SISTEM KELISTRIKAN JAWA MADURA DAN BALI
NAMA NPM
: MUHAMMAD FARUQ : 03.2016.1.07242
SISTEM KELISTRIKAN DI JAWA BALI MADURA Daya mampu netto pembangkit sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 adalah sebesar 21.596 MW.Gardu Induk.Sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 Jumlah Gardu Induk sebanyak 435 dengan 24 GITET 500 kV, 310 GI 150 kV, 101 GI 70 kV. Sedangkan Trafo, pada Tahun 2010 daya terpasang IBT 500/150 kV dan IBT 150/70 kV sistem tenaga listrik Jawa Bali sebesar 19.500 MVA dan 3.819 MVA. Daya terpasang trafo distribusi total 31.185 MVA. Energi yang dibangkitkan sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 sebesar 125.909 GWh dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami pertumbuhan 7,5 %.PT. Indonesia Power memberikan kontribusi sebesar 36 %, PT PJB memberikan kontribusi sebesar 25 %, Tanjung Jati B sebesar 7 %, Pembangkitan Muara Tawar sebesar 2 %, PLTGU Cilegon sebesar 4 %, Pembangkit Lontar 2 % dan pembangkit Non PLN sebesar 23 %. Pemanfaatan energi tersedia dalam sistem untuk pemakaian sendiri Gardu Induk 66 GWh, susut transmisi 2.716 GWh, disalurkan ke Distribusi sebesar 122.578 GWh, ke pembangkit PLN sebesar 490 GWh, ke pembangkit non PLN 58 GWh. Topologi Jaringan Jamali
No
Nama
Lokasi
Pembangkit
Kapasitas
PLTA total 3 unit
1 x 6,30 MW
17,1 MW
3 x 3,15 MW;
PLTA total 4 unit
1 x 0,70 MW
3,85 MW
PLTA Ubrug
Jawa Barat
2
PLTA Bengkok
Jawa Barat
3
PLTA Cibadak
Jawa Barat
4
PLTA Cikalong
5
PLTA Saguling
Jawa Barat
4 x 175 MW
6
PLTA Cirata
Jawa Barat
8 x 126 MW
7
PLTA Jatiluhur
Jawa Barat
7 x 25 MW
8
PLTA Lamajan
9
PLTA Parakan Kondang
Bandung, Jawa Barat
KecamatanPangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Jawa Barat KecamatanPangalengan, Kabupaten
Pembangkit
2 x 10,80 MW;
1
KecamatanPangalengan, Kabupaten
Jenis dan Jumlah
PLTA 3 x 6,40 MW
3 x 6,40 MW 4 x 2,48 MW
19,2 MW PLTA total 4 unit 700 MW PLTA total 8 unit 1.008 MW PLTA total 7 unit 175 MW PLTA total 3 unit 19,2 MW PLTA total 4 unit 9,92 MW PLTA total 5 unit
10
PLTA Plengan
11
PLTA Jelok
Jawa Tengah
4 x 5,12 MW
12
PLTA Timo
Jawa Tengah
4 x 3 MW
PLTA total 4 unit 12 MW
13
PLTA Ketenger
Jawa Tengah
2 x 3,52 MW
PLTA total 2 unit 7 MW
Jawa Tengah
1 x 12,4 MW
14 15 16 17
PLTA Gajah Mungkur PLTA Garung
Bandung, Jawa Barat
Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
PLTA
Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten
Wadaslintang
Wonosobo, Jawa Tengah
PLTA Mrica
Jawa Tengah
5 x 6,27 MW
PLTA total 3 unit
2 x 13,2 MW 2 x 8,2 MW 3 x 61,5 MW
6,27 MW PLTA total 4 unit 20,48 MW
PLTA total 1 unit 12,4 MW PLTA total 2 unit 26,4 MW PLTA total 2 unit 16,4 MW PLTA total 3 unit 184,5 MW
18
PLTA Kedung
Jawa Tengah
1 x 23 MW
PLTA total 1 unit 23 MW
19 PLTA Sidorejo
Jawa Tengah
1 x 1,4 MW
PLTA total 1 unit 1,4 MW
20 PLTA Klambu
Jawa Tengah
1 x 1,1 MW
PLTA total 1 unit 1,1 MW
Jawa Tengah
1469 MW
PLTA,PLTGU 1469 MW
Jawa Timur
3 x 5,8 MW
PLTA total 3 unit 23 MW
