2.1 Pengertian a. Narkoba Narkoba (singkatan dari narkotika dan obat / bahan berbahaya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis (Wulansari, 2006). b. Narkotika Narkotika menurut istilah berasal dari kata “narkose” yang artinya membius, namun demikian narkotika bukan obat bius. Menurut UU no. 22 tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Jenis narkotika di bagi atas 3 golongan : a. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk. b. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol. c. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2006). c. Ganja Ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat dari India diberi nama oleh Linnaeus (1953), yaitu Cannabis sativa, sedangkan marijuana (marihuana) berasal dari bahasa Spanyol Meksiko (Satya,2004). Zat aktif dari ganja adalah THC (Tetra-HydroCannabinol) yang banyak terdapat di daun, batang, dan bunga. THC dapat membuat pemakainya mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab).
Ganja hadir dalam berbagai bentuk. Ganja adalah tembakau hijau-seperti campuran daun. Hasis dan minyak hasis adalah bentuk yang lebih kuat dampaknya dari ganja. Hasis
adalah hasil lelehan dari tanaman yang dijual dalam bentuk minyak atau blok kecil hasil pemadatan. Ganja mempunyai beberapa nama populer seperti dele, daun, cimeng, Pot, Weed, dan lain-lain. Tanaman semusim ini tingginya dapat mencapai 2 meter. Berdaun menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda (berumah dua). Bunganya kecil-kecil dalam dompolan di ujung ranting. Ganja hanya tumbuh di pegunungan tropis dengan ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Terdapat lebih dari 400 senyawa cannabinoids yang terdapat pada sebuah pohon ganja. Beberapa diantara senyawa tidak beracun tersebut terbukti mampu mengobati kanker, mengurangi kecenderungan psikotik pasien schizophrenia dan mengobati berbagai penyakit kronis lainnya. Senyawa-senyawa berkhasiat medis tersebut diantaranya seperti cannabidiol (CBD), cannabinol (CBN), cannabichromene (CBC), cannabigerol (CBG) dan tetrahydrocannabivarin (THCV).
Cannabinol adalah produk turunan dari THC. Pertama ditemukan ilmuwan pada tahun 1896. Senyawa cannabinol ditemukan dapat membantu proses tidur, mengurangi rasa sakit maupun keram, memperlambat gejala ALS (Penyakit Lou Gehrig), meningkatkan nafsu makan, dan menghentikan penyebaran residu obat-obat tertentu. Ganja memberikan rasa tenang, rileks, lupa masalah-masalah yang pelik, mengantuk, logika berpkir berkurang sehingga mudah diajak melakukan hal-hal buruk. Efek lainnya adalah makan dengan lahap, mudah tergelincir, bengong, berkhayal (halusinasi). Bentuk ganja yang sering dipakai adalah daun kering sebagai “tembakau”; budha stick, dibentuk jadi batang; minyak ganja (hasis) (subagyo). Cara kerja ganja adalah asap yang mengandung ganja masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru, asap diserap oleh darah, kemudian dibawa ke jantung. Dari jantung, asap ganja kemudian beredar ke seluruh tubuh, termasuk otak sehingga terjadi on. Seseorang dikatakan overdosis bila dosis pemakaian terlalu banyak. Akibatnya adalah sangat mengantuk sampai tertidur, pupil mengecil, denyut nadi dan daya berpikir melemah, detak jantung melambat, tekanan darah turun, kesadaran turun, pingsan, koma, mati. Bila pecandu dipaksa berhenti memakai ganja (atas kemauan sendiri maupun orang lain), ia akan mengalami sakaw atau withdrawal effect. Gejalanya adalah keluarnya keringat dingin, pkiran kacau, mudah tersinggung, pupil melebar, jantung berdebar-debar, sulit tidur, hilang nafsu makan.
