Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana
NILAI-NILAI AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI DAN MENGHADAPI “KESEHATAN MENTAL-SPIRITUAL” PASCA BENCANA ALAM, (MENERAPKAN HASIL-HASIL IPTEK, BERTAWAKKAL
KEPADA
ALLAH).
Oleh : H. Mas’oed Abidin 1. PENGANTAR Ingatlah Bila Musibah Itu Datang
َل الْمُؤْمِنُون ِ علَى اللّ ِه َفلْيَتَوَ ّك َ َُقلْ لَنْ ُيصِيبَنَا إلّ مَا كَ َتبَ اللّ ُه لَنَا ُهوَ مَولَنَا و “ Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami…” (Q.S. At Taubah: 51) Musibah merupakan ujian yang datang dari Allah SWT. Pada hakikatnya setiap manusia tidak menginginkan kedatangannya, baik ujian kehilangan harta benda, kecelakaan, maupun kematian, baik ujian itu besar maupun kecil. Meskipun demikian, ujian itu tetap datang kepada setiap manusia, kapan saja dan di mana saja. Walaupun manusia lari dari musibah itu, iapun tetap datang menghampirinya. Setiap musibah, bila ditinjau Dengan kaca mata “iman” merupakan takdir atau ketentuan Allah. Segala sesuatu yang terjadi, semata atas izin dan ketentuan Allah. Tanpa izin dan ketentuan-Nya tidak mungkin musibah itu dapat terjadi.
2. AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN Sesungguhnya umat manusia, dibekali dengan kekayaan ilmu
dan
kekayaan iman – yakni kepercayaan atau keyakinan sepenuhnya, bahwa alam serta semua isinya adalah milik Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, dan Yang Maha Esa, maka umat manusia akan menjadi umat yang paling H. Mas’oed Abidin
1
beruntung (khaira ummah), karena tidak mempunyai kecemasan berlebihan dalam hidupnya, sesuai QS.3,Ali Imran:110. Ilham dan ilmu belum berakhir. Wahyu Allah memberi dorongan kepada manusia untuk memperdalam pemahaman, sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan pergantian masa. Keistimewaan
ilmu,
dapat
mengetahui
tanda-tanda
yang
tersimpan. Ilmu yang sebelumnya hanya menjadi pengetahuan Allah SWT dianugerahkan kepada manusia.
Melalui penelitian dan penganalisaan,
seorang ilmuan akan dapat mendalami satu fenomena ke fenomena berikutnya dari alam. Para ilmuan dengan ilmu yang dimilikinya, akan menjadi rujukan bagi orang banyak, di sinilah esensi wahyu yang menyebutkan, “ Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu,” (QS.16, An-Nahl:43, dan QS.21,al Anbiya’:7). Para ilmuan, menjadi tempat bertanya bagi masyarakat awam. Ajaran agama melarang untuk melakukan kerusakan, dan menjauhi issue, fitnah atau dugaan-dugaan, tanpa dasar ilmu yang kuat. “ Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS.17, Isra’:36). Pemilik ilmu pengetahuan dan pengguna teknologi mestinya mampu mencipta tanpa merusak harkat manusia melalui produk hasil ciptaan teknologi tersebut. Di sini sebenarnya arti penerapan Iptek dari sudut pandang agama Islam. Maka, setiap orang dianjurkan agar selalu memohon kepada Allah agar ilmu bertambah (QS.20:114), memahami bahwa orangorang berilmu bisa mengerti (QS.29:43), dan orang berilmu punya rasa takut kepada Allah (QS.35:28). Karena itu pula, Allah SWT akan meninggikan posisi orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memiliki ilmu
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana beberapa tingkatan (QS.58:11).
