New Docx Document.docx

  • Uploaded by: Agung Ayatullah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View New Docx Document.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 770
  • Pages: 4
1. Buang-buang Air Setya Novanto mengaku dirinya sakit dan semalam harus bolak balik ke toilet atau kamar mandi di rumah tahanan sampai 20 kali. Tetapi pernyataan itu langsung dibantah oleh dokter dan jaksa penuntut umum. "Berdasarkan keterangan petugas penjaga di tahanan, terdakwa hanya dua kali ke belakang, yaitu pukul 11:00 dan pukul 02;00," ujar jaksa penuntut umum.

Kenyataannya, Novanto malah dirawat oleh dokter spesialis ginjal. Hal itu dikatakan dokter Alia saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (26/3/2018). Alia bersaksi untuk terdakwa dokter Bimanesh Sutarjo. Awalnya, jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menanyakan kebiasaan penanganan pasien di ruang instalasi gawat darurat (IGD), khususnya terhadap pasien yang masuk akibat kecelakaan.

2. Tidak Bisa Bicara Dalam persidangan itu, Setya Novanto banyak melakukan aksi 'tutup mulut'. Beberapa kali majelis hakim bertanya, baik tentang namanya, kesehatannya, dan penasehat hukum, Setya Novanto tidak menjawab secara jelas. "Apakah saudara bernama Setya Novanto," ujar majelis hakim berulang-ulang yang tidak dijawab oleh terdakwa. Tetapi, dokter saraf yang dihadirkan di ruang sidang menyatakan terdakwa sehat.

"Kalau pasien masuk akibat kecelakaan yang mengalami benturan, benjol di kepala, itu diarahkan ke dokter spesialis mana?" Kata jaksa Roy Riady. Menurut Alia, biasanya pasien dengan luka di kepala akan dirujuk ke dokter spesialis saraf. Alia mengatakan, belum pernah ada kasus kecelakaan yang langsung dirujuk ke dokter spesialis ginjal. "Belum pernah ada," kata Alia.

"Bisa saja terdakwa sakit dan tidak bisa bicara. Tetapi tadi terdakwa bisa jalan, artinya sehat dan bisa bicara," ujar dokter ahli saraf. "Artinya kalau dia bisa berjalan ke ruang sidang, bisa bicara," ujar majelis hakim yang dibenarkan oleh dokter. 3. Penampilan Loyo seperti Orang Sakit Setya Novanto yang sebelumnya disebut luka sebesar kue bakpau setelah kecelakaan di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan, tampil loyo dalam persidangan. Dia jalan seperti tertatih-tatih dan duduk lemas di kursi pesakitan. Padahal dokter Johanes Hutabarat yang melakukan pemeriksaan sekitar pukul 08:50 tadi pagi menyatakan terdakwa sehat. Tekanan darah terdarah normal, yakni 110/80. Denyut nadinya pun normal. 'Sandiwara' ini sepertinya paling sukses dan berhasil 'mengelabui' majelis hakim. Hakim kemudian menunda dua kali. Pertanya untuk mengizinkan terdakwa ke toilet dan kedua menunda sidang agar dokter melakukan pemeriksaan ulang kepada terdakwa. 4. Izin ke Toilet Meski Baru Sidang 30 Menit Ketika majelis hakim, penasehat hukum, dan juga jaksa penuntut umum membahas kesehatan Setya Novanto, Ketua DPR RI itu minta izin ke toilet. Izin ke belakang ini rada aneh karena persidangan baru berlangsung sekitar 30 menit. Meski demikian, majelis hakim tetap mengizinkan yang bersangkutan untuk ke kamar mandi atau toilet. Satu per satu kebohongan mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Setya Novanto mulai terungkap di persidangan. Tak hanya melibatkan Setya Novanto tapi juga melibatkan orang lain. Termasuk dr Bimanesh Sutarjo, dokter spesialis di Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Advokat Fredrich Yunadi pernah meminta agar dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau membuat diagnosis luka akibat kecelakaan terhadap kliennya, Setya Novanto.

Dalam kasus ini, Bimanesh Sutarjo didakwa telah melakukan rekayasa agar Setya Novanto dirawat di Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Hal itu dalam rangka menghindari pemeriksaan oleh penyidik KPK. Menurut jaksa, Bimanesh dan pengacara Novanto, Fredrich Yunadi, diduga sengaja membuat skenario agar Novanto didiagnosis mengalami luka akibat kecelakaan. Pada kenyataannya, Bimanesh yang merawat Novanto merupakan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi. Juga salah satu kebohongan "Setya Novanto Alami Kecelakaan, tetapi Malah Dirawat Dokter Spesialis Ginjal", Hakim pengadilan tindak pidana korupsi (Tipikor) menyatakan Setya Novanto terbukti bersalah dalam kasus korupsi e-KTP yang merugikan negara lebih dari Rp2,3 triliun. Mantan Ketua DPR dan Ketua Umum Golkar itu dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda Rp 500 juta, dan dicabut hak politiknya selama lima tahun. KPK umumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan E-KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-2012, saat Setya Novanto menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut mengatur agar anggaran proyek E-KTP senilai Rp 5,9 triliun disetujui anggota DPR. Selain itu, Novanto diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek E-KTP. Bersama pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, Novanto diduga ikut menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun.

Pembangunan proyek Hambalang ini direncanakan dibangun sejak masa Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Malarangeng dengan menghabiskan anggaran sebesar Rp 1,2 triliun. Proyek yang ditargetkan rampung dalam waktu 3 tahun ini mangkrak hingga akhirnya aliran dana korupsi terendus KPK. Aliran dana proyek ini masuk ke kantong beberapa pejabat. Di antaranya Mantan Menpora Andi Malarangeng, Sekretaris Kemenpora Wafid Muharram, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Direktur Utama PT Dutasari Citra Laras Mahfud Suroso, Anggota DPR Angelina Sondakh.

Kasus

proyek pembangunan Pusat

Pendidikan, Pelatihan, dan Sarana Olahraga Nasional (P3SON) di Hambalang juga tercatat menjadi salah satu kasus korupsi besar yang pernah ada. Nilai kerugiannya mencapai

Rp 706 miliar.

Related Documents

New Docx Document.docx
October 2019 6
New Chapter 1.docx
May 2020 1
New Edited Synopsis .docx
December 2019 13
Atmosphere New...docx
December 2019 19
New Rates 2018.docx
June 2020 6

More Documents from "Geraldine Genova"