Naya Resume Mutasi.docx

  • Uploaded by: Inaya Setianni
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Naya Resume Mutasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,297
  • Pages: 9
BAB 2 MACAM-MACAAM MUTASI DAN MUTASI YANG ACAK A. Macam- Macam Mutasi Tipe mutasi berdasarkan sudut pandang diantaranya adalah diantaranya macam sel yang mengalami mutasi, lingkup kejadian berupa gen atau kromosom, jelas dan diketahui atau tidak jelas atau tidak ketahui yang disebabkan mutasi, dan contoh lainnya. 1. Mutasi Somatik dan Mutasi Germinal Mutasi dikenal dengan adanya mutasi somatik dan mutasi germinal. 2. Mutasi Somatik Mutasi ini terjadi pada sel-sel somatik. Akibat mutasi somatik dapat diwariskan melalui reproduksi aseksual maupun seksual. Akibat mutasi somatik pada hewan termasuk juga manusia hingga saat ini tidak dapat diwariskan. Lain halnya pada tumbuhan dimana akibat mutasi somatik dapat diwariskan melalui reproduksi aseksual maupun seksual. Contoh mutasi somatik terjadi pada sel tertentu pada mata tunas tanaman jeruk. Sel yang bermutasi akan menurunkan sel gen jika mata tunas itu tumbuh dan berkembang menjadi cabang tanaman jeruk dimana pada cabang tanaman jeruk itu berkembang bunga yang selanjutnya menghasilkan buah dan biji. Hal ini menunjukkan bahwa akibat mutasi somatik pada sel mata tunas dapat diwariskan secara aseksual kepada generasi-generasi sel berikutnya hingga ke generasi sel gen. Jika sudah terwariskan pada sel gen-gen mutasi tadi dapat diwariskan ke generasi individu yang berikut melalui reproduksi seksual. 3. Mutasi Germinal Mutasi ini terjadi pada sel-sel germ dan akibatnya juga dapat diwariskan melalui reproduksi aseksual maupun seksual. Gen mutan yang terwariskan melalui reproduksi seksual, misalnya pada berbagai kelompok hewan termasuk manusia, terbentuk mutasi germinal. Akibat mutasi yang dominan dapat segera terekspresi pada turunan, sebaliknya jika resesif maka efek mutasinya tidak terdeteksi karena kondisi heterozigot. Satu contoh mutasi germinal dominan pertama yang terkenal adalah yang pernah dilaporkan pada populasi domba di Dover (Massachusetts). Mutasi germinal dominan itu telah memunculkan galur domba mutan berkaki pendek yang disebut Ancon breed, yang pertama kali dilaporkan oleh Seth Wright pada tahun 1971 di wilayah peternakannya.

Mutasi germinal dominan pertama dilaporkan pada hewan piaraan oleh Seth Wright (1791) dipeternakannya Dover, Massachusetts. Wright memperhatikan adanya domba betina yang aneh dengan kaki pendek (Ancon breed), yang tidak mampu melompati pagar peternakan. Wright mengawinkan domba berkaki pendek dengan sesamanya dan hasilnya keturunannya adalah domba berkaki pendek. Oleh karena itu, mutasi yang ditimbulkan berupa kaki pendek merupakan mutasi germinal.

