Pelajaran 3
*10-16 Oktober 2009
Perbaktian dan Penahbisan
Sabat Petang Untuk pelajaran pekan ini, bacalah: Keluaran 25:22; Bilangan 7:8; Zakharia 4:1-6, 11-14; Wahyu 4:2, 5; 11:4. Ayat Hafalan: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Korintus 9:7).
T
idak diragukan lagi, anak-anak Israel terpisah dari dunia modern kita ini dalam tenggang waktu dan budaya yang sangat jauh. Dalam banyak hal, dunia mereka sulit untuk kita pahami seperti halnya dunia kita juga sulit untuk mereka pahami. Akan tetapi, faktor pemersatunya ialah Tuhan, Oknum yang menciptakan dan menebus mereka dan juga kita. Apa pun perbedaannya dalam budaya, bahasa, sejarah, kita menyembah Allah yang sama, walaupun banyak perbedaan dalam bentuk dan ungkapan ibadah kita. Tentunya, kebenaran mendasar yang diajarkan kepada mereka melalui upacara dan ritual-ritual mereka pada prinsipnya, sama dengan yang kita pelajari sekarang ini. Pekan ini kita akan terus mengikuti perjalanan iman dari para nenek moyang rohani kita. Kita akan terus menyelidiki lebih jauh tentang upacara-upacara, hukum-hukum serta perintah-perintah yang Allah berikan kepada umat-Nya pada zaman itu. Di antaranya, kita akan melihat persembahan penahbisan mezbah korban bakaran, kaki dian dalam bait suci duniawi, demikian juga pengurapan suku Lewi untuk panggilan pekerjaan kudus mereka dengan imam-imam dalam pelayanan mereka untuk bait suci di padang belantara. Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat, 17 Oktober.
29
Minggu
11 Oktober
Persembahan Penahbisan Mezbah Di bait suci padang belantara, korban-korban dipusatkan sekitar mezbah korban bakaran. Mezbah yang terbuat dari kayu penaga yang disalut dengan tembaga itu, berdiri di pelataran dekat pintu masuk ke dalam dua bilik bait suci. Mezbah emas di depan tirai bilik yang mahakudus berfungsi hanya untuk pembakaran ukupan. Baca Bilangan 7. Ide apakah yang muncul dalam pikiran Anda saat membaca tentang korban-korban yang dipersembahkan selama upacara khidmat ini? Hal-hal rohani apakah dari cerita ini yang dapat diaplikasikan pada diri kita sekarang ini? Sebagai contoh, di manakah Anda melihat salib dilambangkan di sini? ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________________________ ______________________________________________________________ Mezbah telah dikuduskan selama tujuh hari (Kel. 29:37). Sekarang para pemimpin suku—sebagai perwakilan seluruh bangsa—membawa persembahan untuk merayakan penahbisan mezbah selama dua belas hari. Setiap pemimpin dan sukunya memiliki hari tersendiri. Semua persembahan sama; barangkali ini merupakan cara menunjukkan bahwa tidak jadi soal siapa pun kita, atau apa pun keadaan kita, di hadapan Allah kita semua sama, yaitu orang berdosa yang memerlukan kasih karunia. “Sebagian orang bertanya-tanya mengapa Allah menginginkan banyak sekali korban dan menetapkan persembahan dari banyak sekali korban yang berdarah dalam tatanan hidup orang Yahudi. “Setiap korban yang mati melambangkan Kristus, di mana pelajaran ini ditanamkan dalam pikiran dan hati dalam upacara kudus yang paling khidmat, dan dijelaskan dengan tepat oleh para imam. Korban-korban direncanakan dengan jelas oleh Allah sendiri, untuk mengajarkan kebenaran besar dan penting ini, bahwa hanya melalui darah Kristus saja ada pengampunan dosa.”—Ellen G. White, Selected Messages, jld. 1, hlm. 107. Sangat mudah untuk mengejar hal-hal duniawi bukan? Apakah yang dapat Anda perbuat tiap hari untuk menolong mempertahankan realitas salib, dan apakah yang telah dilaksanakan bagimu di salib, sebagai yang pertama dan terutama dalam pikiranmu?
