BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori induk entitas didasarkan pada asumsi bahwa laporan keuangan konsolidasian adalah perluasan dari laporan induk entitas dan harus dibuat dari sudut pandang pemegang saham induk entitas. Dalam teori induk entitas, laporan keuangan konsolidasian dibuat untuk kepentingan pemegang saham entitas induk, dan pemegang saham hak non pengendalian tidak diharapkan mengambil manfaat untuk dari laporan tersebut. Laba bersih konsolidasian dalam teori induk entitas merupakan ukuran laba bagi pemegang saham induk entitas. Teori entitas menggambarkan pandangan lain dari konsolidasi. Teori ini dikemukakan oleh Prof. Maurice Moonitz dan dipublikasikan oleh Asosiasi Akuntansi di Amerika (American Accounting Association) pada tahun 1944 dengan judul “The Entity Theory of Consolidated Statements”. Hal utama dari teori entitas adalah bahwa laporan konsolidasian mencerminkan sudut pandang keseluruhan entitas usaha, yang menilai secara konsisten sumber daya yang dikendalikan entitas. Perbedaan mendasar antara teori induk entitas, teori entitas dan teori kontemporer, yaitu teori induk perusahaan mengambil sudut pandang pemegang saham induk entitas dan teori entitas memfokuskan pada keseluruhan entitas konsolidasi. Sebaliknya, teori kontemporer memandang pemegang saham dan kreditor induk entitas sebagai pemakai utama laporan keuangan konsolidasi, namun mengasumsikan tujuan pelaporan posisi keuangan dan hasil operasi adalah bagi entitas usaha tunggal. Laba bersih konsolidasian adalah ukuran laba bagi pemegang saham induk entitas dalam teori induk perusahaan dan teori entitas. Teori entitas memerlukan perhitungan laba bagi seluruh pemegang saham, yang disebut sebagai “teori laba bersih konsolidasian”. Total laba bersih konsolidasian kemudian dialokasikan kepada pemegang saham hak non pengendalian dan mayoritas, dengan pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.
1
1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana menggabungkan Usaha melalui Akuisisi Saham b. Bagaimana langkah menyusun Neraca Konsolidasi pada Tanggal Akuisisi c. Bagaimana mengalokasikan Kekebihan pada Aktiva Bersih yang Dapat Diidentifikasi dan Godwill, d. Bagaimana menyusun Laporan Laba Rugi Konsolidasi e. Apakah yang dimaksud dengan Akuntansi Push-down f. Bagaimana cara mengalokasikan Harga Beli pada Total Nilai Wajar Perusahaan Anak 1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui Penggabungan Usaha melalui Akuisisi Saham b. Untuk mengetahui langkah menyusun Neraca Konsolidasi pada Tanggal Akuisisi c. Untuk mengetahui cara mengalokasikan Kekebihan pada Aktiva Bersih yang Dapat Diidentifikasidan GodwillUntuk mengetahui ilustrasi akuntansi kantor pusat dan cabang d. Untuk mengetahui penyusunan Laporan Laba Rugi Konsolidasi e. Untuk mengetahui Akuntansi Push-down f. Untuk mengetahui cara mengalokasikan Harga Beli pada Total Nilai Wajar Perusahaan Anak
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGGABUNGAN USAHA MELALUI AKUISISI SAHAM Konsep akuntansi penggabungan usaha yang terdapat pada PSAK No.22 secara jelas meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak dari suatu perusahaan induk. Suatu perusahaan menjadi perusahaan anak ketika perusahan lain (disebut sebagai perusahaan induk) memperoleh pengendali kepemilikan atas saham berhak suara yang beredar. Biasanya, pengendalian kepemilikan pada perusahaan lain diperoleh secara langsung dengan memperoleh hak mayoritas (lebih dari 50 persen) atas saham berhak suara, tetapi ada pula pengecualiannya. Pengecualian ini biasanya terjadi karena adanya kepemilikan saham secara tidak langsung. Penggabungan usaha terjadi ketika satu perusahaan memperoleh lebih dari 50 persen saham berhak suara perusahaan lain, tetap sekali hubungan induk anak terbentuk, pembelian tambahan saham perusahaan anak bukanlah suatu penggabungan usaha. Dengan kata lain entitasentitas terpisah hanya dapat bergabung satu kali. Peningkatan pengendalian adalah sesederhana penambahan investasi.
