Manisan Berujung Petaka
Di salah satu SMP di Indonesia, ada siswa yang bernama Ucok. Ia merupakan murid yang rajin, dan baik budi pekertinya. Ucok adalah anak tunggal. Ia tinggal bersama Ibunya yang sudah janda. Suatu ketika, saat Ucok pulang sekolah, ada seorang lelaki tak dikenal menghampirinya. Hafid : “dek, mau ga? Gue ada serbuk enak” Ucok : “serbuk apa bang?” Hafid : “ada lah, pokoknya enak ini, kalau lu ambil sekarang jadinya gratis” Ucok : “oke deh bang, makasih” Ucok pun menerima serbuk tersebut. Ia pulang, dan tidak menceritakan hal ini pada siapapun. Karena ia pikir hal ini bukanlah hal besar. Tanpa Ucok ketahui, serbuk itu adalah narkoba, dan ia mulai menyukainya. Esoknya Ucok bertemu lagi dengan lelaki itu di depan sekolahnya. Ucok : “bang, kemarin itu serbuk apa bang?” Hafid : “lu ga perlu tau, gimana? Enak kan?” Ucok : “enak bang, ada lagi ga?” Hafid : “gue ada banyak, tapi ga gratis” Ucok : “tenang, gue bayar” Mulai saat itu, Ucok pun sering bertransaksi serbuk itu dengan lelaki yang diketahui namanya Hafid. Berapapun bayaran yang diminta Hafid untuk serbuk itu, akan dipenuhi oleh Ucok. Uang jajan Ucok tidak mencukupi, sehingga ia meminta uang tambahan pada ibunya. Tetapi, semakin lama, semakin sering, dan semakin banyak jumlah uang yang Ucok minta pada ibunya. Ibu Ucok pun curiga dengan perilaku Ucok. Yani
: “Ucok, kamu itu minta uang terus buat apa sih? Kok makin hari makin banyak jumlahnya? Kamu itu beli apa?”
Ucok : “ada lah bu, buat jajan. Ibu ga perlu tau”
Yani
: “biasanya juga uang jajanmu cukup, kok sekarang jadi ga cukup? Ibu ga tau ya, kamu beli apa aja. Pokoknya mulai sekarang kamu harus belajar hemat. Jadi, ibu ga akan ngasih kamu uang lebih”
Ucok : ”kok Ibu gitu sih? Ucok kan beli ga aneh-aneh, cuma beli manisan” Yani
: “udah, ga usah ngebantah kalau dinasehati. Kamu kalau mau manisan sana nyemil gula aja”
Ucok pun merasa sedih dan kecewa pada Ibunya. Ternyata ia sudah kecanduan dengan narkoba. Ucok pun memutuskan untuk bertanya pada Bang Hafid. Ia pun mengajak Bang Hafid bertemu di suatu tempat. Ucok : “Bang, kemarin gue dibacotin ibu gue, dan akhirnya ibu gue ga ngasih duit. Jadinya gue ga bisa beli ‘manisan’ lagi ke abang” Hafid : “ga bisa gitu lah, ntar gue dapet duit dari mana? lagian ibu lu kenapa sih? masa anak sendiri minta uang ga dikasih?” Ucok : “gatau tuh, ribet amat jadi orang. Pakai acara nabung-nabung segala” Hafid : “gini aja, gimana kalo lu buat ibu lu ga bisa ngelarang lu lagi?” Ucok : “hah? Gimana caranya bang?” Hafid : “jadi ntar gue buat video seakan-akan lu dipukulin sama ibu lu cuma karena lu minta uang sekali. Jadi ntar orang-orang nilai ibu lu buruk. Nah, pasti ibu lu akan ngasih lu uang biar ga dianggap buruk sama orang-orang” Ucok : “memang gapapa bang?” Hafid : “udah serahin ke gue aja, gampang itu. Yang penting lu setuju” Ucok : “iya dah, gue ngikut aja” Setelah itu, mereka pun membuat video rekayasa dimana terlihat seperti ibunya Ucok memukuli Ucok. Video itu pun beredar di kalangan para warga. Ajeng : “eh, Bu Yani lagi nyiram bunga. Bu, masih lebih penting bunga daripada anaknya ya? Sampai anaknya minta uang sekali aja dipukulinnya berkali-kali. Kalau saya jadi ibu pasti ga tega lah. Hih, dasar ibu ga berperasaan”