B. MUTASI GEN DAN MUTASI KROMOSOM Dalam hal ini mutasi gen adalah yang terjadi di lingkup gen, sedangkan mutasi kromosom adalah yang terjadi di lingkup kromosom (Russel, 1992).  Mutasi Gen Mutasi gen dapat berupa perubahan urut-urutan DNA termasuk substitusi pasangan basa serta adisi atau delesi satu atau lebih dari satu pasangan basa. Jelas terlihat bahwa efek yang terjadi pada mutasi gen adalah yang menimpa satu nukleotida yang terkena efek mutasi, dikenal pula macam mutasi gen yang disebut mutasi titik(point mutation). Mutasi titik adalah mutasi gen yang hanya menimpa satu pasang nukleotida dalam sesuatu gen (Russel, 1992). Berkenaan dengan mutasi gen dikenal pula macam-macam mutasi gen yang spesifik, yaitu: 1. Mutasi pergantian pasangan basa Mutasi pergantian (subsitusi) pasangan basa (base pair subsitution mutation), Mutasi yang terjadi pada suatu gen berupa pergantian satu pasang basa oleh pasangan basa lainnya. Satu contoh mutasi pergantian pasangan basa itu, misalnya pasangan AT diganti oleh pasangan GS. (Russel, 1992). 2. Mutasi transisi (transition mutation) Pada mutasi transisi, terjadi suatu pergantian basa purin dengan basa purin lain atau pergantian suatu basa pirimidin dengan pirimidin lain; atau disebut sebagai pergantian suatu pasangan basa purin-pirimidin dengan pasangan purin-pirimidin lain, termasuk pergantian suatu pasangan pirimidin purin dengan pasangan pirimidin purin lain (Ayala, dkk., 1984; Gardner, dkk., 1991; Klug dan Cummings, 1994). Contoh mutasi transisi adalah AT à GS, GS àAT, TA à SG, SG àTA. 3. Mutasi transversi (transversion mutation)

Pada mutasi transversi:, terjadi suatu pergantian basa purin dengan basa pirimidin, atau pergantian suatu basa pirimidin dengan basa purin; atau disebut juga sebagai suatu pergantian pasangan basa purin-pirimidin dengan pasangan basa pirimidin-purin di tapak (posisi) yang sama (Ayala, dkk 1984; Gardner, dkk., 1991; Russel, 1992, Klug dan Cummings, 1993). Contoh mutasi transversi, antara lain ATàAT, GS à SG, ATàSG, dan SGàTA. 4. Mutasi missens (missense mutation) Mutasi missens adalah mutasi yang terjadi karena perubahan suatu pasangan basa (dalam gen) yang mengakibatkan terjadi perubahan satu kode genetika, sehingga asam amino yang terkait (pada polipeptida) berubah (Russel, 1992). Terbentuknya asam amino yang berbeda dari normal pada sintesis asam amino akibat kesalahan basa pada mutasi titik disebut dengan missense mutation. Misalnyasickle-cell anemia (anemia sel sabit), merupakan penyakit akibat missense mutationtunggal pada basa pengkode protein hemoglobin. Protein hemoglobin tersusun atas 146 asam amino. Pada asam amino ke-6, adenin (A) digantikan dengan timin (T). Perubahan ini menyebabkan perubahan asam amino glutamat menjadi valin, sehingga mengubah bentuk molekul hemoglobin pada kondisi kadar oksigen rendah, dan menyebabkan sel darah merah menjadi berbentuk bulan sabit. Bentuk bulan sabit menyulitkan transport sel darah merah melalui pembuluh darah kapiler. 5. Mutasi nonsense (nonsense mutation) Mutasi nonsense adalah suatu pergantian pasangan basa yang berakibat terjadinya perubahan suatu kode genetika pengkode asam amino menjadi kode genetika pengkode terminasi (Russel., 1992). Dalam hal ini terjadi suatu kode genetika pengkode asam amino (misalnya UGG) menjadi UAG; atau USA menjadi UAA, dan demikian pula UAA menjadi UGA. Adanya mutasi nonsense jelas menyebabkan polipeptida yang terbentuk tidak sempurna atau tidak lengkap sehingga tidak fungsional (Russel, 1992), seperti halnya yang terlihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rangkaian perubahan mulai dari gen hingga ke munculnya kode genetika terminasi yang memperlihatkan contoh mutasi nonsen

Sebelum sesudah mutase Sebelum

Urutannukleotida (basa) pada gen

Urutan nukleotida (basa) pada RNAd hasil transkripsi

Dampak Asam amino yang timbul yang dikode

setelah mutasi

3'-ASS-5'

5'-UGG-3'

Triptofan

-

3'-ATS-5'

5'-UAG-3'

Tidak ada

Terhentinya

sesudah mutase

translasi (misalnya ditengah proses) Sebelum

3'-AGT-S'

5'-USA-3'

Serin

-

sesudah

3'-AT7-5'

5'-UAA-3'

tidak ada

Terhentinya

mutasi

translasi (misalnya di tengah proses)

