Operculum Ikan Mas

  • Uploaded by: Darmadi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Operculum Ikan Mas as PDF for free.

More details

  • Words: 2,925
  • Pages: 22
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PENGARUH SUHU TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUPNYA OPERCULUM IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah praktikum Fisiologi Hewan Air

Oleh : KELOMPOK 20 Farid Fadhil 230210080045 Darmadi 230210080069 Cuncun Hendrayana 230210080070

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2009 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Membuka dan Menutup Operkulum Pada Ikan Mas yang merupakan bagian dari tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air. Dalam pembuatan laporan akhir ini, penulis banyak mendapat kesulitan.

Oleh

karena

itu,

penulis

ingin

menyampaikan

banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunannya, penulis menyadari akan segala kekurangan yang

ada

sehubungan

dengan

keterbatasan

kemampuan

dan

pengetahuan yang dimiliki oleh kami maka kami mengucapkan maaf yang sebesar – besarnya apabila baik dalam dalam penulisan maupun penyajian makalah ini terdapat banyak kesalahan. Dengan tangan terbuka kami akan menerima segala saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Jatinangor,

November 2009

2

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………… ………. i DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………… …………………… ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

……………………………………………………………………………………… ………. 1 1.2Tujuan Percobaan ……………………………………………………………………………………… ….. 3 BAB II ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA 2.1 Alat dan Bahan

……………………………………………………………………………………… ……… 4 2.2 Prosedur Kerja ……………………………………………………………………………………… ………. 7 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3

3.1 Hasil Pengamatan …………………………………………………………………………………………. 9 3.2 Pembahasan …………………………………………………………………………………………………. 12 BAB V KESIMPULAN ………………………………………………………………………………………………… ….. 14 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic

yang

hubungan

kekerabatannya

masih

diperdebatkan;

biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 4

spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak, jukut. Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999). Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaranlembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare

insang

berhubungan

dengan

air,

sedangkan

bagian

dalam

berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam 5

dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang

6

diekskresikan keluartubuh.

Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari

paus hiu yang

berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan. Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake

tidak

bisa

menghidupi

ikan.

Ada

beberapa

spesies

ikan

dibudidayakan untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium. Ikan adalah sumber makanan yang penting. Hewan air lain, seperti moluska dan krustasea kadang dianggap pula sebagai ikan ketika digunakan sebagai sumber makanan. Menangkap ikan untuk keperluan 7

makan dalam jumlah kecil atau olah raga sering disebut sebagai memancing. Hasil penangkapan ikan dunia setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta ton. Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan

penangkapan

ikan

secara

berlebihan.

Fenomena

ini

merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan. Pada tanggal 15 Mei 2003, jurnal Nature melaporkan bahwa semua spesies ikan laut yang berukuran besar telah ditangkap berlebihan secara sistematis hingga jumlahnya kurang dari 10% jumlah yang ada pada tahun 1950. Penulis artikel pada jurnal tersebut menyarankan pengurangan penangkapan ikan secara drastis dan reservasi habitat laut di seluruh dunia. Ikan mas merupakan ikan yang sudah umum di pelihara menurut ahli

perikanan

Dr.

A.L

Buschkiel

dalam

RO.

Ardiwinata

(1981)

menggolongkan jenis ikan mas menjadi dua golongan, yakni pertama, jenis-jenis mas yang bersisik normal dan kedua, jenis kumpai yang memiliki ukuran sisrip memanjang. Golongan pertama yakni yang bersisik normal dikelompokkan lagi menjadi dua yakni pertama kelompok ikan mas yang bersisik biasa dan kedua, bersisik kecil.

8

Sedangkan Djoko Suseno (2000)

Ikan mas

mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan mas yang ada di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi dan

Ikan mas

kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.

Status konservasi

Ikan mas sebagai ikan konsumsi dibagi menjadi dua kelompok yakni ras ikan mas bersisik penuh dan ras ikan mas bersisik sedikit.

