Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi Edit.docx

  • Uploaded by: Indhah Setiati
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi Edit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,066
  • Pages: 32
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Rumah Sakit X adalah unit pelayanan kesehatan paripurna milik Pemerintah Kabupaten Tulungagung yang melayani berbagai kalangan masyarakat dengan berbagai status sosial di wilayah Tulungagung dan sekitarnya. Komitmen rsu memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin kepada konsumen tanpa memandang latar ekonomi, pendidikan, sosial tentu berdampak

terhadap kondisi

lingkungan hidup baik skala kecil maupun besar. Upaya - upaya pengendalian dampak lingkungan

yang

diakibatkan dari kegiatan pelayanan rumah sakit mutlak dilakukan guna mencegah ekses negatif sehingga lingkungan dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Potensi

gangguan

kesehatan

lingkungan

tidak

hanya

bersumber dari manusia saja namun juga berasal dari serangga dan binatang (kucing,kecoa,nyamuk, tikus dan lalat), radiasi (sinar x ray), emisi

carbon

(gas

buang

dari

incenerator,genset,kendaraan

bermotor),dan kebisingan . Interaksi antara sarana, prasarana, sistem,fungsi dan manusia dapat menjadi gangguan dari aspek biologi,kimia dan fisik yang pada gilirannya menurunkan kualitas lingkungan sehingga makhluk hidup di dalamnya termasuk manusia terancam secara ekologi. Oleh karenanya perlu sebuah perencanaan,pengendalian, pelaksanaan dan evaluasi guna mengantisipasi dampak negatif yang mungkin timbul. Berkaitan dengan hal tesebut diatas RSUD dr.Iskak khususnya instalasi sanitasi menyajikan konsep pelayanan kesehatan lingkungan secara integral. Pelayanan kesehatan lingkungan ini bersifat menyeluruh tidak hanya berkaitan dengan sarana dan prasarana namun juga yang

sifatnya edukatif promotif dengan

sasaran karyawan maupun pengunjung. Dengan demikian terjadi

korelasi positif disatu sisi membangun fisik sarana prasarana di sisi lain juga membangun perilaku sehat. Mustahil rasanya dapat berhasil apabila kedunya tidak dapat berjalan seiring.

1.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan Lingkungan RS. Tujuan Umum : Mencegah dan memutus faktor lingkungan sebagai rantai penularan penyakit serta tercipta kondisi lingkungan yang sesuai dengan peruntukannya sehingga mampu menopang keberadaan makhluk hidup di dalamnya . Tujuan Khusus : a. Mencegah terjadinya infeksi rumah sakit [Hospital Infection] b. Mencegah pencemaran tanah ,air dan udara c. Menciptakan suasana lingkungan yang sehat dan nyaman d. Menjaga kelestarian linkungan

1.3. Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup pelayanan kesehatan lingkungan RSUD X meliputi program kegiatan antara lain; a. Penyediaan air bersih b. Pemantauan kualitas air bersih c. Pengolahan air limbah d. Pemantauan kualitas air limbah e. Pengolahan limbah padat f. Penyehatan ruang bangunan g. Kebersihan lingkungan h. Pemantauan kualitas udara i.

Pengendalian vektor

2

1.4.Batasan Operasional a. Pengertian

Kesehatan

Lingkungan

Menurut

World

Health

Organisation (WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially affect health. Atau bila disimpulkan “Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin

keadaan

sehat

dari

manusia.” Lebih

lengkapnya

pengetian yang mengarah pada makhluk hidup khususnya manusia adalah “Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan. Manajemen Kesehatan Lingkungan RS Manajemen kesehatan

lingkungan

RS

mengarah

kepada

pencegahan

berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan. Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat .Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta

berdimensi

multi

disiplin,

diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit .

3

untuk

itu dalam

b. Upaya Kesehatan Lingkungan RS Upaya

kesehatan

sarana,prasarana,

lingkungan pencegahan,

RS

meliputi

pengendalian,

penyiapan pemantauan,

pengawasan maupun promotif. Secara umum program kegiatan kesehatan lingkungan RS dikelompokan menjadi tiga komponen yaitu pengadaan sarana,pemantauan dan promotif. 1. Pengadaan sarana antara lain: incenerator,ipal,gerobak sampah, water treatment plan (WTP) ,sanitary kit dan ketenagaan. 2. Pemantauan meliputi pengawasan kualitas air bersih, effluent air limbah, gas buang, ruang bangunan, makanan minuman dan lainlain. 3. Promotif kegiatan yang dilakukan antara lain, penyuluhan kepada pengungjung, diklat karyawan, pemasangan striker, petunjuk operasional.

4

1.5. Landasan Hukum Landasan 5okum yang dipakai acuan dalam mengimplementasikan kegiatan kesehatan lingkungan RSUD X adalah ; Tabel 1 : Dasar Hukum dan Acuan

NO

DASAR HUKUM

TENTANG

1.

UU No.23/1992

Kesehatan

2.

UU No.23/1997

Pengelolaan Lingkungan Hidup

3.

PP No.27/1999

Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

4.

PP No./1999

Pengelolaan Limbah B3

5.

Kep.MenLH No.58/1995

Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan RS

6.

Kep.MenLH No.86/2002

Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

7.

8.

Kep Menkes RI

Penyusunan UKL-UPL Kegiatan

No.875/2001

Bidang Kesehatan

Permenkes No.124/2004

Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS

9.

Kep.Dirjen PPM & PLP

Persyaratan dan Petunjuk Tehnis

No.HK 00.06.6.44

Tata Cara Penyehatan Lingkungan RS Baku Mutu Limbah Cair RS

10.

SK Gub.Prop.Jawa Timur

Baku Mutu Effluent Limbah Rumah

No.73 Tahun 2013

Sakit

5

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumberdaya Manusia Untuk

menjalankan

aktivitas

pelayanan

Instalasi

Sanitasi,

membutuhkan tenaga dari berbagai disiplin ilmu baik tenaga ahli, pelaksana maupun tenaga pendukung. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 keadaan tenaga di Instalasi Sanitasi RSUD X sebanyak 22 orang (7 orang PNS, 13 orang kontrak dan 2 orang tenaga harian lepas), terdiri dari :

Tabel 2 : Ketenagaan Instalasi Sanitasi RSUD X per 31 Desember Tahun 2017 KUALIFIKASI No

NAMA JABATAN

1.

Kepala Instalasi

2.

Administrasi Umum

PENDIDIKAN S1 Kesehatan Masyarakat D-III/S1 Umum

NON

HARIAN

PNS

PNS

LEPAS

TOTAL

1

0

0

1

0

1

0

1

0

3

0

3

D-III/D-IV 3.

Sanitarian

Kesehatan Lingkungan

4.

Operator WTP

SMA/SMK

1

0

0

1

5.

Operator IPAL

SMA/SMK

0

1

0

1

6.

Operator Insenerator

SMA/SMK

0

1

0

1

7.

Tenaga Kebersihan

SMA

5

5

2

12

0

2

0

2

7

13

2

22

8.

Pelaksana Kesehatan Kerja

D-III Hiperkes/ S1 Kesehatan Masyarakat (K3)

Jumlah Tenaga Seluruhnya

6

Susunan Instalasi Sanitasi terdiri dari : a. Kepala Sanitasi  Membantu direktur melaksanakan tugas program penyehatan lingkungan rumah sakit  Membagi

