Panduan Pel. Tb.docx

  • Uploaded by: anisa rahmawati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan Pel. Tb.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,677
  • Pages: 24
PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat, serta meningkatnya kesadaran klien/pasien akan hak-haknya perlu kita sadari bersama bahwa pelayanan ibu dan anak di rumah sakit menjadikan suatu tantangan yang harus diantisipasi untuk mencapai peningkatan yang menyeluruh. Suatu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien tuberculosis di rumah sakit, yaitu dengan mewujudkan suatu pelaksanaan standar pelayanan yang memadai serta perilaku yang benar di setiap tindakan yang berhubungan dengan pelayanan tersebut. Untuk mencapai tujuan di atas maka perlu diterbitkan Buku Panduan Pelayanan Penanggulangan Tuberculosis RS PKU Muhammadiyah Bima Besar harapan kami buku ini dapat dipelajari, dipahami serta petugas mampu melaksanakan setiap kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan di lingkungan RS PKU Muhammadiyah Bima sehingga kegiatan pelayanan Penanggulangan Tuberculosis dapat berjalan dengan lancar dan tertib sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam penyusunan buku panduan ini. kami menyadari bahwa buku panduan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu saran dan masukan yang berharga senantiasa kami harapkan. Wassalamu’alaikum wr.wb.

Bima Direktur RS PKU Muhammadiyah Bima

dr. H. Muhammad Ali, Sp. PD NBM. 1080453

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... ii Daftar Isi .............................................................................................................................. iii Surat Keputusan Direktur .................................................................................................... iv BAB I DEFINISI ............................................................................................................. 1 A. Definisi ............................................................................................................ 1 B. Tujuan .............................................................................................................. 2 BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................. 3 BAB III TATALAKSANA ................................................................................................ 4 A. Penemuan Kasus ............................................................................................. ........................................................................................................................4 B. Diagnosis HIV ................................................................................................ 4 BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................................. 6

iii

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BIMA Ijin Walikota Bima Nomor : 201 Tahun 2014 Alamat : Jalan Gajah Mada Telp. (0374) 42100 Kelurahan Monggonao Kecamatan Mpunda Kota Bima NTB E-mail : [email protected]

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS PKU MUHAMMADIYAH BIMA No :

/PED/RSPKUM/D/I/2019

Tentang : PEMBERLAKUAN BUKU PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS RS PKU MUHAMMADIYAH BIMA Direktur Rumah Sakit PKUMuhammadiyah Bima setelah : Menimbang

a. Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien memerlukan panduan pelayanan penanggulangan Tuberculosis b. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud huruf a. perlu menetapkan kebijakan panduan pelayanan penanggulangan tuberculosis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima yang ditetapkan dengan keputusan Direktur

Mengingat

1.

Undang undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

2.

Undang undang RI no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

3.

Undang undang RI no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;

4.

PerMenKes no. 290/ MenKes /per /iii /2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.

5.

PerMenKes no 269 / MenKes /Per /iii /2008 tentang Rekam Medis.

6.

SK PDM Nomor: 040/KEP/III.0/H/2015 tentang pengangkatan dr H. Muhammad Ali, Sp.PD sebagai direktur RS PKU Muhammdiyah Bima

Memperhatikan

Memo Intern Direktur RS PKU Muhammadiyah Bima perihal Pengajuan Panduan Pelayanan Tuberculosis di RS PKU Muhammadiyah Bima

iv

MEMUTUSKAN MENETAPKAN : PANDUAN PELAYANAN PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BIMA Pertama

Memerintahakan kepada semua unsur dan bagian terkait di Rumah Sakit Muhammadiyah Bima untuk melaksanakan panduan Tuberculosis RS PKU Muhammadiyah Bima

Kedua

Mengamanatkan kepada bagian legal untuk melakukan pemantauan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan panduan ini.

Ketiga

Keputusan ini berlaku tahun sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini maka akan diadakan perbaikan dan perubahan seperlunya.