Data Kurang (IUCN 2.3) Klasifikasi ilmiah

Kelompok ras ikan mas yang bersisik penuh

Ke raj Fil aa um Ke n: :Or las :do: Fa

adalah ras-ras ikan mas yang memiliki sisik normal, tersusun teratur dan menyelimuti seluruh tubuh. Ras ikan mas yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah ikan mas majalaya, ikan mas punten, ikan mas si nyonya dan ikan mas merah. Sedangkan yang tergolong dalam ras karper bersisik sedikit adalah ikan karper

mil Ge i: nu Sp s: Nama esi binomial es: Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758)

An im Ch ali ord Ac atin ata Cy opt pri Cy ery nif pri Cy gii or nid pri C. me ae nu ca ss rpi o

kaca yang oleh petani di Tabanan biasa disebut dengan nama karper gajah. Untuk kelompok ras ikan karper hias, beberapa di antaranya adalah karper kumpay, kaca, mas merah dan koi. Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan.

Bagian

anterior

mulut

terdapat

dua

pasang

sungut

berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya. Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan.

Bagian

anterior

mulut

terdapat

dua

pasang

sungut 9

berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui serta memahami pengaruh suhu pada laju pernafasan ikan mas (cyprinus carpio).

10

BAB II ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

2.1 Alat dan Bahan : 1. Beaker glass, sebagai wadah untuk ikan emas yang kita amati. 2. Thermometer Celcius, Untuk mengukur suhu air. 3. Hand Counter, untuk menghitung frekuensi membuka dab menutupnya

operculum mulut ikan.

4. Timer atau Stopwatch, untuk mengukur waktu. 5. Water bath, sebagai alat pemanas air. 6. Bejana plastik sebagai tempat aklimasi ikan sesudah maupun sebelum pengamatan. 7. Lima ekor ikan mas, sebagai objek percobaan. 8. Air sebagai media hidup ikan. 9. Air panas berfungsi untuk menghangatkan air hingga temperature yang diperlukan.

11

Beaker glass, Thermometer, Bejana, Hand counter

2.2 Prosedur Kerja Dalam percobaan kali ini kita akan mengamati pengaruh suhu terhadap membuka dan menutupnya mulut ikan atau operculum dengan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Pengamatan dilakukan dengan tiga perlakuan, yaitu : ➢ T₁ : untuk suhu kamar (28° C) ➢ T₂ : untuk suhu 2° C diatas suhu kamar (30° C)

➢ T₃ : untuk suhu 4° C diatas suhu kamar (32° C) 1. Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali dengan lama pengamatan satu menit untuk masing – masing ikan yang diamati. 2. Setiap kelompok menyiapkan satu beaker glass dan 2 wadah plastic yang telah disediakan oleh laboran yang akan dijadikan sebagai wadah untuk pengamatan kali ini, lalu masukan air kedalam beaker glass dan wdah bejana plastik lalu ukur suhu air 12

denagn thermometer yang ada pada beaker glass, suhu ini merupakan suhu awal atau suhu kamar T₁. 3. Beaker glass dengan suhu kamar sebagai tempat pengamatan dan wadah bejana plastik sebagai tempat mengaklimasi ikan yang sudah diamati dan yang belum diamati. 4. Masukan ikan satu ekor untuk pertama kali ke dalam beaker

glass yang sudah ditentukan suhunya sebagai suhu awal kamar td atau T₁ , lalu kemudian hitung banyaknya gerakan membuka serta menutupnya mulut ikan tersebut selama satu menit. Setiap perlakuan dilakukan sampai lima kalipada tiap ikan. 5. Setelah perlakuan pertama selesai, dilanjutkan perlakuan kedua

yaitu menaikkan suhu sebanyak 2° C dari suhu kamar sehingga menjadi 30° C (T₂) dengan cara menambahkan air panas dari water bath sehingga didapatkan suhu yang diperlukan. Setelah itu mengamati ikan seperti perlakuan yang sebelumnya. 6. Sebelum meneruskan pengamatan pada perlakuan ketiga, ikan diaklimasikan dahulu, hal ini dimaksudkan agar ikan tidak stress ketika pengamatan berlangsung.

