PENDIDIKAN BUDAYA MELAYU “PAKAIAN ADAT MELAYU”
DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. H. Isjoni, M.Si DISUSUN OLEH: KELOMPOK 12 1. CITRA ANGGRAINI (1605122935) 2. SISKA INDRIANI (1605122944) Kelas : 2B KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU 2017
BAB I PEMBAHASAN A. Pakaian Melayu Riau Pakaian merupakan simbol budaya yang menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya tertentu. Pakaian dapat pula menjadi penanda bagi pemikiran masyarakat, termasuk pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau. Pakaian adat melayu Riau hampir selalu dikaitkan dengan norma sosial, agama dan adat istiadat. Ini membuat pakaian adat ini berkembang dengan makna dan filosofi yang bermacam-macam. Pakaian tradisional Melayu Riau terdiri dari berbagai macam jenis. Jenis pakaian ini tergantung pada situasi dan kondisi si pemakai dan kegiatan yang lakukan, misalnya untuk acara resmi atau untuk dikenakan dalam kegiatan seharihari.
B. Warna Pakaian Melayu Riau Warna yang sangat dominan dalam masyarakat Melayu Riau antara lain: 1. Warna Hijau Lumut, melambangkan kesuburan dan kesetiaan, taat serta patuh, terhadap ajaran agama. Warna ini dipakai oleh kaum-kaum bangsawan, Tengku, Encik, dan Wan. 2. Warna Kuning Keemasan, melambangkan kebesaran dan kewibawaan dan kemegahan serta kekuasaan. Warna ini dipakai oleh Sultan atau Raja dan permaisuri kerajaan 3. Warna Hitam, melambangkan kesetiaan, ketabahan dan bertanggung jawab serta jujur. Warna ini dipakai oleh datuk dan orang besar kerajaan dalam upacara adat kebesaran kerajaan. 4. Warna Merah Darah Burung, melambangkan kepahlawanan dan keberanian, patuh dan setia terhadap raja dan rakyat, serta memancarkan kecemerlangan.
C. Jenis Pakaian Adat Melayu Riau Pakaian Melayu Riau dibedakan menjadi beberapa jenis menurut fungsinya. 1. Pakaian Harian Pakaian harian adalah pakaian yang dipakai setiap hari oleh anak-anak,remaja, dewasa, atau orangtua yang dipakai waktu melaksanakan kegiatan sehari-hari. a. Pakaian harian masa kanak-kanak Pakaian harian untuk anak laki-laki dikenal dengan Baju Monyet. Sedangkan untuk anak perempuannya memakai baju kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut. b. Pakaian harian anak dewasa (Akil Baligh) Di adat melayu Riau, bagi kaum laki-laki yang telah dewasa biasanya dalam kesehariannya mereka memakai pakaian yang dikenal dengan baju Teluk Belanga. Baju ini memiliki leher yang tidak berkerah, berkancing, serta dilengkapi dengan kain samping. Untuk bahannya sendiri menggunakan kain katun. Selain baju Teluk Belanga, jenis pakaian yang biasa digunakan adalah baju kurung Cekak Musang. Baju ini memiliki leher yang berkerah, tidak berkancing, serta juga dilengkapi dengan kain samping. Selain itu untuk menjaga kesopanan, biasanya pemakaian kedua jenis baju tersebut disertai dengan ikat kepala atau kopiah. Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa sering dipakai untuk belajar ilmu silat guna mempertahankan diri dan berkesenian; belajar zapin, membuat kelompok Mayong, sandiwara, bangsawan, dll. Sementara itu, pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh adalah baju kurung, baju Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain Sarung Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang dan ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah.
c. Pakaian orang tua dan setengah baya
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk Belanga Bertulang Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian baju ini terbuat dari bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk baju agak longgar. Pakaian perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan pada lehernya bersulam Tulang Belut serta longgar. Selain itu juga ada Kebaya Laboh/Kebaya Panjang hingga dibawah lutut. Kedua baju ini memakai pesak atau kekek. Sebagai penutup kepala mereka memakai selendang dari drihook bersegi empat dan kemudian dibentuk segitiga dan diletakkan diatas kepala serta ujungnya disimpulkan dileher. Selain itu, mereka juga menggunakan Tudung Lingkup dari Kain Pelekat.