3. GEMPA ADALAH BUKTI KEKUASAAN ALLAH DI DALAM FENOMENA ALAM. Melihat musibah dari sisi kemanusiaan serta dari segi hukum kausalitas (sebab akibat), ternyata ada beberapa faktor penyebab ditimpakan musibah oleh Allah kepada makhluknya. Di antaranya, karena kurang mengamalkan perintah Allah, juga disebabkan keengganan atau tidak mau bersedekah atau kurang mengindahkan penjagaan lingkungan. Musibah sering terjadi ketika manusia terlalu cinta dan sayang terhadap hartanya. Seringkali takut kehabisan harta, dan menolak untuk bersedekah. Manusia menjadi kikir di dalam semua aspek kehidupannya. Bila dipandang sepintas lalu, bersedekah kepada orang lain itu memang mengurangi harta kekayaan, tetapi jika dilihat menukik lebih dalam menurut pandangan agama, sedekah itu justru membawa keberkahan, menambah kekayaan lebih banyak dan menyebabkan terhindar dari musibah. Seseorang yang senang bersedekah itu akan dicintai, dibela dan juga didukung usahanya oleh masyarakat. Sebaliknya seseorang yang kikir, enggan bersedekah baik dengan hartanya maupun dengan jiwanya untuk kepentingan ummat, melahirkan kebencian, dijauhi, serta dijauhi oleh masyarakatnya. Dengan demikian, maka kekikiran (kebakhilan) membuka jalan bagi datangnya musibah, baik secara sendiri atau bermasyarakat. Rasulullah bersabda: “Sedekah itu akan menutup tujuh puluh pintu keburukan (musibah).” (HR. Ath Thabrani), dan juga Allah SWT berfirman: “Apa saja yang telah kalian nafkahkan (infaqkan) Allah akan menggantinya”. (Q.S. As Saba’: 39)
4. ALAM PATUH ATAS PERINTAH ALLAH DALAM SATU ATURAN SUNNATULLAH H. Mas’oed Abidin
3
Dalam pandangan akhlak agama, musibah dapat ditimpakan Allah Ta’ala, karena kurangnya bersilaturahim; menyambung tali persaudaraan. Silaturahim merupakan amal yang diwajibkan dalam ajaran Islam, semestinya harus masuk ke dalam agenda hidup kita. Silaturahim itu akan menumbuhkan kasih sayang yang mendalam di antara ummat, serta menguat kokohkan persaudaraan dan persatuan. Penguatan silaturahim akan menjauhkan sikap kedengkian dan kebencian, serta segala macam bencana dapat dihindari. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezkinya dan dipanjangkan umurnya maka hubungkanlah tali silaturahim (persaudaraan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. KETIKA BENCANA ALAM TELAH DATANG BARULAH MANUSIA SADAR.. Musibah dapat datang karena manusia mengundangnya, dengan melakukan perbuatan lalai dan tingkah laku manusia itu sendiri, yang tidak terpuji. a. Musibah akan ditimpakan oleh Allah karena melupakan Allah dan lalai atas segala perintah-perintah-Nya. Melupakan Allah dan perintah-Nya, cepat maupun lambat suatu saat akan mendatangkan musibah kepadanya. Allah SWT berfirman “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam dan berputus asa.” (Q.S. Al An’am: 44) b. Musibah datang karena manusia berbuat kerusakan, seperti penebangan liar hutan dan lain-lain. Yang pada akhirnya akan berdampak negatif bagi manusia, seperti banjur, tanah longsor dan lainnya, yang amat membahayakan kehidupan. Karena itu, makin dalam penguasaan ilmu seseorang, maka akan dengan
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana mudah dia menyadari dan mengakui bahwa alam semesta yang luas ini, milik Allah, dan akan selalu berusaha memperbaiki, senantiasa pula berdoa mohon ampun, mempunyai sikap sabar dan teguh hati. “ (yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka, (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur (sahur: waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh.” (QS.3, Ali Imran : 1617).
6. MUSIBAH DAPAT JUGA DILIHAT SEBAGAI KASIH SAYANG ALLAH Di dalam menyikapi musibah, manusia dapat terbagi kepada beberapa sikap ; a) Golongan yang mengetahui dan meyakini bahwa Allah semata yang menetapkan segala sesuatu. Golongan ini akan berjalan lurus meniti jalan Allah, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, mengetahui bahwa yang terbaik adalah mengikuti jalan Allah dan jejak Rasulullah SAW. Golongan ini merasa bahwa dialah yang selalu memerlukan Allah di setiap saat. Tatkala suka dan duka, tatkala miskin dan kaya, lapang dan sempit, bahkan di setiap keadaan ia senantiasa bersama Allah, karena ia mengetahui tiada daya dan upaya melainkan hanya dengan izin Allah SWT. Golongan ini umumnya sabar, teguh dan waspada terhadap datangnya bencana. b) Golongan yang tatkala sehat, senang dan lapang melupakan Allah, namun jika datang kesulitan dan dikepung cobaan, ketika itu baru mereka kembali kepada Allah. Mereka sadar, cobaan itu datang untuk mengembalikannya kepada Allah dengan cara yang terbaik, agar dia bertaubat dengan taubat yang semurnimurninya (nashuha). Golongan ini mampu belajar dari bencana. c) Golongan yang melupakan Allah SWT tatkala senang dan mengingatnya tatkala susah. Namun bila kesusahan telah H. Mas’oed Abidin
5
berlalu ia kembali dalam kesesatan dan melupakan apa yang pernah dilakukannya sebelum itu. Golongan ini umumnya menjadi pengumpat, hipokrit, khianat, dan berteman dengan kalangan penujum, para normal sebagaimana layaknya orang-orang musyrik yang telah dijelaskan Allah dalam Firmannya, antara lain di surat Yunus ayat 22. d) Golongan yang paling buruk, yaitu orang-orang yang hatinya mengeras sehingga seperti batu atau bahkan lebih keras lagi. Bencana dan musibah datang kepadanya namun ia tidak mau berkata, “ Wahai Rabb-ku ! ” , tidak bisa mengambil pelajaran dari musibah yang ditimpakan kepada mereka. Golongan ini tergolong kafir.
