Penyakit Virus Pada Ikan Mas

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penyakit Virus Pada Ikan Mas as PDF for free.

More details

  • Words: 872
  • Pages: 3
PETUNJUK PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS INSANG MEMBUSUK PADA BUDIDAYA IKAN MAS DAN KOI Puluhan bahkan ratusan kasus kematian ikan mas dan koi akibat infeksi KHV terus berlanjut hingga saat ini, yang sangat meresahkan pembudidaya kedua jenis ikan ini, termasuk pelaku usaha lainnya seperti pabrik pakan, usaha pemancingan dan restoran. Meski informasi tentang patogenisitas KHV masih sangat terbatas namun petunjuk pengendaliannya sangat dibutuhkan. DIAGNOSIS Gejala Klinis Beberapa gejala klinis ikan yang terserang KHV adalah gerakannya tidak terkontrol, megap-megap, nafsu makan menurun, kulit melepuh, kadang-kadang disertai pendarahan pada sirip/badan, dan yang sangatmenonjol insang geripis pada ujung lamella dan akhirnya membusuk. Terjadi kematian massal dalam tempo singkat (1-5 hari). Diagnosis Laboratoris Dilakukan dengan bermacam cara. Dimulai dengan isolasi virus dilanjutkan dengan identifikasi melalui bioassay, histopatologi, mikroskop elektro, dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Namun metoda diagnosis yang umum dilakukan di beberapa laboratorium adalah bioassay dan PCR. Pada teknik bioassay selain dapat mengetahui patogen utama, juga dapat diperoleh informasi beberapa sifat biologis patogen seperti : 1. Mekanisme transmisi secara horizontal 2. Virulensi dan masa inkubasi 3. Inang spesifik dan non spesifik Teknik umum yang dilakukan adalah Uji Postulat River yang dilakukan melalui teknik kohabitasi dengan mencampur ikan sumber infeksi dengan ikan sehat dalam kurun waktu tertentu dan teknik infeksi buatan melalui penyuntikan partikel virus KHV. Pada teknik Kohabitasi, rasio ikan sumber infeksi dan ikan sehat adalah 1 : 4 8 dalam waktu 7 - 10 hari. PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL Teknik Pengambilan Sampel Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel adalah : 1. Fiksasi Fiksasi merupakan proses pengawetan sampel dengan menggunakan bahan pengawet agar material yang diambil dapat diproses dengan teknik PCR. Prinsip pemilihan jenis

pengawet : (1). Mudah dalam penanganan, penyimpanan, dan transportasi, (2). Tidak mengurangi sensitifitas diagnosis, (3). Mudah didapat dan relatif murah. Ada 2 cara pengawetan yang umum digunakan yaitu (1). Fiksasi dalam larutan alkohol, dan (2). Pembekuan dalam suhu di bawah -20oC. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun disarankan agar dalam proses pengawetan ini menggunakan larutan alkohol 70% dengan perbandingan volume sampel dibanding pengawet 1 : 10. 2. Peralatan Sampling Peralatan sampling yang dimaksud adalah peralatan yang langsung digunakan dalam pengambilan sampel yaitu botol sampel dan alat bedah. Setiap peralatan yang akan digunakan harus didesinfeksi terlebih dahulu. Proses desinfeksi alat bedah dimulai dari : 1. 2. 3. 4.

Membersihkan peralatan dengan kertas tissue Dibilas dengan akuades Desinfeksi dengan alkohol 70% Pemanasan dengan api bunsen

3. Cara Sampling Sampling yang benar harus memperhatikan jenis dan jumlah sampel. Sampel dapat diambil dari benih, ikan dewasa, dan induk. Sampel dari benih berupa tubuh secara utuh, sedangkan dari ikan dewasa dan induk dapat berupa insang. Jumlah minimal sampel yang diambil tergantung tingkat pravelensi ikan yang terinfeksi penyakit KHV, namun demikian untuk diagnosa kasus penyakit KHV denga teknik PCR didasarkan pada pengalaman empiris. Jumlah sampel benih 150 ekor yang diambil dari populasi dengan jumlah lebih dari 100.000 ekor, ikan dewasa sebanyak 5 ekor, sedangkan pada induk dilakukan sampling individu (diambil irisan insang tanpa mematikan induk). Teknik Pengiriman Sampel Sampel ikan yang telah dikumpulkan dan diawet dengan alkohol 70% - 90%, perlu segera dikirim ke laboratorium terdekat yang mampu melakukan diagnosis penyakit KHV dengan teknik PCR. Sampel harus dikemas sebaik mungkin sehingga tidak bocor selama pengiriman. Munculnya penyakit pada ikan merupakan hasil unteraksi kompleks antara 3 komponen dalam ekosistem perairan yaitu ikan yang lemah, patogen ganas, dan kualitas lingkungan yang buruk. Oleh karena itu strategi manajemen kesehatan ikan harus difokuskan pada upaya pembenahan yang dilakukan secara terintegrasi.

TEKNIK PENGENDALIAN Penyediaan Benih Penyediaan benih untuk daerah yang bebas penyakit KHV harus diambilkan dari daerah yang bebas penyakit KHV. Sedangkan penyediaan benih untuk daerah yang telah terinfeksi penyakit KHV diambilkan benih yang dihasilkan dari induk yang selamat pada saat terjadi wabah sebab benih yang dihasilkan dari induk itu dianggap telah memiliki kekebalan terhadap penyakit KHV. Eradikasi Patogen Merupaka kegiatan pemusnahan virus dari media pembawa (air dan karier). Daerah yang telah terinfeksi penyakit KHV harus dilakukan eradikasi terutama pada sistem budidaya tertutup. Pengelolaan Lingkungan Budidaya Keberhasilan pengelolaan kesehatan ikan sangat tergantung pada faktor lokasi, kawasan bebas, sistem budidaya dan monitoring kesehatan ikan. Penyakit KHV disebabkan oleh virus, karena itu penggunaan bahan kimia atau antibiotik tidak disarankan. Beberapa tindakan yang harus segera dilakukan adalah : 1. Melaporkan sesegera mungkin ke petugas dinas perikanan atau instansi terkait setempat/terdekat. 2. Menyebarluaskan informasi kejadian wabah ke petani atau kelompok tani lainnya. 3. Mencegah penyebaran virus melalui media pembawa terutama ikan sakit dan sarana transportasinya. 4. Membatasi lalu lintas orang dari dan ke lokasi wabah dalam rangka mengisolasi daerah wabah. 5. Mengurangi stress pada ikan dan meningkatkan daya tahan ikan dengan imunostimulan atau vitamin C dengan dosis antara 250 - 750 mg/kg pakan. Idealnya pakan yang mengandung vitamin C diberikan selama pemeliharaan. 6. Jika tak dapat dikendalikan , ikan segera diangkat dan dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar. 7. Melakukan desinfeksi terhadap seluruh komponen yang digunakan dalam proses produksi ikan (air dan wadah budidaya segera didesinfeksi). 8. Tidak menggunakan air , peralatan, dan sarana lain yang berasal dari lokasi wabah. 9. Menjalankan Manajemen Kesehatan Ikan yang terintegrasi melalui (1). Pengendalian lingkungan yang sehat, (2). Penggunaan ikan yang unggul dan sehat, dan (3). Penerapan biosecurity terhadap KHV pada seluruh komponen budidaya. 10. Mengganti dengan komoditas yang lebih tahan terhadap KHV. 11. Tindak karantina harus diterapkan secara tegas.

Related Documents