Ada beberapa jenis ganja,yaitu Super Silver Haze , AK-47 , Royal Caramel , Chocolope,Opium,Big Buddha Cheese,Critical+,Warlock,Blueberry,dan Heavy Duty Fruity. Dari berbagai jenis tanaman ganja beserta gambar-gambarnya dapat kita ketahui bentuk dan ciri-ciri tiap tanaman ganja, maka jika seandainya kita menemukan tanaman tersebut tumbuh dan berkembang disekitar lingkungan rumah kita, kita dengan segera dapat melaporkan ke pihak yang berwajib atau pihak yang paham mengenai tanaman obat-obatan terlarang tersebut. Dengan hal ini kita dapat mengetahui tindakan apa yang harus kita lakukan terhadap tanaman tersebut.dengan pengetahuan ini, kita juga bisa membantu badan narkotika ataupun kepolisisan dalam membasmi kasus narkotika. 2.2 Sifat Kimia dan Sifat Fisika Cannabinol Ganja a. Sifat Kimia 1) Senyawa cannabinolnya larut dalam Lemak (disimpan oleh sel lemak tubuh) dan tidak larut dalam air. 2) Bersifat toksik jika overdosis. 3) Tidak mudah terbakar dan meledak 4) Bersifat tonic (penguat), intoxicant (keras), stomatic, analgesik (penghilang rasa sakit), sedative (penenang) dan anodyne (penenang). 5) Bersifat stabil b. Sifat Fisika 1) Titik nyala 11.00 C 2) Titik autoignisi 385.00 C 3) Tekanan Uap 99 mm/hg Masih banyak sifat kimia dan sifat fisik dari ganja dan kandungan cannabinol yang belum dapat ditentukan.berdasarkan Safety data sheet Cannabinol CRM produksi Cayman Chemical ,berikut buktinya :
2.3 Dampak Ganja Bagi Tubuh Dampak ganja bagi tubuh ada 2 macam, yaitu dampak secara langsung dan dampak secara jangka panjang. Dampak langsung dari ganja Ganja mempengaruhi penggunanya dengan cara yang berbeda. Beberapa orang mengalami reaksi lebih kuat dari yang lain. Reaksi paling umum yang ditimbulkan oleh ganja adalah kejang-kejang dan mabuk. Ada beberapa efek lain seperti paranoid, muntah-muntah, kehilangan koordinasi, kebingungan, meningkatkan nafsu makan, mata merah,dan halusinasi. Dampak jangka panjang Penelitian telah menunjukkan bahwa ada beberapa dampak yang lebih serius jika ganja dikonsumsi secara rutin. Beberapa efek diantaranya adalah: Beresiko tinggi terhadap bronkitis, kanker paru-paru dan gangguan pernafasan (ganja berdampak dua kali lebih berat daripada tar dari rokok). Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, kehilangan tenaga, kebosanan. Mengganggu daya ingat jangka pendek, pemikiran logis dan koordinasi. Mengganggu gairah seksual. Mengurangi jumlah sperma/periode menstruasi yang tidak teratur. Perilaku gangguan mental hebat. Merusak sistem kekebalan tubuh. 2.5 Uji Senyawa Cannabinol Narkoba baru akan dikenali dengan cara kasat mata bila wujudnya belum beralih. Sedangkan seandainya telah beralih,dicampurkan kedalam makanan , contohnya kukis, permen, brownis, dodol, atau cokelat, tidak dapat dilihat dengan kasat mata sehingga harus melewati uji laboratorium. Dan jika orang mengkonsumsi ganja dapat diihat melalui urinenya melalui uji kualitatif dan uji kuantitatif. (Kombes Slamet Pribadi, Kabag Humas Tubuh Narkotika Nasional (Badan Narkotika Nasional) Pusat. 2015) A. Uji Kualitatif Untuk menguji adanya kandungan narkoba dalam urin, dapat dilakukan dengan menggunakan test. Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang mengandung substrat enzim (ada dalam keadaan bebas di zone C) merupakan “Antibodi Pendeteksi dalam Strip” oleh narkoba sampel/urine “Antigen dalam Sample” atau narkoba yang telah dikonjugasi enzim “Antigen dalam Strip Test” (ada dan terfiksir di zone T). Jika dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif narkoba), maka IgG anti narkoba-substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi enzim-subtrat yang berwarna. Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya sebagian dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah ambang batas pemeriksaan), maka IgG anti-narkoba-substrat akan berikatan dengan narkoba-enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim-substrat yang berwarna penuh (gelap) atau lamatlamat (ragu-ragu).
