BAGIAN ILMU OBSTETRIC AND GYNECOLOGY FAKULTAS KEDOKTERAN
LAPORAN KASUS JANUARI 2019
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PRE-EKLAMPSIA BERAT
Disusun Oleh: Sri Wahyuni, S.Ked 10542 0536 13
Pembimbing: DR. dr. H. Nasrudin A. M, Sp.OG(K), MARS
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Obstetric and Gynecology
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa : Nama
: Sri Wahyuni, S.Ked
NIM
: 10542 0536 13
JudulLaporanKasus
: Pre-Eklampsia Berat
Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Januari 2019
Pembimbing,
DR. dr. Nasrudin A.M, Sp.OG.(K), MARS
i
PENDAHULUAN Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi termasuk dalam masalah global yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari total penduduk dunia. Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena terjadi perdarahan (25%) biasanya perdarahan pasca persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus macet (8%), aborsi (13%) dan karena sebab lain (7%)1 Hasil dari SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012, menyatakan bahwa sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak naik. Pada tahun 2012 AKI mencapai 359 per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena terjadinya bumil risti (ibu hamil dengan risiko tinggi) yang salah satunya adalah terkena hipertensi dalam kehamilan.2 Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada wanita yang sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi bayi yang akan dilahirkan. Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Hipertensi dalam kehamilan atau yang disebut dengan preeklampsia, kejadian ini persentasenya 12% dari kematian ibu di seluruh dunia. Kemenkes tahun 2013 menyatakan bahwa hipertensi meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada ibu hamil.3-4 Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai organ, seperti risiko penyakit kardiometabolik dan komplikasi lainnya.5 berdasarkan SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) pada tahun 2012
1
Preeklampsia merupakan kompetensi 3B yang berarti seorang lulusan dokter harus mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada kedaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Serta mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya dan mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. Dampak jangka panjang juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, seperti berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur
atau
mengalami
pertumbuhan
janin
terhambat,
serta
turut
menyumbangkan besarnya angka morbiditas dan mortalitas perinatal. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering kedua morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau mengalami pertumbuhan janin terhambat juga memiliki risiko penyakit metabolik pada saat dewasa.6
2
LAPORAN KASUS Identitas Nama
: Ny. NA
Usia
: 27 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan terakhir
: D3
Agama
: Islam
Suku
: Makassar
Alamat
: Jl. P
MRS
: 11 Januari 2019 (Pukul 23.55 WITA)
Anamnesis Keluhan Utama : Sakit kepala Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk RSIA Sitti Khadijah pada tanggal 11 Januari 2019 pukul 23.55 WITA. Pasien datang dengan keluhan sakit kepala (+) sejak 2 hari lalu disertai tegang di daerah tengkuk belakang leher. Penglihatan kabur (-), nyeri ulu hati (-). Nyeri perut tembus kebelakang (-), pelepasan darah (-), lendir (-), air ketuban (-). Riwayat mual (-), muntah (-). Riwayat ANC 1x di Sp.OG, TT : tidak pernah, riwayat kontrasepsi (-), riwayat penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya (+), DM (-), alergi (-), asma (-). Riwayat Obstetri : 1) 2018/Laki-laki/2800 gr/aterm/SC di RSIA Sitti Khadijah 1/hidup/di tolong oleh dokter dan bidan 2) 2019/Kehamilan saat ini
3
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi (-), penyakit ginjal (-), penyakit jantung (-), DM (-), asma (-), alergi (-), Operasi (+) sectio saecarea 1 kali, riwayat konsumsi obat-obatan (-), riwayat hipertensi kehamilan sebelumnya (+). Riwayat Penyakit Keluarga : Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat melahirkan dengan tekanan darah yang tinggi. Riwayat Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Riwayat Kontrasepsi : Pasien tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun Riwayat Ginekologi : -
Pasien menikah pada umur 25 tahun, pernikahan yang pertama, sudah menikah selama 2 tahun.
-
Haid pertama Usia 13 tahun, teratur, saat haid tidak nyeri, lama haid 7 hari. Siklus haid 28 hari, HPHT ? April 2018.
Riwayat ANC : Berdasarkan catatan perkembangan pasien yang tertulis dalam buku kehamilan, pasien melakukan antenatal care (ANC) tidak teratur yaitu hanya 1 kali hingga usia kehamilan sekarang. Pasien memiliki riwayat darah tinggi pada setiap kunjungan ANC. Keadaan umum, tanda vital didapatkan tekanan darah, dan keadaan obstetric dalam keadaan baik. Berikut ringkasan pemeriksaan ANC pada pasien.