BUMI
DIGONCANG,
AIR LAUT
MELUAP, ADALAH SATU BENTUK DARI
KIAMAT …
Musibah adalah juga sebagai teguran Allah, untuk menyadarkan manusia akan kelalaiannya. Simpulan menhadapi semua musibah adalah dengan mendekatkan diri dan taat kepada Allah SWT. Penggunaan teknologi ICT) adalah suatu keterampilan, dan membantu mengungkap hasil dan penelitian dari ilmu pengetahuan berkenaan dengan p[eralatan teknik, serba mesin, digital dan wireless itu. Namun, teknologi tidak akan berarti apabila manusia di belakang teknologi itu tidak berfungsi, tidak berperan dan mati. Sebelum teknologi dihidupkan, wajib lebih dahulu menghidupkan dhamir pengendali teknologi itu, dengan cerdas intelektual, cerdas emosi, cerdas spiritual, dan cerdas social. Kecerdasan akan membawa manusia mudah menggunakan perangkat teknologi, dan manusia beroleh manfaat besar di dalam kehidupannya. Teknologi tanpa dhamir manusia yang cerdas, akan merusak martabat kehidupan manusia itu.
7. LIMA KETIDAK BERDAYAAN MANUSIA Ada lima hal yang akan tetap menjadi rahasia Allah. Allah SWT tidak memberi tahu tentang bila kiamat tiba, kapan tetes pertama hujan turun, tentang kandungan ibu dan kelahiran, tentang yang akan terjadi sebentar lagi, tidak juga di mana tempatnya seorang akan mati.
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat (saat), dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan Dia-lah mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.31:Luqman:34). Manusia juga tidak tahu tentang rahasia roh, yang disandang manusia dalam hidupnya, “ dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS.17, Isra’:85). Hanya tanda-tanda yang dapat dipahami, dan dibaca oleh orang berilmu. Ayat-ayat itu bermakna, bahwa manusia tidak tahu dengan pasti apa yang akan terjadi, dan apa yang akan dialami besok, atau apa-apa yang akan diperolehnya sebentar lagi.
SELALULAH BERHATI-HATI
DAN
WASPADA
SETIAP SAAT.