tugas

program

penyehatan

lingkungan

kepada

anggotanya  Mengkoordinasi seluruh staf instalasi sanitasi  Merencanakan kegiatan instalasi sanitasi  Mengevaluasi kegiatan instalasi sanitasi  Penanggungjawab tugas-tugas keseluruhan di instalasi sanitasi  Memberi petunjuk bagi pelaksana tugas di bawah jenjangnya  Lain-lain yang ditugaskan oleh Direktur RSUD Dr. Iskak b. Sub. Pengelolaan Limbah dan Pengelolaan B3 • Pengambilan sampah medis di ruangan pengahasil sampah medis • Monitoring pemisahan sampah medis di ruangan • Pemusnahan / pembakaran sampah medis di incinerator • Mengontrol fungsi incinerator • Memantau pemisahan sampah non medis • Memantau kebersihan sekitar TPS sampah umum • Monitoring, merawat, dan memperbaiki fungsi IPAL • Monitoring saluran air limbah dan bak control • Mengirim sampel air limbah ke laboratorium yang ditunjuk • Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di ruangan • Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) c. Sub. Penyehatan Air Bersih • Mengontrol fungsi alat pengolah air bersih (WTP) • Melakukan back wash • Melakukan regenerasi WTP dan pemberian garam di tendon garam • Menguras tendon air WTP (groud tank) dan tendon garam • Mengirim sampel air bersih dan air minum ke laboratorium yang ditunjuk • Pemberian kaporit cair

7

• Melakukan inspeksi penyehatan air d. Sub. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu • Mengamati keberadaan jentik dan pemberantasan jentik • Mengamati keberadaan nyamuk dan pemberantasan nyamuk • Mengamati keberadaan kecoak dan pemberantasan kecoak • Mengamati keberadaan tikus dan pengendalian populasi tikus • Mengamati keberadaan lalat dan pengendalian populasi lalat • Mengamati keberadaan kucing dan pengendalian populasi kucing e. Sub. Penyehatan Makanan dan Minuman • Memantaui tempat penyimpanan bahan mentah di dapur • Monitoring tempat pengolahan makanan • Memantau kesehatan penjamah makanan • Membuat jadwal pengukuran angka kuman f. Sub. Penyehatan Ruang, Bangunan dan Halaman • Memantau kebersihan seluruh ruangan • Memantau kebersihan halaman dan kerapian taman • Mengukur pencahayaan ruangan • Mengukur kebisingan ruangan • Mengukur kelembaban dan suhu ruangan • Menjaga kebersihan halaman, merawat taman dan kebersihan saluran air hujan • Merapikan dahan pohon • Membuat jadwal pengukuran angka kuman udara ruang dan swab angka kuman dinding serta lantai di ruang tertentu • Melaksanakan pengukuran angka kuman g. Administrasi • Mencatat semua kegiatan di Instalasi Sanitasi • Membuat permintaan barang/alat ke Bagian Perlengkapan • Mengurus surat dari Instalasi Sanitasi ke luar rumah sakit / instansi lain • Menyusun jadwal dinas • Membukukan jumlah sampah medis

8

• Inventarisasi alat-alat di Sanitasi • Tugas lain yang diberikan oleh kepala Instalasi Sanitasi

9

B. Distribusi Ketenagaan Distribusi ketenagaan di Instalasi Sanitasi RSUD X meliputi : 1. Kepala instalasi 2. Administrasi 3. Penanggungjawab pengelolaan limbah dan pengelolaan bahan B3 4. Penanggungjawab penyehatan air bersih 5. Penanggungjawab penyehatan makanan dan minuman 6. Penanggungjawab penyehatan ruang, bangunan dan halaman 7. Penanggungjawab

pengendalian

serangga

dan

binatang

pengganggu

C. Pengaturan Jaga Di Instalasi Sanitasi RSUD X ada 2 shift jam kerja pagi dan sore. Untuk shift pagi semua tenaga sanitasi dan sebagian tenaga kebersihan halaman dan taman, sedang shift sore hanya tenaga kebersihan halaman dan taman yang terjadwal masuk sore.

10

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan R. Sanitasi

Utara

R. Incenerator

Gudang

B. Standar Fasilitas Standar Fasilitas terkait Instalasi Sanitasi RSUD X antara lain : 1. Incinerator sebagai mesin pengolah limbah padat infeksius dengan proses pembakaran dengan suhu di atas 1000°C. 2. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Tipe pengolahan air limbah di RSUD dr Iskak adalah gabungan antara aerob dan anaerob ditambah dengan tumbuhan air di gravel sebagai filter. 3. Water Treatment Plant (WTP) Untuk menjamin kualitas air bersih dan memudahkan dalam perawatan perpipaan karena air bersih yang mengalir sudah terolah dan bertekanan krang lebih 2 bar. 4. Gerobak / troly pengangkut sampah. 5. Kontainer tempat penampungan sementara (TPS) dua buah untuk sampah umum (non infeksius). 6. Gedung TPS khusus limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

