Pel 10 [iv] - Kegilaan Nabi

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pel 10 [iv] - Kegilaan Nabi as PDF for free.

More details

  • Words: 3,971
  • Pages: 12
Pelajaran 10

*28 Nov.—4 Des. 2009

“Kegilaan” Nabi

Sabat Petang Untuk pelajaran pekan ini bacalah: Bil. 22-24; Ul. 1:30; 20:4; Mat. 15:14; 1 Kor. 2:14; 2 Ptr. 2:14-16; Why. 3:17. Ayat Hafalan: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Timotius 6:10).

C

erita tentang Bileam sangat terkenal dan seringkali digunakan untuk membuat lelucon seperti: “Ya, jika Allah sanggup berbicara melalui keledai Bileam, maka Ia sanggup berbicara melalui ini dan itu.” Namun, pada hakikatnya, tidak ada yang lucu dengan cerita ini. Walaupun cerita itu dapat dibaca dari berbagai sisi, pertemuan Bileam dengan Tuhan dapat dilihat sebagai salah satu contoh lain dari bagaimana dosa itu, jika tidak dikalahkan, jika tidak digumuli dengan kuasa Allah, dapat menuntun kita kepada kehancuran. Tiga kali Bileam disebutkan dalam Perjanjian Baru (2 Ptr. 2:15, 16; Yud. 1:11; Why. 2:14), dan tidak ada dari referensi-referensi itu yang memuji dia. Sebaliknya, ia merupakan gambaran atau lambang dosa. Petrus berbicara tentang “kegilaan” Bileam. Namun itu bukanlah “kegilaan” dalam arti gila secara mental; akan tetapi itu adalah kegilaan dari seseorang yang sangat terbuai dalam ketamakan sehingga ia mau melakukan apa yang diminta oleh Balak, dan semuanya itu demi uang, tidak peduli betapa salahnya hal itu. Jika seorang nabi seperti Bileam, bisa begitu “gila,” betapa lebih “gila” lagi kita melakukan sesuatu yang serupa itu, apalagi ada contoh menyedihkan di hadapan kita? *Pelajari pelajaran pekan ini untuk persiapan Sabat tanggal, 5 Desember.

114

Minggu

29 November

Seorang Raja yang Takut dan Terperdaya Cobalah tempatkan diri Anda pada posisi Balak, raja Moab. Ada sekumpulan besar orang yang keluar dari bangsa besar Mesir dan yang terpelihara hanya oleh mukjizat-mukjizat di padang belantara selama empat dekade. Dan sekarang mereka berkemah “di bentangan Moab” (Bil. 22:1), tidak jauh dari kerajaannya? Sekalipun bangsa itu tidak membuat ancaman apa pun terhadap mereka, dan tidak bermaksud menyerang, namun dapat dipahami, Balak takut. Karena, lihatlah apa yang baru saja mereka lakukan terhadap Og raja Bashan, dan terhadap Sihon raja orang Amori—yang bangsanya telah mengalahkan Moab (lihat Bil. 21:26). Juga jangan lupa pula apa yang mereka telah lakukan kepada bangsa Kanaan (Bil. 21:1-4). Tidak heran ia takut. Baca Bilangan 22:1-6. Ada apakah dengan Israel yang membuat raja itu takut? ________________________________________________________________ ______________________________________________________________ Kenyataannya, jika Israel merupakan suatu ancaman, apakah sebenarnya yang harus ditakuti oleh Balak? (Lihat Kej. 48:21; Kel. 15:1; Ul. 1:30; 20:4). ________________________________________________________________ ______________________________________________________________ Menghadapi apa yang ia yakini sebagai musuh yang tidak dapat dikalahkan, adalah ironis bahwa Balak mencari seorang nabi Allah dari bangsa yang ia ingin kutuki dan kalahkan. Kita tidak tahu apakah ia menyadari apa yang ia sedang lakukan, tetapi dari sudut pandang kita adalah jelas bahwa rencana Balak itu sudah gagal sejak awalnya. Orang hanya bisa bertanya-tanya, mengapa ia tidak mencari salah satu dari “orang-orang suci” di negerinya sendiri untuk memohon kepada dewa-dewa orang Moab untuk membela mereka melawan Israel. Ia malahan memanggil seorang nabi Allah yang benar. Barangkali kunci untuk hal ini ada dalam Bilangan 22:6 “. . . kutuk bangsa itu bagiku, sebab mereka lebih kuat dari padaku; mungkin aku sanggup mengalahkannya dan menghalaunya dari negeri ini, sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.” Tanyakan diri Anda sendiri, sejauh manakah Anda benar-benar berusaha untuk bergantung pada Allah, atau seberapa banyakkah Anda percaya pada diri sendiri, pada uang Anda, pekerjaan Anda, talenta Anda, dan lainnya? Bagaimanakah Anda dapat belajar untuk mengalihkan mata Anda dari hal-hal tersebut kepada Tuhan? Mengapa hal itu secara alamiah sukar dilakukan? (Lihat 1 Kor. 2:14). 115