4
Tabel 1. Riwayat ANC di RS Tanggal
Keluhan Sekarang
Tekanan Darah
BB
110/70 mmHg
80 kg
Status Generalis Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis, GCS E4M6V5
Berat Badan
: 84 kg
Tinggi Badan
: 153 cm (IMT : 37,7/Obesitas)
Tanda - Tanda Vital -
Tekanan darah
: 160/100 mmHg
-
Frekuensi nadi
: 82 x/menit
-
Frekuensi napas : 20 x/menit
-
Suhu
: 36,8oC
Pemeriksaan Fisik Umum -
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), ikterus (-/-)
-
Jantung
: BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
-
Paru
: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
-
Ekstremitas
: Edema -
-
-
-
akral teraba hangat
+
+
+
+
Pemeriksaan Luar TFU
: 33 cm
LP
: 108 cm
TBJ
: 3564 gram
Punggung
: Kiri
DJJ
: 142x/i
HIS
:-
Bagian terbawah
: Kepala
Perlimaan
: 4/5
5
Janin
: Kesan tunggal
Gerakan Janin
: (+) Dirasakan ibu
Pemeriksaan Dalam Vagina Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Neonatus BB : 3450 gr
JK : Perempuan
PB : 49 cm
A/S : 8/10
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah Lengkap :
Hb
: 11.2 g/dL
n : 12-14 g/dL
Lekosit
: 7.0 ribu/uL n : 4-10 ribu/uL
Trombosit
: 301.000/ uL n : 150000-450000/ uL
HbsAg
: Non Reaktif n : Non Reaktif
Proteinuria
: Positif (1+)
Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Di RS Sitti Khadijah tanggal 11/01/2019 :
Gravid tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala, punggung kiri, plasenta letak fundus grade II. AFI 17,2 cm, EFW 3310 gr, sesuai UK 37 minggu 2 hari.
Diagnosis -
Diagnosis masuk : G2P1A0 gravid 37 minggu 2 hari belum inpartu + post SC 1x + PEB
-
Diagnosis hari ini : Post SSTP hari 1
Prognosis Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsional
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam 6
Penatalaksanaan
Observasi HIS, Djj
Protap PEB o
Loading dose : drips 4g MgSo4 40% dalam 100cc NaCl 0,9% 73 tpm habis dalam 30 menit
o
Maintenance dose : 6 gr MgSo4 40% dalam RL 500cc 28 tpm selama 6 jam sampai 24 jam post partum
Nifedipin 3x10 mg
Rencana elektif SSTP tanggal 12/01/2019 pukul 13.00 WITA
Informed consent
Konsul anestesi
Lapor OK
Puasakan
Siap darah PRC 2 bag
Puasa 8 jam sebelum SC
Cukur pubis
Injeksi antibiotik profilaksis cefotaxime 1 gr/IV (skin test) 30 menit sebelum operasi
Resume Seorang pasien NA kehamilan G2P1A0 masuk RSIA Sitti Khadijah 1 pada tanggal 11 Januari 2019 pukul 23.55 WITA. Pasien datang dengan keluhan sakit kepala (+) sejak 2 hari lalu disertai tegang di daerah tengkuk belakang leher. Penglihatan kabur (-), nyeri ulu hati (-). Nyeri perut tembus kebelakang (-), pelepasan darah (-), lendir (-), air ketuban (-). Riwayat mual (-), muntah (-). Riwayat ANC 1x di Sp.OG, TT : tidak pernah, riwayat kontrasepsi (-), riwayat penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya (+), DM (-), alergi (-), asma (-). Riwayat obstetri 2018/Laki-laki/2800 gr/aterm/SC di RSIA Sitti Khadijah 1 di tolong oleh dokter dan bidan, 2019/Kehamilan saat ini. Riwayat Penyakit dahulu riwayat Hipertensi (-), penyakit ginjal (-), penyakit jantung (-), DM (-),
7
riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan pertama, asma (-), alergi (-), Operasi (+) SC 1x anak pertama, riwayat konsumsi obat-obatan (-). Riwayat penyakit keluarga menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat melahirkan dengan tekanan darah yang tinggi. Riwayat alergi pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Riwayat kontrasepsi pasien tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun. Riwayat ginekologi Pasien menikah pada umur 25 tahun, pernikahan yang pertama, sudah menikah selama 2 tahun. Haid pertama Usia 13 tahun, teratur, saat haid tidah ada nyeri, lama haid 7 hari. Siklus haid 28 hari, HPHT ? April 2018. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik,kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5, Berat Badan 84 kg, Tinggi Badan 153 cm (IMT /Obesitas), Tekanan darah 160/100 mmHg, Frekuensi nadi 82 x/menit, Frekuensi napas 20 x/menit , Suhu 36,8oC. Pemeriksaan luar didapatkan TFU 33 cm, LP 108 cm, TBJ 3564 gr, punggung kiri, DJJ 142x/i, HIS (-), bagian terbawah kepala, perlimaan 4/5, Janin kesan tunggal, Gerakan Janin dirasakan ibu (+). Pemeriksaan dalam vagina tidak dilakukan. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap ditemukan Hb 11.2 g/dL, Lekosit 7.0 ribu/uL, Trombosit 301.000/ uL, HbsAg non Reaktif, Proteinuria Positif (1+). Kemudian diberikan terapi observasi HIS, Djj, Protap PEB: Loading dose : 4g MgSo4 40% dalam NaCl 0,9% 100 cc 73 tpm habis dalam 30 menit. Maintenance dose : 6 gr MgSo4 40% dalam RL 500cc 28 tpm selama 6 jam sampai 24 jam post partum. Nifedipin 2x10 mg, rencana elektif SSTP tanggal 12/01/2019 pukul 13.00 WITA, informed consent, konsul anestesi, lapor OK puasa 8 jam sebelum operasi, Siap PRC 2 bag, injeksi antibiotik profilaksis cefotaxime 1 gr/IV (skin test) 30 menit sebelum operasi.