Di tetapkan di : Bima Tanggal

: 08 Februari 2019

Tepat tanggal :

RS PKUMuhammadiyah Bima Direktur,

dr. H. Muhamad Ali Sp. PD NBM:1080453

v

BAB I DEFINISI Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), merupakan pengobatan penderita TB yang dilakukan dalam jangka pendek, dan dilakukan dengan pengawasan langsung terhadap penderita TB. TB01 : Kartu pengobatan pasien TB, merupakan kartu status atau kartu rekam medis pasien TB. Disimpan di unit DOTS. TB02 : Kartu Identitas pasien TB, merupakan kartu kontrol pengobatan TB, disimpan oleh pasien. TB03 : Buku Register TB Kabupaten atau Kota. Merupakan buku besar pengobatan TB yang mencatat seluruh perjalanan pengobatan pasien TB, disimpan di Unit DOTS. TB04 : Buku Register Laboratorium TB. Mencatat semua pemeriksaan dahak (BTA) yang dilakukan di laboratorium Tarutung tidak menyediakan pelayanan HIV/AIDS untuk pelayanan. Disimpan di Laboratorium. TB05 : Merupakan formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak TB06 : Merupakan buku daftar suspek TB yang diperiksa dahak SPS. Disimpan di Unit DOTS. TB09 : Formulir rujukan atau pindah pasien TB. TB10 : Formulir hasil akhir pengobatan pasien TB pindahan. TB 12 : Formulir pengiriman sediaan untuk cross check.

1

BAB II RUANG LINGKUP A. Lingkup Area 1. Pelaksana panduan ini adalah tenaga kesehatan terdiri dari : a. Staf Medis b. Staf Perawat c. Staf Bidan 2. Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Pelayann TB DOTS a. Instalasi Rawat Jalan b. Instalasi Gawat darurat c. Instalasi Intensive Care Unit d. Instalasi laboratorium e. Instalasi Rawat Inap terdiri dari : 1. Rawat Inap Buah 2. Rawat Inap Sahabat 3. Rawat Inap Tokoh 4. Kamar Bersalin 5. Ruang Neonatus Intensive Care Unit B. Kewajiban Dan Tanggung Jawab 1. Seluruh Staf Rumah Sakit wajib memahami tentang Panduan Pelayann TB DOTS 2. Perawat Yang Bertugas (Perawat Penanggung jawab Pasien) Bertanggung jawab melakukan Panduan Pelayann TB DOTS 3. Kepala Instalasi / Kepala Ruangan a. Memastikan seluruh staf di Instalasi memahami Panduan Pelayann TB DOTS b. Terlibat dan melakukan evaluasi terhadap Panduan Pelaksanaan Panduan Pelayann TB DOTS 4. Manajer a. Memantau dan memastikan Panduan Pelayann TB DOTS dikelola dengan baik oleh Kepala Instalasi b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan Panduan Pelayann TB DOTS

2

BAB III TATALAKSANA

A.

Tata laksana Penemuan Pasien TB Kegiatan penemuan pasien TB terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. 1. Penjaringan Suspek Dilakukan pada pasien rawat jalan maupun rawat inap yang berada dalam lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima dan memenuhi standar diagnosis yang ditetapkan oleh standar internasional penanganan TB. Yang termasuk suspek TB antara lain : a. Semua orang yang datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak 2 (dua) minggu atau lebih dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. b. Semua kontak dengan pasien TB Paru BTA positif yang menunjukkan gejala yang sama harus dianggap sebagai seorang suspek TB dan dilakukan pemeriksaan dahak. c. Semua keluarga pada penderita TB anak yang menunjukkan gejala yang sama harus dianggap sebagai seorang suspek TB dan dilakukan pemeriksaan dahak. Untuk anak-anak di mana batuk bukanlah gejala dominan untuk infeksi TB, berikut adalah hal-hal yang dapat dipakai untuk menjaring suspek TB anak: a. Kontak erat dengan penderita TB BTA positif. b. Reaksi cepat BCG ( timbul kemerahan di lokasi suntikan dalam 3 (tiga) – 7 (tujuh) hari setelah imunisasi BCG. c. Anoreksia atau nafsu makan menurun disertai gagal tumbuh, berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 (satu) bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi. d. Demam lama (>2 minggu) atau berulang tanpa sebab yang jelas (singkirkan dulu kemungkinan infeksi saluran kencing, Malaria, demam typhoid, dan lain-lain). e. Batuk lama (>3 minggu) dengan menyingkirkan kemungkinan penyebab lain f. Pembesaran kelenjar limfe superficial yang spesifik (leher, axilla, inguinal). g. Skrofuloderma. a. Tes tuberculin positif (> 10 mm) b. Konjungtivitis fliktenularis. Pemeriksaan atau follow up TB terhadap anak di bawah lima (5) tahun pada keluarga TB harus dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pengobatan pencegahan. Semua suspek TB yang dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis dicatat di buku TB06 (Unit DOTS) dan TB04 (Laboratorium). Untuk rawat Inap, suspek TB dan seluruh pasien yang didiagnosis TB dilaporkan oleh kepala ruang kepada unit DOTS (koordinator IRJ)

3

2.