2. Pakaian Resmi dan Setengah Resmi Pakaian resmi adalah pakaian yang dipakai orang-orang melayu dalam menghadiri upacara resmi, seperti undangan kerajaan/ pemerintahan. Sedangkan pakaian setengah resmi adalah pakaian yang dipakai dalam menghadiri upacara keluarga,seperti menghadiri perkawinan,sunat rasul,dll. a. Pakaian Resmi dan Setengah Resmi Kaum Laki-Laki Bentuk pakaian setengah resmi adalah baju kurung Cekak Musang harus dilengkapi dengan: kopiah, kain samping, sepatu atau capal. Adapun untuk bahan baju sebaiknya dari bahan sutra atau bahan lain yang bagus seperti satin. Warna baju dengan warna celana harus senada. Dulunya pada zaman kerajaan, tidak dibenarkan memakai warna kuning, dan yang berhak hanyalah mereka yang bergelar Sultan. Untuk para Datuk dan Orang Besar Kerajaan, mereka sering memakai warna hitam. Sedangkan untuk rakyat biasa boleh memakai warna apa saja (selain warna kuning dan hitam), asalkan tertib cara memakainya.
b. Pakaian Resmi dan Setengah Resmi Kaum Perempuan Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju kurung Teluk Belanga dan baju Kebaya Laboh. Bahan baju ini dibuat dari bahan sutra, satin atau bahan brokat serta bahan yang bagus lainnya tergantung dengan
kemampuan si pemakai. Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju adalah 3 jari diatas lutut sedangkan orang tua 3 jari dibawah lutut. Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget, sanggul Lintang atau sanggul Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala ditutup dengan kain tudung yang seharusnya tidak kelihatan rambut. Kain tudung untuk pakaian resmi dan setengah resmi ini adalah kain selendang anjang. Selain itu juga ditambahnkan perhiasan didada sesuai dengan kemampuan sipemakai. Untuk alas kaki diharuskan memakai kasut/sepatu yang warnanya dapat dipilih sesuai selera. 3. Pakaian Upacara Adat a. Pakaian adat untuk kaum laki-laki Jenis pakaian yang dipakai dalam upacara adat kaum lelaki adalah baju kurung Cekak Musang. Warna pakaian adat kaum lelaki berwarna kuning atau hitam(biasanya untuk Sultan atau Pemimpin Tertinggi) dari bahan satin atau sutera . baju kurung ini dilengkapi dengan celana panjang sampai ketumit. Serta dilengkapi dengan perlengkapan, seperti kain samping yang merupakan tenunan sendiri, tanjak sebagai penutup kepala, bengkung pengikat pinggang, sebilah keris Melayu Sepukal atau Tusik atau Tilam Upih, serta kasut capal atau sepatu. Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi biasanya Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen yang ditenun khusus, serta tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang Menyongsong Angin serta bertingkat 3 atau 5. Selain itu, biasanya Sultan memakai dua keris, satu pendek satu panjang, dan biasanya keris yang panjang dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya. b. Pakaian Upacara adat untuk kaum perempuan Jenis pakaian yang dipakai dalam upacara adat kaum perempuan baik muda maupun tua sama saja, yakni baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh, bagi anak gadis baju Kebaya Laboh Cekak Musang. Seperti biasa, pakaian ini dilengkapi dengan tudung kain lingkup sanngulan kepala serta perhiasan sebagai aksesorisnya.