Sebelum

3'-ATT-5'

Y-MA-31

Leusin

-

sesudah

3'-ASA-5'

5'-LJGA-'

tidak ada

Terhentinya

mutasi

translasi (misalnya di tengah proses)

6. Mutasi netral (neutral mutation) Mutasi netral merupakan pergantian suatu pasangan basa yang terkait terjadinya perubahan suatu kode genetika yang juga menimbulkan perubahan asam amino terkait tetapi tidak sampai mengakibatkan perubahan fungsi protein (Russel; 1992). Tidak terjadinya perubahan fungsi protein disebabkan karna asam amino mutan secara kimia ekivalen dengan asam amino mula-mula, misalnya asam amino arginin secara kimiawi ekivalen dengan asam amino lisin dan sama-sama asam amino dasar sehingga, keduanya memiliki sifat-sifat yang cukup mirip; dan dengan demikian fungsi protein dapat tidak berubah. 7. Mutasi diam (silent mutation) Pada mutasi diam terjadi pergantian suatu pasangan basa pada gen yang menimbulkan perubahan satu kode genetika, tetapi tidak mengakibatkan perubahan/pergantian asam amino yang dikode (Russel, 1992). Dalam hal ini baik kode genetika mutan maupun kode genetika semula sama-sama mengkode asam amino yang sama 8. Mutasi perubahan rangka (frame shift mutation) Mutasi perubahan rangka terjadi karena adanya penambahan sekaligus pengurangan pasangan basa. Mutasi perubahan rangka terjadi karena adisi atau delesi satu atau lebih dari satu pasangan basa dalam satu gen. Adisi dan delesi semacam itu mengubah kerangka percobaan seluruh fungsi triplet pasangan basa pada gen dalam arah distal dari tapak mutasi (Gardner, dkk., 1991). Mutasi ini berupa delesi (pemotongan) atau insersi (penyisipan) satu atau beberapa pasang nukleotida pada DNA dan menyebabkan terjadinya pergeseran pembacaan kerangka sandi (reading frameshift), sehingga akan menyebabkan perubahan asam amino. 9. Mutasi titik Mutasi titik secara umum dapat dipilah menjadi 2 macam, yaitu mutasi ke depan atau forward mutation dan mutasi balik atau reverse mutation (Russel, 1992). Reverse mutation

disebut

jugs

sebagai back

mutation (Gardner,

dkk.,

1991)

atau

juga reversion (Gardner, dkk., 1991; Russel, 1992). Forward mutation adalah mutasi yang mengubah wild-type (Gardner, dkk., 1991). Reverse mutation yang memulihkan fungsi protein sepenuhnya disebut true reversion, sedangkan yang memulihkan fungsi protein sebagian disebut partial reversion (Russel,