PEMBAHASAN Preeklamsia digambarkan sebagai suatu sindrom hipertensi dan proteinuria yang terjadi pada saat usia kehamilan diatas 20 minggu yang
8
sebelumnya normotensi dan non proteinuria. Preeklampsia dapat dikaitkan dengan banyak tanda dan gejala lain, termasuk gangguan penglihatan, sakit kepala,
nyeri
epigastrium,
dan
perkembangan
edema
yang
cepat.
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multsistem lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.7,8
Pada kasus ini, selama pasien melakukan ANC sebanyak 5x pasien tidak pernah mengalami kenaikan tekanan darah. Pasien mengalami kenaikan tekanan darah pada saat usia kehamilannya diatas 20 minggu yaitu pada saat mendekati persalinan di usia kehamilan 39 minggu. Dari pemeriksaan laboratorium juga didapatkan protein pada urin yang menjadi penanda bahwa terdapat gangguan sistem organ lain pada tubuh.
Hipertensi merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada kehamilan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3% kehamilan. Penyakit ini menyebabkan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi, sehingga merupakan masalah kesehatan dalam masyarakat. Kejadian hipertensi pada kehamilan sekitar 5-15% dan merupakan satu di antara 3
9
penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di samping infeksi dan perdarahan.7 Berdasarkan
penelitian
analisis
lanjut
riset
kesehatan
dasar
(Riskesdas) 2007 yang dilakukan terhadap seluruh rumah tangga di Indonesia, dengan sampel perempuan berusia 15-54 tahun, sudah menikah dan sedang hamil, ditemukan sebanyak 8.341 kasus (1.51%) ibu hamil dari semua sampel perempuan yang berusia 15-54 tahun. Diantaranya, didapatkan prevalensi hipertensi pada ibu hamil sebesar 1.062 kasus (12.7%). Dari 1.062 kasus ibu hamil dengan hipertensi, ditemukan 125 kasus (11.8%) yang pernah didiagnosis menderita hipertensi oleh petugas kesehatan.7 Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia,tetapi beberapa penelitian menyimpulkan sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;4,5,8 1. Primigravida, primipaternitas Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3 – 8 persen pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh incidence dunia, dari 5%-8% pre-eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravidae. Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7% , dan kehamilan ketiga 1,8%.
Terkait dengan kasus, saat ini pasien sedang memasuki kehamilan yang ketiga. Dimana berdasarkan faktor risiko dengan sudut
10
pandang paritas, kehamilan pertama dan ketiga memiliki peluang terjadinya pre-eklampsia lebih besar.
2. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus, hydrops fetalis, dan bayi besar Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah dislensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 8 (4%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebih dari satu. Kehamilan multipel merupakan faktor risiko tambahan; kehamilan triplet adalah risiko yang lebih besar daripada kehamilan kembar. 3. Umur yang ekstrim Faktor
usia
berpengaruh
terhadap
terjadinya
preeklampsia/eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 thn). Hubungan peningkatan usia terhadap preeklampsia dan eklampsia adalah sama dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun. Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% sampai 20% bayi dilakirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah mestruasi yang pertama, seorang anak wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7% dan tinggi badan 1%. Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita nulipara. Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau superimposed pre-eclampsia. Jadi
11
wanita yang berada pada awal atau akhir usia reproduksi, dahulu dianggap rentan. Misalnya, Duenhoelter dkk. (1975) mengamati bahwa setiap remaja nuligravida yang masih sangat muda, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsia. Spellacy dkk. (1986) melaporkan bahwa pada wanita diatas usia 40 tahun, Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak ditemukan pada kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Bobak, 2004). Menurut Potter (2005), tekanan darah meningkat seiring dengan pertambahan usia sehingga pada usia 35 tahun atau lebih terjadi peningkatkan risiko preeklamsia. 4. Riwayat keluarga yang pernah preeklampsia/eclampsia Risiko preeklamsia meningkat dari dua kali lipat menjadi empat kali lipat jika seorang ibu memiliki keluarga dengan riwayat medis preeklamsia dan meningkat tujuh kali lipat jika mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya. Wanita
dengan
riwayat
preeklampsia
pada
kehamilan
pertamanya memiliki risiko 5 sampai 8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan keduanya. Sebaliknya, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan keduanya, maka bila ditelusuri ke belakang ia memiliki 7 kali risiko lebih besar untuk memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya bila dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami preeklampsia di kehamilannya yang kedua. 5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil Faktor risiko kardiovaskular klasik juga dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya preeklampsia, ibu yang berusia lebih dari 40 tahun, diabetes, obesitas, dan hipertensi pra-persalinan. Peningkatan prevalensi hipertensi kronis dan penyakit medis komorbid lain pada wanita yang lebih tua dari 35 tahun dapat menjelaskan peningkatan frekuensi preeklamsia pada wanita yang lebih tua. Perbedaan ras dalam kejadian dan beratnya preeklamsia sulit untuk dinilai karena faktor sosial ekonomi dan budaya yang membingungkan.
12
6. Obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko yang telah banyak diteliti terhadap terjadinya preeklampsia. Risiko preeklampsia meningkat sebesar 2 kali lipat setiap peningkatan IMT sebesar 5-7 kg/m2. Wanita dengan IMT > 35 sebelum kehamilan memiliki resiko empat kali lipat mengalami preeklampsia dibandingkan dengan wanita dengan IMT 1927. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa pada wanita dengan IMT < 20, maka risiko preeklampsianya berkurang.