Diagnosis a. Diagnosis TB Paru Dewasa Diagnosa TB Paru Dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB melalui pemeriksaan dahak mikroskopis. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosa utama . Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan, uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasi. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Selain untuk diagnosis, pemeriksaan dahak digunakan juga untuk menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 (tiga) spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak sewaktu pagi-sewaktu (SPS).  S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.  P (Pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur pagi, Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas laboratorium.  S (Sewaktu) : dahak dikumpulkan di laboratorium pada hari kedua, saatmenyerahkan dahak pagi. Permintaan pemeriksaan dahak BTA SPS menggunakan formulir TB05 dan dicatat di TB04 (laboratorium) dan TB06 (unit DOTS). Apabila tidak tersedia formulir TB05, dapat menggunakan lembar permintaan laboratorium rumah sakit dan akan dipindah ke formulir TB05 oleh petugas laboratorium. Semua suspek TB Paru dilakukan pemeriksaan dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS), dengan kemungkinan hasil : a. Semua spesimen atau 2 (dua) dari 3 (tiga) spesimen hasilnya BTA positif : TB b. Hanya 1 (satu) dari 3 (tiga) spesimen dahak hasilnya BTA positif, maka pada kasus ini diperlukan foto toraks atau biakan kuman TB untuk mendukung diagnosis TB atau bukan TB c. Semua spesimen hasilnya BTA negatif, maka diberikan antibiotika non OAT non Quinolon selama 2 minggu. Apabila ada perbaikan gejala maka bukan kasus TB, jika tidak ada perbaikan maka dilakukan pemeriksaan ulang dahak SPS. a. 1 saja dari 3 spesimen dahak SPS ulangan hasilnya BTA positif : TB. b. Ketiga spesimen dahak SPS tetap negatif maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya termasuk foto thoraks. Dengan mempertimbangkan hasil pemeriksaan penunjang dokter akan mennetukan TB atau bukan TB. Jika suspek TB menolak melakukan pemeriksaan BTA SPS, perlu dikaji ulang alas an penolakan. Sering kali pasien menolak pemeriksaan dahak karena alasan di bawah ini : a. faktor biaya : sarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan dahak BTA SPS di puskesmas terdekat (dari rumah pasien). Jika pasien setuju, beri surat

4

pengantar ke puskesmas dan kalau memungkinkan kontak petugas TB puskesmas tujuan. b. Sulit mengeluarkan dahak : sarankan pasien untk banyak minum, KIE cara berdahak yang efektif (tarik dan keluarkan nafas dalam beberapa kali, batukkan dahak sekuatnya, dan keluarkan dahak yang telah dibatukkan dengan cara di-hoekkan ke pot spulum, kalau dirasa perlu dapat diberikan mukolitik untuk mempermudah pengeluaran dahak. Jika dengan cara tersebut masih kesulitan, diijinkan untuk melakukan pemeriksaan dahak pagi semua. Alur Diagnosa TB Paru

3.

Diagnosis TB Anak. Diagnosis TB pada anak adalah hal yang sulit sehingga sering terajdi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak yang dapat mengeluarkan dahak, penegakakan disgnosis TB anak juga harus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis SPS. Sedangkan pada anak yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis, digunakan criteria lain berupa system skor. Setelah dokter melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan system skor. Pasien denga skor lebih atau sama dengan 6 (enam) harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat OAT (Obat Anti Tuberkulosis). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat, maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lain sesuai indikasi untuk memperkuat diagnosis TB seperti bilas lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT scan , dan lain-lain.

5

Sistem skoring TB anak Parameter 0 Kontak TB

Tidak jelas

Uji Tuberculin

Negatif

Berat badan/keada an gizi Demam tanpa sebab jelas Batuk Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal Pembengkak an tulang/sendi panggul, lutut falang Foto toraks

1

2 Lapora n keluarg a, BTA negatif atau tidak tahu, BTA tidak jelas

3

Juml ah

BTA positif

Positif (≥ 10 mm atau ≥ 5 mm pada keadaan imunosupre si Bawah garis merah (KMS) atau BB/U < 80% ≥ 2 minggu

≥ 3 minggu ≥ 1 cm, jumlah > 1, tidak nyeri

Ada pembengkak an

Normal/tid ak jelas

Kesan TB

jumlah 

batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronis lainnya seperti asma, sinusitis dan lain-lain Interpretasi : ≥ 6 (enam) : dapat di tata laksana sebagai pasien TB < 6 (enam) : tetapi klinis sangat mencurigakan TB maka perlu dilakuka pemeriksaan diagnostik lainnya sesuai indikasi. 6

4.