11

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

1.1. Pengelolaan Limbah dan Pengelolaan B3 4.1.1 Pengelolaan Limbah a. Limbah Cair Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume dan prosedur penanganan dan penyimpanannya 1. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir dengan lancer serta terpisah dengan saluran air hujan. 2. Rumah sakit harus mempunyai instalasi pengolahan air limbah sendiriatau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan. 3. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cairuntuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan. 4. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah harus dilengkapi / ditutup dengan grill. 5. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di IPALbila tidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai ketentuan yang berlaku melalui kerjasama deengan pihak lain atau pihak yang berwenang. 6. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent)

dilakukan

setiap

bulan

sekali

untuk

swapantau/diuji di laboratorium yang terakreditasi dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

12

7. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat radioaktif pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN. 8. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

b. Limbah Padat Medis Yang termasuk limbah medis padat rumah sakit : Limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksik, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. 1. Sampah benda tajam : Adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam. Sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau

menusuk

kulit,

seperti

jarum

hipodermik,

perlengkapan intravenam pipet Pasteur, pecahan gelas, pisau bedah 2. Sampah infeksius : Adalah sampah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) atau

sampah

laboratorium

yang

berkaitan

dengan

pemeriksaan mikrobiologis dan poliklinik dan ruang perawatan/isolasi juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi. 3. Sampah patologi/jaringan tubuh Meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta darah dan cairan tubuh lain yang dibuang pada saat pembedahan atau autopsy.

13

4. Sampah citotoksik Adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. 5. Sampah farmasi Adalah sampah yang berasal dari obat – obatan yang kadaluwarsa, obat – obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi,

obat



obatan

yang

dikembalikan

pasien,obat – obatan yang tidak diperlukan oleh institusi bersangkutan. 6. Sampah kimia Sampah hasil penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. 7. Sampah radioaktif Bahan yang terkontaminasi oleh radioisotope yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida yang berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radio immune assay dan bakteriologis.

c. Limbah Padat Non Medis 1. Pemilahan Limbah Padat non Medis a. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. b. Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah basah dan limbah kering. 2. Tempat Pewadahan Limbah padat Non Medis a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass

14

b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan. c. Terdapat minimal 1 buah untuk kamar atau sesuai dengan kebutuhan. d. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah maka harus diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu. 3. Pengangkutan Pengangkutan limbah padat non medis dari setiap ruangan

ke

tempat

penampungan

sementara

menggunakan troli tertutup. 4. Tempat Penampungan Limbah Padat Non Medis Sementara a. Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan

kembali.

Tempat

tersebut

tidak

merupakan sumber bau dan lalat lagi bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi. b. Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan. c. Terletak

pada

lokasi

yang

mudah

dijangkau

kendaraan pengangkut limbah padat. d. Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.

15

5. Pengolahan Limbah Padat Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan limbah padat dilakukan pada sumbernya. Limbah yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk limbah padat organik dapat diolah menjadi pupuk. 6. Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir Limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola pleh Pemda atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4.1.2. Pengelolaan B3 (dibuku panduan pengelolaan B3)

1.2. Penyehatan Air Bersih 4.2.1 Kegiatan

pengawasan

kualitas

air

dengan

pendekatan

surveilans kualitas air antara lain meliputi : a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan sampel air c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium dan d. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air

4.2.2 Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi sanitasi sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan Direktorat Jenderal PPM dan PL Depkes. 4.2.3 Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan atau air bersih rumah sakit tercantum dalam Tabel dibawah ini :

16

Tabel 3. Jumlah Sampel Air untuk Pemeriksaan Mikrobiologi Menurut Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Tempat Tidur 25 - 100 101 - 400 401 - 1000 > 1000

Jumlah Minimum Sampel Air Perbulan Untuk pemeriksaan Mikrobiologi Air Minum Air Bersih 4 6 8 10