2.1.1 Entitas Pelaporan Penggabungan usaha membawa dua perusahaan yang sebelumnya terpisah kepada pengendalian dengan tim manajemen tunggal (pejabat dan direktur perusahaan induk). Meskipun kedua perusahaan tetap beroprasi sebagai entitas hukum yang terpisah, pembelian tersebut menciptakan entitas pelaporan baru yang meliputi semua operasi yang dikendalikan oleh manajemen perusahaan induk. Ketika investasi pada saham berhak suara menimbulkan hubungan induk anak, entitas pembeli (perusahaan induk) dan entitas yang diperoleh (perusahaan anak) tetap berfungsi sebagai entitas yang terpisah dan mempertahankan catatan-catatan akuntansinya pada basis hukum yang terpisah. Laporan keuangan untuk entitas gabungan disusun dengan mengkonversikan laporan keuangan perusahan induk dan perusahaan anak menjadi laporan keuangan konsolidasi yang merefleksikan posisi keuangan dan hasil operasi entitas
3
gabungan. Entitas pelaporan yang baru bertanggung jawab terhadap pelaporan kepada pemegang saham dan kreditur perusahaan induk dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
2.1.2 Hubungan Induk Anak Suatu perusahaan yang memiliki lebih dari 50 persen saham berhak suara perusahaan lain dapat mengendalikan perusahaan tersebut melalui kepemilikan sahamnya, dan hubungan yang terjadi antara kedua perusahaan tersebut adalah hubungan induk anak. Pada saat hubungan induk anak terjadi perusahaan – perusahaan tersebut saling berafiliasi.
2.1.3 Kebijakan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi menyediakan berbagai informasi yang tidak terdapat dalam laporan keuangan terpisah perusahaan induk, dan laporan konsolidasi biasanya diwajibkan untuk menyajikan yang wajar posisi keuangan dan hasil operasi dari suatu kelompok perusahaan-perusahan berafiliasi. Kondissi yang lazim untuk konsolidasi adalah kepemilikan lebih dari 50 persen saham berhak suara perusahaan lain. Berdasarkan PSAK No. 4 laporan keuangan konsolidasi paragraph 06 perusahaan anak tidak dikonsolidasi jika. a. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara karena dalam perusahaan anak dibeli dengan tujuan untuk dijual dimaksudkan untuk sementara , karena saham perusahaan anak dibeli dengan tujuan untuk dijual atau dialihkan dalam jangka pendek. b. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu retriksi jangka panjang sehingga mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam menstransfer dana kepada perusahaan induk. Perusahaan anak yang tidak dikonsolidasi tersebut harus dipertanggug jawabkan oleh perusahaan induk sebagai mana perusahaan anak lainnya sesuai dengan PSAK No.13. 2.1.4 Pengungkapan Kebijakan-Kebijakan Konsolidasi Kebijakan-kebijakan akuntansi yang signifikan diperlukan dalam pelaporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 pengungkapan kebijakan akuntansi dan secara tradisional, pengungkapan kebijakan konsolidasi adalah satu diantara pengungkapan kebijakan yang paling sering. Karena PSAK No.4 menghilangkan kebijakan konsolidasi alternative yang dapat diterima, pengungkapan kebijakan konsolidasi berdasarkan PSAK No.1 hanya 4
diperlukan untuk melaporkan pengecualian (seperti pengendalian sementara atau tidak ada pengendalian) terhadap keharusan PSAK No. 4 untuk konsolidasi perusahaan – perusahaan anak yang dimiiki secara mayoritas. Bahkan pengungkapan kebijakan konsolidasi dalam laporan tahunan cenderung tidak berkurang secara signifikan karena Bapepam mengharuskan perusahaan publik melaporkan kebijakan konsolidasi.Perusahaan induk dan perusahaan anak dengan periode fiskal yang berbeda. PSAK No. 4 “laporan keuangan konsolidasi” paragraph 09 dan 10 menyatakan bahwa: Laporan keuangan perusahaan induk dan perusahaan anak yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi lazimmnya adalah laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal pelaporannya berbeda perusahan anak biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama dengan perusahaan induk. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidaka dapat dilakukan ,laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat juga digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal laporan keuangan tersebut tikad melebihi dari 3 (tiga ) bulan. Sesuai dengan asas konsistensi , baik jangka waktu periode laporan maupun perbedaan dalam tanggal pelaporan harus selalu sama dari waktu ke waktu. Apabila laporan keuangan atau tanggal pelaporan yang berbeda digunakan untuk tujuan konsolidasi maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh yang material dari setiap peristiwa atau transaksi –transaksi antar perusahaan yang terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dengan tanggal pelaporan keuangan konsolidasi.