Diagnosis TB Ekstra Paru Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena misalnya kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB Pleura, pembesaran kelenjar limfe superficial pada Lymphadenitis TB, danlain-lain. Diagnosispasti ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, bakteriologis, dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, missal uji mikrobiologi, patologi anatomi , dan lain-lain. Seorang pasien TB ekstra paru sangat mungkin juga menderita TB Paru. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan dahak. Jika hasil pemeriksaan dahak negatif, dapat dilakukan foto toraks.

5.

Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. 2. Tuberkulosis Ekstra Paru 3. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang,dan lain-lain.

6.

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis (pada TB paru) 1. Tuberkolosa BTA positif a. Sekurang-kurangnya 2 (dua) dari 3 (tiga) spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberculosis. c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif setelah dan biakan kuman TB positif d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. 2. Tuberkolose BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik. TB paru BTA negatif harus meliputi : a. Paling tidak 3 (tiga) spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif b. Foto thoraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotikan non OAT, bagi pasien dengan HIV negatif. d. Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan.

7.

Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit 1. TB paru BTA negatif foto thoraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (missal proses far advanced) dan atau keadaan umum pasien buruk. 2. TB ekstra paru dibagi berdasar pada tingkat keparahan penyakit, yaitu a. TB ekstra paru ringan, misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

7

b. TB ektra paru berat misalnya meningitis, ilier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin. Catatan : 1. Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien ekstra paru. 2. Bila seorang pasien denagn TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat. 3. Pasien yang didiagnosa TB paru tanpa hasil pemeriksaan dahak tidak dapat dicatat sebagai kasus TB Paru BTA negatif. 8.

B.

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Klasifikasi berdasar riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien yaitu : 1. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati denga OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif. 2. Kasus yang sebelumnya pernah diobati a. Kambuh (Relaps) Adalah pasien tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur) b. Kasus setelah putus berobat (Default) Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 (dua) bulan atau lebih denagn BTA positif. c. Kasus setelah gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. 3. Kasus Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. 4. Kasus Lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas, seperti : 1. Tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya 2. Pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya. 3. Kembali diobati dengan BTA negatif

Tata Laksana Pengobatan TB a. Prosedur dan Tata Cara Pengobatan TB Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Tidak diperkenankan menggunakan OAT Tunggal (monoterapi). Penggunaan OAT Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. 8

2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh pengawas menelan obat (PMO). 3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia adalah : 1. Kategori 1 : 2HRZE/4 (HR)3 2. Kategori 2 : 2HRZES/(HRZES)/5(HR)3E3 3. OAT sisipan : HRZE 4. OAT Anak : 2HRZ/4HR Dosis OAT Dewasa Jenis OAT

Sifat

Isiniazid (H)

Bakterisid

Rifampicin (R)

Bakterisid

Pyrazinamide (Z)

Bakterisid

Streptomucin (S)

Bakterisid

Ethambutol (E)

Bakterisid

Panduan OAT dan peruntukannya Kategori Pasien TB Diagnosis TB I

II

III

IV

a. TB paru kasus baru b. TB paru BTA negatif kasus baru dengan lesi luas c. TB berat + HIV atau TB ekstra paru berat TB paru BTA positif dengan pengobatan terdahulu: a. Kassus kambuh b. Kasus putus berobat c. Kasus gagal TB paru BTA negatif kasus baru (selain kategori I) TB ekstra paru ringan Kasus kronik atau MDR (BTA masih positif setelah pengobatan ulang yang diawasi)

Dosis yang direkomendassikan (mg/kg) Harian 3 x seminggu 5 10 (4-6) (8-12) 10 10 (8-12) (8-12) 25 35 (12-18) (30-40) 15 (12-18) 15 30 (15-20) (20-35)

Panduan OAT Fase Awal (harian) Fase lanjutan (3x seminggu) 2 HRZE 4 H3R3

2 HRZES HRZE

/

1

2 HRZE

5 H3R3EE3

4 H3R3

Rujuk ke fassiliass yang memiliki pelayanan DOTS plus. 9

Pemakaian OAT – Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Dibawah ini adalah Panduan Dosis OAT KDT : Dosis KTD untuk Kategori 1/3 Berat Badan Tahap Intensif tiap hari – selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg

2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT

Dosis KDT untuk kategori 2 Berat badan Tahap Intensif tiap (kg) (150/75/400/275) + S