30
Senin
12 Oktober
Persekutuan yang Erat dengan Allah Sebagai suatu lambang, tabut adalah pusat perbaktian bangsa Israel. Itu melambangkan takhta Allah di surga. “TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim” (2 Sam. 6:2). Di bilik yang mahakudus kemuliaan Shekinah yang tampak, melayang di antara kerubim, melambangkan hadirat Allah. Sepuluh hukum yang terletak di bawah takhta kerubim menyatakan kehendak Allah, dasar perjanjian antara Allah dan umat-Nya—dan dasar moral untuk undangundang dan pemerintahan universal-Nya. Hukum memberikan kepada orangorang yang berbakti suatu pengertian akan karakter Allah di samping menetapkan tuntutan-tuntutan-Nya yang sepantasnya. Baca Keluaran 25:22 dan Bilangan 7:89. Coba dan bayangkanlah pengalaman seperti apa ini. Maukah Anda memiliki jenis hubungan yang dekat seperti itu dengan Allah? Apakah yang membuat Anda berpikir bahwa Anda tidak akan binasa bila Anda datang terlalu dekat kepada-Nya (lihat Kel. 20:19)? ______________________________________________________________ ______________________________________________________________ Dalam pengertian apakah sekarang ini Anda bahkan bisa datang lebih dekat ke hadirat Allah? (Lihat Ibr. 4:14-16). Bagaimanakah Yesus membuat hal ini mungkin? ________________________________________________________________ ______________________________________________________________ Perhatikan juga bagaimana Musa memasuki bait suci untuk berbicara kepada Tuhan. Namun menurut ayat ini, justru Allah yang berbicara kepada Musa. Intinya di sini adalah, kebanyakan kita tahu bagaimana berdoa, kebanyakan kita tahu bagaimana berbicara kepada Tuhan, menyampaikan persoalan kita, meminta ini atau itu. Tetapi persekutuan yang akrab itu bukan cuma satu arah saja. Dalam kebanyakan hubungan, masing-masing pihak akan berbicara dengan yang lainnya. Haruskah ada perbedaan antara kita dan Pencipta kita? Tentu saja tidak. Maka pertanyaan untuk kita adalah, Seberapa terbukakah kita untuk mendengarkan suara Allah bila Ia berbicara kepada kita? Seperti apakah pengalaman Anda dalam persekutuan dengan Allah? Bagaimanakah Tuhan telah menyampaikan kehendak-Nya kepada Anda? Apakah Anda benar-benar terbuka mendengarkan suara-Nya? Hal-hal apakah dalam kehidupan Anda yang menghalangi Anda berhubungan lebih sungguh-sungguh dengan Tuhan? 31
Selasa
13 Oktober
Terang dalam Bait Suci Ketika Musa memasuki bait suci setelah 12 hari yang dikhususkan untuk penahbisan mezbah di pelataran, kita mungkin beranggapan bahwa di dalam bilik suci itu gelap. Dalam percakapan itu Tuhan memerintahkan bahwa Harun harus menyalakan tujuh kaki dian, yang dalam Bahasa Ibrani disebut “menorah,” didasarkan pada kata Bahasa Ibrani, “or” yang artinya cahaya (Bil. 8:1-4). Menorah (atau kaki dian) dengan batang utama dan enam cabangnya (tiga di setiap sisi) ditempa dari satu talenta emas. Bentuknya menyerupai tangkai bunga badam (Kel. 25:31-40). Minyak lampu, yang berada di puncak tiap cabang, diisi oleh para imam dua kali sehari—pagi dan petang (Kel. 30:7,8). “Di atas kandil dari emas murni haruslah tetap diaturnya [oleh Harun] lampu-lampu itu di hadapan TUHAN” (Im. 24:4, penekanan ditambahkan). Pengertian apakah yang diperoleh dari ayat berikut ini tentang arti menorah? »» Za. 4:1–6, 11–14______________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ¼¼ Why. 4:2, 5; 11:4________________________________________________ _____________________________________________________________ ___________________________________________________________ Penglihatan Zakharia menyatakan bahwa minyak yang diisi ke dalam lampu-lampu menorah, agar tetap menyala, adalah Roh Allah (ay. 5, 6). Kata Bahasa Ibrani untuk bunga badam (Yer. 1:11, 12) berarti “menjaga,” atau “membangunkan.” Badam secara harfiah dinamakan “pohon bangun” atau “pohon jaga” karena itu adalah pohon yang paling lekas “mekar” dan berbunga. Dalam gambaran bait suci surgawi Yohanes melihat sebuah menorah tujuh lampu yang menyala di hadapan takhta, yang diperkenalkan sebagai “tujuh Roh Allah”— cara Yohanes menyatakan Roh Kudus dalam berbagai pekerjaan-Nya. Jadi bangsa Israel di padang belantara mendapat kepastian kehadiran Allah siang dan malam di [bait suci] bilik pertama maupun kedua. Bagaimanakah Tuhan menunjukkan kepada Anda kenyataan hadiratNya dalam hidup Anda? Ingatlah saat-saat manakala Anda mengalami dengan jelas hadirat Allah dalam cara yang luar biasa. Bagaimanakah mengenang kembali pengalaman-pengalaman tersebut dapat menolong Anda berdiri teguh pada saat-saat di mana Anda merasa diri terbenam dalam ketakutan dan kegelapan? (Lihat Mazmur 23).