2.2 NERACA KONSOLIDASI PADA TANGGAL AKUISISI 2.2.1 Induk Memperoleh 100 Perssen Perusahaan Anak Pada Nilai Buku Ilustrasi perbedaan antara neraca perusahaan terpisah dan neraca konsolidasi dapat di lihat sebagai berikut. PT Primer memperoleh 100% PT Sekunder pada saat nilai buku dan nilai buku dan nilai wajar sabesar Rp40.000.000 dalam suatu penggabunga usaha sacara pembelian pada tanggal 1 Januari 19X1. Neraca-naraca yang tampakdi sajikan sesaat setelah investasi. “PT Primer pada PT Sekunder” tampak pada neraca terpisah pada PT Primer, tetapi tidak terdapat pada neraca konsolidasi PT Primer dan perusahaan anak. Ketika neraca (PT Primer dan PT Sekunder) di konsolidasi, akun investasi pada PT Sekunder (buku PT Primer) 5
dan akun ekuitas pemegang saham (Buku PT Sekunder) di eliminasi karena akun tersebut resiprokal dan keduanya mewakili aktiva bersiih PT Sekunder pada tanggal 1 Januari 19X1. Akun-akun PT Primer dan PT Sekunder yang tidak resiprokal dimasukkan kedalam neraca konsolodasi PT Primer dan perusahaan anak.
Dalam (000) Neraca Terpisah PT Sekunder
Neraca Konsolidasi
PT Primer
PT Primer&PrshSekunder
Aktiva Aktiva Lancar Kas
Rp 20.000
Rp 10.000
Rp 30.000
Aktiva lancar lainnya
45.000
15.000
60.000
Total Aktiva Lancar
65.000
25.000
90.000
Aktiva Tetap
75.000
45.000
120.000
(-) Akumulasi penyusutan
(15.000)
Total Aktiva Tetap
60.000
(5.000)
(20.000)
40.000
100.000
InvestasiPT sekuder (100%) 40.000
-
-
Total Aktiva
Rp 165.000
Rp 65.000
Rp 190.000
Hutang Usaha
Rp 20.000
Rp 15.000
Rp 35.000
Kewajibanlancar lain
25.000
Kewajiban dan Ekuitas Kewajiban lancar
Totalkewajiban lancar 45.000
10.000
35.000
25.000
70.000
Ekuitas Modal saham
100.000
Laba di tahan
20.000
30.000 10.000
100.000 20.000
Total Ekuitas
120.000
40.000
Total kewajibanEkuitas
Rp165.000
Rp 65.000
120.000 Rp 190.000
6
2.2.2 Induk Memperoleh 100 Perssen Perusahaan Anak Dengan Goodwil Jika pada ilustrasi di atas PT Primer membeli semua saham PT Sekunder dengan harga Rp50.000.000, maka akan ada kelebihan investasiterhadap nilai buku yang di peroleh sebesar Rp10.000.000. dalam hal bahwa ketiadaan bukti menjadi aktiva bersih yang dapat di identifikasi terlalu rendah, maka aktiva ini (Rp10.000.000) dapat di asumsikan sebagai goodwill. Maka ayat jurnal yang dapat di pakai adalah sebagai berikut: Modal saham
Rp 30.000.000
Laba ditahan
10.000.000
Goodwill
10.000.000
Investasi pada PT Sekunder
Rp 50.000.000
PT PRIMER DAN PERUSAHAAN ANAK KERTAS KERJA NERACA KONSOLIDASI 1 JANUARI 19X1 (000) PT Sekunder
Persediaan dan Estimasi
Aktiva
PT Primer
100%
Kas
10.000
10.000
20.000
Aktiva lancar lainnya
45.000
15.000
60.000
Aktiva tetap
75.000
45.000
120.000
Akumulasi penyusutan
15.000
5.000
20.000
Investasi pada PT Sekunder
30.000
Kredit
Konsolidasi
50.000
Goodwill Total Aktiva
Debet
Neraca
10.000 Rp165.000 Rp65.000
Rp190.000