30-37 kg

38-54 kg

55-70 kg

≥ 71 kg

 

Tahap lanjutan 3 kali seminggu-selama 16 mgg RH 150/150) 2 tablet 2 KDT 3 tablet 2 KDT 4 tablet 2KDT 5 tablet 2 KDT

Selama 56 hari 2 tablet 4KDT + 500 sterptomisisn inj 3 tablet 4KDT + 750 streptomisin inj 4 tablet 4KDT + 1000 streptomisin inj 5 tablet 4KDT + 1000 streptomisisn inj

hari

RHZE

Selama 28 hari 2 tablet 4KDT

Tahap lanjutan 3 kali seminggu RH 150/150)+ E (400) Selama 20 minggu 2 tablet 2KDT

3 tablet 4KDT

3 tablet 2KDT

4 tablet 4KDT

4 tablet 2KDT

5 tablet 4KDT

5

mg

mg

mg tablet 2KDT

mg

Untuk pasien yang berumur 60 th ke atas dosis maksimal streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250 mg)

Dosis KDT sisipan Berat Badan (kg)

Tahap Intensif tiap hari – selama 28 hari RHZE (150/75/400/275) 2 tablet 4KDT 3 tablet 4KDT 4 tablet 4KDT 5 tablet 4KDT

30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg

Dosis OAT untuk Anak Nama Obat Dosis Harian (mg/kgBB/hari) Isoniasid Rifampicin Pirasinamid

5-15 10-20 15-30

Dosis Maksimal per hari) 300 600 2000

(mg

10

Etambutol Streptomisin Dosis KDT Anak Berat badan (kg) 30-37 kg 38-54 kg 55-70 kg ≥ 71 kg

15-20 15-40

1250 1000

2 bulan tiap hari RHZ (75/50/150) 1 tablet 2 tablet 3 tablet 4 tablet

BB 20-32 (75/50) 1 tablet 2 tablet 3 tablet 4 tablet

kg

RH

Dosis Kombipak Anak Jenis Obat BB < 10 kg BB10-19 kg BB 20-32 kg Isoniasid 50 mg 100 mg 200 mg Rifampicin 75 mg 150 mg 300 mg Pirasinamid 150 mg 300 mg 300 mg Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) Tuberkulosis pada anak Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan system scoring. Bila hasil evaluasi dengan system scoring didapat skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari selama 6 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai. Catatan : a. Bila isoniazid dikombinsaikan dengan rifampicin, dosisnya tidak boleh melebihi 10 mg/kgBB/hari b. Rifampisin tidka boleh diracik dalam satu puyer bersama OAT lain karena dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin. c. Rifampisin diabsorpsi baik melalui GIT pada saat perut kosong (satu jam sebelum makan) d. Pengambilan OAT paket harus sepengetahuan koordinator Rawat Jalan atau koordinator DOTS, sehingga semua resep OAT paket baik dari rawat jalan maupun rawat inap harus I acc koordinator rawat jalan atau koordinator DOTS> Sebelum memulai pengobatan TB, pasien dan PMO harus mendapatkan edukasi mengenai hal-hal di bawah ini : 1. Cek domisili pasien. Jika domisili pasien TB di luar wilayah kotamadya Malang, rujuk ke UPK terdekat, kecuali ada pertimbnagan khusus (bekerja di wilayah kota madya Malang atau karyawan Rumah Sakit Panti Nirmala atau perjanjian kerja sama perusahaan hanya dengan RS Panti Nirmala). Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa alas an merujuk adalah untuk memperkecil kemungkinan DO. 2. Apa itu penyakit TB, bagaimana cara penularannya, pencegahan penularan, dan bagaiman gejala TB. 3. Rencana pengobatan : berapa lama, cara pengobatan (oral saja atau oral + injeksi), frekuensi kontrol, biaya-biaya yang mungkin akan dikeluarkan selam pengobatan. Jika pasien dan atau kelaurga merasa berat dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama masa pengobatan, rujuk ke puskesmas untuk pengobatannya. 4. Pengaturan nutrisi. 5. Efek samping obat yang mungkin timbul.