4 6 8 10

4.2.4 Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 kali setahun (sekali musim kemarau dan sekali pada musim hujan) dan titik pengambilan sampel masing-masing pada tempat penampungan (reservoir) dan kran terjauh dari reservoir. 4.2.5 Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi terutama pada air kran ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir0 secara acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi pada sumber air dan titik-titik lain yang rawan pencemaran. 4.2.6 Sampel air pada butir 3 dan 4 tersebut diatas dikirim dan diperiksakan pada laboratorium yang berwenang atau yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau Pemda setempat. 4.2.7 Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh pihak rumahsakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh Dinkes. 4.2.8 Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan kualitas air untuk pengukuran sisa khlor bila menggunakan desinfektan kaporit, pH, dan kekeruhan air minum atau air

17

bersih yang berasal dari sistem perpipaan dan atau pengolahan air pada titik/tempat yang dicurigai rawan pencemaran. 4.2.9 Petugas

sanitasi

atau

penanggung

jawab

pengelolaan

kesehatan lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan laboratorium. 4.2.10 Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang menyimpang dari standar mka harus dilakukan pengolahan sesuai parameter yang menyimpang. 4.2.11 Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat resiko pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.

4.3 Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu 4.3.1 Surveilens a. Nyamuk 1) Pengamatan Jentik. Pengamatan jentik Aedes sp dilakukan secara berkala di setiap sarana penampungan air, sekurang-kurangnya setiap 1 minggu untuk mengetahui adanya atau keadaan populasi jentik nyamuk, dilakukan secara teratur. Selain itu dilakukan juga pengamatan jentik nyamuk spesies lainnya di tempat-tempat yang potensial sebagai tempat perindukan vektor penyakit malaria di sekitar lingkungan rumah sakit seperti saluran pembuangan air limbah. 2) Pengamatan lubang dengan kawat kasa. Setiap lubang di dinding harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk. 3) Konstruksi pintu harus membuka kearah luar.

18

b. Kecoa 1) Mengamati keberadaan kecoa yang ditandai dengan adanya kotoran, telur kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap ruangan. 2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter setiap 2 minggu. 3) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera dilakukan upaya pemberantasan. c. Tikus Mengamati/memantau secara berkala setiap bulan di tempattempat yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai dengan adanya keberadaan tikus antara lain : kotoran, bekas gigitan, bekas jalan dan tikus hidup. Ruang-ruang tersebut antara lain di daerah bangunan tertutup (core) rumah sakit, antara lain dapur, ruang perawatan, laboratorium, ICU, radiologi, UGD, ruang operasi, ruang ganti, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin, dan ruang lainnya. d. Lalat Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan fly grill pada daerah core dan daerah yang biasa dihinggapi lalat terutama di tempat yang diduga sebagai tempat perindukan lalat seperti TPS, tempat sampah, saluran pembuangan limbah padat dan cair, kantin rumah sakit dan dapur. e. Binatang pengganggu lainnya Mengamati/memantau secar berkala keberadaan kucing.

4.3.2. Pencegahan a. Nyamuk 1) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur, Menguras dan Menutup (3M). 2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup.

19

3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi tempat perindukan nyamuk. 4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu terutama di ruang perawatan anak. b. Kecoa 1) Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji di tempat tertutup 2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. 3) Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam ruangan. c. Tikus 1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu dan jendela. 2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan d. Lalat Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang memenuhi syarat kesehatan. e. Binatang pengganggu lainnya Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. 4.3.3 Pemberantasan a. Nyamuk 1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp > 0 dengan cara abatisasi 2) Melakukan

pemberantasan

larva/jentik

dengan

menggunakan predator 3) Melakukan oiling untuk memberantas larva/jentik culex 4) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah sakit maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit. b. Kecoa

20

1.Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis yaitu membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar/dihancurkan. 2. Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi a)Secara fisik atau mekanis : • Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul • Menyiram tempat perindukan dengan air panas • Menutup celah-celah dinding b) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan, bubuk, semprotan dan umpan. c. Tikus Melakukan

pengendalian

pemasangan

perangkap,

tikus

secara

pemukulan,

fisik atau

dengan sebagai

alternatife terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun. d. Lalat Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan) melebihi2 ekor per block grill maka dilakukan pengendalian lalat secara fisik, biologic dan kimia. e.Binatang pengganggu lainnya Bila

terdapat

kucing

dan

anjing

maka

perlu

dilakukan,penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit.