Yani
: “maaf ya Bu Ajeng, saya kalau menasehati anak saya pasti sewajarnya. Ga mungkin saya tega mukulin anak saya berulang kali. Apalagi hanya karena minta uang sekali”
Ajeng : “aduh bu, ga usah mengelak lagi. Saya udah lihat videonya, kasihan lho itu anak ibu. Ck ck ck” Yani
: “sebaiknya ibu konfirmasi dulu, apakah video yang beredar itu benar atau tidak. Bukannya bertindak gegabah dan langsung asal menyalahkan orang tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi”
Walaupun begitu, Bu Yani pada akhirnya tetap memberi Ucok uang. Hal tersebut ia lakukan karena ia berpikir sudah bertindak terlalu keras pada anaknya. Juga disebabkan karena ia terus memikirkan tentang video yang akhir-akhir ini beredar di kalangan warga. Ucok dan Bang Hafid pun menjalankan transaksi ‘manisan’ lebih parah dari biasanya. Ucok benar-benar menjadi kecanduan dan di luar kendali. Hingga warga pun mengetahui hal tersebut, dan memanggil polisi untuk menangani Ucok. Polisi : “saudara Ucok, anda saya tahan atas penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Anda berhak mendapat pengacara, dan bisa menjelaskan ketika berada di kantor polisi nanti” Ucok : “lho? Kenapa ini? Narkoba apaan? Kata Bang Hafid ini cuma manisan mbak, bener dah suer. Gue gatau apa-apa mbak, gue dijebak ini pasti. Ibu, kenapa ga nolong Ucok? Bu, maafin Ucok bu. Ucok janji ga minta uang lagi ke Ibu deh. Ya Allah, Ucok ga mau dipenjaraaaaaa……….. Bang Hafid sialaaaaaaannnnn…………….” Ajeng : “Bu Yani, saya mau minta maaf bu. Saya ga tau kalau ternyata video itu rekayasa, dan sebenarnya justru ibu menghindarkan anak ibu dari bahaya. Aduh, gimana ini bu, saya malu sudah mencela ibu yang tidak-tidak. Maaf ya bu, dan yang sabar ya” Yani
: “Iya gapapa bu, sudah saya maafkan. Saya juga sedih melihat Ucok terjerat kasus narkoba. Saya merasa gagal jadi ibu. Tapi ya sudah lah, sudah terjadi saya harus bagaimana lagi. Hanya bisa berdoa semoga Ucok bisa direhabilitasi, dan tidak ada kasus sama terulang lagi”
Pada akhirnya, Ucok pun ditahan di penjara anak, dan harus menjalani rehabilitasi. Sedangkan polisi benar-benar kehilangan jejak Bang Hafid ketika dalam masa pengejaran. Bu Ajeng pun telah meminta maaf pada Bu Yani. Amanat dari
cerita ini adalah jangan pernah sekalipun mencoba menyalahgunakan narkoba, konfirmasilah berita atau info apapun yang didapat sebelum disebarkan, jangan pernah melawan orang tua, jangan mudah percaya dan menerima barang apapun dari orang yang tidak dikenal.
Tokoh : -
Muhammad Rizqy M.P (17) Naufal Hafidz S.H (21) Vaneca Raditya F. (33) Ajeng Nila Kharisma (2) Nabila Najwaasifa K. (18)
sebagai sebagai sebagai sebagai sebagai
Ucok Bang Hafid Bu Yani Bu Ajeng Narator + Polisi