11

6. Pengobatan tidak boleh terputus walau pasien sudah tidak ada keluhan atau merasa sehat, perlu dijelaskan pula resiko jika putus berobat. b. Pengobatan TB pada Keadaan Khusus 1. Kehamilan Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomycin. Streptomicyn tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanen ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobtaan santa penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB. 2. Ibu Menyusui Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Ibu dan bayi tidak perlu dipidahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya. 3. Pasien TB Pengguna Kontrasepsi Rifampicin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal, sehingga dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi tersebut. Seorang pasien TB yang mendapat pengobatan sebaiknya menggunakan kontrasepsi non-hormonal, atau kontrasepsi yang mengandung estrogen tinggi (50 mcg). 4. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS Tata laksana pengobatan TB pada pasien HIV/AIDS adalah sama dengan pasien TB lainnya. Prinsip pengobatan TB HIV adalah dengan mendahulukan pengobatan TB. Penggunaan suntikan streptomicyn harus memperhatikan prinsip-prinsip universal precaution. Pengobatan TB-HIV sebaiknya dilakukan dalam 1 UPK untuk menjaga kepatuhan pengobatan. 5. Pasien TB dengan hepatitis akut Pemberian Oat pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau klinis ikterik ditundasampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan di mana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan Streptomicyn dan Etambutol maksimal selam 3 (tiga) bulan sampai hepatitisnya menyembuhkan dan dilanjutkan denagn Rifampicin dan Isoniasid selama 6 (enam) bulan. 6.Pasien TB dengan kelainan hati kronik Apabila terdapat peningkatan SGOT dan SGPT lebih dari 3 (tiga) kali normal, OAT tidka diberikan, dan bila telah dalam pengobatan harus dihentikan. Apabila peningkatan SGOT dan SGPT kurang dari 3 (tiga) kali pengobatan dapat dilaksanakan dengan pengawasan ketat. Pasien dengan kelainan hati pirrazinamide tidak boleh digunakan. Paduan OAT yang dapat digunakan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE. 7.Pasien TB dengan gagal ginjal Isoniasid, Rifampicin, dan Pirazinamid dapat diekskresi melalui empedu dan dapat dicerna menjadi senyawa-senyawa non toksik. OAT jenis ini dapat diberikan dengan dosis standar pada pasien-pasien dengan gangguan ginjal. Strepromycin dan Etambutol diekskresi melalui ginjal, oleh Karen aitu hindari penggunannya pada pasien dengan gangguan ginjal. Paduan OAT yang paling aman untuk pasien dengan gagal ginjal adalah 2HRZ.4HR. 12

8.Pasien TB dengan Diabetes MEllitus Diabetes harus dikontrol. Penggunaan Rifampicin dapat mengurangi efektivitas obat oralk anti diabetes (sulfonil urea) sehingga dosis obat oal anti diabetes perlu ditingkatkan. Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB, dilanjutkan dengan anti diabetes oral. Hati-hati pemberian Etambutol karena dapat memperberat kejadian Retinopathy diabetika. C.

Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya 

Efek Samping Ringan OAT Efek Samping Penyebab Tidak ada nafsu makan, Rifampicin mual, sakit perut Nyri sendi Kesemutan samapi dengan rasa terbakar di kaki Warna kemerahan pada urine



Efek Samping Berat OAT Efek Samping Gatal dan kemerahan kulit Tuli Gangguan keseimbangan berat Ikterus tanpa penyebab lain Bingung dan muntahmuntah (permulaan ikterus karena obat) Gangguan penglihatan Purpura dan renhatan (syok)

Pirazinamid INH

Rifampicin

Penyebab Semua jenis OAT Streptomycin Streptomycin Hampir semua OAT

Hampir semua OAT

Etambutol Rifampicin

Tata Laksana Semua obat OAT di minum malam sebelum tidur Beri aspirin Beri vitamin B6 (piridoxin) 100 mg per hari Tidak perlu diberi apaapa, KIE pada pasien

Tata Laksana *(keterangan di bawah table) Streptomcin dihentikan Streptomcin dihentikan Hentikan semua OAT sampai ikterus menghilang Hentikan semua OAT, segera dilakukan tes fungsi hati Hentikan Etambutol Hentikan Rifampicin

* Jika seorang pasien dalam pengobatan TB mengeluh gatal-gatal singkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Brikan anti histamine sambil menerusan OAT dengan pengawasan. Gatal-gatal tersebut pada sebagian pasien hilang, tetapi pada sebagian pasien malahan terjadi suatu kemerahan kulit berat. Bila keadaan seperti ini, hentikan semua OAT, tunggu sampai kemerahan kulit hilang. D.