21

4.4 Penyehatan Makanan dan Minuman 4.4.1. Persyaratan Higiene Dan Sanitasi Makanan Berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 mengenai Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, maka hal - hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman. b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.Coli. c. Makanan ayng mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih dari 65,5° atau dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu - 5° C sampai -1° C. d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10° C. e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu pada tabel 5 yaitu Tabel Suhu dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Segar/ Mentah f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %. g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding, atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm 2. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm 3. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

4.4.2. Tata Cara Pelaksanaan a. Bahan Makanan dan Makanan Jadi 1.

Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan

berkualitas baik.

22

2. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau dari luar rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan laboratorium minimal 1 bulan Peraturan Menteri Kesehatan No. 715/MenKes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. 3. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari sumber lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum dihidangkan. 4. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek serta dalam keadaan baik. b. Bahan Makanan Tambahan Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus sesuai dengan ketentuan. c. Penyimpanan Bahan Makan dan Makanan Jadi Tempat

penyimpanan

bahan

makanan

harus

selalu

terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.

4.4.3. Bahan Makanan Kering a. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi. b. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih maupun air limbah)untuk menghindari terkena bocoran. c. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan. d. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rakrak dengan

ketinggian rak terbawah 15 cm - 25 cm.

e. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22° C. f. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga. g. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk menjaga sirkulasi udara.

23

4.4.4. Bahan Makanan Basah/Mudah Membusuk dan Minuman a. Bahan makanan seperti buah, sayuran, dan minuman, disimpan pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10 °C - 15 °C b. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 4 °C-10°C c. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai

24 jam disimpan pada penyimpanan

dingin sekali (freezing) dengan suhu

0 °C - 4 °C.

d. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku dengan suhu < 0 °C. e. Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu. f. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup.

4.4.5. Makanan Jadi a. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam

berat

dan

residu pestisida, tidak boleh melebihi

ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku. b. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan tertutup serta segera disajikan.

4.4.6.Pengolahan Makanan Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan : a. Tempat pengolahan makanan 1. Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan ruangan dapur.

24

2. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik. 3. Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan sungkup asap. 4. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux. b. Peralatan Masak Peralatan

masak

adalah

semua

perlengkapan

yang

diperlukan dalam proses pengolahan makanan. 1. Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan. 2. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor. 3. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang lazim dijumpai dalam makanan. 4. Peralatan

agar

dicuci

segera

sesudah

digunakan,

selanjutnya didesinfeksi dan dikeringkan. 5. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan disimpan pada rak terlindung dari vektor.

4.4.7. Penjamah Makanan a. Harus sehat dan bebas dari penyakit menular. b. Secara

berkala

minimal

2

kali

setahun

diperiksa

kesehatannya oleh dokter yang berwenang. c. Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelidung pengolahan makanan dapur. d. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.

4.4.8.Pengangkutan Makanan Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya, yaitu :

25

a. Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup dan bersih. b. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara untuk ruang gerak. c. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut bahan/barang kotor.

4.4.9. Penyajian Makanan 1. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang dipakai harus bersih. 2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup. 3. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan dengan suhu mnimal 60° C dan 4° C untuk makanan dingin. 4. Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih. 5. Makanan jadi harus segera disajikan. 6. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

26

4.5. Penyehatan Ruang, Bangunan dan Halaman 4.5.1. Pemeliharaan Ruang Bangunan a. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari. b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan. c. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari. d. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan antiseptik yang tepat. e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri. f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar. g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

4.5.2. Pencahayaan a. Lingkungan rumah sakit, baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya. b. Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk

menyimpan

barang/peralatan

perlu

diberikan

penerangan. c. Ruang pasien/bangsal harus disediakan penerangan umum dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar dekat pintu masuk, sekitar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.