32
Rabu
14 Oktober
Penahbisan Orang Lewi: Bagian 1 Baca Bilangan 8:6-26, penahbisan orang-orang Lewi untuk tugas khusus mereka dalam pelayanan kepada Allah. Hal-hal apakah yang terpikirkan olehmu mengenai acara ini? Bagaimanakah acara ini mengajarkan Anda tentang kesucian, tentang dosa, tentang pemurnian, tentang penyerahan kepada Allah? Prinsip-prinsip apakah yang dapat kita ambil dari sini untuk kehidupan kita dewasa ini, apa pun peran kita dalam pekerjaan Tuhan? ________________________________________________________________ ________________________________________________________________ _______________________________________________________________ ______________________________________________________________ Keluarga dari tiga kaum orang Lewi berkemah sekeliling bait suci. Karena jumlah mereka lebih dari 20.000 (Bil. 3:39), maka jelaslah bahwa beberapa bagian dari penahbisan mereka dilaksanakan melalui perwakilan simbolis. Dengan demikian, hanya orang-orang tertentu, yaitu perwakilan-perwakilan, dan bukannya semua orang Lewi, yang serta merta langsung terlibat. Yang mengagumkan di sini juga adalah ide bahwa orang-orang Lewi, setelah mereka ditahirkan dan dicukur, dan setelah mereka mempersembahkan suatu korban penghapus dosa (Bil. 8:7, 8)—maka diri mereka sendiri disebut “persembahan” atau “persembahan unjukan” (Bil. 8:11). Tentunya ini tidak ada hubungannya dengan pengorbanan manusia, hal ini pasti. Malahan, hal itu menyatakan ide tentang penahbisan, peneguhan, pengakuan bahwa orang-orang Lewi ini harus menjalankan suatu pekerjaan mewakili bangsa Israel, melaksanakan pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh bangsa Israel. Hal ini terlihat lebih jelas ketika Musa berkata bahwa “haruslah orang Israel meletakkan tangannya atas orang Lewi itu” (Bil. 8:10), pengakuan bahwa tanggung jawab tersebut telah dialihkan kepada orang Lewi. Suku itu secara keseluruhan dipersembahkan sebagai korban yang hidup kepada Allah, yang pada gilirannya menyerahkan mereka itu sebagai suatu pemberian dari pelayanan istimewa di bait suci ini menggantikan tempat anak-anak sulung, yang sekarang mereka wakili. Mengingat prinsip-prinsip yang tampak pada upacara ini, bagaimanakah kita memahami apa yang Paulus katakan dalam Roma 12:1? Bagaimanakah kita bisa menjadi “persembahan yang hidup?” Apakah artinya hal itu dalam kehidupan kita sehari-hari?
