Modul Praktek Toksikologi Klinik Edit 2018.doc

  • Uploaded by: Sinta 2712
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Praktek Toksikologi Klinik Edit 2018.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 6,293
  • Pages: 32
BUKU PETUNJUK PRAKTIKU M TOKSIKOLOGI KLINIK

STIKES NASIONAL SURAKARTA DIII ANALIS KESEHATAN 2019

KATA PENGANTAR Panduan Praktikum Toksikologi Klinik adalah petunjuk tata laksana praktikum yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa Stikes Nasional Prodi DIII Analis Kesehatan. Diktat ini bukan merupakan referensi yang dapat dijadikan salah satu daftar pustaka untuk sebuah makalah ataupun laporan, dengan demikian praktikan diharapkan tetap untuk mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan materi Toksikologi Klinik lain guna menambah pengetahuan dan memperkuat pemahaman materi praktikum. Praktikum Toksikologi Klinik yang akan dilakukan merupakan pemeriksaan kualitatif yang terdiri dari dua bagian, yaitu pemeriksaan obat-obatan dan pemeriksaan bahan makanan minuman berbahaya. Modul praktikum ini merupakan pengembangan dari modul sebelumnya, terdapat perubahan isi yaitu materi dan prosedur praktikum yang disesuaikan dengan ketersediaan alat dan bahan yang ada di laboratorium.Semoga Modul Praktikum Toksikologi klinik ini bermanfaat bagi para mahasiswa. Sebagai penutup, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan modul praktikum ini.

Surakarta, Januari 2019

Tim Praktikum Toksikologi

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................2 DAFTAR ISI .................................................................................3 PENDAHULUAN PRAKTIKUM ...............................................4 FORMAT LAPORAN SEMENTARA ..........................................6 FORMAT LAPORAN RESMI .....................................................7 PENDAHULUAN TOKSIKOLOGI ............................................8 SALISILAT ...................................................................................19 BARBITURAT...............................................................................20 COFFEIN ......................................................................................21 PAPAVERIN..................................................................................22 DIAZEPAM...................................................................................23 ZAT X............................................................................................24 RAKSA .........................................................................................25 ALKOHOL ...................................................................................26 PEMERIKSAAN RESIDU PESTISIDA ......................................29 DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 32

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 3

PENDAHULUAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI KLINIK A. Pengenalan Bahan Pengetahuan sifat bahan merupakan keharusan sebelum melakukan praktikum di laboratorium.Sifat bahan kimia secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet.Peraturan pelabelan bahan kimia diperlukan, khususnya pada bahan yang tergolong hazardous chemicals atau bahan berbahaya dan beracun (B3). Mahasiswa dapat mengenali informasi nama, komposisi bahan, struktur, sifat fisik, sifat kimia, penyimpanan dan transportasi, bahaya kesehatan, pertolongan pertama pada kecelakaan akibat terkena bahan kimia, pengolahan bahan kimia, bahaya kebakaran, teknik pemadaman yang diperlukan, dll Simbol-simbol bahan berbahaya dan beracun (B3) Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak langsung dengan kulit atau ditelan. Bahan kimia dapat menyebabkan sakit serius, bahkan kematian bila bahan tersebut masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup bau atau debu, penyerapan melalui kulit

Harmful (berbahaya)

Bahan kimia dapat merusak jaringan hidup, iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan menyebabkan kulit mengelupas. Awas ! Jangan terpecik pada mata.

Corrosive (korosif)

Bahan kimia memiliki nyala rendah dan mudah bereaksi dengan air dan menghasilkan gas mudah terbakar. Sumber nyala dapat berasal dari api Bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga listrik, dll

Flammable (mudah terbakar)

Bahan kimia dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga listrik, guncangan atau gesekan. Beberapa senyawa membentuk garam yang ekslosif pada kontak dengan logam

Explosive (mudah meledak)

Bahan kimia menyebabkan kebakaran. Senyawa ini dapat menghasilkan panas jiak kontak dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor)

Oxidator (pengoksidasi)

Toxic (beracun)