4. Pakaian Upacara pengantin a. Pakaian Upacara pengantin laki-laki Bentuk pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang Melayu Daratan tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang hingga kebawah menutup mata kaki. Perlengkapan pakaian pada upacara pengantin bagi laki-laki ini antara lain: Baju dari bahan tenunan dengan warna yang sama antara baju dan celana, Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya memakai tanjak, Memakai Sebai disebelah bahu kiri, Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan, Memakai Bengkung, Keris,kalung panjang sebagai pertanda ikatan keluarga, Membawa Sirih Lelat dan memakai kasut capal atau sepatu kulit. Pakaian ini dipakai pada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari rumah orangtuanya menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk mengikuti acara akad nikah dan acara lainnya pengantin laki-laki memakai baju kurung Cekak Musang yang lengkap dengan memakai kopiah yang dapat dihias dengan permata.
b. Pakaian Upacara pengantin perempuan Pakaian upacara adat perkawinan pengantin perempuan masyarakat Melayu Riau terdapat beberapa bentuk tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam upacara malam berinai memakai pakaian Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan perhiasan serta memakai sanggul Melayu. Pada upacara berandam memakai Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk Belanga. Rambut disanggul dengan sanggul Lipat Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga
melur dan bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah berandam dimandikan dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban didada. Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga atau baju kurung Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung Mente. Sedangkan dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat, pakai Pending, pakai Sebai dikanan dan duduk dikamar pengantin. Pada upacara langsung atau bersanding:pengantin perempuan memakai pakaian Melayu Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga lengkap dengan atributnya seperti pekakas andam dikepala,dan dikening diletakkan Ramen perhiasan emas,dada dihiasi dengan Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga, dilengan bawah memakai gelang patah semat, sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat rotan emas. Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang memakai pending emas, dijari pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari dan dijari kelingking (kedua belah jarinya).Untuk kaki dipakai sepatu tertutup jari ,berhak sedang yang disebut selepa. Pakaian waktu mandi damai adalah baju kurung Teluk Belanga, Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek yang dibuat khusus untuk upacara mandi damai. Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk menyatakan syukur bahwa pengantin telah bersatu.
5. Pakaian Upacara Keagamaan (Ritual) Pakaian upacara keagamaan adalah pakaian yang dipakai masyarakat melayu dalam menghadiri upacara keagamaan (ritual) seperti hari raya idul fitri,idul adha, maulid,dll. Bagi Pembesar Agama seperti Qodhi, Imam Mesjid memakai jubah berwarna hitam,dengan panjang sampai mata kaki, kepala memakai terbus dan dibelit dengan kain tipis berwarna putih. Bilal biasanya memakai jubah berwarna hijau lumut disebelah luarnya sedangkan didalam tetap memakai baju kurung Cekak Musang dan juga memakai terbus dibalut kain putih tipis. Gharin Mesjid memakai
baju Melayu Dagang Luar dengan memakai kopiah hitam atau kopiah haji dan memakai kain samping pelekat. Sedangkan untuk orang biasa yakni: Untuk acara resmi dalam rangka hari-hari besar agama memakai baju Melayu lengkap seperti baju Melayu Cekak Musang atau Teluk Belanga Untuk sholat Jum’at boleh memakai baju Melayu harian dengan memakai kain samping pelekat dan kopiah.
D. Fungsi Pakaian Melayu Riau 1. Fungsi Budaya Pakaian Melayu Riau memiliki ciri dan aksesoris yang khas sehingga dapat membedakannya dari kebudayaan masyarakat lain. 2. Fungsi Estetik Estetika busana Melayu Riau muncul dalam berbagai warna serta bentuk hiasan yang terdapat dalam pakaian tersebut. 3. Fungsi Religius Fungsi ini dapt dilihat dari pakaian Melayu Riau yang memiliki ciri khas, yakni tertutup. Serta bagi kaum perempuannya dilengkapi dengan kerudung. 4. Fungsi Sosial Fungsi ini dapat dilihat dari jenis pakaian yang sama antara golongan bangsawan maupun masyarakat biasa yakni baju kurung. Perbedaannya hanya terletak pada bahan dan warna yang dipilih, dikarenakan dalam tradisi masyarakat Riau warna pakaian mempunyai lambang dan makna tertentu. 5. Fungsi Simbolik Nilai-nilai simbolik yang terkait dengan pakaian Melayu Riau dapat dilihat dari perlengkapan pakaian tersebut. Seperti, sirih(lambang persaudaraan dan kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung (tempat bernaung).
E. Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pakaian Melayu Riau 1. Nilai Tradisi Busana yang dikenakan dalam suatu upacara adat telah menjadi tradisi selama bertahun-tahun. Hal ini menjadi ciri khas dan keunikan sebuah masyarakat. Dari busana adat yang dikenakan, maka dapat dipelajari mengenai tradisi masyarakat yang bersangkutan. 2. Nilai Pelestarian Budaya Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari semakin berkembang. Pakaian adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu Riau merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. 3. Nilai Sosial Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi penanda status seseorang. Selain itu, lewat nilai-nilai yang dikandungnya, pakaian Melayu juga bermakna sebagai media untuk menyatukan masyarakat. Nilai-nilai sosial itu muncul karena dalam pakaian tradisional tersebut tersemat makna-makna tertentu yang dinilai dan ditafsirkan oleh masyarakatnya.
BAB II PENUTUP A.
KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan tersebut, Pakaian merupakan simbol budaya yang
menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya tertentu. Pakaian adat melayu Riau hampir selalu dikaitkan dengan norma sosial, agama dan adat istiadat. Ini membuat pakaian adat ini berkembang dengan makna dan filosofi yang bermacam-macam. Pakaian Melayu
Riau
dapat
dibedakan
menjadi
beberapa jenis
menurut
fungsinya,seperti Pakaian harian dipakai setiap hari, baik oleh anak-anak, dewasa, maupun orang tua. Pakaian sehari-hari dikenakan untuk berbagai kegiatan harian, misalnya saat bekerja di ladang, bermain, ke laut, di rumah, maupun kegiatan yang lain. Jenis pakaian untuk perempuan dikelompokkan menjadi pakaian perempuan anak-anak dan pakaian perempuan dewasa begitupun dengan pakaian laki-laki dikelompokkan menjadi pakaian laki-laki anak-anak dan pakaian laki-laki deasa. Sedangkan pakaian resmi atau pakaian adat dikenakan pada acara-acara tertentu yang berkenaan dengan kegiatan resmi atau pada saat acara adat. Warna, bentuk, dan model pakaian adat ditentukan berdasarkan filosofi masyarakat Melayu Riau yang mengandung nilai-nilai tertentu. Terdapat juga pakaian upacara pengantin yang digunakan untuk perhelatan pernikahan serta pakaian keagamaan yang digunakan dalam kegiatan keagamaan (ritual). Selain itu, pakaian dan perhiasan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kegunaan estetika, namun juga mengandung semangat tertentu. Semangat tersebut melingkupi nilai budi dan kejujuran hidup. Pakaian adat melayu riau juga memiliki fungsi dan nilai-nilai tersendiri yang menjadi ciri khas melayu riau. B.
SARAN Pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau merupakan salah satu kekayaan
nasional yang wajib dilestarikan. Masyarakat Riau sendiri sadar bahwa busana tradisional ini suatu ketika akan punah bila tidak dilestarikan. Maka, sebagai
masyarakat melayu Riau,sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga dan melestarikan pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau.
DAFTAR PUSTAKA Buku Budaya Melayu Riau tingkat SMP
Heryani.
“Pakaian
Melayu
Riau”.
24
Maret
2017.
http://heryantheking13.blogspot.co.id/2013/01/makalah-pakaian-melayu-riau.html .
“Pakaian
Adat
Melayu
Riau”.28
Maret
http://riauberbagi.blogspot.co.id/2015/12/pakaian-adat-melayu-riau.html
2017.