Senin

30 November

Bileam Siapakah Bileam itu? “Dulunya Bileam adalah seorang yang baik dan seorang nabi Tuhan, tetapi ia telah murtad dan telah menyerahkan dirinya kepada ketamakan; namun demikian ia masih tetap mengaku sebagai seorang hamba dari Yang Mahatinggi. Ia mengetahui tentang adanya kuasa Allah demi Israel; dan pada waktu pesuruhpesuruh itu memberitahukan maksud kedatangan mereka, ia mengetahui dengan baik bahwa adalah tugasnya untuk menolak upah dari Balak dan menyuruh pulang para utusan itu. Tetapi ia memberanikan diri untuk bermain-main dengan penggodaan.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 32. Baca Bilangan 22:7-21. Sepintas, tampaknya Bileam seperti sedang berdiri teguh bagi Tuhan. Namun demikian, jika Anda membaca dengan teliti, gambaran apakah Anda temukan tentang dia yang bermain-main dengan pencobaan? ________________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ ______________________________________________________________ Bileam telah mendesak para utusan itu untuk tinggal bersama dia malam itu, sambil mengatakan bahwa dia belum akan memberikan jawaban sampai ia menanyakan petunjuk Tuhan. Bileam seharusnya menyadari bahwa kutukannya tidak bisa mencelakai Israel, karena Bileam mengenal, atau sekurang-kurangnya pernah mengenal Tuhan. Ia tidak perlu bertanya kepada Tuhan; barangkali ia melakukannya dengan harapan akan memperoleh jawaban lain? Atau sebaliknya, dengan menahan mereka tetap tinggal bersamanya pada saat seharusnya ia menyuruh mereka pergi, ia membuka diri pada pencobaan. Mengingat, orang-orang itu datang dengan “upah penenung” (Bil. 22:7). Perhatikan apa yang terjadi pada kunjungan kedua, bilamana mereka menjanjikan hadiah yang lebih banyak lagi untuknya. Allah telah berkata, “jika orangorang itu memanggil engkau,” maka engkau boleh pergi tetapi hanya apa yang akan Kufirmankan kepadamu harus kaulakukan. Tetapi pada pagi-pagi benar— sebelum para pemuka Moab itu mengatakan apa-apa—Bileam telah memelanai keledainya dan pergi bersama para utusan Moab itu. Dengan kata lain, meskipun ia pura-pura setia dan mengaku bahwa ia tidak sanggup menerima upah apa pun, ia suka sekali memperoleh semua uang yang ditawarkan kepadanya. Baca 2 Petrus 2:14-16. Bagaimanakah Petrus memandang tindaktanduk Bileam? Apakah amaran untuk kita tentang ketamakan dan pencobaan? Mengapa begitu mudah mencari-cari alasan agar dosa kita tidak kelihatan sebagai dosa? 116