1992). Pengaruh reverse mutation terhadap efek mutasi misens juga dapat terjadi dalam pola seperti yang sudah disebutkan. Mekanisme intragenic suppressor mutation dan intergenic suppressor mutation berbeda (Russel, 1992). Pada intragenic suppressor mutation terdapat dua pola mekanisme. Pada pola pertama terjadi perubahan basa nukleotida lain dalam triplet yang mentranskripsi kode genetika yang sama. Pada pola kedua terjadi perubahan basa nukelotida lain dalam triplet yang mentranskripsi kode genetika lain. Gen yang menyebabkan supresi mutasi pada gen lain disebut gen suppressor atau suppressor genes (Russel, 1992). Gen supresor tidak bekerja dengan cara mengubah uruturutan nukleotida suatu gen mutan. Di lain pihak, agaknya gen supresor bekerja dengan cara mengubah pembecaan RNA-d. Dalam hubungan ini sejumlah gen supresor telah ditemukan pada berbagai sistem, terutama pada E. coli dan khamir (Russel, 1992). Tiap gen supresor dapat menekan efek hanya dari satu mutasi nonsen, misens, atau mutasi pergantian kerangka (Frameshift mutation). Oleh karena itu gen supresor dapat menekan hanya sejumlah kecil mutasi titik yang secara teoritik dapat terjadi dalam suatu gen (Russel, 1992). Di lain pihak, suatu gen supresor tertentu akan menekan seluruh mutasi yang dipengaruhinya, tanpa memperhatikan pada gen mana mutasi itu berlangsung. Di antara supresor mutasi nonsens, misens, dan mutasi pergantian kerangka (frameshift mutation), yang paling banyak dikenal adalah supresor mutasi nonsens (Russel, 1992). Supresor-supresor semacam itu sering “terlihat” bilamana gen-gen RNA-t tertentu mutasi sehingga antikodonnya mengenali suatu kode genetika terminasi dan akan menempatkan satu asam amino ke dalam rantai polipeptida.Supresor-supresor mutasi nonsen dibedakan menjadi tiga kelompok, karena seperti diketahui ada 3 macam kode nonsen (Russel, 1992). Dalam hubungan ini dikenal kelompok supresor mutasi nonsen untuk kode genetika UAG, UAA, dan UGA. Sebagai contoh misalnya, jika satu gen RNA-t tir (yang berarti kodon 5SUA-3) bermutasi sehingga RNA-t itu beralih memiliki antikodon 5-SUA-3, maka RNAt yang sudah berubah tersebut (tetapi masih mengikat asam amino tirosin) akan mampu membaca kode genetika nonsen 5-UAG-3.  Mutasi kromosom

Sebagaimana yang telah dikemukakan, mutasi kromosom adalah yang terjadi di lingkup kromosom. Perubahan struktur kromosom yang merupakan mutasi kromosom dapat berupa perubahan jumlah gen dan perubahan lokasi gen. perubahan jumlah gen itu terjadi karena delesi dan duplikasi, sedangkan perubahan lokasi gen terjadi karena inversi dan translokasi. Delesi disebut juga defisiensi; yang terjadi adalah hilangnya suatu segmen kromosom dari satu kromosom. Pada duplikasi keberadaan satu segmen kromosom lebih dari satu kali. Pada inversi letak suatu segmen kromosom menjadi terbalik, sedangkan pada translokasi letak suatu segmen kromosom berubah karena berpindah. Macam mutasi kromosom yang menyebabkan terjadinya perubahan jumlah kromosom adalah fusi sentrik (centric fusion), fisi sentrik (centric fission), enuploidi, serta monoploidi maupun poliploidi (Ayala, dkk,. 1984). Pada fusi sentrik dua kromosom non homolog bergabung menjadi satu, sedangkan pada fisi sentrik satu kromosom terpisah menjadi dua kromosom. Pada aneuploidi, satu atau lebih dari satu kromosom pada suatu pasang kromosom hilang atau bertambah; sedangkan pada monoploidi jumlah perangkat kromosom hanya satu, tetapi pada poliploidi jumlah perangkat kromosom lebih dari dua. Monoploidi dan poliploidi disebut juga sebagai mutasi genom atau genom mutation (Russel, 1992) C.

Pembagian mutasi berdasarkan sebab terjadinya (Gardner, dkk., 1991): 1. Mutasi spontan. Mutasi ini terjadi di alam secara alami (spontan), secara kebetulan dan jarang terjadi. Mutasi spontan adalah mutasi yang terjadi di alam secara acak (random), tanpa diketahui sebabnya secara pasti. Mutasi ini jarang terjadi dan mungkin terjadi karena mekanisme tertentu di dalam sel yang tidak sempurna. Mutasi spontan dapat disebabkan oleh beberapa alasan berikut: ketidakstabilan nukleotida, kesalahan replikasi, serta ketidaksempurnaan meiosis. Umumnya mutasi spontan bersifat resesif sehingga jarang mampu bertahan hidup. Jika mampu bertahan hidup maka mutan akan berkembang menghasilkan variasi baru. 2. Mutasi terinduksi, Mutasi ini terjadi akibat pemaparan agen mutagenik seperti radiasi ion, bahan-bahan kimia, dan sinar ultraviolet. Proses perubahan gen atau kromosom secara sengaja zat kimia, sinar X, radiasi dan sebagainya. Maka sering disebut juga mutasi induksi.

