Perangkap Warna Pada Perkebunan Kelapa Sawit TBM 1 Di Perkebunan Gunung Banyu. Fakultas Pertanian Universitas Asahan. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Asahan 2018 Tjahjadi N, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius, Yogyakarta.