33
Kamis
15 Oktober
Penahbisan Orang Lewi: Bagian 2 “Sebab mereka harus diserahkan dengan sepenuhnya kepada-Ku dari tengah-tengah orang Israel; ganti semua yang terdahulu lahir dari kandungan, yakni semua anak sulung yang ada pada orang Israel, telah Kuambil mereka bagi-Ku” (Bil. 8:16). Perhatikan betapa tegasnya Tuhan terhadap panggilan istimewa orang Lewi. Mereka “diserahkan seluruhnya” kepada-Nya. Bahasa Ibrani terbaca lebih harfiah “Berikan, serahkan kepadaku,” menekankan betapa seriusnya panggilan mereka. Baca Bilangan 8:19. Apakah yang dimaksud dengan frase bahwa orang Lewi “mengadakan pendamaian bagi orang Israel?” Bagaimanakah kita memahami hal ini dalam terang Salib? (Rm. 5:11, Ibr. 9:25-28). _______________________________________________________________ ______________________________________________________________ Para ahli berbeda pendapat mengenai arti yang paling tepat dari frase ini. Tentunya jelas itu tidak berarti “mengadakan pendamaian” dalam pengertian mati bagi dosa-dosa orang lain, itu pun tidak berarti bahwa kambing Azazel dalam Imamat 16, yang dikatakan “melakukan suatu pendamaian” (Im. 16:10), sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh kambing Azazel yang tidak pernah dikorbankan (dan yang melambangkan Setan) jika pendamaian itu dipahami sebagai korban pengganti. Jelaslah, kata kerja yang diterjemahkan “mengadakan pendamaian” dalam konteks ini memiliki arti yang lebih luas dari arti yang biasa digunakan. Dalam hal ini, jawabannya dapat ditemukan pada ayat yang sama, di mana dikatakan bahwa orang Lewi, dengan melakukan pelayanan mereka mewakili bangsa Israel, akan menghindarkan mereka dari wabah. Dengan demikian, dalam pekerjaan pelayanan mereka, mereka menolong melindungi anak-anak Israel dari murka Allah yang mereka hadapi saat mereka “menghampiri bait suci.” Jadi, sebagaimana halnya para imam, orang Lewi melakukan sesuatu untuk kepentingan orang banyak yang tidak dapat melaksanakannya sendiri. Maka dalam pengertian yang lebih bebas ini, mereka dikatakan, “melakukan pendamaian” bagi orang banyak. Walaupun tentunya tidak ada perbuatan kita yang dapat mengadakan pendamaian, namun, bagaimanakah kita, oleh melakukan tugas-tugas kita dengan setia, bekerja seperti yang dilakukan oleh orang Lewi untuk kepentingan orang banyak? Apakah yang Anda buat di jemaat Anda untuk kemajuan jemaat serta misinya? 34
Jumat
16 Oktober
Pendalaman: Selidikilah kebiasaan Yahudi kuno yaitu “menumpangkan tangan.” Apakah pentingnya penumpangan itu? “Bagi orang Yahudi bentuk ini merupakan sesuatu yang penting. Bila seorang ayah Yahudi memberkati anak-anaknya, ia menumpangkan tangannya dengan penuh hormat ke atas kepala mereka. Bila seekor binatang diserahkan untuk korban, tangan seorang yang dipenuhi dengan kekuasaan keimamatan diletakkan ke atas kepala korban itu. Dan bila pelayan-pelayan sidang orangorang percaya di Antiokhia meletakkan tangan ke atas Paulus dan Barnabas, oleh perbuatan itu mereka, meminta kepada Allah untuk mengaruniakan berkatNya ke atas rasul-rasul yang terpilih dalam kesetiaan mereka kepada pekerjaan tertentu yang telah ditentukan bagi mereka. “Pada akhir-akhir ini upacara penahbisan oleh meletakkan tangan sangatlah disalahgunakan; tindakan itu menggunakan kekuasaan yang tidak dapat dibenarkan, seakan-akan suatu kuasa datang dengan segera ke atas mereka yang menerima pengurapan seperti itu, yang dengan segera menyanggupkan mereka untuk sesuatu atau semua pekerjaan pelayanan. Tetapi dalam pemisahan kedua rasul ini, tidak ada catatan yang menyatakan bahwa suatu kesucian diberikan hanya dengan perbuatan menumpangkan tangan.”—Ellen G. White, The Acts of the Apostles, hlm. 162.