Manusia Berusaha
dan Berharap. Ketidak tahuan manusia ini, menjadikan manusia aktif dan selalu berupaya untuk melindungi diri, sebagai satu kewajiban hakiki, yakni berusaha dan berharap. Tidaklah seorang manusia mengetahui kapan kematiannya datang menjelang. Ketidak tahuan manusia ini, mewajibkan untuk bersiap diri setiap waktu. Kehidupan dunia seakan sebuah pentas permainan, jika sudah selesai, panggungnya akan bubar dan ditinggalkan. “ tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.., sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS.3,Ali Imran:185). Sebenarnya umat manusia, dengan mengamalkan wahyu Allah, akan memiliki identitas (ciri, sibghah), dan kekuataan (quwwah), dengan menguasai ilmu pengetahuan (informasi) serta berserah diri (tawakkal) kepada Allah Maha Khaliq. H. Mas’oed Abidin
7
8. HINDARILAH ISU ATAU FITNAH. … ” Wahai orang-orang yang hanya Islam dengan lidahnya, sementara keimanan belum masuk ke dalam hatinya ; janganlah kalian menyakiti kaum muslimin dan mencelanya, dan jangan pula kalian mencari-cari kesalahannya, karena orang yang mencari-cari kesalahan saudaranya yang muslim niscaya Allah akan membukka auratnya, dan jika seseorang telah dibuka auratnya oleh Allah niscaya Allah akan membuatnya malu dan terbuka auratnya meskipun di rumahnya sendiri. ” (HR. At Tirmidzi yang bersumber dari Ibnu Umar r.a) Melihat kondisi masyarakat sekarang, terkhusus umat Islam di Tanah Air yang kita cintai ini, kita turut prihatin. Cobaan dari Allah seakan tidak pernah habis, musibah demi musibah datang silih berganti seperti pergantian musim. Penyakit merebak di mana-mana, baik penyakit fisik atau jasmani, penyakit hati ataupun ruhani. Namun demikian, penyakit hati jauh lebih berbahaya …. Bila seorang muslim ditimpa penyakit fisik, hal ini bisa jadi akan mengantarkannya menuju kebahagiaan akhirat, selama ia sabar menghadapinya… Sabda Rasulullah SAW: “Tidak ada seorang muslimpun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau yang lebih berat dari padanya melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagai mana pohon kayu menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
9. RANAH ROHANI MEMBENTUK WATAK Manusia dengan sibghah dan iman yang kokoh memiliki dorongan (innovasi), memiliki daya saing, imaginasi, kreatif, inisiatif, teguh prinsip (istiqamah, consern), dengan berfikir objektif, mempunyai akal budi, mampu menyelamatkan diri, keluarga serta masyarakatnya. Pada surat Al Hujarat ayat 12 Allah SWT memperingatkan, « Hai orangorang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari berburuksangka, sesungguhnya sebagian dari berburuk sangka itu adalah dosa dan
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan bangkai saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik karenanya.” » Salah satu penyakit hati yang sedang menyebar di kalangan masyarakat sekarang ini adalah menfitnah atau suka menuduh seseorang yang bukanbukan akibat dari berburuk sangka, karena isu-isu (gosip) yang tidak benar menyebar, yang terlalu cepat kita percayai dan kita telan mentah-mentah tanpa mengunyah atau chek dan re-chek atau tabayun. Padahal itu bisa dihindari kalau kita mau mengaplikasikan ajaran Allah, seperti yang telah Allah ingatkan di dalam firman-Nya dalams surat Al Hujarat diatas.
10. IKHLAS KEKUATAN HATI Ikhlas itu adalah pertanda bersih hati … Rasulullah SAW bersabda:
َ الطَّهُوُْر ن َ شطُْر اْلِي ِ ما
“Kebersihan adalah sebagian dari iman (yakni separuhnya)” (HR. Muslim dari Abu Malik al Asy’ari) . Dalam kata hikmah disebutkan: dari iman”.
ن ُ َالنَّظَاف ِ ة َ ن اْلِي ِ ما َ م
“Kebersihan itu sebagian
Islam memberikan perhatian yang sangat khusus tentang pentingnya kebersihan. Karena di dalam kebersihan terdapat ibadah dan taqarrub mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan merupakan suatu kewajiban dari berbagai kewajiban yang ada. Rasulullah SAW bersabda:
ظفُوْا ّ ب النّظَافَ َة فَ َن ّ ح ِ نَظِ ْيفٌ ُي،َحبّ الطّ ّيب ِ طَ ّيبٌ ُي،َحبّ الجَمَال ِ إِنَّ الَ جَمِ ْيلٌ ُي َِأفْنِيَتِكُمْ وَلَ َتشَبّهُوْا بِاليَهُوْد “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, baik dan menyukai kebaikan, dan bersih serta menyukai kebersihan. Oleh karena itu, bersihkanlah halaman rumah kalian, dan janganlah kalian menyerupaii Yahudi.” (H.R. Tirmidzi) Dalam ilmu kesehatan manusia, ditekankan bahwa untuk menjaga diri dan menolak suatu penyakit, kita harus mengutamakan kebersihan dalam H. Mas’oed Abidin
9
segala hal.
KOREKSI
DAN
BERSIH DIRI
AMAT PERLU.