23 PLTA Siman
Jawa Timur
3 x 3,6 MW
24 PLTA Giringan
Jawa Timur
25 PLTA Selorejo
Jawa Timur
1 x 4,48 MW
Jawa Timur
3 x 35 MW
27 PLTA Wlingi
Jawa Timur
2 x 27 MW
PLTA total 2 unit 54 MW
28 PLTA Lodoyo
Jawa Timur
1 x 4,5 MW
PLTA total 1 unit 4,5 MW
Jawa Timur
2 x 14,5 MW
PLTA total 2 unit 29 MW
Jawa Timur
2 x 23 MW
PLTA total 2 unit 46 MW
Jawa Timur
2 x 7 MW
PLTA total 2 unit 14 MW
21 22
26
29 30
Ombo
PLTU Semarang PLTA Mendalan
PLTA Karangkates
PLTA Sengguruh PLTA Tulung Agung
31 PLTA Tulis
2 x 1,35 MW; 1 x 0,5 MW
PLTA total 3 unit 10,8 MW PLTA total 3 unit 3 MW PLTA total 1 unit 4,48 MW PLTA total 3 unit 105 MW
32 PLTG Cikarang
PLTG
33 PLTG Plengan
PLTG
34 35 36 37
PLTG
PLTG
Sunyaragi PLTP Geo Dipa
Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Unit Dieng
Tengah
1 x 60 MW
PLTP Gunung
PLTP
Salak PLTP Kamojang
PLTP total 1 unit 60 MW
Garut, Jawa Barat
375 MW
PLTP
38
PLTP Wayang Windu
Pangalengan, Bandung, Jawa Barat
PLTP
PLTU PT 39 Krakatau Daya
Cilegon, Banten
400 MW
5 PLTU
Jakarta Utara, DKI Jakarta
1384 MW
PLTU, PLTGU
1230 MW
2 PLTU
1300 MW
2 PLTU
Kecamatan Pulo Merak, Kota
4 x 400 MW;
PLTU total 7 unit
Cilegon, Banten
3 x 600 MW
3.400 MW
281 MW
12 PLTA
1.008 MW
8 PLTA
Listrik 40 PLTU Priok 41 42
PLTU Paiton
Kecamatan Paiton, Kabupaten
Swasta I
Probolinggo, Jawa Timur
PLTU Paiton
Kecamatan Paiton, Kabupaten
Swasta II
Probolinggo, Jawa Timur
43 PLTU Suralaya Unit 44 Pembangkitan Brantas
Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Unit 45 Pembangkitan Cirata
Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat
Unit 46 Pembangkitan
5 PLTG, 1 PLTU dan
Kabupaten Gresik, Jawa Timur
2.280 MW
Pluit, Jakarta Utara
1.200 MW
5 PLTU dan 1 PLTGU
Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
920 MW
2 PLTG dan 3 PLTGU
800 MW
2 PLTU
Gresik
3 PLTGU
Unit 47 Pembangkitan Muara Karang Unit 48 Pembangkitan Muara Tawar Unit 49 Pembangkitan Paiton
Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur
Komposisi Energi/Jenis Bahan Bakar
Jenis Bahan Bakar
GWh
Air
10.834
Batu Bara
59.627
Gas
30.617
Minyak (MFO)
5.499
Minyak (HSD)
10.564
Panas Bumi
8.768
Total
125.909
Jaringan Teg Extra Tinggi Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari Generator Station/ Pembangkit Listrik ke Distribution Station hingga sampai ke konsumen. Transmisi.Panjang Transmisi 500 kV sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 bertambah menjadi 5.052 kms. Transmisi 150 kV menjadi 12.370 kms, sedangkan Transmisi 70 kV menjadi 3.608 kms. pembangkit untuk system Jawa, Bali, Madura
SUTT / SUTET Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga sampai pada konsumer pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh suatu bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik. Berdasarkan sistem transmisi dan kapasitas tegangan yang disalurkan terdiri: 1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV
Pada umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan.
