Guruku Pejuangku Wajahnya selalu tampak gembira, tak pernah terlihat sedikitpun raut sedih diwajahnya. Senyum ramah dan wajah riang selalu diperlihatkannya kepada semua orang. Tak pernah dia menyerah terhadap masalah yang dihadapinya. Hari-harinya dia jalani dengan penuh semangat. Tak pernah dia mengeluh apalagi berputus asa. Dia selalu menjalankan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh, meskipun banyak orang mengatakan pekerjaannya itu diibaratkan seperti sosok Umar Bakri yang terdapat di lagu Iwan Fals yaitu seorang guru yang banyak pengabdian tetapi tidak terlalu dihargai. Namun baginya profesi guru adalah profesi yang sangat mulia bukan hanya karena ingin dihargai oleh semua orang melainkan ada kebahagiaan tersendiri menjadi seorang guru yaitu bisa berbagi ilmu dan bisa mencerdaskan anak-anak bangsa karena dari sosok gurulah mampu menciptakan seorang profesor, doktor, insinyur, menteri, dan mencerdaskan orang-orang layaknya Habibie. Oleh karena itulah sering kita dengar guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ya inilah sekilas sosok Ibu Zulfah Magdalena yang sehari – harinya bekerja sebagai Guru Kimia di MAN 1 Balangan. Ibu Zulfah begitulah orang-orang menyebutnya. Seorang wanita kelahiran 2 Oktober 1974 ini mempunyai ayah yang dulunya bekerja sebagai guru di SMA 1 Barabai dan Ibu yang bekerja menjadi guru di Tk Melati, hal itulah menjadikan salah satu motivasi DIA untuk semakin tertarik dalam dunia pendidikan. Cita-cita untuk menjadi guru itu sudah ada sejak Ibu Zulfah berada di Sekolah Dasar. Beliau memilih bercita-cita ingin menjadi guru kimia. Hal itu karena terinspirasi dengan gurunya sewaktu SMA yang bernama Ibu Khairiyah. Namun cita-cita beliau hampir saja berubah sebab pada suatu ketika saat Ibu Zulfah berada di kelas 3 SMA, ia mengikuti beasiswa PMDK karena itu banyaknya teman-teman beliau mendaftar PMDK memilih pendidikan kimia membuat nyali
ibu sedikit surut, lalu akhirnya beliau
memalingkan dari kimia menjadi. Beliau berharap bisa masuk akan tetapi takdir berkata lain ia tidak dinyatakan lolos, Ibu Zulfah pun tidak pantang menyerah dan terus bersemangat untuk mencari Perguruan Tinggi. Setelah ketidakberhasilan untuk lolos PMDK itu karena kesalahan memilih jurusan akhirnya Ibu Zulfah memantapkan niat kembali ke cita-cita awal yaitu menjadi
guru kimia. Beliau berangkat ke Banjarmasin untuk mempersiapkan tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri. Beliau bersaing dengan ribuan orang dari berbagai wilayah untuk masuk ke Universitas Lambung Mangkurat. Dengan perasaan yang tegang dan bercampur aduk beliau menunggu hasil pengumuman, akhirnya saat - saat yang dinantikan telah tiba. Ia melihat hasil tes seleksi di papan pengumuman dan ia dinyatakan lolos sebagai mahasiswa baru Pendidikan Kimia Universitas Lambung Mangkurat. Dan perasaannya saat itu begitu senang bercampur haru, karena ia dinyatakan lolos dan itu adalah salah satu kebahagiaannya yang sangat luar biasa. Tahun 1993, adalah awal kali pertama Ibu Zulfah masuk Pendidikan Kimia FKIP ULM. Semester 3 ibu mendapat beasiswa PPA (Prestasi Peningkatan Akademik) dengan begitu bisa meringankan beban orang tua dan saat itu terpilih juga sebagai asisten laboratorium yang mana disana kita bisa belajar dan mengajari adik-adik tingkat. Nah disanalah ilmu sains ibu semakin berkembang, gaji pertama ibu menjadi asisten dosen diberikan kepada orang tua ibu walaupun tidak besar tapi ibu ingin jerih payah dan titik peluh ibu diberikan kepada orang tua yang telah membesarkan ibu sampai sekarang. Setelah 5 tahun kuliah dengan perjuangan sangat besar akhirnya beliau bisa lulus dengan nilai IP 2,97. Saat wisuda orang tua ibu pernah mengatakan “Kalau memang nanti ada beasiswa S2 tolong diikuti, pokoknya masalah anak, keluarga atau yang lain-lain nanti kita pikirkan bersama-sama” karena waktu itu ibu sudah berkeluarga dan sedang hamil anak pertama. Jadi motivasi orang tua membuat ibu semakin semangat untuk menggapai cita-cita. Karena waktu itu ibu sedang hamil tidak memungkinkan untuk melanjutkan kuliah S2 jadi beliau fokusnya untuk mencari kerja. 