Hutang Usaha
20.000
15.000
35.000
Kewajiban Lancar lainnya
25.000
10.000
35.000
Modal saham-PT Primer
100.000
Kewajiban dan Ekuitas
100.000
7
Laba ditahan-PT Primer
20.000
20.000
modal saham-PT Sekunder
30.000
30.000
Laba ditahan-PT Sekunder
10.000
10.000
Total Kewajiban & Ekuitas
Rp165.000 Rp65.000
Rp190.000
2.2.3 Perusahaan Induk Memperoleh 90% Perusahaan Anak Dengan Goodwill Dalam kasus ini di asumsikan akuisisi semua saham beredar PT Sekunder, PT Primer memperoleh 90% saham PT Sekunder dengan harga Rp50.000.000. kelebihan biaya investasi terhadap nilai buku yang di peroleh adalah Rp140.000.000. Dan ada hak minoritsas pada PT Sekunder sebesar Rp4.000.000 (Rp40.000.000x10% hak minoritas). Ayat jurnal kertas kerja untuk mengkonsolidasi neraca PT Primer dan PT sekunder dan mengakui hak minoritas PT Sekunder pada tanggal akuisisi adalah: Modal saham-PT Sekunder
Rp30.000.000
Laba ditahan-PT Sekunder
10.000.000
Goodwill
14.000.000
Investasi Hak minoritas
Rp50.000.000 4.000.000
2.3ALOKASI KELEBIHAN PADA AKTIVA BERSIH YANG DAPAT DIIDENTIFIKASI DAN GOODWILL
2.3.1Efek Alokasi pada Neraca Konsolidasi pada Saat Akuisisi Pada akuisisi dalam lingkup hubungan induk anak, diferensial biaya/nilai buku tidak dicatat dalam buku perusahaan induk ataupun buku perusahaan anak. Oleh karena itu, jumlah yang muncul pada neraca konsolidasi perusahaan induk dan perusahaan anaknya dicatat melalui prosedur kertas kerja yang menyesuaikan nilai buku perusahaan anak untuk merefleksikan diferensial biaya/nilai buku untuk tujuan kertas kerja konsolidasi. Jumlah
8
penyesuaian untuk setiap akun aktiva dan kewajiban ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsolidasi satu-baris. Pada tanggal 31 Desember 20X1 PT Pangan membeli 90 persen saham biasa berhak suara yang beredar PT Sandang secara langsung dari pemegang saham PT Sandang seharga Rp 5.000.000.000 dengan tunai ditambah 100.000 lembar saham biasa PT Sandang dengan nilai nominal Rp 10.000 dan nilai pasar Rp 5.000.000.000. Biaya-biaya tambahan untuk penggabungan usaha terdiri dari biaya pencatatan dan penerbitan saham biasa sebesar Rp 100.000.000 dan biaya penggabungan usaha lainnya sebesar Rp 200.000.000. 10 persen Saham PT Sandang masih beredar dan dimiliki pemegang saham minoritas.
2.3.2 Pengalokasian diferensial biaya/nilai buku. Penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan untuk menggabungkan neraca perusahaan induk dan perusahaan anak ditentukan dengan menetapkan perbedaan antara biaya investasi dan nilai buku yang diperoleh, pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi dan lalu pada goodwill jika ada sisanya. Meskipun nilai buku aktiva dan kewajiban tidak digunakan dalam menentukan nilai wajar setiap aktiva dan kewajiban, nilai buku digunakan dalam proses menggabungkan neraca perusahaan induk dan perusahaan anak.