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai 150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. 3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada didalam tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikkannya. Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa pertimbangan : a. ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower. b. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
c. Pertimbangan keamanan dan estetika. d. Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi. Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan, maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat penghantar ACSR. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis, dengan lambing sebagai berikut : 1. AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium. 2. AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium. 3. ACSR (Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium berinti kawat baja. 4. ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran. GI / GITET Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran transmisi distribusi listrik.Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada suatu tempat berisi saluran transmisi dan distribusi,perlengkapan hubung bagi,transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan control. Sistem tenaga listrik Jawa Bali Tahun 2010 Jumlah Gardu Induk sebanyak 435 dengan 24 Gardu Induk tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 500 kV, 310 GI 150 kV, 101 GI 70 kV. Fungsi utama dari gardu induk : 1.
Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen
2.
Sebagai tempat control
3.
Sebagai pengaman operasi system
4.
Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi
Oleh karena itu,jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu induk itu sendiri,maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus memiliki keandalan yang tinggi serta kualitas yang tidak diragukan lagi,atau dapat dikatakan harus Optimal dalam kinerjanya sehingga masyarakat sebagai konsumen tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya.OLeh karena
itu,sesuatu yang berhubungan dengan rekonstruksi pembangunan gardu induk harus memiliki syarat-syarat yang berlaku dan pembanguna gardu induk harus diperhatikan besarnya beban.Maka prencanaan suatu gardu induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1.
Operasi,yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah
2.
Flexsibel
3.
Konstruksi sederhana dan Kuat
4.
Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi
5.
Memiliki tingkat keamanan yang tinggi
Perlengkapan Gardu Induk 1.
Lightning Arrester / LA
2.
Transformator instrument atau Transformator ukur
3.
Transformator Tegangan Transformator Arus.
4.
Transformator Bantu (Auxilliary Transformator).
5.
Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS).
6.
Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB).
7.
Sakelar Pentanahan atau Earthing Switch.
8.
Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
9.
Rele Proteksi dan Papan Alarm (Announciator).
10. Kompensator.
Sedangkan berdasarkan rekonstruksi letak pemasangan gardu induk,maka gardu induk dapat dibedakan atas : 1. Gardu Induk jenis pasang dalam Semua komponen yang berada pada gardu induk terpasang didalam,meskipun ada beberapa sejumlah kecil peralatan terpasang diluar.Gardu induk ini dipakai dipusat kota,dimana harga suatu lokasi sangat tidak relevan (mahal) dan biasa digunakan untuk menghindari kebakaran dan gangguan suara 2. Gardu Induk jenis pasang luar Gardu Induk yang terdiri dari peralatan tinggi pasang luar,misalnya Transformator, peralatan penghubung (switch gear) yang mempunyai peralatan control pasang dalam seperti meja penghubung (switch board).Pada umumnya,gardu induk untuk transmisi yang mempunyai kondensator pasangan dalam dan sisi tersier trafo utama dan trafo pasangan dalam disebut juga sebagai pasangan luar.Jenis gardu ini memerlukan tanah yang luas akan tetapi biaya konstruksinya murah dan