Pertanyaan untuk Didiskusikan: nn Dalam hal apakah pendeta jemaat sekarang ini melakukan peran orang Lewi? Apakah yang dapat kita perbuat untuk menyokong pendeta dalam peran ini? oo Bagaimanakah tindakan memberi itu berpengaruh pada hubungan kita dengan Allah? Bagaimanakah memberi dari pendapatan kita itu merupakan suatu tindakan ibadah yang beriman? Mengapa memberi dengan murah hati itu begitu penting bagi diri kita sendiri? pp Apakah pengertian kita tentang apa yang Yesus lakukan di salib bagi kita yang kita tidak dapat lakukan bagi diri kita sendiri? Mengapa Yesus harus mati? Apakah dengan memperbarui kehidupan kita dan menurut hukum dan mengasihi orang lain tanpa syarat, itu tidak cukup untuk menjadikan kita benar di hadapan Allah? Rangkuman: Bentuk perbaktian Israel kuno itu berbeda dari bentuk perbaktian gereja modern yang berada di padang belantara dunia, tetapi substansinya sama. Pemberian harta benda kita, merenungkan arti salib, doa, memantulkan pengertian perihal kehadiran Roh Kudus, dan penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan, semuanya menyatakan iman Alkitabiah yang sama. 35
Penuntun guru 3 Ringkasan Pelajaran Ayat Inti: 2 Korintus 9:7
Anggota Kelas Akan:
¾¾ Mengetahui: Peran korban dalam penahbisan perabotan kemah suci dan orang Lewi dalam persiapan untuk pelayanan. ¾¾ Merasakan: Memiliki suatu perasaan kesucian dan kemurnian Allah dalam kebaktian kita. ¾¾ Melakukan: Mempraktikkan rasa hormat bagi Allah dan penghargaan terhadap karunia Kristus bagi kepentingan kita.
Garis Besar Pelajaran:
I. Mengetahui: Peran Korban dan Pelayanan A. Mezbah tembaga ditahbiskan dalam suatu acara selama 12 hari yang melibatkan persembahan korban yang sama dari para pemimpin tiap suku. Apakah akibat-akibat yang mungkin dari sumbangan tiap suku ini? B. Bagaimanakah Roh Kudus dan terang-Nya menjadi bagian yang penting dari perbaktian? Bagaimanakah persekutuan dan percakapan antara Allah dan diri kita, yang digambarkan oleh persekutuan Allah dan Musa, menjadi suatu bagian penting dari kebaktian kita? C. Bangsa Israel meletakkan tangan mereka atas orang-orang Lewi, yang kemudian dipersembahkan ke hadapan Allah oleh Harun sebagai suatu “persembahan unjukan” yang hidup. Bagaimanakah orang-orang Lewi menjadi suatu korban yang hidup, suatu simbol dari korban Kristus? II. Merasakan: Menyembah Allah yang Kudus dan Tinggi Dengan mengambil bagian dalam penahbisan mezbah korban dan penahbisan para pelayan dan imam-imam kemah suci, orang-orang mengambil bagian dalam roh memberi dan mengakui pengorbanan Kristus yang tercakup seluruhnya dalam kehidupan-Nya. Bagaimanakah kita ikut serta dalam roh perbaktian? III. Melakukan: Penghormatan dan Perbaktian A. Bagaimanakah kita menggabungkan diri kita kepada pekerjaan gereja dan pekerjaan Kristus sebagai Pengantara dan Pemimpin-hamba? B. Bagaimanakah kita dapat menjaga lampu Roh bercahaya dan komunikasi terbuka antara diri kita dan Allah, yang bersemayam dalam terang yang kekal?