Selasa

1 Desember

Konfrontasi yang Tidak Lazim Dengan berketetapan dalam hatinya untuk memperoleh hadiah-hadiah yang ditawarkan raja kepadanya, Bileam pergi dengan orang-orang itu ke Moab. Meskipun Bileam menunjukkan pengakuan iman secara luar, sehingga ia sendiri pun mungkin percaya pada dirinya sendiri, namun Tuhan tahu apa yang sedang terjadi dalam hati orang itu, dan responsnya. Baca Bilangan 22:22-34 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini: nn Arti simbolik apakah yang ada sehubungan dengan kenyataan bahwa hewan yang bodoh itu sanggup melihat malaikat Tuhan dan Bileam yang dianggap nabi Allah itu tidak bisa melihatnya? (Lihat Zef. 1:17; Mat. 15:14; Why. 3:17). _____________________________________________ ___________________________________________________________ oo Baca respons pertama dari Bileam terhadap keledai itu setelah keledai berbicara kepadanya. Pikirkan apa yang sedang terjadi. Apakah yang ditunjukkan oleh respons Bileam yang tidak masuk akal itu tentang isi hatinya yang sebenarnya dan keinginannya untuk mendapatkan harta? Bagaimanapun juga, apakah yang akan dilakukan kebanyakan orang bila ada seekor binatang mulai berbicara kepada mereka? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ pp Bagaimanakah cerita ini menyatakan rahmat Allah, bahkan kepada Bileam juga meskipun tindakan-tindakannya demikian? ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ Banyak sekali yang telah ditulis selama berabad-abad tentang hal ini, salah satu dari cerita yang paling aneh di dalam Alkitab. Berbagai komentator muncul dengan berbagai interpretasi. Namun satu hal yang jelas: Bileam adalah seorang yang memiliki hubungan khusus dengan Tuhan. Karena Tuhan masih berbicara kepadanya dengan cara yang akrab. Akan tetapi, meskipun ada hubungan seperti itu, Bileam memutuskan untuk melakukan apa yang dia inginkan. Dalam cara-cara apakah, bahkan dalam cara-cara yang paling tidak kentara, Anda mendapati diri Anda sedang bertarung melawan Tuhan? Yaitu Anda memutuskan untuk melakukan apa yang Anda inginkan sekalipun Anda tahu bukan itu yang Allah inginkan. Bagaimanakah Anda dapat mengatasi sikap berbahaya ini? 117

Rabu

2 Desember

“Matinya Orang-orang Jujur” Setelah kejadian dengan keledai itu, Bileam datang menemui Balak. Menarik sekali untuk memperhatikan bahwa Balak membawa Bileam “mendaki bukit Baal” (Bil. 22:41). Jelas sekali para penyembah berhala di Timur Dekat membangun kuil-kuil mereka di atas gunung-gunung agar lebih dekat dengan ilah yang mereka ingin sembah. Bileam menyuruh raja membangun di tempat itu tujuh mezbah dan mempersembahkan tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan di atasnya. Baca kata-kata Bileam, yang dikendalikan oleh Allah, berbicara terhadap bangsa Israel. Janji dan pekabaran yang penuh kuasa apakah yang terdapat dalam kata-katanya? Pengharapan apakah yang ada dalam kata-katanya yang ditawarkan juga kepada kita? (Lihat Bil. 23:5-10; lihat juga 1 Korintus 15). ________________________________________________________________ ______________________________________________________________ “Ia melihat mereka dibimbing oleh tangan-Nya apabila mereka memasuki lembah bayang-bayang kematian. Dan ia melihat mereka bangkit dari kuburkubur, dimahkotai oleh kemuliaan, kehormatan dan kebakaan. Ia melihat umat tebusan bersuka-suka di dalam kemegahan yang tidak pernah akan layu dari dunia yang sudah dibarui. Sambil memandang kepada pemandangan ini, ia berseru, ‘Siapakah yang menghitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan Israel?’ Dan apabila ia melihat mahkota kemuliaan yang ada di atas setiap dahi, kesukaan yang terpancar dari setiap wajah, dan memandang ke depan kepada kehidupan yang berbahagia yang tidak ada akhirnya, ia telah melayangkan satu doa yang khidmat, ‘Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya ajalku seperti ajal mereka!’”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 41. Apakah artinya “mati seperti matinya orang-orang jujur?” Apakah satu-satunya cara agar kita boleh mati seperti mereka? (Rm. 3:20-24). ________________________________________________________________ ______________________________________________________________ Dalam beberapa hal, perkataan Allah ini yang diucapkan untuk umat-Nya dahulu kala memantulkan janji Injil terhadap semua umat Allah di segala zaman, janji hidup kekal yang diperoleh dari kebenaran Yesus. Tidak seorang pun di antara kita hidup atau mati di dalam dan dari diri kita sendiri dengan kebenaran yang cukup untuk meluputkan kita dari kematian. Hanya kebenaran Yesus yang dikreditkan kepada kita oleh iman, yang sanggup. Melalui cerita Bileam dalam kitab Bilangan ini, Allah sedang menyatakan kepada kita janji keselamatan melalui Yesus. 118