B. Pengenalan Budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Mahasiswa, laboratorium, dan praktikan merupakan kesatuan. Laboratorium merupakan tempat yang dianggap berbahaya karena di dalamnya terdapat alat dan bahan kimia yang berbahaya, Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 4

bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) yang disebabkan karena uap, paparan di kulit, bahaya kebakaran, keracunan, dll. Beberapa hal yang memiliki potensi berbahaya saat praktikum, antara lain : 1. Bahan kimia yang memiliki sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, karsinogenik, dan beracun 2. Alat-alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh kita 3. Alat-alat listrik, seperti : kompor listrik, oven, lampu UV, yang dapat menimbulkan sengatan listrik 4. Penangas air dengan suhu tinggi dapat memercik. C. Tahapan Kerja Laboratorium 1. Tahap Persiapan a. Mengetahui dengan tepat hal yang akan dikerjakan di laboratorium, dengan cara membaca buku petunjuk praktikum, mengetahui tujuan, cara kerja, cara dokumentasi data percobaan, hal-hal yang harus dihindarkan saat praktikum, misalnya : menjauhkan bahan yang mudah terbakar dengan sumber panas / api, membuang sampah dan limbah praktikum pada tempat yang telah ditentukan. b. Mengetahui sifat-sifat bahan kimia yang akan digunakan apakah bersifat mudah terbakar, bersifat racun, sehingga dapat terhindar dari potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari potensi bahaya bahan kimia yang digunakan. c. Mengetahui alat dan bagaimana merangkai alat serta cara kerja alat yang akan digunakan. d. Mempersiapkan peralatan pelindung tubuh, seperti jas laboratorium berwarna putih lengan panjang, sarung tangan karet, sepatu tertutup, masker, kacama gogle, dll 2. Tahap Pelaksanaan a. Mengenakan peralatan Alat Pelindung Diri (APD) dengan baik b. Mengambil dan memeriksa peralatan dan bahan yang akan digunakan c. Merangkai alat dengan tepat dan mengambil bahan kimia secukupnya. Penggunaan bahan kimia jangan berlebihan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. d. Membuang sisa percobaan pada tempatnya e. Bekerja dengan tertib, tenang, dan tekun. Serta mencatat data-data yang diperlukan. 3. Tahap Pasca Pelaksanaan a. Kembalikan semua peralatan dan bahan yang telah digunakan sesuai dengan posisi semula b. Menghindari bahaya mungkin terjadi dengan mematikan peralatan listrik, kran air, menutup bahan kimia dengan rapat (dengan tutupnya semula) c. Bersihkan tempat atau meja dimana kalian bekerja d. Keluarlah dari laboratorium dengan tertib Akan tetapi banyak mahasiswa melakukan praktek di laboratorium tidak pernah memperhatikan resiko yang terjadi di laboratorium.Hal ini disebabkan karena kurang pengetahuan dan kesadaran tentang resiko atau bahaya bekerja di laboratorium.

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 5

FORMAT LAPORAN SEMENTARA LAPORAN SEMENTARA Sampel No Sampel Percobaan Prinsip

: :1 : Uji Fraksi A (salisilat) pada urine : Penyarian Fraksi A

Hasil

:

NO.

NAMA UJI

HASIL PENGAMATAN

KETERANGAN

Surakarta, …. ………………………2017 TTD MAHASISWA

TTD DOSEN

(............................................)

(.....................................)

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 6

FORMAT LAPORAN RESMI Sampel No Sampel Percobaan Prinsip

: Urine Lab :1 : Uji Fraksi A (salisilat) pada urine : Penyarian Fraksi A

A. Hasil Percobaan (10) 1. Uji A Cara uji : Hasil : 2. Uji B Cara uji : Hasil : B. Pembahasan 1. Membahas tentang cara prosedur uji, kegunaan bahan dan reagen, tentang cara uji yang dilakukan, reaksi kimia dalam cara uji tsb, dll 2. Membahas tentang hubungan zat yang diteliti dengan kesehatan (bisa berkaitan dengan struktur kimia obat, Lethal Dose 50, Efek Toksik, Reaksi kimia, dll) 3. Penilaian berdasarkan keakuratan sumber pustaka dan hubungan pembahasan dengan pemeriksaan C. Kesimpulan Pada sampe No. 1 mengandung ... dengan hasil positif pada tes A dan B D. Daftar Pustaka 1. Penulisan daftar pustaka disesuaikan dengan aturan pada Buku Panduan KTI STIKES Nasional 2. Pemilihan pustaka yang relevan dan akurat (misal jurnal ilmiah / penelitian, buku teks) KOREKTOR PRAKTIKAN TTD

TTD

(......................)

(......................)