Rangkuman: Allah, sebagai Pencipta terang, kehidupan, dan kerukunan, mencari wajah kita seperti kita, dalam perbaktian, mencari wajah-Nya. 36
Metode Belajar
Langkah 1—Memotivasi
Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Untuk segala waktu dan budaya yang berbeda-beda, perbaktian—baik secara individu maupun bersama-sama— tetaplah menjadi hal yang pokok untuk sambutan manusia kepada Allah. Lebih dari 175 tahun yang lalu Robert Grant menuliskan kata-kata hebat berikut ini: “Sembahlah Allah yang Mahamulia, Dan Pujilah Kasih-Nya yang ajaib; Benteng dan penolong, yang Mahakuasa, Bertakhta di surga Allah yang Benar. “Masyhurkan kodrat serta rahmat-Nya, Dan kemuliaan-Nya yang hebat; Nyatalah kuasa-Nya di angkasa, Di darat, dan topan, dan embun lebat. “Rahmat-Mu yang Tuhan, tak terduga, Betapa besarnya dalam dunia; Terdapat di darat, laut dan udara, Olehnya manusia berbahagia. “Ya Khalik, Engkaulah Bapa kami, Yang memeliharakan umat-Mu Kasih-Mu tetap sampai hari ini, Ya Tuhan, Engkau Penebus umat-Mu.”—Lagu Sion, no 4. Kata-kata Grant yang bagus sekali ini mengungkapkan sifat Allah yang menarik kita untuk menyembah Dia. Dengan jiwa dan keterampilan artistiknya ia melukis suatu gambaran tentang Allah yang mengagumkan dan punya pribadi. Kegiatan Pembuka: Minta anggota kelas untuk merenungkan frase-frase khusus dalam lagu tersebut yang memanggil mereka untuk menyembah Allah. Suruh mereka memberikan contoh-contoh khusus dari kehidupan mereka yang menjadikan frase tersebut sungguh berarti bagi mereka (contohnya, Apakah yang Allah lakukan bagi Anda yang menunjukkan “perlindungan-Nya yang berlimpah” atau peran-Nya sebagai “pembela?” Bagaimanakah cacat dan kelemahan pribadi telah menuntun Anda untuk bergantung pada Allah? Bagaimanakah Anda telah mengalami “kasih-Nya yang ajaib” atau “kasih karunia-Nya?” Khusus untuk Guru: Daripada sekadar membaca kata-kata di atas, lebih baik nyanyikan atau mainkan sebuah rekaman lagu.
37
Langkah 2—Menyelidiki Komentar Alkitab I. Penahbisan Mezbah (Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Bil. 7; Kel. 29:37; Rm. 5:6-9). Sebagaimana korban di mezbah tembaga menjadi awal dari persekutuan dengan Allah di dalam upacara kemah suci Perjanjian Lama, demikian juga salib Kristus, tempat dan lambang abadi dari pengorbanan-Nya, adalah awal dari persekutuan sepenuhnya dengan Allah. Dosa menghadang jalan kita kepada Allah; karena, sebagai tawanan dosa, kita tidak punya hak untuk memilih Dia. Namun demikian, salib membayar utang kita dan memulihkan hak kita untuk memilih Allah. Salib menjamin bahwa kita sekarang memiliki kebebasan untuk memilih. Banyak orang belum menggunakan hak mereka untuk memilih Allah, dan karena kelalaian itu, mereka tetap menjadi tawanan Setan. Pikirkan ini: Penahbisan Mezbah korban bakaran adalah cara untuk mengakui pentingnya korban pengganti. Upacara atau kegiatan reguler apakah yang telah kita bangun dalam kehidupan kita untuk mengakui pentingnya pengorbanan Kristus? II. Persekutuan dengan Allah (Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Kel. 25:22; 20:19; Bil. 7:89; 2 Sam. 6:2; Ibr. 4:14-16; 10:19-25) . Tabut di kemah suci mengesankan sejumlah hal yang berhubungan dengan rencana keselamatan. Tempatnya mengesankan bahwa Allah itu tidak mudah didekati. Di zaman Perjanjian Lama hanya imam besar yang dapat masuk langsung ke hadirat Allah, sebagaimana yang dilambangkan oleh Bilik Mahakudus. Ini tidaklah menyatakan bahwa Allah itu arogan dan congkak tetapi hal itu lebih mengesankan belas kasihan, kepada manusia berdosa yang tidak sanggup hidup di hadirat Allah yang kudus. Jelas kelihatan bahwa kurang hormatnya Uza terhadap konsep ini menyebabkan nyawanya melayang (2 Samuel 6). Tetapi kenyataan bahwa Allah menjadikan diri-Nya sebisa mungkin untuk dekat dan dapat ditemui menyatakan bahwa Allah tidak