Pada kasus ini, pasien memiliki berat badan 85 kg dengan tingi badan 155 cm jika diukur Indeks Massa Tubuhnya yaitu 37,7. Hasil ini jika diinterpretasikan, maka termasuk obesitas. Dimana obesitas merupakan salah satu faktor risiko dari preeklampsia
Patomekanisme yang menjadi perjalanan dalam timbulnya preeklampsia yaitu Plasentasi dan invasi trofoblas pada jaringan ibu melibatkan dua proses penting, pertama vaskularisasi untuk membentuk jaringan vaskuler fetoplasenta. Kedua, invasi citotrofoblas dan endovaskuler trofoblas pada arteri spiralis ibu. Pada saat implantasi, sel trofoblastik mengalami diferensiasi menjadi citotrofoblas dan synsitiotrofoblas. Sitotrofoblas akan membentuk trofoblas ekstavillus, yang akan menginvasi sel desidua dan zona segmen junctional myometrium, lapisan ketiga dalam myometrium dan arteri spiralis.
Endovaskular trofoblas akan
memicu remodelling pada sel endotel, sehingga terjadi penurunan elastisitas pada lamina otot polos yang menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi perifer, dari system vaskuler aliran rendah menjadi resistensi rendah aliran tinggi yang penting untuk pertumbuhan fetus yang normal.4,5,9
13
Gambar 1. Invasi Trofoblas pada Arteri Spiralis Normal dan Preeklamsia Sumber : Cunningham, 2014 Patofisiologi preeklamsia dibagi kedalam 2 tahap, yang pertama ialah terjadinya perfusi plasenta yang buruk sehingga menyebabkan terjadinya pelepasan sitokin pro-inflamasi dan faktor angiogenik kedalam sirkulasi maternal dan yang kedua ialah terjadinya perkembangan disfungsi endotel ibu dan hipertensi yang menghasilkan gejala dan tanda terjadinya preeklamsia.5 Invasi trofoblas yang tidak tepat akan menyebabkan arteri spiralis tetap dalam keadaan resistensi vascular yang tinggi sehingga mengakibatkan penurunan perfusi darah ke plasenta dan mengakibatkan terjadinya iskemik plasenta dan akan menyebabkan stress oksidatif. Stress oksidatif akan menyebabkan plasenta melepaskan substansi kedalam sirkulasi maternal yang memiliki efek merusak. Peningkatan sitokin proinflamasi menyebabkan peningkatan respons inflamasi sistemik maternal dan peningkatan tingkat sirkulasi reseptor terlarut.9
14
Gambar 2. Etiopatogenesis preeklampsia Sumber : Malik A, Jee B, Kumar S. 2018 Perubahan Sistem dan Organ yang dapat dijumpai pada Preeklampsia a. Volume Plasma Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (hipervolemia),
untuk
memenuhi
kebutuhan
pertumbuhan
janin.
Peningkatan tertinggi volume plasma terjadi pada usia kehamilan 32- 34 minggu. Namun pada hipertensi dalam kehamilan terjadi penurunan volume plasma antara 30-40% dibanding hamil normal, disebut hipovolemia. Hipovolemia
diimbangi
dengan
vasokonstriksi
yang
menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan darah.4,5 b. Hipertensi Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam penegakkan diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran curah jantung. Tekanan darah bergantung terutama pada curah jantung, volume plasma, resistensi perifer, dan viskositas darah. Hipertensi dapat terjadi akibat vasospasme menyeluruh dengan ukuran tekanan darah ≥140/90 mmHg selang 6 jam. 4,5 15
c. Fungsi Ginjal Perubahan fungsi ginjal terjadi akibat menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia, sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria; kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria; terjadi pembengkakan disertai deposit fibril sehingga menyebabkan adanya endoteliosis kapiler glomerulus; gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal; serta adanya kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat vasospasme pembuluh darah. 4,5
Gambar 3. Endoteliosis pada Preeklamsia Sumber : Cunningham, 2014 d. Elektrolit Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada hipertensi dalam kehamilan, elektrolit total sama seperti hamil normal, kecuali bila diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam, atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat antidiuretik. Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan gangguan keseimbangan asam basa. Kejang pada eklampsia menyebabkan kadar bikarbonat menurun akibat adanya asidosis laktat dan kompensasi hilangnya karbon dioksida. 4,5 e. Tekanan Osmotik Koloid Plasma/Tekanan Onkotik Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada usia kehamilan 8 minggu. Pada preeklampsia tekanan onkotik makin menurun karena kebocoran protein dan peningkatan permeabilitas vaskular. 4,5
16
f. Koagulasi dan Fibrinolisis Gangguan koagulasi pada preeklampsia, misalnya trombositopenia yang pada umumnya bersifat ringan namun sering dijumpai. Pada preeklampsia terjadi peningkatan Fibrin Degradation Products (FDP), penurunan antitrombin III, dan peningkatan fibronektin. 4,5 g. Viskositas Darah Komponen yang menentukan viskositas darah adalah volume plasma, molekul makro: fibrinogen dan hematokrit. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi peningkatan viskositas darah yang meningkatkan resistensi perifer serta menurunkan aliran darah ke organ. 4,5 h. Hematokrit Pada
kehamilan
fisiologis,
terjadi
penurunan
hematokrit
karena