Islam menekankan tidak hanya
kebersihan badan (jasad) semata, tetapi juga kebersihan dan kesucian dalam lima hal: a) Kebersihan dan kesucian rumah dan pekarangan serta lingkungan sekitar, b) Kebersihan dan kesucian badan, c) Kebersihan dan kesucian pakaian, d) Kebersihan dan kesucian makanan dan e) Kebersihan serta kesucian jiwa dan raga. f) Kebersihan jalan, dan Rasulullah SAW mengancam setiap orang yang membuang sampah, membuang bangkai binatang atau apa saja yang dapat mengganggu jalan umum yang dilalui orang banyak. g) Rasulullah SAW, sangat menjaga kebersihan pakaian,
memperhatikan kebersihan dan kesehatan mulut, gigi, sampai hal menjaga kebersihan saat kita bangun dari tidur.
ْل أَن َ ْلَو
ٍي َلَمَرْتُهُمْ بِالسّوَاكِ عِ ْندَ ُكلّ صَلَة ِ علَى أُمّت َ ّأَشُق
“Andai tidak memberatkan umatku, pasti aku menyuruh mereka untuk bersiwak setiap kali akan shalat.” (H.R. Jama’ah) h) Kebersihan batin bermula dari kebersihan lahir, dan bersihnya lahir pertanda bersihnya batin. Jaga dan peliharalah kebersihan; lahiriyah maupun bathiniyah, pribadi, keluarga maupun lingkungan. Ingatlah! Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang menyintai kebersihan.
11. JAUHI YANG AKAN MENCELAKAKAN DIRI Seorang dapat dikatakan “orang baik” apabila pergaulannya dan hubungan dengan tetangga yang berada di lingkungannya baik. Dan jika sikap, tingkah laku dan prilakunya selalu meresahkan tetangganya, sehingga para tetangganya terganggu, hidupnya tidak nyaman dan mereka tidak merasakan ketenangan karena ulahnya, maka orang itu sangat dibenci dan dimurkai oleh Allah SWT.
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana
Rasulullah SAW menegaskan bahwa , ….
ُن جَارَه ُ َخلُ اْلجَنّةَ مَنْ لَ َيأْم ُ لَ يَ ْد
ُِبوَا ِئقَه “Tidak dapat masuk sorga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya”. (H.R. Muslim) Ada sebuah prinsip yang baik untuk dipegang: “Jika ada tetangga yang mencela-ku, aku tidak akan membalas untuk mencelanya. Jika ada tetangga yang menyakiti hatiku. Aku tidak akan membalas untuk menyakitinya. Segala urusan dan segala sesuatunya akan kukembalikan kepada Allah SWT sebagai penjaga dan pemelihara diri, jiwa dan kehormatanku”. Apabila wasiat-wasiat Rasulullah berkenaan dengan masalah tetangga ini terealisir (terwujud) dalam kehidupan bermasyarakat, niscaya komunitas manusia atau masyarakat tersebut akan menjadi sebuah keluarga yang satu, yang selalu komitmen dalam memegang dan melaksanakan pesan-pesan ajaran Islam, yang senantiasa saling tolong-menolong, bahu membahu dalam kebaikan dan taqwa dan tidak tolong menolong dalam kejahatan dan dosa serta permusuhan. Dengan demikian amar ma’ruf dan nahi munkar akan terwujud, sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang rukun, damai, aman, dan sentosa lagi penuh dengan keharmonisan dan sopan santun penduduknya. Inilah yang akan memberi kontribusi penguatan keyakinan di dalam menata kehidupan masyarakat yang yang dicita-citakan, “Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur”. Iman Ahmad meriwayatkan dengan sanad dari Sayyidah Aisyah r.a, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda.
ِن فِى الَعْمَار َ ْن الدّيَارَ وَ يُ ِزد َ ْن الِجَوارِ يُعَمّر ُس ْ ُن الخُلُقِ َو ح ُ ْصلَةُ ال ّرحِمِ َو حُس ِ “Silaturahim, berakhlak mulia serta bertetangga dengan baik akan membangun dunia dan memperpanjang usia”.
12. MUSIBAH ERAT BERHUBUNGAN DENGAN KESALAHAN MANUSIA SENDIRI. Kekalahan dapat datang karena lupa kepada Allah. Kelalaian yang disengaja juga dapat mengundang musibah datang menimpa, …. ” dan H. Mas’oed Abidin
11
mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal (sebelumnya) kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu masih bertanya: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.3, Ali Imran:165). Musibah adalah ujian atau cobaan yang datang dari Allah semata, “ dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.2,Al Baqarah:155). Cobaan datang dari Allah. Keyakinan mendasar ini, adalah konsekwensi logis dari iman kepada kekuasaan Allah semata. Cobaan selalu, mengingatkan manusia, bahwa alam ini adalah milik Allah Ta’ala ….