2.3.3 Prosedur kertas kerja untuk memasukan alokasi pada neraca konsolidasi. Kertas kerja neraca konsolidasi menunjukan dua ayat jurnal kertas kerja untuk konsolidasi. Ayat jurnal dibuat dalam bentuk jurnal umum sebagai berikut: Kelebihan yang belum diamortisasi
4.890.000.000
Saham biasa, nominal Rp10.000 PT Sandang
4.000.000.000
Tambahan modal disetor PT Sandang
1.000.000.000
Saldo laba PT Sandang Investasi pada PT Sandang Hak minoritas 10%
900.000.000 270.000.000 4.890.000.000
Ayat Jurnal kedua mengalokasikan kelebihan yang belum diamortisasi pada tiap aktiva dan kewajiban dan pada goodwill. Persediaan Tanah
90.000.000 180.000.000 9
Bangunan-bersih Goodwill Wesel bayar
900.000.000 3.900.000.000 90.000.000
Peralatan bersih
270.000.000
Kelebihan yang belum diamortisasi
4.890.000.000
2.3.4 Efek Amortisasi pada Neraca Konsolidasi Setelah Akuisisi Efek amortisasi kelebihan sebesar Rp 4.890.000.000 pada neraca konsolidasi tanggal 31 Desember 20X2 didasarkan pada asumsi mengenai operasi PT Pangan dan PT Sandang selama tahun 20X2 dan mengenai periode amortisasi yang relevan atas aktiva dan kewajiban dimana kelebihan tersebut dialokasikan. Asumsi- asumsi tersebut adalah: Pendapatan tahun 20X2 Laba Bersih PT Sandang
800.000.000
Pendapatan PT Pangan termasuk pendapatan dari PT Sandang
2.523.500.000
Deviden yang dibayar tahun 20X2 PT Sandang PT Pangan
300.000.000 1.500.000.000
Amortisasi kelebihan Persediaan yang dinilai terlalu rendah dijual dalam tahun 20X2 Tanah yang dinilai terlalu rendah masih dimiliki oleh PT Sandang; tidak ada amortisasi Bangunan yang dinilai terlalu rendah masa manfaat 45 tahun sejak 1 Januari 20X2 Peralatan yang dinilai terlalu tinggi masa manfaat 5 tahun sejak 1 Januari 20X2 Wesel bayar yang dinili terlalu tinggi ditarik taun 20X2 Goodwill diamortisasi selama 20 tahun
2.4 Laporan Laba Rugi Konsolidasi Perbedaan antara laporan laba rugi konsolidasi dan laporan laba rugi bukan konsolidasi perusahaan induk disajikan secara rinci bukan hanya jumlah laba bersihnya. Jika perusahaan induk menjual barang dagangan kepada perusahaan anaknya, atau sebaliknya, akan ada 10
pembelian dan penjualan antar perusahaan pada buku terpisah perusahaan induk dan perusahaan anaknya. Saldo pembelian dan penjualan antar perusahaan adalah saldo resiprokal yang harus dieliminasi dalam menyiapkan laporan laba rugi konsolidasi karena saldo-saldo tersebut tidak mewakili pembelian dan penjualan pada pihak-pihak diluar entitas terkonsolidasi. Penyesuaianpenyesuaian atas penjualan dan pembelian antar perusahaan mengurangi pendapatan dan beban dengan jumlah yang sama besar dan karenanya tidak mempengaruhi laba bersih konsolidasi. Jumlah pendapatan dan beban sewa yang resiprokal juga dieliminasi tanpa mempengaruhi laba bersih konsolidasi. Berbagai penyesuaian dan eliminasi lainnya muncul dalam menyiapkan laporan laba rugi konsolidasi dimana tujuannya adalah untuk menunjukan pendapatan bagi persahaan induk dan perusahaan anaknya seolah-olah hanya ada satu entitas hukum dan akuntansi.
2.5AKUNTANSI PUSH-DOWN Makalah AICPA “push-down accounting”,menjelaskan bahwa akuntansipush-down sebagai basis akuntansi dan pelaporan baru untuk setiap entitas dengan laporan keuangannya yang terpisah, yang berdasarkan pada transaksi pembelian saham berhak suara,dan yang nenghasilkan perubahan kepemilikan saham berhak suara yang beredar. Ketika akuntansi pushdown tidak digunakan dalam akuisisi, alokasi harga pembelian pada aktiva bersih berwujud dan goodwill diselesaikan dalam kertas kerja konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi menggambarkan alokasi pembelian. Apabila perusahaan anak mencatat alokasi dalam lapopran keuangannya dengan akuntansi push-down,maka dengan demikian proses konsolidasi telah disederhanakan. Akuntansi push-down menjadi kontroversional dalam hal laporan perusahaan anak terpisah dikeluarkan untuk kepentingan minoritas, kreditor dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Kritik atas akuntansi push-down berpendapat bahwa pembelian antara perusahaan induk/ investor dengan pemegang saham perusahaan anak terdahulu tidak sesuai dengan basis akuntansi yang baru untuk aktova dan kewajiban perusahaan anak yang menggunakan prinsip harga perolehan. Perusahaan anak bukanlah bagian dari transaksi ia tidakmenerima dana baru dan tidak menjual aktiva. Pendapat ini disanggah dengan mengatakan bahwa harga yang dibayar oleh pemilik yang baru merupakan dasar yang paling relevan untuk mengukur aktiva, kewajiban dan hasil operasi anak. Akuntansi push-down tidak diterapkan secara konsisten di antara
11
pendukung konsep tersebut,meskipun pada praktiknya aktiva perusahaan anak biasanya dinilai kembali secara proporsional.