hipervolemia, kemudian meningkat lagi pada trimester III akibat peningkatan produksi urin. Pada hipertensi dalam kehamilan, terjadi peningkatan hematokrit karena hipovolemia. 4,5 i. Edema Edema seringkali dijumpai pada kehamilan, 40% edema terjadi pada hamil normal, 60% pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80% pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria. Edema terjadi akibat hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema yang bersifat patologik adalah edema yang nonedependen pada muka dan tangan, atau edema generalisata, dan disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat. 4,5 j. Hematologik Perubahan hematologik terjadi oleh karena adanya hypovolemia akibat vasospasme, hipoalbuminemia, hemolisis mikroangiopatik akibat spasme arteriol dan hemolisis akibat kerusakan endotel. Hal ini akan menyebabkan peningkatan hematokrit. Terkadang pada hipertensi kehamilan dapat terjadi penurunan trombosit <100.000 sel/ml yang disebut dengan trombositopenia, yang dapat mengarah kepada hemolisis dan destruksi eritrosit. 4,5 k. Hepar
17
Hepar mengalami perubahan akibat adanya vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Perdarahan pada periportal lobus perifer akan menyebabkan nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di bawah kapsula hepar (subkapsular hematoma) yang menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium dan dapat menyebabkan ruptur hepar, sehingga perlu dilakukan pembedahan. 4,5 l. Neurologik Perubahan neurologik yang terjadi pada hipertensi dalam kehamilan yaitu nyeri kepala akibat edema vasogenik oleh karena hiperperfusi otak; gangguan visus karena spasme arteri retina dan edema retina; hiperrefleksia; kejang eklamptik; dan perdarahan intrakranial yang dapat terjadi pada preeklampsia berat dan eklampsia. 4,5 m. Kardiovaskular Perubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan afterload akibat hipertensi dan penurunan preload akibat hipovolemia.4,5 n. Paru Penderita preeklampsia berat berisiko mengalami edema paru akibat payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pembuluh darah kapiler paru, dan menurunnya diuresis. 4,5 o. Janin Preeklampsia dan eklampsia umumnya menyebabkan penurunan perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Oleh sebab itu seringkali dijumpai janin mengalami intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohidramnion, kelahiran prematur, yang berarti meningkatkan morbiditas dan mortalitas janin. 4,5,6
Pada kasus ini, pasien baru saja mengalami hipertensi pada saat pasien inpartu, sehingga kenaikan tekanan darah yang teradi pada pasien tidak memiliki dampak yang signifikan yang dapat menyebabkan penurunan perfusi uteroplasenta pada janin. Sehingga pada janin tidak didapatkan
18
pertumbuhan janin yang terhambat dan janin berkembang dengan normal sesuai dengan usia kehamilan.
Adapun klasifikasi lain yang termasuk kedalam hipertensi dalam kehamilan dan dapat dijadikan diagnosis banding untuk kasus preeklampsia yaitu;4,5,8,10
Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan sebelum kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu pasca persalinan.
Preeklamsi/eklamsi atas dasar hipertensi kronis adalah timbulnya preeklamsi atau eklamsi pada pasien hipertensi kronik.
Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darah sebelumnya normal dan tidak mempunyai gejalagejala hipertensi kronik atau preeklamsi/eklamsi (tidak disertai proteinuri). Gejala ini akan hilang dalam waktu < 12 minggu pascasalin.
Tabel 1. Kriteria diagnostic Preeklamsia ((The American College of Obstetricians and Gynecologist, 2013). Abnormalitas Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
Preeklamsia
Preeklamsia Berat
140 mmHg
160 mmHg
90 mmHg
110 mmHg
300mg selama 24 jam urin output
Proteinuria
Ratio protein/kreatinin 0,3 mg/dL
Atau bila tanpa disertai dengan proteinuria, hipertensi disertai dengan pemeriksaan dibawah ini Trombositopenia Fungsi hati Edema Pulmonal
Platelet > 100.000/microliter Peningkatan konsentrasi transaminase hati dua kali nilai normal -
+
19
Gangguan visus dan cerebral
-
+
Dari kasus ini, setelah dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali, didapatkan hasil yang sama yaitu tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 100 mmHg. Kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa tes urin dan didapatkan protein dalam urin positif (2+) sebanyak 100 mg/dL. Pada pasien ini tidak dilakukan pemereksaan kimia darah berupa pemeriksaan enzim hati seperti SGOT dan SGPT.
Penatalaksanaan pada preeklamsia berdasarkan Panduan Praktik Klinik Hipertensi, dalam Kehamilan yakni;11 1. Medikamentosa a. Infus larutan ringer laktat b. Pemberian obat : 1) MgSo4 Pemberian melalui intravena secara kontinyu (infus dengan infusion pump) a) Dosis Awal : 4 gram MgSO4 40% dalam 100 cc NaCl dan habis dalam 30 menit sebanyak 73 tetes per menit12,13. Namun, berdasarkan Panduan Praktik Klinik Hipertensi dalam Kehamilan tahun 2018 loading dose pada pemberian MgSO4 yaitu 4 gram MgSO4 (10cc MgSO4 40%) dilarutkan kedalam 100cc Ringer Laktat, diberikan selama 15-20 menit. (Tetesan 50 gtt/permenit)11 b) Dosis Pemeliharaan : 6 gr MgSO4 (15ml larutan MgSO4 40%) dan larutankan dalam 500 ml larutan Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6 jam,
20
dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang berakhir
(bila
eklampsia).12,13
Namun
berdasarkan
Panduan Praktik Klinik Hipertensi dalam Kehamilan tahun 2018 dosis rumatan MgSO4 saat ini yaitu 10 gram (25 cc MgSO4 40%) dalam 50cc cairan RL, diberikan dengan kecepatan 1-2 gram/jam (20-30 tetes permenit)11 Pada kasus ini, terapi yang diberikan telah sesuai berdasarkan protap yang ada yaitu pada dosis awal dengan pemberian 4 g MgSO4 40% dalam 100cc NaCl 0,9% dengan 73 tts/menit dan habis dalam 30 menit. Kemudian diberikan dosis pemeliharaan 6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc Ringer Laktat selama 6 jam 28 tts/menit. Setelah bayi lahir keadaan tekanan darah pasien segera turun dan berada dalam keadaan normotensi (tekanan darah normal) sehingga pemberian MgSO4 tidak dilanjutkan.