D. Mutasi Acak

Mutasi dapat bersifat merugikan atau menguntungkan untuk suatu organisme. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi arah mutasi. Sebagai contohnya, pemaparan bahan kimia berbahaya dapat memicu tingkat mutasi, tetapi tidak akan meningkatkan mutasi yang dapat membuat organisme resisten terhadap bahan kimia tersebut. Dalam kasus ini, mutasi dianggap random. (Gardner, dkk., 1991). Populasi tikus di kota-kota tidak lagi dipengaruhi oleh antikoagulan yang biasanya digunakan dalam racun tikus. Populasi kecoak tidak lagi peka terhadap chlordane, racun yang digunakan untuk mengontrol populasi kecoak pada tahun 1950an. Populasi lalat rumah yang resisten terhadap insektisida seperti DDT. Banyak organisme yang kebal terhadap antibiotik seperti Penicillin dan Streptomycin. Organisme-organisme tersebut merespon perubahan lingkungan dengan cara mengubah dirinya menjadi resisten terhadap berbagai bahan kimia. Sementara itu organisme yang sensitif akan mati, sedangkan mutan akan berkembangbiak membentuk populasi baru yang resisten. (Gardner, dkk., 1991). Pada tahun 1952, Esther dan Joshua Lederberg memperkenalkan teknik “Replicaplanting”. Kultur bakteri diencerkan dan sel-sel tersebar pada permukaan medium agar nutrient semi padat di cawan petri. Pada suatu periode pertumbuhan, tiap bakteri akan menghasilkan sejumlah koloni pada permukaan medium agar. Setiap cawan kemudian dibalik dan ditekan keatas kain beludru steril, yang melingkupi balok kayu. Beberapa sel dari setiap koloni mampu menempel pada beludru. Suatu cawan steril yang berisi medium agar yang mengandung Streptomycin (atau antibiotik lainnya) ditekan ke atas beludru tersebut. Prosedur replica-planting ini diulang pada sejumlah besar koloni bakteri. Setelah cawancawan selektif (yang mengandung Streptomycin) diinkubasi, ternyata terbentuk koloni bakteri yang resistent terhadap Streptomycin dalam jumlah yang jarang. Sedangkan pada cawan nonselektif, yang diuji resistensinya terhadap Streptomycin, menunjukkan bahwa bakteri-bekteri yang tumbuh pada cawan selektif selalu mengandung sel-sel resisten sedangkan bakteribakteri yang tidak tumbuh pada medium selektif jarang mengandung sel resisten terhadap Streptomycin. Hal ini menunjukkan bahwa adanya mutant yang resisten terhadap Streptomycin pada populasi bakteri terjadi lebih dahulu dibandingkan dengan akibat pemamparan Streptomycin (Gardner, dkk., 1991).

QUESTION Mengapa penggelembungan rantai atau Helix juga dapat menyebabkan terjadinya mutasi spontan? jelaskan mekanisme terjadinya adisi dan delesi! ANSWER Penggelembungan Helix atau rantai bila terjadi pada helix lama (template) atau DNA sense akan menyebabkan delesi pada helix bentukan baru yang dibentuk secara replikasi . Sementara jika penggelembungan terjadi pada DNA dengan helix yang baru maka DNA hasil template baru tersebut akan mengalami adisi. Hal ini dapat terjadi karena jika helix lama mengalami penggelembungan, urutan basa nitrogen yang akan melakukan replikasi akan berkurang sesuai dengan jumlah basa nitrogen yang mengalami penggelembungan. Akibatnya, DNA helix baru yang terbentuk akan mengalami delesi (pengurangan basa nitrogen). Sebaliknya, jika yang mengalami penggelembungan adalah helix baru, DNA lama (DNA template) akan tetap melakukan replikasi untuk mengganti basa nitrogen yang menggelembung. Akibatnya, DNA helix baru akan mengalami penambahan basa nitrogen.

Related Documents


More Documents from "Owaisi"

Bryopsida
December 2019 12
Cover Adelala.doc
June 2020 14
Laprak Pengaruh Suhu.docx
November 2019 12
Naya Resume Mutasi.docx
December 2019 10