7. Perlakuan ketiga yaitu dengan menambahkan lagi suhunya

sebesar 2° C dari suhu T₂ sehingga suhunya menjadi 32° C (T₃) dengan cara menambahkan kembali air panas dari water bath tadi sehingga suhunya menjadi naik. Pertahankan hingga suhunya tetap lalu lakukan perlakuan seperti yang sebelumnya. 8. Setelah pengamatan pada air hangat dilakukan, kali ini kita akan

melakukan pengamatan dengan menggunakan air dingin. Ganti air terlebih dahulu dengan air yang baru lalu pertama kali kita hitung suhu kamar dahulu dengan thermometer sebagai T₁ atau suhu awal. 9. Lakukan kembali masukan ikan satu ekor untuk pertama kali ke dalam beaker glass yang sudah ditentukan suhunya sebagai 13

suhu awal kamar tadi atau T₁ , lalu kemudian hitung banyaknya gerakan membuka serta menutupnya mulut ikan tersebut selama satu menit. Setiap perlakuan dilakukan sampai lima kalipada tiap ikan. 10.Lalu setelah perlakuan pertama selesai, dilanjutkan perlakuan kedua yaitu menurunkan suhu sebanyak -2° C dari suhu kamar sehingga menjadi 26° C (T₂) dengan cara menambahkan air es sehingga didapatkan suhu yang diperlukan. Setelah itu mengamati ikan seperti perlakuan yang sebelumnya. 11.Sama seperti sebelumnya, sebelum meneruskan pengamatan pada perlakuan ketiga, ikan diaklimasikan dahulu, hal ini dimaksudkan agar ikan tidak stress ketika pengamatan berlangsung. 12.Perlakuan ketiga yaitu dengan menurunkan lagi suhunya sebesar -2° C dari suhu T₂ sehingga suhunya menjadi 24° C (T₃) dengan cara menambahkan kembali air es tadi sehingga suhunya menjadi turun. Pertahankan hingga suhunya tetap lalu lakukan perlakuan seperti yang sebelumnya. 13.Lalu catat hasil pengamatannya dalam tabel.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

14

➢ Dengan Penambahan Suhu Tabel 1 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu kamar T₁ = 28° C ± 0,5° C Ikan

Menit

Rata - rata

1

2

3

1

117

98

96

103.67

2

101

114

111

108.67

3

111

113

106

110

4

112

118

101

110.3

5

116

121

104

117

Tabel 2 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu 2° C diatas suhu kamar atau T₂ 30° C. T₂ = (28° C + 2° C) ± 0,5° C = 30° C ± 0,5° C Ikan

Menit

Rata - rata

1

2

3

1

128

127

10

118.3

2

169

141

148

152.67

3

146

138

126

136.67

4

158

137

141

145.3

5

170

179

166

171.67

Tabel 3 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu 2° C diatas suhu T₂ atau T₃ 32° C.

15

T₂ = (30° C + 2° C) ± 0,5° C = 32° C ± 0,5° C Ikan

Menit

Rata - rata

1

2

3

1

162

155

141

152.67

2

195

184

171

183.3

3

181

155

154

162

4

182

22

196

193.3

5

203

198

188

196.3

➢ Dengan Pengurangan Suhu Tabel 1 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu kamar 28° C T₁ = 28° C ± 0,5° C Ikan

Menit

Rata - rata

1

2

3

1

81

99

122

100.67

2

116

138

132

128.67

3

137

114

125

125.33

4

155

150

166

147

5

158

168

322

216

16

Tabel 2 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu 26° C dibawah suhu kamar (T₁) atau T₂ 26° C. T₂ = (28° C - 2° C) ± 0,5° C = 26° C ± 0,5° C Ikan

Menit

Rata - rata

1

2

3

1

141

135

142

139.33

2

136

138

144

139.33

3

157

168

151

158.67

4

132

131

136

134.33

5

156

160

168

161.33

Tabel 3 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu 24° C dibawah suhu (T₂) atau T₃ 24° C. T₃ = (26° C - 2° C) ± 0,5° C = 24° C ± 0,5° C Ikan