Kamis

3 Desember

Bintang dan Tongkat Kerajaan Bayangkan kekagetan raja pada saat Bileam mulai memberkati Israel. Walaupun marah, raja masih belum siap menyerah. Ia membawa sang nabi ke puncak gunung yang lain di mana dia hanya bisa melihat sebagian kecil dari bangsa Israel, dan membangun tujuh mezbah lagi, mengorbankan lagi tujuh lembu jantan dan tujuh domba jantan. Bileam tidak “mencarikan pertanda lagi” (Bil. 24:1). Sekali lagi, gantinya mengucapkan kutukan seperti yang diinginkan oleh Balak sehingga ia membayarnya mahal, Bileam—di bawah pengendalian Allah— mengucapkan berkat-berkat lainnya untuk Israel. Kali ketiga Balak mengatur tujuh mezbah dan korban di puncak gunung lainnya, tetapi Bileam tahu bahwa adalah sia-sia untuk meminta izin Allah untuk menggunakan sihir atas Israel. Sambil memandang perkemahan Israel dari puncak yang ketiga ini, ia memberkati bangsa itu lagi (Bil. 23:27-30; Bil. 24:1-10) dan Balak menyuruh dia pulang dengan kedongkolan karena kegagalannya mengutuki Israel. Baca perumpamaan yang diucapkan Bileam dalam Bilangan 24:1517. Nubuatan tentang apakah ini, dan bagaimanakah itu digenapi? (Kej. 49:10; Mat. 2:1, 2). ________________________________________________________________ ______________________________________________________________ “Dalam usaha mencari pengetahuan yang lebih terang, mereka [orang-orang Majus itu) berpaling kepada Alkitab Ibrani.... Bileam termasuk golongan ahli nujum, sungguh pun ia pernah menjadi nabi Allah; oleh Roh Kudus ia telah meramalkan kemakmuran Israel dan kedatangan Mesias.... Nubuatan Bileam telah menandaskan, ‘Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel.’ (Bil. 24:17). Mungkinkah bintang yang aneh ini dikirim mendahului kedatangan Yang Dijanjikan itu?”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 5, hlm. 49-50. Para pelajar Alkitab sudah lama melihat dalam kata-kata ini suatu ramalan tentang Mesias, tentang Yesus, Penebus Yang Akan Datang. Gambaran tentang sebuah tongkat kerajaan (kekuasaan) dan sebuah bintang (terang) keduanya cocok melambangkan Yesus. Walaupun pada saat nubuatan itu, Tuhan menggunakan simbol-simbol lokal, yang sangat berarti bagi orang-orang yang mendengarkannya, prinsip di belakang nubuatan itu—yaitu tentang kuasa dan kemenangan Kristus—berlaku untuk seluruh dunia. Yesus adalah terang dunia dan pemilik sah dari terang itu, dan apa pun rencana manusia, pada akhirnya seluruh dunia akan melihat dia menang. (Lihat Yes. 45:23, Flp. 2:10). Betapa pun tidak adilnya dunia, kita memiliki janji bahwa Allah akan menang dan keadilan juga akan menang. Bagaimanakah janji tersebut menolong Anda mengatasi segala ketidakadilan yang Anda lihat sekarang ini? 119

Jumat

4 Desember

Pendalaman: Baca tulisan Ellen G. White berjudul “Bileam” dalam buku Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 31-48; “Ucapan-ucapan Berbahagia,” hlm. 15, dan “Makna Rohani Hukum Allah,” hlm. 55, dalam buku Khotbah di Atas Bukit. “Ia yang menyiksa binatang oleh sebab dia menjadi pemiliknya adalah seorang pengecut dan juga seorang yang kejam. Satu kecenderungan untuk menyebabkan kesakitan, baik kepada sesama manusia ataupun kepada seekor binatang, adalah bersifat Setan. Banyak yang tidak menyadari bahwa kekejaman mereka akan dicatat, oleh karena binatang itu tidak dapat menyatakannya. Tetapi kalau saja mata orang-orang ini dapat dicelikkan, sebagaimana halnya Bileam, mereka akan dapat melihat seorang malaikat Allah berdiri sebagai saksi, untuk menyatakannya di pengadilan surga. Satu catatan naik ke surga dan harinya akan datang bilamana pehukuman akan diucapkan terhadap mereka yang menganiaya makhlukmakhluk Allah.”—Ellen G. White, Alfa dan Omega, jld. 2, hlm. 38.