pendinginnya mudah Oleh karena itu biasanya gardu induk jenis ini dipasang dipinggiran kota. 3. Gardu Induk jenis setengah pasang luar Gardu induk yang sebagian dari peralatan tegaangan tingginya terpasang didalam gedung.Gardu ini juga dapat dikatakan sebagai jenis setengah pasang dalam.Biasanya jenis gardu ini bermacam-macam bentuknya dengan berbagai pertimbangan yang sangat ekonomis serta pencegahan kontaminasi garam 4. Gardu Induk jenis pasang bawah Tanah Hampir semua peralatan terpasang dalam bangunan bawah tanah.Biasanya alat pendinginnya terletak diatas tanah terletak dipusat kota seperti dijalan-jalan kota yang ramai dimana kebanyakan gardu induk ini dibangun dibawah jalan raya 5. Gardu Induk jenis Mobil Gardu jenis ini dilengkapi dengan peralatan diatas kereta hela (trailer).Gardu ini biasa digunakan jika ada gangguan disuatu gardu lain maka digunakan gardu jenis ini guna pencegahan beban lebih berkala dan juga biasa digunakan pada pemakaian sementara dilokasi pembangunan tenaga listrik.Maka dapat dikatakan bahwa gardu ini tidak dijadikan sebagai gardu utama melainkan sebagai gardu induk cadangan (sebagai penghubung yang dapat berpindah-pindah) Jenis Gardu Induk Berdasarkan Isolasi Busbar: 1. Gardu Induk Konvensional Gardu Induk yang peralatan instalasinya berisolasikan udara bebas karena sebagian besar peralatannya terpasang di luar gedung (switch yard) dan sebagian kecil di dalam gedung (HV cell, dll) dan memerlukan areal tanah yang relatif luas. 2. Gardu Induk GIS (Gas Insulated Switchgear) Suatu gardu induk yang semua peralatan switchgearnya berisolasikan gas SF-6 , karena sebagian besar peralatannya terpasang di dalam gedung dan dikemas dalam tabung Busbar atau rel adalah titik pertemuan/hubungan trafo-trafo tenaga, SUTT, SKTT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Berdasarkan busbar gardu induk dibagi menjadi: 1. Gardu Induk dengan sistem ring busbar 2. Gardu Induk dengan busbar tunggal / single busbar 3. Gardu Induk dengan busbar ganda / double busbar
4. Gardu Induk dengan satu setengah / one half busbar No Nama Gitet 1
Gandul
2
Balaraja Baru
3
Cawang
4
Kembangan
5
Depok
6
Cibinong
7
Bekasi
8
Suralaya
9
Cirata
10
Muara Tawar
11
Saguling
12
Cilegon
13
Bandung Selatan
14
Mandirancan
15
Tasikmalaya
16
Cibatu
17
Pedan
18
Ungaran
19
Tanjung Jati B
20
Gresik
21
Paiton
22
Grati
23
Kediri
24
Kriyan
25
Ngimbang
Region
DKI Banten R1)
Jabar (R2)
Jateng DIY (R3)
Jatim Bali (R4)
Uraian
Satuan
Gardu Induk Trafo Transmisi
Sistem Tegangan
Total
70 kv
150kv
500kv
Unit
101
310
24
435
Unit
127
641
40
808
MVA
2.751
32.253
19.500
54.504
kms
3.608
12.371
5.052
21.031
Jaringan Distribusi Jamali Bali, seluruh desa di Bali sudah mendapat aliran listrik, namun rasio elektrifikasi mencapai 80 %. Total konsumsi listrik mencapai 1.670 GWH dengan komposisi penjualan tenaga listrik terbesar di Bali adalah sektor komersial sebesar 45,2%, kemudian sektor rumah tangga 44,6%, publik serta sosial mencapai 5,8% dan industri 4,4. Beban puncak di Bali mencapai 358 MW yang terjadi bulan Desember 2003. Memenuhi beban puncak diperoleh dari interkoneksi dengan Jawa 200 MW, PLTD Pesanggaran 120 MW dan PLTG Gilimanuk 130 MW. Jawa Timur, Penduduk Jawa Timur pada saat ini mencapai 35 juta jiwa, dengan jumlah desa 8.464. Desa berlistrik sudah mencapai 8.247 desa atau dengan rasio desa berlistrik 97% sedangkan rasio elektrifikasi mencapai 62%. Penjualan tenaga listrik di Jatim mencapai 14.869 GWh sampai dengan Desember 2003 dengan komposisi 47 % pelanggan industri, rumah tangga 39 %, sektor komersial 9 % dan umum kurang lebih 5 %. Perkembangan penjualan tenaga listrik tahun 1998-2003 menunjukkan bahwa konsumsi tenaga listrik telah tumbuh sebesar 6 % per tahun. Beban puncak mencapai 2.994 MW.