13. MENDUSTAKAN PETUNJUK ALLAH DAN RASUL MENGUNDANG BENCANA Manusia mesti hidup dengan berbekal sabar dan tawakkal, hasil dari kecerdasan intelektual yang melahirkan kecerdasan emosional dengan dasar kecerdasan spiritual, dan kemudian melahirkan kepedulian buah kecerdasan social, dengan saling membantu, solidaritas sesama, dan tidak mau mencelakan di dalam tata kehidupannya. Menghadapi musibah dengan sikap sabar. Ada pengakuan bahwa kita akan kembali kepada-Nya jua. Setiap musibah tiba lakukanlah istirja’… “ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." (QS.2,Al Baqarah:156).
14. STRUKTURISASI MENTAL DENGAN FAST Manusia diminta untuk senantiasa akrab dan menjaga fungsi alam. Tidak boleh membuat kerusakan di permukaan bumi, agar bencana tidak datang menimpa. Alam difungsikan untuk menjaga keberadaan manusia, memberikan keselamatan terhadap kehidupan itu sendiri, dalam satu siklus hidup yang aman dan menyejahterakan manusia sepanjang masa.
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana Bumi akan diwariskan kepada hamba-hamba Allah yang baik-baik (shaleh)…. “ dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur – juga dalam Taurat, dan setiap kitab suci, -- sesudah (Kami tulis dan tetapkan di dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.” (QS.21,al Anbiya’:105).
15. EMPAT HAL MEMBAWA CELAKA Yang menjadikan manusia itu celaka adalah perangainya jua. Di antaranya Beku mata, kasat hati, loba tamak dan panjang angan-anagan. Imam Ibnu Qayyim, menyimpulkan dalam Tibbun Nabawiy , faedah-faedah menjaga mata dan menjadikan pandangan hati tawadhu’. a. Dengan menundukkan pandangan, berarti seorang hamba telah menjalankan perintah Allah, dan upaya meraih kebahagiaan bagi setiap hamba di dunia dan akhirat. b. Menundukkan pandangan dapat menghindarkan dan membentengi seseorang dari serangan racun kehidupan yang mematikan dan menghancurkan kehidupannya. c. Menundukkan pandangan dapat mengantarkan seseorang merasa selalu dekat dalam pengawasan Allah. d. Menundukkan pandangan akan menguatkan hati dan melapangkannya. e. Menundukkan pandangan membuat hati bercahaya bagaikan pelita di malam yang gulita. f. Menundukkan pandangan akan melahirkan firasat yang tajam, sehingga hak dan batil tampak jelas perbedaannya dalam pandangannya. g. Menundukkan pandangan mata akan melahirkan keteguhan hati (istiqamah), optimisme dan keberanian (syaja’ah). h. Menundukkan pandangan mata akan menutup rapat celah-celah hati yang dapat dimasuki oleh syetan untuk melakukan kemaksiatan dan segala H. Mas’oed Abidin
13
bentuk dosa. i. Menundukkan pandangan akan menjadikan hati mampu berkonsentrasi kepada sesuatu yang dapat membawa kemaslahatan bagi pelakunya. j. Menundukkan pandangan berarti menundukkan hati agar senantiasa bertafakkur dan berzikir, mencermati ciptaan Allah dengan cerdas. Sehingga mata benar-benar berfungsi sebagaimana yang dimaksudkan Allah dalam penciptaannya. Yaitu alat bagi manusia untuk beriqra’, menbaca tanda-tanda kekuasaan Allah, memikirkan dan kemudian menyikapinya. Semua sikap berawal dari pandangan dan kesaksian mata dan tindakan hati, yang mungkin dikenal dengan istilah ‘ketajaman mata hati’. Sesungguhnya antara mata dan hati memiliki hubungan yang sangat erat dan integral, yang menyebabkan kesibukkan salah satunya akan mengakibatkan kesibukan lainnya. Baik buruknya pendangan mata sangat tergantung kepada bersih atau kotornya hati. Demikian pula sebaliknya. Hati akan terpelihara kesuciannya apabila mata terpelihara atau mengarahkan pandangannya hanya kepada hal-hal yang baik. Karena itu peliharalah dua ‘aset’ termahal manusia ini, yakni mata dan hati. Ketahuilah, bahwa « Buta mata tiada mengapa, Buta hati semuanya binasa! »