membuang umat manusia (Kel. 25:8). Sekali lagi, Ia ingin untuk tinggal dengan umat-Nya dan menikmati kebersamaan yang akrab. Kemah suci melambangkan cara untuk memulihkan kebersamaan. Langkah pertama ini adalah korban yang menjadi pengganti orang berdosa (pembenaran). Yang berikutnya adalah kolam pembasuhan, melambangkan pembersihan dari dosa (penyucian). Bilik Suci melambangkan cara bersekutu secara terus-menerus dengan Allah—hidup dalam terang firman Allah, makan dari “roti kehidupan,” dan bersekutu dengan Allah melalui doa. Akhirnya ini akan menuntun kepada pemuliaan atau dipulihkannya persekutuan muka dengan muka yang pernah dinikmati oleh Adam dan Hawa di Eden. 38
Pikirkan ini: Jika kita berencana untuk suatu hari nanti menikmati persekutuan muka dengan muka dengan Allah, apakah yang harus kita buat sekarang untuk membantu diri kita mengambil langkah menuju pengalaman tersebut? Pelayanan kemah suci adalah suatu babak kegiatan yang terusmenerus—korban pagi dan petang, lampu yang terus menyala, roti segar disediakan secara tetap, dan lain-lain. Apakah yang dikesankan oleh halhal tersebut tentang pentingnya ketekunan dalam mempertahankan suatu hubungan dengan Allah? III. Terang dalam Kemah Suci (Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Zakh. 4:1-6, 11-14; Why. 4:2, 5; 11:4; Yer. 1:11, 12). Minyak yang melambangkan Roh Kudus, adalah sumber terang di bilik yang suci, atau ruangan bagian luar kemah suci. Sementara hanya imam besar yang diizinkan menghampiri Allah di Bilik Mahasuci—dan itu pun hanya dilakukan pada Hari Pendamaian—Allah tetap hadir di ruangan luar sepanjang tahun. Demikian pula, saat Yesus bersiap meninggalkan murid-murid-Nya dan kembali ke surga, Ia menjanjikan mereka bahwa Roh Kudus akan langsung menyertai mereka sekalipun Ia, yaitu Yesus, tidak lagi bersama mereka secara fisik. Pikirkan ini: Ingat bahwa Firman Allah juga digambarkan sebagai terang. Berdasarkan pemikiran ini, betapa pentingkah mengizinkan Roh kudus berbicara kepada kita melalui Firman Allah? Bagaimanakah hal ini membuat kita tetap berhubungan dengan Yesus sekalipun Ia tidak lagi bersama kita di dunia? Pelita (Alkitab) tidak akan menyala tanpa minyak (minyak Roh). Lalu seberapa pentingkah mencari tuntunan Roh apabila mempelajari Firman Allah? IV. Penahbisan Orang Lewi (Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Bil. 8:6-26; Rm. 5:11; 12:1; Ibr. 9:25-28). Mengherankan, orang-orang Lewi itu sendiri dianggap sebagai suatu “persembahan.” Ini tidak mengandung pengertian bahwa mereka memiliki sesuatu jasa untuk dipersembahkan sebagai pembayar dosa, hanya agar mereka melakukan suatu pekerjaan demi kepentingan bangsa Israel, apa yang bangsa Israel tidak dapat lakukan bagi diri mereka sendiri. Sebagai contoh Uza (2 Samuel 6) menunjukkan betapa seriusnya Allah memandang masalah dosa dan mendekatnya seorang manusia berdosa ke dalam suasana suci dan kudus. Tindakan menahbiskan orang Lewi untuk pelayanan dalam peran khusus ini menandai pentingnya untuk tidak menggunakan suatu pendekatan secara iseng-iseng kepada Allah yang meremehkan perbedaan antara Allah Yang Kudus dan orang berdosa. Melalui upacara penahbisan yang mengesankan ini, orang-orang Lewi pastilah mengakui bahwa cara yang remeh dan sembrono untuk pelaksanaan tugas mereka tidak akan berterima bagi Allah. 39
Pikirkan ini: Mengingat khidmatnya upacara penahbisan orang Lewi, betapa seriuskah seharusnya kita mengambil peran sebagai “korban yang hidup di zaman Perjanjian Baru? Bagaimanakah tutur kata kita, tindak tanduk kita, dan sikap kita terhadap kehidupan dapat dipengaruhi bila kita mengakui bahwa keakraban dengan Allah bukanlah suatu pengalaman yang sambil lalu? Diskusikan kemungkinan bahwa mungkin ada orang-orang Kristen yang memperlakukan keakraban dengan Allah sebagai suatu “tempat pertunjukan semalam.”