2. 6 ALOKASI HARGA BELI PADA TOTAL NILAI WAJAR PERUSAHAAN ANAK Ada kecenderungan untuk mencatat aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi perusahaan anak pada nilai wajarnya pada saat penggabungan usaha selain goodwill, jika perusahaan induk memperoleh pengendalian melalui pembelian tunggal secara langsung. Goodwill yang dicatat hanya yang dibeli oleh perusahaan induk. Misalnya PT Puri memperoleh 60% kepemilikan PT Ratna dengan harga Rp 210.000.000 ketika nilai buku dan nilai wajar aktiva dan kewajiban PT Ratna adalah sebagai berikut: Nilai Buku
Nilai Wajar
Aktiva Kas Piutang
Rp
10.000.000
Rp 10.000.000
60.000.000
60.000.000
Persediaan
120.000.000
150.000.000
Aktiva tetap bersih
280.000.000
300.000.000
Kewajiaban dan Ekuitas Utang Modal saham Saldo laba
Rp 470.000.000 Rp 230.000.000 200.000.000 Rp 470.000.000
Rp 520.000.000 Rp 230.000.000 Rp 470.000.000
Berdasarkan metode yang digunakan, nili wajar PT Ratna ditentukan dengan membagi harga beli dengan kepemilikan yang diperoleh, yaitu 60%. Sehingga nilai perusahaan tersebut adalah Rp 350.000.000 (Rp 210.000.000 : 0,6). Nilai wajar aktiva bersih yang dapat diidentifikasi adalah Rp 290.000.000 dan goodwill adalah Rp 60.000.000, tetapi goodwill yang benar-benar dibeli dan diakui hanya sebesar Rp 36.000.000 (Rp 60.000.000 x 60%) jumlah tersebut dimasukkan dalam neraca konsolidasi yang disiapkan sesaat setelah penggabungan usaha:
Kas Piutang
Rp 10.000.000 60.000.000 12
Persediaan
150.000.000
Aktiva tetap bersih
300.000.000
Goodwill
36.000.000
Total aktiva
556.000.000
Utang
230.000.000
Aktiva bersih
Rp 326.000.000
Goodwill berdasarkan metode ini sama dengan goodwill yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum saat ini, yaitu biaya Rp 210.000.000 (nilai wajar Rp 290.000.000 x kepemilikan yang diperoleh 60%) = Rp 36.000.000; akan tetapi aktiva bersih yang dimasukkan dalam neraca konsolidasi lebih rendah Rp 20.000.000. Jumlah yang dimasukkan dalam neraca konsolidasi berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum adalah: Kas
Rp 10.000.000
Piutang
60.000.000
Persediaan
138.000.000
Aktiva tetap bersih
292.000.000
Goodwill Total aktiva Utang
36.000.000 536.000.000 230.000.000
13
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Konsep akuntansi penggabungan usaha yang terdapat pada PSAK No.22 secara jelas meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak dari suatu perusahaan induk. Suatu perusahaan menjadi perusahaan anak ketika perusahan lain (disebut sebagai perusahaan induk) memperoleh pengendali kepemilikan atas saham berhak suara yang beredar. Pada akuisisi dalam lingkup hubungan induk anak, diferensial biaya/nilai buku tidak dicatat dalam buku perusahaan induk ataupun buku perusahaan anak. Oleh karena itu, jumlah yang muncul pada neraca konsolidasi perusahaan induk dan perusahaan anaknya dicatat melalui prosedur kertas kerja yang menyesuaikan nilai buku perusahaan anak untuk merefleksikan diferensial biaya/nilai buku untuk tujuan kertas kerja konsolidasi. Perbedaan antara laporan laba rugi konsolidasi dan laporan laba rugi bukan konsolidasi perusahaan induk disajikan secara rinci bukan hanya jumlah laba bersihnya. Makalah AICPA “push-down accounting”,menjelaskan bahwa akuntansipush-down sebagai basis akuntansi dan pelaporan baru untuk setiap entitas dengan laporan keuangannya yang terpisah, yang berdasarkan pada transaksi pembelian saham berhak suara,dan yang nenghasilkan perubahan kepemilikan saham berhak suara yang beredar.Ada kecenderungan untuk mencatat aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasi perusahaan anak pada nilai wajarnya pada saat penggabungan usaha selain goodwill, jika perusahaan induk memperoleh pengendalian melalui pembelian tunggal secara langsung. Goodwill yang dicatat hanya yang dibeli oleh perusahaan induk.