Syarat-syarat pemberian MgSO412,13 -
Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam 10cc) diberikan IV dalam waktu 3-5 menit.
-
Reflex Patella (+) kuat
-
Frekuensi Pernapasan 16x per menit
-
Produksi urin 30cc dalam 1 jam sebelumnya (0,5 cc/kgBB/jam)
Magnesium sulfat dihentikan bila:11 -
Ada tanda-tanda intoksikasi
-
Setelah 24 jam post partum
-
Dalam 6 jam post partum sudah terjadi perbaikan tekanan darah (Normotensif)
2) Pemberian Antihipertensi11,14 Diberikan terutama bila tekanan darah mencapai
Sistolik 160 mmHg
Diastolik 110 mmHg
Dapat diberikan : (Gawat Darurat)
Nifedipin : 10mg per oral dan dapat diulangi setiap 30 menit (maksimal 120mg/24 jam) sampai terjadi penurunan MABP 20%. 21
Selanjutnya diberikan dosis rumatan 3x10mg (pemberian nifedipine tidak diperkenankan diberikan secara sublingual
Nikardipine diberikan bila tekanan darah 180/110 mmHg atau hipertensi emergensi dengan dosis 1 ampul 10 mg dalam larutan 50cc per jam atau 2 ampul 10 mg dalam larutan 100cc tetes per menit mikro drip. Pelarut yang tidak dapat digunakan adalah ringer lakta dan bikarbonat natrikus.
2. Pengelolaan Konservatif a. Indikasi Kehamilan preterm (<34 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending eklamsi dengan keadaan janin baik b. Pengobatan medikamentosa : Sama dengan perawatan medikamentosa secara aktif. Pemberian MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda-tanda preeklamsi, selambatlambatnya dalam waktu 24 jam. c. Pengelolaan Obstetrik 1) Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk memantau kesejahteraan janin. 2) Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan perawatan konservatif pengobatan medikamentosa dan sangat dianjurkan untuk dilakukan terminasi. 3. Pengelolaan Aktif Indikasi : Bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini 1) Ibu
Kehamilan > 34 minggu (dengan kortikosteroid selama 2 hari telah diberikan, dan memberitahu bagian perinatology sebelum terminasi kehamilan)
Adanya gejala-gejala impending eklamsia
Gagal perawatan konservatif
2) Janin 22
Adanya tanda-tanda gawat janin
Adanya tanda-tanda IUGR
3) Laboratorik
Adanya sindrom HELLP
4. Pengelolaan Obstetri (Cara terminasi kehamilan) 1) Gravid a) Dilakukan induksi persalinan : Bila skor bishop 6. Bila perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak tercapai, induksi persalinan dianggap gagal, dan harus disusul dengan seksio sesaria. b) Indikasi seksio sesaria 1. Syarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi 2. Terdapat kontraindikasi persalinan pervaginam 3. Induksi persalinan gagal 4. Terjadi gawat janin 5. Kelainan letak 6. Bila umur kehamilan < 34 minggu 2) Inpartu : a) Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman b) Memperpendek kala II dengan menggunakan ekstraksi vakum atau forceps kecuali bila terdapat indikasi c) Seksio sesaria dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan gawat janin d) Bila skor bishop 6 direkomendasikan tindakan seksio sesaria. e) Anestesia : disesuaikan dengan kemampuan sarana kesehatan. Unit Terkait: 1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam 2. ICU 3. Departemen Mata 4. Departemen Saraf
23
Bagan 1.Tatalaksana preeklampsia berat Pada kasus ini, didapatkan score bishopnya ≤6. Dalam kasus ini pasien masih dalam kala I fase laten. Normalnya fase laten berlangsung selama ±8 jam namun pada pasien ini fase laten mencapai ±12 jam dan setelah dilakukan 3x VT kontrol tidak terjadi kemajuan dalam persalinan yaitu masih dalam pembukaan 2cm. Hal inilah yang menjadi pertimbangan dilakukannya seksio sesaria pada pasien ini untuk mencegah dampak yang lebih buruk untuk ibu dan janin. Setelah proses persalinan perabdominal dilakukan, pasien selanjutnya di rawat di ruang ICU untuk memantau dengan ketat perkembangan dari tekanan darahnya. Kemudian didapatkan tekanan darah yang kembali normal yaitu 110/70 mmHg.
Kesimpulan Hipertensi dalam kehamilan merupakan suatu masalah kesehatan utama pada wanita yang bersifat mengancam kehamilan dan beresiko bagi janin serta merupakan salah satu dari 3 penyebab morbiditas dan mortalitas maternal dan paternal. Penegakan diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan perlu dilakukan sedini
24
mungkin, serta membutuhkan tatalaksana segera dengan pengawasan yang ketat baik bagi ibu dan janinnya.