17 Oktober 1998 adalah hari lahirnya anak pertama beliau, baru 14 hari setelahya ibu sudah diminta guru honorer di 2 sekolah sekaligus yaitu di MAN 2 Batumandi sebagai guru kimia dan MTs Darul Ulum Batumandi sebagai guru pengganti Fisika padahal itu masih dalam masa nifas tetapi ibu tetap datang megajar demi anak didik ibu. Setelah beberapa tahun disana, ibu merasakan gaji yang diterima waktu itu tidak mencukupi kebutuhan ibu, beliau memutuskan mencari pekerjaan yang lebih baik yaitu sebagai guru kontrak di SMPN 1 Barabai, lalu pindah lagi ke MTsN Batara sebagai guru kontrak juga. Walaupun begitu tiap tahunnya ibu juga selalu ikut tes CPNS tetapi tidak lulus. Sampai akhirnya tahun ke 11 ibu daftar tes CPNS karena sudah 10 kali ibu gagal lolos tes CPNS, dan ini adalah tahun terakhir mecoba keberuntungan untuk jadi PNS. Dan alhamdulillah
berkat perjuangan dan kegigihan ibu dari 150 peserta yang mendaftar hanya 2 orang yang dicari dan ibu termasuk salah satu diantara yang lolos. Jadi menurut beliau anak muda zaman sekarang ini tidak boleh lmenyerah sebab mereka harus memiliki amunisi beberapa kali lipat dari yang ibu punya, harus mempersiapkan kemampuan dalam segalanya dan juga harus gigih. Persaingan saat ini adalah persaingan yang sangat ketat daripada yang dulu, kalau generasi muda tidak mempersiapkannya dengan matang maka mereka akan tertinggal, maka jadilah generasi yang maju kedepan untuk menjadi yang terdepan. Pada tahun 2003-2011 Ibu menjadi guru PNS di MAN 2 Barabai, bukan hanya kimia yang ibu ajarkan disana melainkan juga pelajaran yang lainnya, tetapi apapun yang ada disana ibu jalani dengan ikhlas karena kalau dikerjakan dengan ikhlas apapun akan menjadi berkah. Pada tahun 2006 ibu melanjutkan kuliah S2, sesuai program kemenag dicari 30 orang se-indonesia untuk diterima di ITS Surabaya, itu adalah motivasi orang tua yang menginginkan ibu kuliah, ketika kuliah ternyata ibu hamil lagi, ibu sempat khawatir, tetapi itu bukan jadi masalah buat ibu malah menjadi motivasi ibu untuk tetap semangat. Alhamdulilah ibu dapat menyelesaikan kuliah di ITS dengan hasil yang memuaskan. Setelah kuliah S2, ibu kembali lagi mengajar di MAN 2 Barabai. Lalu ibu mengembangkan ekskul KIR (kelompok Ilmiah Remaja) karena ketika kuliah S2 banyak penelitian yang diajarkan di lab dan juga kebiasaannya didaerah kalimantan itu ekskul KIR hampir tidak ada, jadi membuat ibu termotivasi untuk membentuk KIR. Walaupun ada saja yang tidak menyukai ibu dengan meremehkan tetapi hal tersebut malah memacu semangat ibu untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Alhamdulillah ketika tahun pertama peserta yang mengikuti KIR ini banyak dan pada tahun yang sama juga KIR sudah meraih juara 1 LKTI Fisika mengalahkan SMA 1 Banjarmasin. Namun setelah itu pada tahun kedua ibu memilih pindah sekolah ke MAN 2 Paingin atau sekarang disebut MAN 1 Balangan karena tuntutan keluarga yang mengharuskan ibu pindah. Pada tanggal 1 Juli 2011 Ibu Zulfah sudah pindah mengajar ke MAN 1 Balangan. Disana pertama berdiri KIR pada tanggal 2 Oktober 2011. Pada bulan November KIR sudah mengikuti lomba Pembuatan Karya inovatif berbahan bakar baru meraih juara favorit & juara harapan 1. Setelah itu pada bulan februari mengikuti lomba lain lagi dan meraih juara 1 dan juara 2. Ketika membangun ekskul KIR itu banyak sekali tantangan
yang dihadapi beliau seperti slogan "Haram Manyarah Waja Sampai Ka Puting". Betapa banyak pengorbanan yang beliau lakukan demi kemajuan KIR. Karena pada saat itu ketika minggu pertama ada suatu lomba ibu meminta mereka untuk mengemukakan ide, tetapi pada minggu kedua mereka malahan sudah membuat alatnya yaitu kompor briket, karena alat itu merupakan barang berharga, mereka lalu menyimpannya di tempat yang dikira aman tetapi ternyata tidak, sehingga menyebabkan kebakaran kecil di sekolahan. Hal itu merupakan pukulan terberat buat KIR pada masanya, antara ingin menghentikan atau melanjutkan terus, tapi dari situlah menjadi semangat ibu untuk terus membuat sekolah membara bukan karena kebakaran tapi karena prestasinya. Sesuatu hal yang