Valid tidaknya test dikontrol dengan mengikutsertakan pada zone T suatu kontrol validitas yang berupa IgG goat-substrat. Karena IgG goat bukan antibodi spesifiknya narkoba, maka baik pada sampel urin yang ada, ada dalam jumlah di bawah ambang batas pemeriksaan atau tidak ada sama sekali narkobanya, semuanya tidak akan menjenuhi dan hanya akan mendifusikan IgG goat-substrat dari zone T ke zone C untuk menemui dan mengikat IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi enzimsubstrat yang berwarna di zone C. A. Pra Analitik a. Persiapan pasien : Tidak memerlukan persiapan khusus b. Persiapan Sampel : Urin sewaktu pemeriksaan c. Alat dan Bahan : 1. Strip test Narkoba 2. Urine 3. Timer 4. Wadah penampung Urine B. Analitik 1. Simpan sampel pada suhu kamar, lalu buka bungkus strip dan gunakan sesegera mungkin. 2. Celupkan secara vertical strip pada specimen urine selama 10-15 detik, jangan melebihi batas urine. 3. Tunggu terbentuknya garis. Baca hasil pada 5 menit, jangan lebih dari 10 menit.
C. Interpretasi Hasil 1. Positif : Hanya terbentuk satu pita pink pada Control (C) 2. Negative : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T). 3. Invalid : Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T). atau Terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C) tidak terbentuk pita pink.
Dalam Pemeriksaan Narkoba ada beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Rapid Test. Rapid Test ini menggunakan Strip, dalam Strip Test tersebut ada yang menggunakan 3 Parameter ada yang menggunakan 6 Parameter. Narkoba memiliki banyak jenis,yang masing-masingnya mengandung senyawa tertentu. Seperti halnya ganja yang mengandung THC (Tetra Hydro Cannabinol) dengan rumus molekul C21H30O2 yaitu senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman Cannabis ( ganja ) dan Morfin (morphine) yang merupakan narkoba yang diambil dalam pohon opium (pafaver somniferum) yang rumus molekulnya C17H19NO3. Strip test telah Dirancang sedemikian rupa sehingga merupakan uji kualitatif yang praktis, tidak memerlukan tenaga trampil dan cepat (hasil dapat diperoleh dalam 3-10 menit). Dengan sampel urin teknik ini memiliki sensitivitas sesuai dengan standard National Institute on Drug Abuse (NIDA, sekarang SAMHSA), dan dengan spesifisitas 99,7%. Pembacaan harus dilakukan saat 5 menit dan tidak boleh melebihi 10 menit karena akan terbentuk hasil yang positif palsu. Secara sederhana, rapid test hanya dapat menentukan kualitas narkoba, maksudnya rapid test hanya mampu menentukan ada atau tidaknya kandungan narkoba di dalam urin berdasarkan parameter yang digunakan. Jika strip test yang digunakan memiliki 3 parameter,berarti hanya mampu mendeteksi Amphetamine (AMP), Marijuana (THC), Morphin (MOP) saja, dan salah satu kekurangannya kita tidak bisa menentukan langsung apakah jenis narkoba yang dikonsumsi pelaku secara detail, yang kita ketahui hanya perkiraan antara jenis Amphetamine (AMP), Marijuana (THC), Morphin (MOP). Begitu juga dengan strip test yang 6 parameter. Jika ingin menentukan dengan rinci, harus melakukan penelitian langkah lebih lanjut.( Hardjoeno. 2007)
B. Uji Kuantitatif Pengujian urin yang diduga mengandung ganja (cannabinol) menggunakan metode exterlut yang dilanjutkan dengan metode GC yang digunakan untuk pengujian urin yang diduga mengandung ganja (cannabinol). 1.
