Oyog Dan Sengkak.docx

  • Uploaded by: Verlina Maya Gita
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Oyog Dan Sengkak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,162
  • Pages: 4
Masyarakat Pulau Jawa memiliki banyak tradisi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Salah satu tradisi yang paling umum dilakukan adalah pijat tradisional. Pijat tradisional berkaitan dengan kesehatan reproduksi banyak ditemukan pada masa kehamilan dan nifas. Berikut pemaparan pijat tradisonal yang biasa dilakukan di Pulau Jawa. A. Pijat dalam masa kehamilan Pada masa kehamilan masyarakat Pulau Jawa masih bayak melakukan pijat masa kehamilan yang biasa disebut dengan pijat oyog. Pijat oyog merupakan salah satu tradisi yang berkembang di Pulau Jawa. Pijat oyog memiliki beberapa istilah berbeda di tiap daerah. Istilah oyog sendiri lebih familiar dipakai oleh masyarakat suku Jawa, sedangkan masyarakat Sunda lebih mengenalnya sebagai sangsurkeun. Dalam Bahasa Jawa, dikenal kata ‘oyog’ atau ‘oyag’ yang berarti goyangan atau bergerak-gerak. Pijat oyog bertujuan untuk ‘membetulkan’ posisi bayi. Pijat ini lebih sering dilakukan saat usia kehamilan 3-9 bulan. Gerakan oyog melibatkan pijatan pada perut ibu hamil. Pijatan biasanya meliputi pijatan di bagian perut samping kiri dan kanan, di bagian atas, ke bawah dan usapan pada bagian tengah. Gerakannya biasanya pelan saja dan dilakukan berulang-ulang selama sekitar 15 menit. Pada beberapa kasus, kadang dukun bayi juga melakukan pijatan pada anggota badan yang lain seperti kaki, tangan atau pungung. Tergantung dari permintaan pasien. Dukun bayi biasanya akan dipanggil ke rumah ibu hamil yang ingin dioyog. Dukun bayi yang dipanggil biasanya adalah dukun bayi yang sudah dikenal baik oleh keluarga itu, bisa karena rumahnya yang berdekatan, masih memiliki hubungan persaudaraan atau karena dianggap memiliki reputasi yang bagus. Sebelum melakukan oyog, dukun bayi biasanya akan meminta keluarga ibu hamil untuk menyiapkan minyak atau lotion guna mempermudah proses pemijatan. Minyak yang biasa digunakan adalah minyak goreng, baby oil, hingga minyak zaitun, dan handbody lotion, tergantung dari apa yang dimiliki si pasien. Setelah pasien siap, dukun bayi akan duduk atau berdiri di samping pasien, melumuri jemarinya dengan minyak atau lotion, membaca doa dan mulai memijat. Tidak ada doa khusus untuk melakukan oyog. Doa yang diucapkan biasanya tergantung dari masing-masing dukun bayi. Dalam gerakan oyog melibatkan istilah: dikumpulke/ ditengahke, diluruske/dilempengke, disengkak, dan doyog-oyog. Dikumpulke/ditengahke (dikumpulkan/dibawa ketengah) adalah gerakan memijat pada pinggir perut sebelah kanan kiri, dengan arah pijatan ke arah tengah perut.1 Diluruske/dilempengke (diluruskan) adalah gerakan dengan maksud meluruskan posisi bayi. Gerakannya sebenarnya hampir sama dengan gerakan pertama. Melalui rabaan tangannya, dukun bayi konon bisa merasakan posisi bayi. Jika posisi bayi malang/ melintang maka akan diluruskan. Ketika kehamilan memasuki usia 7 bulan, diharapkan posisi bayi sudah lurus

sehingga jika sewaktu-waktu bayi lahir, sudah dianggap pada tempatnya dan kelahiran pun akan mudah dan lancar. Sengkak adalah gerakan seperti ‘mencungkil’ bagian perut bawah dan kemudian dibawa ke atas. Gerakan ini sebenarnya lebih banyak dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Dengan maksud ‘ngunjukke’ atau menaikkan rahim yang dianggap turun. Tapi pada beberapa kasus gerakan ini juga dilakukan pada ibu hamil dengan keluhan yang sama. Perbedaan sengkak pada ibu setelah melahirkan dan pada ibu hamil, gerakan yang dilakukan lebih lembut dan biasanya hanya untuk kehamilan muda.