16. MENGHIDUPKAN KETAHANAN JIWA UMAT Keyakinan tauhid melahirkan sikap tunduk dan taat, akhirnya menumbuhkan kesediaan menyerahkan segala kemampuan akal dan gagasan pikiran, maupun hasil observasi dan eksperimentasi kepada kekuasaan Allah dengan pernyataan yang bersih. Tatkala itulah ilmu memperoleh kebenaran. Seorang yang beriman melihat satu bencana, hanya sebatas ujian dari Allah. Musibah menuntutnya untuk bertindak lebih baik dan hati-hati di masa
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana mendatang. Manusia yang mengingkari kekuasaan Allah SWT, berarti dibutakan mata hatinya di dunia ini (dari petunjuk Allah), dan di akhirat nanti dia akan lebih buta, dan lebih tersesat dari jalan yang benar.(QS 17: 72). Manusia yang ingkar (menafikan kekuasaan Allah) akan merasa azab menyiksa kehidupan, dadanya akan sesak, mengumpat kiri-kanan, kehilangan keseimbangan dalam percaturan kehidupan di atas bumi ini. Karena itu diperlukan interaksi dengan jiwa yang sadar..
AJAKLAH UMMAT
KEPADA
HIDAYAH ALLAH. Muhasabah dapat dilaksanakan
dengan cara meningkatkan ubudiyah serta mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Berbicara tentang waktu, Malik bin Nabi dalam bukunya Syuruth An Nahdhah menulis sebagai berikut: “Tidak terbit fajar suatu hari, kecuali ia berseru, “Wahai anak cucu Adam, aku ciptaan baru yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat.” Waktu terus berlalu, ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya. Waktu adalah modal utama manusia. Apabila tidak dipergunakan dengan baik, waktu akan terus berlalu. Ketika waktu berlalu begitu saja, jangankan keuntungan yang akan diperoleh, modalpun hilang. Banyak sekali hadits Nabi SAW yang memperingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan mengaturnya
ِ ; نِعْ َمتَانsebaik mungkin. Di antara hadits-hadits Nabi SAW tersebut adalah ُصحّةُ َو الفَرَاغ ّ ال،ِن النّاس َ ِن فِيْهِمَا َكثِيْرٌ م ٌ ْمَغْ ُبو “Dua nikmat yang sering disia-siakan banyak orang: Kesehatan dan kesempatan (waktu luang).” (H.R. Bukhari melalui Ibnu Abbas r.a)
17. ADAT DAN SYARAK TIDAK BOLEH BERCERAI. Pendidikan Akhlaq Rasulullah SAW yang dapat kita lakukan ketika menghadapi isu atau fitnah: a) Menjauhkan diri kita dari semua kecurigaan dan H. Mas’oed Abidin
15
b) c) d)
e)
prasangka yang tidak beralasan. Sebaiknya kita tidak menghiraukan segala macam isu yang tidak ada dasar. Membiarkan hukum bicara terhadap penyebar luasan fitnah-fitnah itu. Janganlah kita memperturutkan hawa nafsu dengan membesar-besarkan atau menyebarkan fitnah kebohongan. Dalam menghadapai suatu fitnah, cara yang terbaik janganlah kita membalasnya dengan fitnah baru.
Bila masyarakat ditimpa penyakit hati, seperti hasud, dengki, suka mengumpat, sombong, ria, suka menfitnah dan sebagainya, apalagi sudah kronis, penyakit ini akan menjerusmuskan ke dalam penderitaan di dunia dan ke neraka atau menuai siksaan Allah di akhirat kelak. Na’uzubillah min zalik!
18. JANGAN BERPERILAKU BOLAK BALIK, SEHINGGA KESEIMBANGAN HILANG Bila keseimbangan alam terganggu, karena hasil kurenah (perbuatan) tangan manusia sendiri, maka sunnatullah (undang-undang baja alam) akan berlaku sepanjang masa, hingga kiamat datang menjelang. Untuk menata kehidupan ini tetap berjalan seimbang, maka Khalik ( Allah Rabbun Jalil) memberikan pedoman (hidayah) yang jelas dan terang, yakni ‘Aqidah Tauhid’ (keyakinan kepada kekuasaan Allah yang mutlak, Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Esa dan Maha Kuasa).