3.2 Kritik dan Saran Menurut kelompok kami, laporan keuangan konsolidasi harus disusun dengan sebaik mungkin agar pada saat penyajian laporan-laporan tersebut tidak akan menimbulkan kesalahan material maupun salah saji.
14
DAFTAR PUSTAKA Floyd A. Amir Abadi Jusuf, Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, 2004, Buku 1, Selemba Empat. Floyd A. Amir Abadi Jusuf, Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, 2004, Buku 2, Selemba Empat. Prahastayudha, Oggy. 2012. Akuntansi Keuangan Lanjutan Materi 13 https://oggyprahastayudha.wordpress.com/2012/10/14/Akuntansi-Keuangan-Lanjutan-Mataeri13/. Diakses pada tanggal 15 Mei2018
15
SOAL DAN PENYELESAIANNYA SOAL 1: Bagaimana jika pemegang saham membeli sahamnya kurang dari 50%? Apakah bisa dikatakan akuisisi saham?
JAWABAN 1: Saham sebuah perusahaan dibeli oleh perusahaan atau pengusaha lain, tetapi perlu dipahami bahwa jumlah saham yang dibeli harus lebih dari 51% atau si pengakuisisi membeli saham sehingga memiliki kepemilikan saham minimal sebesar 51%. Hal ini dikarenakan jika pembeli saham membeli atau menguasai saham kurang dari 51% maka si pembeli tidak bisa disebut telah mengakuisisi perusahaan karena tidak mengendalikan perusahaan tersebut. Jika pembelian tidak mengakibatkan kepemilikan atau penguasaan saham hingga lebih dari 51% maka hal itu hanya sebuah transaksi saham biasa.
SOAL 2: PT.Perkasa melakukan pembelian 100% saham PT. Surya dengan mengeluarkan 1.000.000 lmb saham PT. Perkasa yang memiliki nilai nominal per lbr Rp. 500 dan nilai pasar pada tgl penutupan terakhir adalah Rp. 4.000
Terkait dengan akuisisi ini PT. Perkasa harus mengeluarkan biaya administrasi sebesar Rp. 25.000.000 dan terkait dengan penerbitan saham baru, PT. PErkasa harus mengeluarkan biaya administrasi sebesar Rp. 50.000.000 kedua pembayaran tsb diselesaikan secara tunai. Ditanya : Buatlah jurnal untuk transaksi Akuisis dari PT. PErkasa
JAWABAN 2 : Nilai saham wajar Biaya Akuisisi Total harga beli
Rp Rp Rp
500.000.000,00 25.000.000,00 525.000.000,00
Nilai saham yang di keluarkan Biaya pengeluaran saham
Rp Rp
500.000.000,00 (50.000.000,00) 16
Nilai tercatat saham Jurnal Transaksi PT. Perkasa Investasi pada saham PT. Surya Saham Biasa Tambahan Modal di setor Biaya Merger Tangguhan Biaya Pengeluiaran saham
Rp
450.000.000,00
Rp
525.000.000,00
Rp 525.000.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp
1.000.000,00 449.000.000,00 25.000.000,00 50.000.000,00 525.000.000,00
Catatan : - Nilai saham wajar
= 1.000.000 X 500
- Tambahan modal di setor = Nilai tercatat saham - saham biasa = 450.000.000 - 1.000.000 = 449.000.000 - Biaya merger tangguhan
= Biaya akuisisi
- Biaya pengeluaran saham = biaya administrasi
17