Tata Laksana Pengawasan Menelan Obat

13

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) a. Persyaratan PMO 1. Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetjui baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. 2. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien 3. Bersedia membantu pasien dengan sukarela 4. Bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien b. Siapa yang bisa menjadi PMO Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader, guru, anggota PKK, tokoh masyarakat atau kelaurga. c. Tugas PMO 1. Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. 2. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. 3. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. 4. Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga psien TB yang mempunyai gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri. E. Tata Laksana Pemantauan dan Hasil pengobatan TB a. Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB Pemantauan kemajuan hasil pengobatan TB paru dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahal mikroskopis. Pemeriksaan dahak mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik TB. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan memeriksa spesimen dahak sebanyak dua kali (sewaktu dan Pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 (dua spesimen tersebut negatif. Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Tindak lanjut hasil pemeriksaan ulang dahak mikroskopis dapat dilihat pada table di bawah ini. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Ulang Dahak TIPE PASIEN TAHAP HASIL TB PENGOBATAN BTA Pasien baru BTA Akhir Tahap Negatif positif (kategori Intensif Positif 1)

Sebulan sebelum akhir pengobatan

Negatif Posistif

TINDAK LANJUT Tahap lanjutan dimulai Dilanjutkan dengan OAT sisipan selama 1 (satu) bulan. Jika setelah sisipan BTA tetap positif: 1. Tahap lanjutan tetap diberikan 2. Lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB MDR OAT dilanjutkan Gagal, ganti dengan OAT 14

Akhir Pengobatan (AP)

Negatif Positif

Pasien baru BTA negatif dan foto toraks mendukung Tb (kategori 1)

Akhir Intensif

Negatif

Pasien BTA Positif (kategori 2)

Akhir Intensif

Positif

Negatif Psitif

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Ulang Dahak TIPE PASIEN TAHAP HASIL TB PENGOBATAN BTA Pasien baru BTA Akhir Tahap Negatif positif (kategori Intensif Positif 1)

Sebulan sebelum akhir pengobatan

Negatif Posistif

Akhir Pengobatan (AP)

Negatif Positif

kategori 2 (dua) mulai dari awal. Lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB MDR Sembuh Gagal, ganti dengan OAT kategori 2 (dua) mulai dari awal. Lakukan biakan, tes rsistensi atau rujuk ke layanan TB MDR Berikan pengobatan tahap lanjutan sampai dinyatakan pengobatan lengkap Gagal, ganti dengan OAT kategori 2 (dua) mulai dari awal. Lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB MDR Teruskan pengobatan dengan tahap lanjutan Beri sisipan 1 (satu) bulan. TINDAK LANJUT Tahap lanjutan dimulai Dilanjutkan dengan OAT sisipan selama 1 (satu) bulan. Jika setelah sisipan BTA tetap positif: 3. Tahap lanjutan tetap diberikan 4. Lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB MDR OAT dilanjutkan Gagal, ganti dengan OAT kategori 2 (dua) mulai dari awal. Lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB MDR Sembuh Gagal, ganti dengan OAT kategori 2 (dua) mulai dari awal. Lakukan biakan, tes 15

Pasien baru BTA negatif dan foto toraks mendukung TB (kategori 1)

Akhir Intensif

Pasien Positif 2)

Akhir Intensif

BTA (kategori

Negatif

Positif

Negatif Psitif

Sebulan sebelum akhir pengobatan

Negatif Positif

Akhir pengobatan (AP)

Negatif Positif

rsistensi atau rujuk ke layanan TB MDR Berikan pengobatan tahap lanjutan sampai dinyatakan pengobatan lengkap Gagal, ganti dengan OAT kategori 2 (dua) mulai dari awal. Lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB MDR Teruskan pengobatan dengan tahap lanjutan Beri sisipan 1 (satu) bulan. Jika setelah sisipan BTA tetap positif : 1. Tahap lanjutan tetap diberikan 2. Lakukan biakan, tes resistensi atau rujuk ke layanan TB MDR Teruskan pengobatan Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB MDR Sembuh Pngobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB MDR

Tata Laksana Pasien yang Berobat tidak teratur Tindakan pada pasien yang putus berobat kurang dari 1 (satu) bulan a. Lacak pasien b. Diskusikan dengan pasien untuk mencari penyebab berobat tidak teratur c. Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1 (sat) – 2 (dua) bulan Tindakan 1 Tindakan 2 a. Lacak pasien Bila hasil BTA negatif Lanjutkan pengobatan sampai b. Diskusikan dan atau TB ekstra paru seluruh dosis selesai cari masalah Lama pengobatan sebelumnya c. Periksa 3 9tiga) kurang dari 5 bulan : lanjutkan kali dahak (SPS) pengobatan sampai seluruh dan lanjutkan dosis selesai pengobatan Bila 1 atau lebih hasil Lama pengobatan sebelumnya sementara BTA positif lebih dari 5 bulan: Kategori 1 : mulai kategori 2 (dua) Kategori 2 : rujuk, mungkin kasus TB resisten obat. Tindakan pada pasien yang putus berobat lebih dari 2 bulan (Default) a. Periksa 3 kali Bila hasil BTA negatif Pengobatan dihentikan, pasien 16