Gambar 2.1 Gerakan pijat oyog Di-oyog-oyog adalah gerakan menggoyang-nggoyangkan secara perlahan pada bagian bawah perut dengan ibu jari dan telunjuk. Hal ini terutama dilakukan pada kehamilan tua, ketika posisi bayi dianggap terlalu turun sehingga menekan perut bagian bawah Ibu hamil sehingga akan menimbulkan rasa mbateg. Goyangan ini dimaksudkan untuk menaikkan secara perlahan sang jabang bayi, sehingga ada sedikit ruang di perut bagian bawah Ibu hamil. Oyog, memang sudah menjadi tradisi turun temurun pada masyarakat. Meski begitu, tidak semua masyarakat setuju dan percaya dengan oyog. Oyog, karena menyangkut perlakuan pada kehamilan, yang merupakan masamasa riskan, masih diperdebatkan keamanannya. Terlebih lagi, oyog dilakukan oleh dukun bayi yang memperoleh ilmunya bukan dari pendidikan formal, bersifat tradisional dan belum pernah diuji keamanan dan kemanfaatannnya secara ilmiah. Sebagian besar pasien oyog, meski sudah disarankan oleh bidan untuk tidak melakukan oyog karena percaya bahwa oyog, meski belum teruji secara ilmiah, tapi sudah dibuktikan oleh waktu dan selama ini, tidak pernah mendengar efek negatifnya. Di Indonesia masih belum ada penelitian lanjut tentang efek samping dari pijat dalam masa kehamilan. Namun penelitian yang dilakukan oleh Ugboma et. al (2005) di Nigeria Selatan didapatkan bahwa Empat puluh dua (14,79%) dari 284 responden melakukan pijat perut.. Angka kematian ibu yang ditemukan adalah 4,76% sedangkan angka kematian perinatal adalah 14,29. Komplikasi kehamilan yang dicatat antara lain Cephalo Pelvic Disporpotion (28. 57%) dan solusio plasenta (23,80%); plasenta previa (9,52%); retensi plasenta (4,76%) abortus/ persalinan prematur (19,04%); cedera genital (7,14%); kematian perinatal (14,28%); ruptur uteri (9,52%);

kematian ibu (4,76%). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pijat perut merupaka Silent Killer yang mempengaruhi angka mortalitas dan moriditas maternal maupun perinatal.2 Peran dukun bayi yang sekarang sudah tidak diperbolehkan menolong persalinan membuat peran dukun bayi sedikit berkurang. Walaupun masyarakat sudah mengerti pentingnya pemeriksaan kehamilan kepada tenaga kesehatan, namun keberadaan dukun bayi masih dipercaya dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan pijat pada saat ibu hamil merasa pegal atau kelelahan. Demikian juga pada pelaksanaan oyog, walaupun telah melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan, namun ibu hamil masih memanfaatkan dukun bayi untuk mengurangi beberapa keluhan yang dirasakan melalui oyog. Pada riset yang dilakukan oleh tim Pusat humaniora, Kebijakan Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat (2014) dikemukakan beberapa faktor yang memengaruhi masyarakat untuk melakukan pijat oyog, antara lain faktor kekerabatan dan faktor pendidikan. Adanya faktor kedekatan kekerabatan yang juga kebanyakan didukung oleh kedekatan psikologis dan fisik, sangat memungkinkan masyarakat atau ibu hamil menggunakan dukun bayi dalam berbagai fase dalam kehidupannya, baik dalam kehamilan, persalinan, nifas maupun dalam perawatan bayi. Oyog adalah salah satu tradisi dalam kehamilan yang diminta oleh ibu hamil untuk dilakukan oleh dukun bayi. Pendidikan juga turut mempengaruhi sikap seseorang dalam mengambil keputusan. Pendidikan formal yang ditempuh oleh seseorang akan menentukan sikap terhadap suatu hal B. Pijat dalam masa nifas Proses melahirkan bagi seorang perempuan adalah proses yang mengerahkan banyak energi. Karenanya, usai melahirkan seorang perempuan biasanya akan mengalami keluhan-keluhan terkait dengan fisiknya seperti badan pegal-pegal dan rahim yang seolah-olah turun. Untuk itu, dipanggilah dukun bayi untuk melakukan pijat. 1 Pijat pada ibu melahirkan juga dikenal dengan sebutan ‘sengkak’ atau ‘nyengkak’, mengacu pada gerakan ‘menyengkak’ yaitu gerakan memijat dengan cara menekan bagian bawah perut dengan kedua ibu jari, kemudian membawanya ke bagian atas, seolah-olah menaikkan rahim. Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai rahim dianggap kembali ke tempatnya. Gerakan ini konon menimbulkan rasa sakit pada si ibu, namun mereka mengaku merasa nyaman setelahnya. Selain pijat sengkak, biasanya juga dilakukan pijat bagian badan yang lain sehingga memberikan rasa nyaman yang lebih. Pijat ini dilakukan setelah ibu melahirkan, dengan rentang waktu bervariasi. Ada yang sehari setelah melahirkan, tiga atau empat hari setelah melahirkan, ada juga yang empat puluh hari setelah melahirkan. Tapi sengkak tidak dilakukan pada ibu yang melahirkan melalui proses operasi karena dukun bayi paham, hal itu bisa

membahayakan bekas luka pada sang ibu. Meski begitu, seorang ibu yang pernah melahirkan melalui proses operasi tapi sudah sembuh dan pada proses melahirkan saat ini normal, bisa dilakukan pijat sengkak. Sumber : 1. Yuhandini DS, Karlina, Suratmi, et. al. Goyangan Lembut Jemari Dukun Bayi, Oyog. Jakarta : Lembaga Penerbitan Balitbangkes, 2014 2. Ugboma H, Akani CI. Abdominal massage: another cause of maternal mortality. Niger J Med. 2004 Jul-Sep;13(3):259-62.

Related Documents

Oyog Dan Sengkak.docx
November 2019 4
Dan
April 2020 66
Dan
August 2019 69
Dan
June 2020 37
Dan
June 2020 39
Dan
May 2020 46

More Documents from ""