Pertanyaan untuk didiskusikan: nn Apakah beberapa pelajaran rohani yang dapat kita tarik dari cerita Bileam? Apakah yang diajarkannya, contohnya, tentang kedaulatan Allah, tentang kebebasan memilih manusia dan pemeliharaan Allah, atau tentang keberdosaan manusia? oo Tetaplah pada ide tentang “matinya orang-orang jujur.” Jika Anda mati hari ini, apakah kematian itu termasuk “matinya orang jujur?” Pertahankan jawabanmu. pp Uang adalah suatu pengaruh merusak yang sangat luar biasa dalam semua bidang kehidupan, termasuk kehidupan rohani kita. Bagaimanakah kita sebagai orang Kristen, dapat melindungi diri kita, iman kita dan gereja kita dari pengaruh uang yang berpeluang besar merusak? qq Baca Yudas 1:11 dan Wahyu 2:14, yang mana selain ayat-ayat itu kita telah melihat dalam kitab Petrus, merupakan satu-satunya referensi lainnya dalam Perjanjian Baru tentang Bileam. Apakah yang dapat kita pelajari dari ayat-ayat itu yang dapat menolong kita lebih memahami di mana Bileam tersesat? Rangkuman: Cerita Bileam mencoba mengutuk Israel demi kekayaan dan kehormatan mengungkapkan ketamakan dan kerakusannya. Sepuluh hukum mengamarkan kita terhadap sikap manusia berdosa ini. Tidak seorang pun di antara kita kebal terhadap hal ini, atau kebal terhadap dosa-dosa lainnya, yang jika tidak dikalahkan akan memimpin kita kepada kebinasaan abadi kita. Betapa pentingnya bagi kita belajar dari kesalahan Bileam.

120

PENUNTUN GURU 10 Ringkasan Pelajaran Ayat Kunci : 1 Timotius 6:10.

Anggota Kelas Akan:

¾¾ Mengetahui: Kehancuran menyedihkan dari seorang nabi Allah yang tergoda dengan janji-janji kekayaan untuk tidak menghormati Allah. ¾¾ Merasakan: Mengakui bahayanya bermain-main dengan pencobaan dalam bentuk apa pun. ¾¾ Melakukan: Menghindari pencobaan dengan memfokuskan perhatian kita pada anugerah dan kebaikan Allah.

Garis Besar Pelajaran:

I. Mengetahui: Kejatuhan Seorang Nabi A. Bileam mengakui bahwa ia hanya dapat melakukan dan mengatakan sesuai apa yang Allah suruh, lalu mengapa ia tetap mencoba untuk memenuhi keinginan Balak untuk mengutuk Israel? Karena Allah telah memberikan semacam izin kepada Bileam untuk pergi menemui Balak, mengapa malaikat menghalangi jalan keledai itu? Bagaimanakah Allah menunjukkan kasih karunia kepada Bileam?

II. Merasakan: Suatu Kesadaran akan Bahayanya Sikap Mengulur-ulur Waktu A. Bagaimanakah kita seperti halnya Bileam, mencoba untuk menuruti Allah tetapi pada saat yang sama mencoba untuk menuruti keinginan kita sendiri? B. Berkat yang terpaksa diucapkan oleh Bileam atas orang Israel menjadi gambaran yang indah tentang bagaimana biasanya orang lemah dan pemberontak. Keinginan-keinginan apakah yang ditimbulkan oleh berkat-berkat ini dalam hati Anda? III. Melakukan: Pilihan Kita—Menjadi Singa Allah atau Menjadi Mangsa Singa A. Walaupun kita mengalami kelemahan-kelemahan Israel yang jatuh menjadi mangsa pencobaan, apa yang dapat kita perbuat untuk “mati seperti matinya orang-orang jujur” yang dinubuatkan Bileam? Apa yang harus kita perbuat agar terhindar dari kejatuhan Bileam? B. Bagaimanakah kita dapat mencapai berkat-berkat yang Bileam ramalkan menjadi bagian dari anak-anak Allah? Rangkuman: Seorang nabi yang pernah setia tersesat karena menginginkan upah dari seorang raja duniawi. 121