Jawa Tengah dan DIY, penduduk Jawa Tengah pada saat ini mencapai 31 juta jiwa dan DIY 3,2 juta jiwa, dengan jumlah desa 8.543 di Jateng dan 438 di DIY. Desa berlistrik sudah mencapai 99 % sedangkan rasio elektrifikasi baru mencapai 59%. Penjualan tenaga listrik di Propinsi Jawa Tengah dan DIY mencapai 9.908 GWh sampai dengan Desember 2003 dengan komposisi 62% pelanggan rumah tangga, industri 22%, sektor komersial 10% dan umum kurang lebih 6%. Perkembangan penjualan tenaga listrik tahun 1999-2003 menunjukkan bahwa konsumsi tenaga listrik telah tumbuh sebesar 7 % per tahun. Beban puncak yang sudah dicapai sampai saat ini adalah 2.082 MW.
Jawa Barat dan Banten, kebutuhan tenaga listrik dipenuhi dari sistem interkoneksi Jamali, pembangkit captive, serta pembangkit isolated. Propinsi Banten terdapat banyak industri yang menggunakan captive power yang diperkirakan mencapai 2.330 MW antara lain PT Krakatau Daya Listrik yang memiliki PLTU gas alam sebesar 400 MW yang waktu malam hari telah menjual listriknya ke PT PLN (Persero) sebesar 80 MW. Pembangkit besar yang ada di Propinsi Banten adalah PLTU Suralaya dengan total kapasitas terpasang 3.400 MW. Penduduk Jawa Barat pada tahun 2002 mencapai 37 juta jiwa, dengan jumlah desa 5.593. Desa berlistrik sudah mencapai 100% sedangkan rasio elektrifikasi baru mencapai 55%. Penjualan tenaga listrik di Propinsi Jawa Barat mencapai 25.840 GWH sampai dengan Desember 2003 dengan komposisi 57% pelanggan industri, rumah tangga 35%, sektor komersial 6% dan umum kurang lebih 2%. Perkembangan penjualan tenaga listrik tahun 1999-2003 menunjukkan bahwa konsumsi tenaga listrik telah tumbuh sebesar 7% per tahun. DKI, penjualan tenaga listrik di DKI dan Tangerang mencapai 21.662 GWH sampai dengan Desember 2003 dengan komposisi 34% pelanggan rumah tangga, industri 32%, sektor komersial 27% dan umum kurang lebih 7%. Perkembangan penjualan tenaga listrik tahun 1998-2003 menunjukkan bahwa setelah mengalami kontraksi pada tahun 1998 sebesar
–8,9%, konsumsi tenaga listrik telah tumbuh sebesar 7% per tahun. Berbeda dengan situasi kelistrikan di lain Propinsi dimana beban puncak terjadi pada malam hari sedangkan untuk DKI-Tangerang terjadi pada siang hari yang mencapai 3.783 MW pada tahun 2003. Penambahan rata-rata beban puncak adalah 222 MW per tahun dalam kurun waktu lima tahun terakhir.