25
KAJIAN KEISLAMAN15,16 Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan. Memberikan perhatian besar terhadap kelangsungan keluarga, sesuai posisinya sebagai bagian penting dalam masyarakat. Tentu saja faktor keluarga menjadi penentu baik atau buruknya suatu masyarakat. Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki, ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat berketurunan dan berkembang dari masa ke masa. Proses alami dari perkembangan manusia dalam berketurunan adalah dengan cara berhubungan suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin dalam rahim sang istri. Permasalahan keluarga tentu saja berkaitan erat dengan wanita dan anak-anak. Bahkan wanita memegang peranan terhadap kelangsungan dan kesinambungan keluarga tersebut. Perkembangan keluarga melalui proses keturunan, menjadikan wanita berada di posisi terpenting dalam melahirkan generasi baru dari manusia. Proses kehamilan yang sepenuhnya diemban oleh seorang calon ibu, merupakan sebuah kerja keras dan penuh resiko. Membuat wanita berada di ambang ancaman, jika saja permasalahan tersebut tidak mendapatkan perhatian memadai dari semua pihak. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga mengetahui hal tersebut. Allah SWT berfirman:
Artinya : “21. Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), 22 Sampai waktu yang ditentukan, 23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan” (QS Mursalat : 21-23) Di
dalam
al-Qur’an
ditegaskan
bahwa
kehamilan
mengalami
perkembangan dan perubahan mulai dari yang masih ringan dan terus bertambah berat, sebagaimana dinyatakan di dalam Q.S. Al a’raf (7):189, berbunyi: 26
Terjemahnya: “Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya,isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada Allah, tuhan seraya berkata: “sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur”. Ayat ini menjelaskan bahwa tanda-tanda kehamilan adalah adanya perubahan beban yang dialami oleh seorang perempuan karena adanya gangguan janin di dalam perutnya. Kandungan yang setiap saat brtambah besar yang menyebabkan bertambahnya beban yang ditanggung oleh ibu hamil di mana ayat ini juga mengandung nilai tanggungjawab yang berat bagi ibu yang hamil dan nilai kepasrahan terhadap takdir Allah SWT. Sehingga menyadarkan untuk selalu senaniasa berdoa kepadanya agar kelak melahirkan anak yang sempurna. Ayat ini juga menegaskan bahwa manusia mengalami perkembangan melalui beberapa proses, yaitu dari diri yang satu kemudian tercipta manusia kedua, manusia pertama selanjutnya mencampuri manusia kedua (istri) sehingga hamil, elanjutnya melahirkan manusia ketiga dan seterusnya manusia berkembang biak. Proses kehamilan seperti disebutkan pada ayat tersebut mengalami proses atau tahapan mulai dari rasa ringan kemudian terasa berat dan akhirnya melahirkan.
Artinya :
27
‘12 dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS Mu’minun :14) Berdasarkan QS. Al-Mukminun ayat 14, masa kehamilan ada beberapa tahapan, yaitu: 1. Tahap nuthfah : Tahap ini, calon anak masih berbentuk cairan sperma dan sel telur dan berlangsung selama 40 hari 2. Tahap ‘alaqah : Setelah berumur 80 hari, nuthfah berkembang bagaikan segumpal darah kental dan bergantung pada dinding rahim ibu. 3. Tahap mudghah : Sesudah kira-kira berusia 120 hari, segumpal darah tadi berkembang menjadi segumpal daging. Pada saat itulah si janin sudah siap menerima hembusan ruh dari Allah SWT Beberapa hal yang perlu diketahui dalam fase kehamilan, yaitu: Pertama, harus diyakini bahwa periode dalam kandungan pasti bermula dari adanya kehidupan (al-hayat). Keyakinan tersebut berdasarkan pada suatu kenyataan, yaitu terjadi perkembangan masa kehamilan. Perkembangan yang berawal dari nuthfah, alaqah hingga mudghah, kemudian menjadi seorang bayi, berarti nuthfah itu sendiri sudah mengandung unsur kehidupan (al-hayat). Tanpa unsur kehidupan (al-hayat) tidak mungkin ada perkembangan yang selanjutnya menjadi janin Kedua, setelah berbentuk segumpal daging (mudghah) Allah SWT meniupkan ruh kepadanya. Ruh inilah yang menjadi titik mula dan sekaligus awal mula bergeraknya motor kehidupan psikis manusia. Berarti pada saat itu, kehidupan janin yang bersifat biologis, sejak itu sudah mencakup aspek kehidupan psikis. Dikatakan, pada bulan keempat itu jantung janin mulai bekerja, sehingga getarannya dapat dipantau dengan shetescope. Semenjak itu janin sudah bisa bergerak, yang semakin lama semakin menguat gerakannya. Di samping itu,
28
dengan adanya ruh atau jiwa itulah janin mulai dapat melakukan tugas-tugas seperi merasa, berpikir, mengingat dan sebagainya. Ketiga, adanya aspek agama pada janin. Sebenarnya naluri agama pada setiap individu ini sudah ada, bahkan sejak sebelum kelahirannya di dunia nyata. Yang disebut dengan fitrah beragama, manusia lahir dengan membawa fitrah atau potensi tauhid. Ungkapan demikian sesuai dengan yang diisyaratkan dalam QS. Al-A’raf ; 172 dan QS. Ar-Rum : 30 “manusia mempunyai fitrah sebagai makhluk beragama”. Dikatakan beragama, karena secara fitrah dan qodrati, manusia pada hakekatnya selalu mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, berarti manusia memiliki potensi kesiapan untuk mengenal dan mengakui keberadaan Tuhan dalam kehidupannya. Dalam Hadis dijelaskan “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,