Metode Belajar

Langkah 1—Memotivasi

Konsep Utama untuk Pertumbuhan Rohani: Dalam pelajaran ini, para anggota kelas harus belajar betapa berbahayanya ketamakan itu dan bagaimana mencegahnya agar tidak mengendalikan hidup kita. Khusus untuk Guru: Jikalau tanggung jawab pekerjaan, belajar, keluarga, dan bahkan gereja secara terus-menerus selalu dijadikan sedikit lebih penting dari pertumbuhan rohani, maka nantinya akan terlalu mudah juga bagi pengaruh-pengaruh selain Allah menguasai kehidupan kita dan mendikte keputusan kita. Minta anggota kelas mendiskusikan tentang Allah dan ketamakan dalam konteks pengaturan waktu. Minggu ini kita belajar bahwa cerita Bileam—yang menyerupai cerita dongeng tentang keledai yang berbicara melawan tuannya yang keras tengkuk— adalah benar-benar tentang bagaimana keinginan yang tidak dikendalikan dapat menginjak-injak naluri kita. Mula-mula, kita mungkin tergoda untuk menganggap Bileam itu lebih sebagai seorang yang tolol ketimbang seorang gila. Yang, pada akhirnya masih coba mengutuk umat Allah setelah teguran dari keledai dan amaran keras dari seorang malaikat dengan pedang terhunus—belum lagi kata-kata langsung dari Allah—sebaliknya ia memaksa. Tetapi kita segera mempelajari bahwa keinginan Bileam untuk mendapatkan hadiah jauh melebihi akal sehat dan komitmennya kepada Allah. Jika kehendak Allah tidak menuntun hidup kita, apakah ketamakan akan memegang kendali? Jika kita tidak menyembah Allah, siapa atau apakah yang kita sembah? Bagaimanakah kita mencegah ketamakan merampas tempat Allah di dalam kehidupan kita masing-masing? Diskusikan: Suatu tinjauan terhadap Rencana Harian kita atau Agenda Harian kita barangkali akan menunjukkan banyak hal tentang prioritas-prioritas kita. Walaupun mudah untuk mengatakan Allah yang diutamakan, namun cara kita menggunakan waktu kita menunjukkan hal yang sebaliknya. Di manakah Allah dalam daftar rencana kita?

Langkah 2—Menyelidiki

Khusus untuk Guru: Alkitab penuh dengan pelaku utama yang digoda oleh ketamakan, mulai dari Raja Ahab dan keinginannya yang kejam untuk mendapatkan kebun anggur Nabot (1 Raj. 21) hingga Yudas dan pengkhia­ natannya terhadap Yesus demi 30 keping perak (Mat. 26:15). Bagaimanakah cerita Alkitab tentang ketamakan, termasuk cerita minggu ini tentang Bileam, menolong menjelaskan mengapa Allah membenci ketamakan?

Komentar Alkitab Khusus untuk Guru: Pikirkan sejenak hukum pertama dan terakhir. “Jangan padamu ada ilah lain di hadapan-Ku” (Kel. 20:3), kata hukum pertama. 122