19.SIMPULANNYA, JAUHI SEMUA PERBUATAN DOSA. Keingkaran (berbuat dosa) kepada Allah, dan sengaja melakukan maksiat akan mengundang bencana. Membentengi diri dari bencana, dengan menjaga disiplin diri, pelihara akidah,iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana Firman Allah; “ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.7, Al A’raf:96). Lihat juga Firman Allah dalam QS.7 Al A’raf : 97-102.
HINDARI KEBINASAAN
KARENA KELALAIAN ORANG-ORANG BODOH.
Pengakuan ini berarti, bahwa sesungguhnya diri, harta, alam kita, adalah milik Allah semata, dan kepada-Nya-lah kita akan kembali. Kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah), yang disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil, bencana alam dan sebagainya. Walau ada sebagian manusia, yang memungkiri akan kekuasaan Allah, tentulah mereka akan menyesal kelak kemudian hari. “.. dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim (yang menyembah kepada selain Allah) itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS.3,Ali Imran:165).
20. SEMATA-MATA ALLAH TEMPAT BERNAUNG Umat manusia diberi kemuliaan oleh Allah SWT untuk menjaga, mengolah bumi, ini berarti bahwa perilaku manusia berkaitan erat dengan apa yang tampil di bumi. Manusia dipersiapkan sebagai makhluk utama. Memiliki segala kelebihan. Secara fisik, tubuhnya lengkap, kuat, cantik, penuh gaya. Spiritnya (jiwanya) disempurnakan dengan akal, pikiran, dan punya keinginan, kecerdasan (inteligensia), rasa (emosional), memiliki dorongan kehendak (nafsu), guna meraih dan mewujudkan H. Mas’oed Abidin
17
segala yang diingininya. Manusia dianugerahi kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan kecerdasan social, yang dengannya mampu menjadi umat yang memiliki keseimbangan (ummatan wasathan). Firman Allah; “Dan sesungguhnya Kami telah muliakan anak cucu Adam (umat manusia). Kami angkut mereka di daratan dan di lautan (yakni dimudahkan kehidupan manusia baik di darat ataupun di laut), Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Al Q.S.17, Al Isra’, ayat 70)
21.PELIHARALAH DZIKRULLAH. Kembalilah kepada Allah, supaya Allah senantiasa memberikan perlindungan. Segeralah berserah diri (tawakkal) kepada Allah. Manfaatkan semua hasil ciptaan ilmu pengetahuan yang telah didapat oleh manusia. Selalu berdoa dan hindari semua perbuatan dosa.
“ Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Agung dan Maha Lapang, Tiada Tuhan yang berhak tempat bermohon pertolongan semata
Nilai-nilai Agama dalam Mengatasi dan Menghadapi Bencana Allah penguasa Arasy yang Agung Tiada Tuhan yang menguasai semua ini, hanyalah Allah Penguasa langit-langit dan bumi, yang menguasai ‘Arasy yang Mulia Wahai Yang Hidup Yang selalu Hadir, dengan Rahmat Engkau semata, lindungi aku… Sesungguhnya ini datang dari Allah dan kepada-Nya akan kembali …. Wahai Allah berikan kepadaku pahala dengan musibah yang menimpaku ini, dan gantikan dengan yang lebih baik sesudahnya …. “ Keingkaran (berbuat dosa) kepada Allah, dan sengaja melakukan maksiat akan mengundang bencana.1 Membentengi diri dari bencana, dengan menjaga disiplin diri, pelihara akidah,iman dan taqwa kepada Allah SWT.2 Alam dijadikan bersahabat dengan manusia. Laut dan darat adalah ladang kehidupan manusia turun temurun. Di sana, manusia dapat berkiprah. Mengolah alam selama hayatnya, patah tumbuh hilang berganti, dari generasi ke generasi. Membangun dan merombak ke arah yang lebih baik, menjalankan reformasi dalam bimbingan Tuhan. Artinya, tidak satu kewajibanpun boleh ditinggal dalam memenuhi suatu kewajiban lain. Padangpanjang, 4 Juni 2009
1
Lihat Firman Allah dalam QS.7 Al A’raf : 97-102.
2 QS.7, Al A’raf:96“ Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS.7, Al A’raf:96).
H. Mas’oed Abidin
19
6/4/2009
H. Mas'oed Abidin
22