Langkah 3—Menerapkan Dengan begitu banyaknya perbedaan bentuk perbaktian, bagaimanakah saya secara pribadi dan kita sebagai suatu gereja menentukan bagaimana kita berbakti? Kegiatan Kelompok Daftar peralatan yang dibutuhkan: (1) Dua adonan kue seukuran bola softbal (atau lebih besar). Yang satu sebuah adonan kue manis, jenis kue gulung yang akan dipotong-potong, dan yang kedua adalah jenis lain, contohnya, adonan pindekas. (2) Sebuah adonan kue manis yang telah digulung antara kertas lilin dan berbagai bentuk pemotong kue. (3) Alat penyiram kue, coklat, permen butter, dan/atau keripik pindekas, dan lapisan gula. (4) kotoran, daun-daun, kulit telur. Adakan penyelidikan berikut ini, menggunakan peralatan di atas untuk menggambarkan: Jika memakan kue dapat melambangkan perbaktian yang benar, maka (1) seperti apakah harusnya bentuk perbaktianku? (2) Jika saya mengubah bentuk dari bintang menjadi bentuk lingkaran (bentuk apa pun yang digunakan sesuai bentuk pemotong kue yang ada padamu) apakah itu masih tetap kue? (3) Jika saya merias kue itu dengan penyemprot kue atau lapisan gula, apakah kue itu tetap kue? (4) Jika saya menambah keripik atau menggunakan adonan yang berbeda, masihkah itu tetap kue? (5) Bagaimana jika saya menambah kotoran, daun-daun, dan lain-lain. (Peragakanlah: masukkan semua itu ke bola adonan yang tidak digunakan!) Masihkah itu tetap kue? Sekarang aplikasikan diskusi itu kepada kebaktian. (1) Apa yang menjadi intisari/maksud dari perbaktian? (2) Dapatkah perbaktian menggunakan bentuk yang berbeda-beda dan masih tetap sesuai dengan maksud tersebut? Oleh standar apakah kita menentukan apakah ada unsur-unsur acara perbaktian yang menghilangkan keabsahan perbaktian oleh meniadakan intisarinya? Yaitu bagaimanakah kita menentukan apakah kotoran itu (unsur yang tidak benar) dan apakah pelabur kue itu (unsur-unsur yang benar)?
40
Langkah 4—Melatih Kreativitas Dalam pelajaran pekan ini kita berfokus pada empat bidang yang berhubungan dengan perbaktian: (1) Pengorbanan Kristus, yang dilambangkan dengan mezbah korban bakaran, (2) persekutuan dengan Allah [doa], (3) peran Roh Kudus dalam menerangi jalan kita, (4) penahbisan orang-orang Lewi untuk suatu tujuan “pelayanan” khusus. Pilih salah satu dari empat bidang itu dan buat sebuah proyek kelas berkelanjutan yang dapat memiliki pengaruh besar pada gereja Anda. Suatu daftar ide berikut ini: nn Buat sebuah daftar kegiatan setiap hari yang dapat anggota-anggota jemaat lakukan untuk memperkuat pengalaman kematian Kristus dan masukkan itu kepada editor majalah berkala gereja Anda untuk diterbitkan. Ide-ide seperti membaca tentang pengorbanan Kristus tentunya akan ada pada setiap daftar, tetapi buatlah lebih jauh. Temukan caracara untuk menggunakan kegiatan-kegiatan rutin kita (makan, mandi, pergi pulang kerja, istirahat, dan lain-lain) untuk mengingatkan kita tentang pengorbanan Yesus. oo Mulaikanlah sebuah pelayanan pasangan doa untuk orang-orang muda di gerejamu. Cobalah memasangkan seorang sponsor doa yang dewasa kepada setiap pemuda di gereja Anda. Sang sponsor doa setuju untuk berdoa bagi seorang pemuda tertentu setiap hari selama suatu jangka waktu—enam bulan, setahun, dan seterusnya. Sokongan doa tersebut haruslah spesifik, tidak secara umum (“Oh, aku berdoa untuk semua anak-anak setiap saat”). Kemudian tulis sebuah catatan kepada anakanak agar dia tahu bahwa dia memiliki seorang sponsor doa. Buat itu lebih menyenangkan dengan cara membuat makan malam pada akhir dari periode doa di mana anak-anak itu diperkenalkan kepada sponsor-sponsor mereka. pp Rencanakan cara-cara untuk memberikan sokongan khusus kepada pendetamu, yang bisa mencakup penghargaan dan perayaan. Lebih baik lagi, pikirkan cara-cara untuk meringankan atau turut menanggung beban mereka.
41