Empat belas ayat kemudian, hukum Allah yang kesepuluh bergema dari gunung Sinai yang diliputi awan: “Jangan mengingini” (Kel. 20:17). Mengapa Allah memilih untuk mengakhiri hukum itu dengan suatu perintah menentang sesua­ tu yang kelihatannya sebagai dosa yang sepele dibandingkan dengan membunuh atau menyembah berhala? Cerita di bawah menyatakan seberapa jauh sesungguhnya dari mengingini yang sepele dan memberi kesan mengapa Allah memilih untuk menegakkan hukum-Nya yang kekal seperti yang Ia lakukan—Ia tahu betapa mudanya apa yang kita ingini dapat benar-benar menjadi “ilah lain” yang kita tempatkan di hadapan Tuhan. Dalam Yosua 6 dan 7 dan kembali dalam 2 Raja-raja 5, kita mempelajari apa yang terjadi bilamana ketamakan menggeser Allah keluar dari kehidupan kita—pada saat keinginan menjadi berhala. I. Barang Sembunyian Akhan (Bersama anggota kelas, tinjau kembali: Yosua 6 dan 7). Cerita Akhan dalam Yosua 6 dan 7 memberi kesan bahwa ketamakan, meskipun berusaha menyembunyikannya sedemikian rupa, tidak pernah hanya mempengaruhi orang yang melakukannya. Pada saat gemuruh runtuhnya tembok Yerikho masih terngiang di telinga mereka, bangsa Israel yang menang itu diberitahu bahwa barang-barang rampasan dari kota terkutuk itu bukanlah barang yang bebas diambil siapa saja. Namun, seorang pria berani menyepelekan larangan Allah yang jelas tentang penjarahan itu; di tengah kekacauan pasca pertempuran, Akhan menyembunyikan sebuah jubah yang mewah, 200 syikal perak, dan sebatang emas seberat 50 syikal. Tentunya tidak seorang pun mengetahui barang jarahannya itu, karena si Akhan yang gelojoh itu menyembunyikannya di bawah tendanya. Satu kekalahan militer yang terjadi kemudian, Yosua memohon agar Allah menjelaskan mengapa nasib secara tiba-tiba berbalik. “Aku tidak akan menyertai kamu lagi jika barang-barang yang dikhususkan itu tidak kamu punahkan dari tengah-tengahmu,” Allah memberitahu Yosua (Yosua 7:12). Dalam pengakuan Akhan, kita mempelajari bagaimana ketamakan menjadi gerbang kepada pencurian dan tipu muslihat: “aku mengingininya, maka kuambil; semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah” (ayat 21). Barang-barang jarahan yang Akhan bawa dari Yerikho mungkin kelihatan tiada hubungannya, dan hukumannya mungkin kelihatan terlalu berlebihan, tetapi cerita itu memberi pelajaran betapa bahayanya membiarkan keinginan kita mengalahkan perintah-perintah Allah, dan yang lebih bahaya lagi, berlaku seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Diskusikan: Apakah bukti bahwa Bileam yakin ia dapat menyembunyikan keinginannya dari Allah? Perhatikan responsnya kepada Allah dalam Bilangan 22:34: “Aku tidak mengetahui, bahwa Engkau ini berdiri di jalan menentang aku.” Bileam bisa saja tidak melihat malaikat bersenjata itu menghalangi jalannya menuju Moab, tetapi benarkah ia mengira bahwa ia dapat membodohi Allah dengan berpura-pura jujur, khususnya setelah amaran yang Allah berikan sebelumnya terhadap tindak-tanduknya? Langkah apakah yang dapat kita ambil untuk menghindari kelancangan Bileam? 123

II. Keberanian Gehazi (Bersama anggota kelas, tinjau kembali: 2 Raja-raja 5). Dalam 2 Raja-raja 5, setelah Naaman selesai berendam tujuh kali di Sungai Yordan untuk menghilangkan kustanya, ia mendesak Nabi Elisa untuk menerima pemberian syukur. Elisa yang rendah hati menolak menerima kehormatan bagi dirinya untuk mukjizat Allah, dan menyuruh Naaman pulang, tetapi hambanya Gehazi memutuskan untuk mengejar Naaman dan “Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesua­tu dari padanya” (ayat 20). Segera Gehazi mendapatkan Naaman dan meyakinkan sang panglima bahwa Elisa telah berubah pikiran dan mau menerima pemberian itu. Kebohongannya ini membuat dia mendapatkan dua talenta perak dan dua potong pakaian. Yang menarik dari cerita Gehazi adalah keberaniannya. Setelah kembali dari menemui Naaman, Gehazi tidaklah bersembunyi dengan rasa bersalah; sama sekali tidak—ia segera melapor kepada Elisa, rupanya ia lupa bahwa sang nabi Allah mungkin saja tahu apa yang ia lakukan. Atau barangkali ia mengira Elisa akan melihat segi-segi baiknya. Dalam perjalanan kembali dari menerima pemberian Naaman, barangkali Gehazi memaafkan diri dengan banyak alasan— bagaimanapun juga, dia adalah seorang hamba, bahkan bukannya hamba dari seorang raja atau panglima tetapi hamba dari seorang yang tergolong nabi kecil. Dua pasang pakaian pastilah berguna sekali. Bahkan Gehazi mungkin saja telah meyakinkan dirinya bahwa bukannya ketamakan melainkan kebutuhanlah, yang mendorong tindakannya. Tetapi membengkokkan cerita tidaklah mengubah akibat dosa. Gehazi terserang penyakit kusta Naaman. Allah tidak menganggap ringan ketamakan atau usaha kita mencari alasan untuk membenarkannya. Diskusikan: Oleh mengambil keuntungan atas ketulusan Naaman, Gehazi mengubah suatu pemberian menjadi suatu dosa keinginan. Dalam pelajaran minggu ini, bagaimanakah ketamakan menghancurkan karunia nubuat Bileam? Menghancurkan pertimbangannya? Bagaimanakah reaksi Allah bila kita berusaha menggunakan kuasa-Nya untuk tujuan-tujuan yang jahat dan kemudian mencoba untuk membenarkan tindakan-tindakan kita? Pikirkanlah karunia-karu­ nia yang Allah telah berikan kepada Anda. Bagaimanakah Anda telah dicobai untuk menggunakan karunia-karunia itu untuk maksud-maksud yang Anda tahu bertentangan dengan rencana-Nya?