Bahan dan Alat - Bahan Analisis ganja pada Urin: 1. Urin 2. NaOH 3. Kloroform 4.Metanol
- Alat: 1. Serangkaian alat Gas Chromatografi 2. Gelas Ukur 3. Exterlut 4. Pipet Tetes 5.Tabung vial 6.pH meter universal 7.Pengering (Dryer)
2. Cara kerja Analisis ganja pada Urin 1. Urin ditambah larutan NaOH 10 tetes (pH = 9) 2. Larutan di atas dimasukkan dalam alat exterlut sedikit demi sedikit, lalu ditambah dengan kloroform 3. Larutan ditampung dalam tabung lalu dikeringkan menggunakan pengering (Dryer) 4. Tabung yang sudah kering dibilas dengan metanol 5. Lalu diinjekan pada GC 3. Hasil dan Pembahasan Preparasi urin diawali dengan penambahan 10 tetes larutan NaOH agar pH = 9. Setelah itu urin dimasukkan dalam alat exterlut dengan penambahan kloroform. Larutan yang keluar ditampung pada tabung vial kemudian dikeringkan menggunakan pengering (dryer). Hal ini bertujuan untuk menguapkan larutan kloroform sehingga akan diperoleh lapisan urin yang diduga masih mengandung ganja. Selanjutnya lapisan urin yang mengandung ganja ditambahkan metanol yang berfungsi sebagai pelarut. Larutan kloroform yang telah menguap akan menyebabkan lapisan urin berbentuk seperti kerak sehingga perlu adanya penambahan metanol untuk melarutkan lapisan urin tersebut. Hal ini untuk memudahkan dalam penginjeksian lapisan urin yang mengandung ganja ke Gas Chromatography. Setelah sampel diinjeksikan ke dalam Gas Chromatography didapatkan hasil berupa output analisis yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Analisis senyawa yang terkandung di dalam urin dengan menggunakan instrumen Gas Chromatography. Gas Chromatography (GC) dihidupkan untuk memanaskan kondisi alat dan memprogram suhunya. Gas pembawa dialirkan keseluruh bagian instrumen tersebut agar semua bagian jenuh dengan gas pembawa. Gas pembawa yang digunakan dalam hal ini adalah Helium (He), karena gas ini bersifat inert, murni, tidak mudah terbakar dan mempunyai konduktifitas panas yang tinggi (Hendayana, 2006). Proses operasional urin pada Gas Chromatography (GC) dengan menginjeksikan 1 μl sampel dengan shiring. Pengaturan suhu injektor diatur 250 0C untuk mengubah sampel dari fase cair menjadi fase gas, suhu kolom diprogram pada suhu 150-255 0C (tiap 1 menit dinaikkan 5 0C), agar pemisahan terjadi secara optimum serta untuk mencegah terjadinya kerusakan komponen dalam kolom. (Hendayana, 2006). Jenis kolom yang digunakan adalah MS (molecular sieve) 5A berbentuk sintetik zeolit untuk pemisahan gas (oksigen, metana, karbon monoksida) dan gas inert (helium, argon, neon dan xenon) yang berkualitas tinggi sehingga dapat menghasilkan peak kolom yang mempunyai optimasi tinggi. MS 5A mempunyai daya tahan lebih besar sehingga dapat mempercepat proses pemisahan dalam gas inert. Kolom ini dapat memisahkan sampel dengan kecepatan 21 ml/menit, di dalam kolom ini terjadi proses pemisahan senyawasenyawa dalam cuplikan berdasarkan prinsip “like dissolve like” senyawa-senyawa yang bersifat sama akan tertahan lebih lama, sedangkan untuk senyawa-senyawa yang sifatnya berbeda dengan kolom akan diteruskan menuju detektor dan memiliki retensi yang lebih singkat. Suhu detektor diprogram pada suhu 250 0C untuk mencegah terjadinya kondensasi dari cuplikan setelah keluar dari kolom. Detektor yang digunakan adalah thermal conductivity detector (TCD). Semakin besar daya hantar panas semakin cepat pula panas dipindahkan. Detektor ini terdiri dari filamen panas tungstenrhenium yang ditempatkan pada aliran gas yang datang dari arah kolom (Hendayana, 2006). Pada hasil gambar diketahui bahwa kandungan urin yang telah dianalisis mengandung banyak senyawa (muncul banyak peak). Maka untuk mengetahui positif ganja atau tidak menggunakan peak pembanding yang berasal dari ganja murni. Dari hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa sampel urin yang diuji menggunakan GC menunjukkan hasil positif mengandung “GANJA”. Pada test GC ini, merupakan langkah lebih lanjut dalam menentukan apakah narkoba yang terkandung dalam urin pelaku adalah Ganja atau bukan. Dengan tes ini juga dapat menentukan banyaknya atau kadar senyawa ganja yang terkandung didalamnya berdasarkan analisis output menggunakan instrumen Gas Chromatography.