Menit

Rata - rata

1

2

3

1

181

156

167

166

2

159

150

157

155.33

3

172

154

164

163.33

4

167

153

159

159.67

5

170

167

169

168.33

17

3.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan didapat bahwa frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan mas terjadi lebih sering pada setiap kenaikan suhu serta penurunan suhu dari suhu awal kamar T₁ sampai dengan T₃ semakin sering ikan itu membuka serta menutup mulutnya hal ini dapat kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerkan membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal kamar (T₁), serta sebaliknya pula jika suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya. Hubungan antara peningkatan serta penurunan temperatur dengan laju metabolisme menurut ranking biasanya 2 – 3 kali lebih cepat pada setiap peningkatan suhu 10°, sedangkan kelarutan O₂ di lingkungannya menurun dengan meningkatnya temperature. Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan menutupnya operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan temperature, maka terjadi

penurunan

metabolisme

pada

ikan

yang

mengakibatkan

kebutuhan O₂ menurun, sehingga gerakannya melambat. Penurun O₂ juga dapat menyebabkan kelarutan O₂ di lingkungannya meningkat. Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar

± 1° dibandingkan

temperature linkungannya (Nikolsky, 1927). Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri. Pada praktikum kali ini kita dapat memahami bahwa sebenarnya suhu air pada media beaker glass ini dalam suhu 28° C lebih tinggi dari pada suhu kamar yng ada di ruangan yaitu 25° C, sehingga pada waktu dipindahkan ke dalam beaker galss ikan tersebut akan mengalami stress. 18

Sedangkan ukuran ikan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan ukuran benih yang sangat rentan dan juga mudah stress sehingga agak juga untuk melihat mekanisme membuka serta menutupnya overculum ikan tersebut. Dalam hal ini juga tidak mutlak kesalahan dari bahan ataupun alat yang kita gunakan, praktikan juga dapat menjadi kendala dalam kesalahan kekurang telitian dalam melihat mekanisme membuka serta menutup

overculum

ikan

tersebut

karena

hal

ini

juga

dapat

mempengaruhi ketepatan dalam pengamatan ini. Waktu penghitungan frekuensi gerakan membuka serta menutupnya operculum juga sangat berpengaruh. Hal tersebut yaitu daya adaptasi yang berbeda pada umur benih ikan mas dengan waktu dimulainya perhitungan sangat berkaitan erat dalam mempenagruhi hasil pengamatan ini.

19

BAB IV KESIMPULAN

Dari praktikum diatas tersebut dapat kami simpulkan bahwa perubahan suhu lingkungan pada ikan itu sangat mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada ikan tersebut, dalam suhu kamar kebutuhan oksigen lebih optimal sehingga gerakan membuka serta menutupnya operculum stabil. Kenaikan suhu pada suatu peraiaran menyebabkan kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oksigen di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga akan kebutuhan organisme air terhadap oksigen semakin bertambah

dengan

pergerakan

operculum

yang

semakin

cepat,

penurunan suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta menutupnya overculum pada ikan tersebut. Terdapat hubungan antara peningkatan temperature dengan laju metabolisme biasanya 2 – 3 kali lebih cepat pada setiap peningkatan suhu 10° C, aklimasi pada ikan dilakukan agar ikan tidak mengalami stress pada saat berlangsungnya pengamtan tersebut.

20

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_mas (Diakses pada tanggal 28 oktober 2009) Achjar, Moch Rismunandar. 1986. Perikanan Darat. Bandung : Sinar Baru http://deviansouisa.blogspot.com/2009/07/laporan-praktikum-fisiologihewan-air.html (Diakses pada tanggal 5 november 2009) http://bahtera.org/kateglo/? mod=dictionary&action=view&phrase=operkulum (Diakses pada tanggal 5 november 2009) http://pdfdatabase.com/index.php? q=laporan+praktikum+operkulum+ikan (Diakses pada tanggal 5 november 2009)

21

22

Related Documents


More Documents from "anggel"