kedua
orang
tuanyalah
yang
menjadikannya
anak
tersebut
beragamaYahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim) Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan juga faktor yang dapat meningkatkan rasa kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya. Kelahiran anak melewati proses yang panjang-lebih kurang 9 bulan. Sang ibu menunggu kelahiran buah hatinya dengan penuh harap dan bahagia. Proses keibuan pun tumbuh secara alami di samping harus aktifitas sehari-hari. Secara tak langsung memapah calon anak yang ada dalam kandungannya selama proses kehamilan berlangsung. Betapa besar jasa ibu terhadap anak yaitu mulai dari beban mengandung dalam keadaan lemah dan bahkan beban tersebut senantiasa bertambah dari saat kesaat. Lalu dia melahirkannya dengan susah payah kemudian memelihara dan menyusukannya setiap saat, bahkan ditengah malam ketika pada saat manusia lain tertidur nyenyak. Setiap anak berkewajiban berbakti kepada ibunya. Seperti dalam Surah AlAhqaf 46:15 Tentang perjuangan yang menyusahkan bagi ibu yang hamil, berbunyi:
29
Terjemahannya: ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mengsyukuri nikmat Engkau yang telah engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan ( memberi kebaikan ) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. Ayat ini mengisyaratkan bahwa proses kehamilan dan penyapihan berlangsung selama 30 bulan dan 9 bulan. Disisi lain, ayat ini juga menekankan betapa pentingnya ibu kandung memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Dimulai dari masa kehamilan dan seterusnya. Para dokter dan tenaga medis bertugas membantu ibu hamil agar tetap memberikan perhatian dan pemeliharaan terhadap kandungannya. Kemudian ayat ini mengandung nilai tanggung jawab tehadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Di dalam islam, pendidikan berawal dari pra kelahiran artinya, perilaku orang tua sangatlah berpengaruh terhadap perilaku anak-anaknya termasuk pada masa kehamilannya. Namun, pada kenyataan terdapat beberapa penyakit yang penyebabnya tidak diketahui muncul pada kehamilan salah satunya adalah hipertensi dalam kehamilan. Meskipun demikian, dalam menghadapi persoalan hidup, kita semestinya tidak menunjukan sikap pesimis dalam hal apapun. Termasuk dalam persoalan penyakit yang menimpa diri kita ataupun keluarga kita. Karena telah 30
disampaikan oleh Rasulullah bahwa setiap penyakit itu ada obatnya kecuali kematian, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah bersabda yang bersabda “Tidakalah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya” (HR.Bukhari & Muslim). Maksud dari hadis diatas adalah sebagai hamba yang percaya akan janji dan kebesaran Allah Subahahu Wa Ta’ala. Maka haruslah kita harus tetap optimis untuk senantiasa mencari sebab-sebab kesembuhan dari setiap penyakit yang kita derita seperti pergi ke pelayanan kesehatan ataupun melalui pengobatanpengobatan alamiah disamping rasa harap dan optimis dalam menantikan pertolongan Allah Subahanahu Wa Ta’ala.
31
DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization (WHO). Dibalik angka - Pengkajian kematian maternal dan komplikasi untuk mendapatkan kehamilan yang lebih aman. Indonesia: WHO; 2012. 2. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Kondisi Angka Kematian Ibu di Indonesia. 2012. 3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI: 2015. 4. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2014 5. Cunningham, F. Gary. William Obsetrics 25st edition. McGraw-Hill : New York. 2018 6. Benton SJ, Mccowan LM, Heazell AEP, Grynspan D, Hutcheon JA, Senger C, et al. "Placental growth factor as a marker of fetal growth restriction caused by placental dysfunction". Elsevier.2016;42:1–8 7. Sirait AM. Prevalensi Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia dan Berbagai Faktor yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2012 Apr; 15(2): 103-109 8. The American College of Obstetrics and Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. 2013. Washington DC 9. Malik A, Jee B, Kumar S. "Preeclampsia : Disease biology and burden , its management strategies with reference to India". Pregnancy Hypertension. Elsevier; 2019;15(October 2018):23–31 10. Brown MA, Magee LA, Kenny LC, Karumanchi SA, Mccarthy FP, Saito S, et al. "The hypertensive disorders of pregnancy : ISSHP classi fi cation , diagnosis & management recommendations for international practice". Elsavier;2018 11. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Panduan Praktik Klinik Hipertensi dalam Kehamilan. Cabang Jawa Barat. 2018 12. POGI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Pre-eklamsia. Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI; Semarang. 2016.
32
13. Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2013. 14. Gainder S, Thakur M. "To study the changes in fetal hemodynamics with intravenous labetalol or nifedipine in acute severe hypertension". Pregnancy Hypertens. Elsevier; 2019;15(February 2018):12–5. 15. Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2015. Bandung. Departement Agama RI. 16. Idrus Musyahid A. 2015. Perlindungan Hukum Islam Terhadap Janin. Makassar. Al-Daulah.
33