dahak (SPS) b. Diskusikan dan cari masalah c. Hentikan pengobatan sambil menunggu hasil pemeriksaan dahak

atau TB ekstra paru

Bila 1 (satu) atau lebih hasil BTA positif

diobservasi, bila gejala semakin parah perlu dilakukan pemeriksaan kembali (SPS dan atau biakan) a. Kategori 1 : mulai kategori 2 (dua) b. Kategori 2 : rujuk, kasus TB resisten obat.

Tata Laksana Pelacakan Pasien Mangkir Pasien TB yang sedang menjalani pengobatan OAT dikatakan mangkir apabila pasien tersebut tidak datang pada tanggal perjanjian kontrol. Apabila dijumpai pasien TB yang mangkir selama pengobatan, harus segera dilakukan pelacakan untuk menghindari terjadinya Drop Out pengobatan. Tata cara pelacakan pasien mangkir selama pengobatan TB : 1. Poliklinik (spesialis atau umum) berusaha menghubungi pasien atau PMO melalui telepon. 2. Poliklinik melaporkan kepada unit DOTS pasien TB mangkir sebelum melebihi batasan waktu. 3. Apabila pasien TB mangkir berdomisili di wilayah kotamdya Malang, maka petugas DOTS menghubungi petugas TB puskesmas sesuai dengan tempat tinggal pasien untuk meminta bantuan pelacakan. 4. Apabila pasien TB mangkir berdomisili di luar wilayah kotamadya Malang, maka petugas DOTS menghubungi Wasor kota Malang untuk pelacakan pasien. 5. Petugas DOTS mencatat pasien TB yang mangkir di buku Bantu Pasien Mangkir. 6. Petugas DOTS melakukan follow up hasil pelacakan pasien mangkir dengan menghubungi Wasor Kab. Tapanuli Utara b. Hasil Pengobatan TB (BTA Positif) 1. Sembuh Pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif pada akhir pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow up sebelumnya negatif. 2. Pengobatan Lengkap Pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal. 3. Meninggal Pasien yang meninggal dalam masa pengobatan Karena sebab apapun. 4. Pindah Pasien yang pindah berobat ke UPK lain dengan register TB03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui. 5. Default (Putus berobat) Paisen yang tidak berobat 2 (dua) bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. 6. Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

17

F. Tata Laksana Penjaringan Suspek TB MDR Dan Kolaborasi TB-HIV a. Penjaringan Suspek TB MDR TB MDR adalah kasus TB yang disebabkan oleh basil M. tuberculosis yang tealh resistan terhadap INH dan rifampicin secara bersamaan, dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lini pertama lainnya. Kegiatan penemuan pasien TB MDR diawali dengan penemuan suspek TB MDR. Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dan memenuhi salah satu criteria di bawah ini : 1. Kasus kronik atau gagal pengobatan kategori 2 (dua). 2. Pasien TB denganhasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah bulan ketiga pengobatan kategori 2 (dua). 3. Pasein TB yang pernah diobati > 1 (satu) bulan di sarana non DOTS termasuk dengan OAT TB MDR misalnya fluorokuinolon dan kanamisin

18

BAB IV DOKUMENTASI A. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan dilakukan setiap hari dan dilaporkan setiap bulan kepada sekretaris DOTS Hal – hal yang perlu dilaporkan meliputi : 1. Pencatatan hasil pasien telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif pada akhir pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow up sebelumnya negatif. 2. Pencatatan hasil pasien yang menyelesaiakan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal. 3. Pencatatan pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun. 4. Catatan pasien yang pindah berobat ke UPK lain dengan register TB03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui. 5. Catatana pasien yang Default (Putus berobat) 6. Catan pasien yang tidak berobat 2 (dua) bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. 7. Catatan pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. B. MONITORING DAN EVALUASI Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap 6 bulan dan dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima.

19

Related Documents

Panduan Pel. Tb.docx
May 2020 16
Pel
June 2020 32
Managment Pel
May 2020 32
Pel 1
May 2020 34
Panduan
June 2020 44
Panduan
October 2019 76

More Documents from "Nana Andriana Atmojoe"