negatif selalu ibu rubah menjadi motivasi yang positif untuk menggapai cita-cita. Akhirnya sekarang sudah terlihat prestasi KIR MAN 1 Balangan walaupun ibu jatuh bangun membangun mereka. Terkadang beliau rela 2 hari bergadang demi menyempurnakan naskah penelitian anak didiknya. Hal itu tidak terjadi sekali atau dua kali melainkan berkali-kali ketika sudah mendekati waktu deadline pengumpulan naskah penelitian untuk lomba. Karena dari dulu ibu tidak pernah membuat penelitian yang sembarangan. Jadi menurut beliau walaupun penelitian biasa akan ibu buat jadi luar biasa. Dengan adanya ekskul KIR, Ibu Zulfah dapat membuktikan bahwa anak-anak di pedalaman atau anak daerah sebenarnya tidak kalah berprestasinya baik ditingkat provinsi bahkan nasional dibandingkan dengan anak-anak diperkotaan. Hal itu hanya tergantung bagaimana mereka mengembangkannya dan bagaimana guru memoles dan mengasah mereka. Anak-anak daerah seperti murid di MAN 1 Balangan diibaratan seperti sekolah pinggiran ternyata dapat mengalahkan SMA 7 Banjarmasin dan SMA Hasbunallah Tanjung yang merupakan sekolah terfavorit. Hal itu merupakan prestasi yang luar biasa. Kebanyakan orang mengatakan bahwa Ibu Zulfah adalah orang yang terlalu mementingan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Tapi sebanarya tujuan ibu adalah sebagai generasi muda Indonesia ingin berkarya dengan membantu anak didik atau siapapun yang membutuhkan untuk bisa maju. Karena pada masa dulu pahlawan berjuang dengan harta dan jiwa, sedangkan dia hanya bisa berjuang dengan ilmu dan prestasi. Jadi sebenarnya harapan dia tidak muluk-muluk, dia ingin generasi emas Indonesia berbakti buat negaranya. Karena profesi beliau adalah guru maka beliau mengabdikan diri kepada anak didik dan sekolah yaitu membuat anak didik Ibu beprestasi dan menjayakan sekolah.
Beliau tidak pernah mengharap imbalan apapun atas jasanya, tapi ibu hanya minta jadilah orang sukses. Jika menjadi orang sukses maka ibu sudah bahagia. Tetapi kalau menjadi sampah masyarakat malahan menjadi kesedihan buat ibu. Ketika ibu mengajar tidak terlintas pun dibenak ibu mengangap siswa adalah siswa melainkan seorang anak yang harus di didik bukan hanya diajari. Jadi kalau kita sebagai pendidik tidak ada istilahya tidak punya waktu untuk mereka melainka selalu berusah meluangan waktu sesibuk apapun. Walaupun akhirnya kondisi badan beliau tidak bisa dikompromi tapi ibu zulfah tidak pernah sedih karena kebahagiaannya adalah mengajar dan melakukan penelitian. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Ibu Zulfah telah mengenal beberapa sekolah dari yang sangat favorit sampai sangat terkebelakang. Menurutnya sebenarnya semua siswa siswi Indonesia baik didaerah pedalaman atau perkotaan itu tidak berbeda, mereka adalah siswa-siswi yang cerdas dan berbakat hanya tinggal bagaiman guru mereka membantu mereka. Jadi disini peran guru itu sangatlah penting dan besar. Selain itu juga tekad dari pemuda itu sangat penting, jangan terlalu tergantung dengan guru tetapi jasa guru itu tidak bisa dinafikkan karena keberhasilan suatu bangsa adalah keberhasilan didikan gurunya sebab guru adalah pondasi kemajuan bangsa. Harapan Ibu Zulfah ntuk semua yang berprofesi sebagai guru mereka harus bersyukur jadi pejuang-penjuang generasi muda karena dari merekalah terlahir orang-orang besar dan selalu ingat slogan kita “Sanggam (Sanggup Bagawi Gasan Masyarakat)”. Bagi generasi muda harus semangat karena bangsa kita adalah bangsa yang besar berarti kita harus menjaga bangsa kita ini agar tetap besar dan satu yaitu Tanah Air Indonesia dan jangan patah semangat selalu ingat slogan kita “Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing” . “TETAP SEMANGAT DAN JAYALAH INDONESIAKU.”
BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
: Noor Rezky Fitriani
Jenis Kelamin
: Perempuan
Asal Sekolah
: MAN 1 Balangan
Kelas
: XII MIA
Tempat dan tanggal lahir
: Hamparaya, 21 Maret 2001
Email
:
[email protected]
Nomor telepon
: 081251832565
Alamat
: Ds.Hamparaya Kec.Batumandi Kab.Balangan Prov.Kalsel
Cita-cita
: Dokter atau Peneliti
Hobi
: Membaca buku dan meneliti