27

4.5.3. Penghawaan dan pengaturan udara a. Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus harus mendapat perhatian yang khusus. Bila menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sesuai buku petunjuk sehingga dapat menghasilkan suhu, aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan karyawan. Untuk rumah sakit yang menggunakan pengatur udara (AC) sentral harusdiperhatikan cooling tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri legionella dan untuk AHU (Air Handling Unit) filter udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur. b. Suplai udara dan exhaust hendaknya digerakkan secara mekanis, dan exhaust fan hendaknya diletakkan pada ujung system ventilasi. c. Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang-kurangnya 1 (satu) fan dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5 m3/detik, dan frekuensi pergantian udara per jam adalah 2 (dua) sampai dengan 12 kali. d. Pengambilan supply udara dari luar, kecuali unit ruang individual, hendaknya diletakkan sejauh mungkin, minimal 7,50 meter dari exhauster atau perlengkapan pembakaran. e. Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap. f. Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan. g. Suplai udara untuk daerah sensitif, ruang operasi, perawatan bayi, diambil dekat langit-langit dan exhaust dekat lantai, hendaknya ddisediakan 2 (dua) buah exhaust fan dan diletakkan minimal 7,50 cm dari lantai. h. Suplai udara di atas lantai. i. Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap ruang hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang.

28

j.

Ventilasi ruang-ruang sensitif hendaknya dilenglengkapi dengan saringan 2 beds. Saringan I dipasang di bagian penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30 % dan saringan II (filter bakteri) dipasang 90 %. Untuk mempelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung hendaknya mempelajari khusus central air conditioning system.

k. Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang. l. Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis (air conditioner) m.Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan atau air conditioner dipasang pada ketinggian minimum 2,00 meter di atas lantai atau minimum 0,20 meter dari langit-langit. n. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) 1 (satu) kali sebulan harus disinfeksi dengan menggunakan aerosol (resorcinol, trietylin glikol), atau disaring dengan elektron presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet. o. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 (dua) kali setahun dilakukan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu dan gas).

4.5.4. Kebisingan a. Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan. b. Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara :

29

1) Pada

sumber

bising

di

rumah

sakit

peredaman.

Penyekatan, pemindahan, pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising. 2)

Pada

sumber

bising

dari

luar

penyekatan/penyerapan

bising

pohon

meninggikan

(green

belt),

meninggikan tanah (bukit buatan).

30

rumah

dengan

sakit

:

penanaman

tembok,

dan

BAB VPENGENDALIAN MUTU

Dalam menjaga kualitas lingkungan di RSUD X agar tetap lestari dan tidak menjadi sumber pencemar bagi lingkungan, baik di rumah sakit atau bagi lingkungan sekitar, perlu dilakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi. Adapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan secara kimia dan biologi yang meliputi : 1. Pengujian oulet air limbah setiap bulan dengan Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit. Tabel 4. Baku Mutu Effluent air limbah No.

Parameter

Satuan

Standar Maksimal

°C

30°C

-

6-9

1.

Suhu

2.

pH

3.

BOD5

mg/L

30

4.

COD

mg/L

80

5.

Zat tersuspensi (TSS)

mg/L

30

6.

Amonia bebas (NH3-

mg/L

0,1

7.

N)

mg/L

2

8.

Ortho Phosphat (PO4)

MPN/100m

30

Coli Tinja

2. Pengujian kualitas kimia air bersih, ini dilakukan enam sekali dengan Standar Baku Mutu yang telah ditetapkan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. 3. Pengujian kualitas biologi air bersihdengan Standar Baku Mutu Permenkes RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. 4. Pengujian kualitas biologi air minum dengan Standar Baku Mutu Kepmenkes RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002.

31

5. Pengujian kualitas udara emisi pembakaran limbah medis di mesin incinerator dengan Standar Baku Mutu Keputusan Bapedal yaitu Kep.03/Bapedal/09/1995. 6. Pengujian kualitas udara ambient

32

Related Documents


More Documents from "Hakiki Akbari"