Langkah 3—Menerapkan

Pertanyaan-pertanyaan untuk Direnungkan: »» “Tidak ada penyakit seperti ketamakan,” kata Chanakya, seorang politisi dan penulis India dahulu kala. Bagaimanakah ketamakan mencengkeram Bileam seperti suatu penyakit? Kapan dia “mengidap” penyakit itu; apa “gejalagejalanya?” Apakah penangkal terhadap ketamakan? Cerita tentang Akhan dan Gehazi memberi sedikit janji penyembuhan. Apakah cerita Bileam ini masih ada pengharapan? Terangkan. ¼¼ “Kemurahan hati mendatangkan kekayaan; ketamakan menambah kemiskinan,” demikian bunyi sebuah peribahasa Jerman. Akhan menyembunyikan 124

barang-barang curiannya. Gehazi menyimpan hadiahnya yang mendatangkan penyakit dan berpura-pura tidak melakukan kesalahan. Bileam bangun pagipagi untuk pergi bersama para utusan Balak ke Moab, seakan-akan ia bisa mendahului Allah. Mengapa kita begitu tergoda oleh ketamakan bila kita tahu kita tidak akan menikmati hasilnya? Ketamakan bukan hanya merampas kebahagiaan kita—dan mungkin ini yang lebih menyusahkan—itu juga membobol suara hati kita. Bila kita mengalah kepada ketamakan, kita akan menjadi lebih miskin secara moral. Mengapa Anda berpikir ketamakan masih tetap kelihatan seperti suatu pencobaan yang memikat hati bagi kebanyakan kita? Pertanyaan Penerapan: »» Banyak dari kita hidup dalam suatu masyarakat yang sangat materialistis. Setiap hari kita dibombardir dengan rayuan pemasaran yang bertujuan untuk mengesampingkan akal sehat kita dan meyakinkan kita untuk membelanjakan uang kita—bahkan seringkali sebelum kita mendapatkan uang itu. Pesannya jelas: Anda dapat membeli identitas, kesuksesan, cinta, kebahagiaan, bahkan mungkin keselamatan. Bagaimanakah prinsip-prinsip penatalayanan Alkitab menolong orang Kristen menjalani kehidupan di dunia yang kelihatannya beredar-edar di sekitar konsumerisme? Bagaimanakah bagian akhir dari Mazmur 62:10 menganjurkan agar orang Kristen harus menjaga uang dan harta milik mereka dalam proporsi yang layak? ¼¼ Di UKSS diskusikanlah konsep keinginan yang “sehat.” Mengapa boleh atau tidak boleh, mencari motivasi dalam berbagai kebutuhan dan keinginan kita? Sebagai contoh, tanpa beban tagihan, tanpa keluarga yang perlu dinafkahi, dan tanpa berbagai hal untuk dibiayai, banyak dari kita menjadi agak kurang produktif dalam bekerja. Tetapi pada titik manakah keinginan yang tampaknya tidak berbahaya menjadi ketamakan? Bagaimanakah orang Kristen menjaga agar keinginan itu tidak berubah menjadi ketamakan?

Langkah 4—Melatih Kreativitas

Khusus untuk Guru: Minggu ini kita mempelajari apa yang terjadi jika kita menempatkan ketamakan lebih dari Allah. Dorong anggota kelas Anda untuk terbuka tentang kehidupan mereka—masa lalu mereka, hal-hal yang memikat perhatian mereka, prioritas-prioritas mereka. Di manakah faktor Allah dalam tiap-tiap kategori? Ketamakan kadangkala mudah sekali disembunyikan. “Mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram” (Yeh. 33:31). Seperti halnya Gehazi mengelabui Naaman untuk memberikan hadiah dengan cerita karangannya tentang dua hamba yang butuh pertolongan, apakah kita kadangkala tergoda untuk membungkus keinginan-keinginan kita sebagai kebutuhan orang lain? Evaluasilah motif yang mengendalikan keputusan-keputusan Anda minggu ini. Dengan pertolongan Allah, langkah-langkah praktis apakah yang dapat Anda ambil untuk memastikan bahwa ayat di atas tidak menggambarkan tindakan-tindakan Anda? 125

Related Documents