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 7

PENDAHULUAN A. Pengertian Toksikologi Klinik Toksikologi Klinik adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang racun dan mekanisme penyebarannya. Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung (inhalasi), suntikan, dan absorpsi melalui kulit, atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis yang relative kecil akan merusak kehidupan atau menganggu serius fungsi satu atau lebih organ atau jaringan (Mc Graw Hill – Nursing Dictionary). Berdasarkan asal keberadaan racun penggolongan, sbb : 1. Racun rumah tangga, misalnya : racun pada makanan dalam kaleng, kosmetika, desinfektan, detergen / bahan pemutih, hasil destilasi minyak bumi. 2. Racun pertanian, misalnya : pupuk dan pestisida. 3. Racun dunia pengobatan, misalnya : penyalahgunaan obat sedative, analgetika, obat penenang, antibiotika sehingga terjadi overdosis. 4. Racun industri dan laboratorium, misalnya : asam kuat, basa kuat, gas klor,brom, dll. 5. Racun alam, misalnya : sengatan dan gigitan binatang berbisa, racun pada jamur, dll. Cara kerja racun, dibagi menjadi tiga golongan : 1. Racun setempat (lokal), racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada selaput lender atau jaringan yang terkena. 2. Racun bekerja secara sistemik, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting. 3. Racun setempat dan sistemik, contoh : fenol menimbulkan rasa nyeri (efek lokal), juga menyebabkan depresi pada susunan saraf pusat (efek sistemik). Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan pada manusia, antara lain : 1. Bentuk racun dan cara masuk. Bentuk racun : larutan, serbuk, padatan, gas Cara masuk : inhalasi, injeksi, oral, absorpsi kulit 2. Usia Pada umumnya anak-anak dan bayi lebih mudah terpengaruh efek racun dibandingkan orang dewasa. 3. Kebiasaan Jika terbiasa kontak dengan racun dalam jumlah kecil mungkin dapat terjadi toleransi terhadap racun yang sama dalam jumlah yang relatif besar tanpa menimbulkan gejala keracunan, bahkan juga dapat mengakibatkan ketergantungan. 4. Kondisi kesehatan Seseorang yang sedang menderita sakit akan mudah terpengaruh efek racun dibandingkan orang sehat. 5. Jumlah racun (dosis) Dosis racun mempengaruhi gejala yang ditimbulkan dan berhubungan dengan toleransi dan intolerasi individual. Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 8

Pada kasus toleransi, gejala keracunan akan tampak, walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai efek toksik. Pada kasus intoleransi, dapat bersifat bawaan atau di dapat setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang berfungsi sebagai detoksifikasi dan ekskresi. B. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi dapat dilakukan pada probandus hidup dan mati, sbb : 1. Probandus hidup - Sampel darah - Urin - Bilasan lambung 2. Probandus mati - Lambung dan isinya - Usus dan isinya - Darah - Hati - Ginjal - Otak - Urine - Empedu IDENTIFIKASI RACUN Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui identitas bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadinya keracunan, sehingga dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan. 1. Tindakan Pendahuluan Sebelum dilakukan pemeriksaan secara kimia, perlu dilakukan tindakan pendahuluan yang akan mendukung tindakan selanjutnya, antara lain : a. Teliti label atau etiket/wadah bahan, zat atau obat yang ditemukan. Melalui informasi yang telah diperoleh, kita dapat melakukan dugaan keracunan yang dialami oleh korban. b. Mengetahui jangka waktu keracunan dan bentuk racun, dengan demikian dapat diperoleh informasi tentang keberadaan racun, apakah racun masih di lambung? sudah sampai di usus? atau sudah memasuki peredaran darah? c. Melakukan pemeriksaan fisik racun dengan cara, sbb : - memperhatikan warna - mengenali bau spesifik dari bahan atau zat yang diperiksa. - memeriksa pH dengan kertas lakmus 2. Prosedur Penyarian Urine a. Sampel urine 20 tetes (± 1 mL), selanjutnya ditambahkan 3 tetes etanol dan 2 tetes asam tatrat hingga pH 3 Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 9

b. c. d. e.

Disari 1 atau 2 kali dengan eter (volume sebanding) Pisahkan sari eter (sari eter 1) dan aquades (sari aquades 1) Kumpulan sari eter I dan sari aquades I, untuk penyarian lebih lanjut. Sari eter I : - disari dengan aquades (volume sebanding) - tambahan larutan jenuh NaHCO3 sebanyak 10 tetes - Pisahkan sari aquades dengan sari eter - Uji sari aquades (NaHCO3) untuk fraksi asam kuat A - Uji sari eter : * sari eter ditambah 5 mL NaOH 0,45 N * pisahkan sari eter dengan sari aquades (NaOH) * uji sari aquades (NaOH) untuk fraksi asam lemah B *uji sari eter dengan menambahkan volume sebanding pisahkan eter dan tambahkan sodium sulfat anhidrat di dalamnya,uapkan. * lakukan uji dengan fraksi netral C f. Sari aquades I : - sari aquades ditambahkan ammonia hingga pH 8 - sari sebanyak 2 kali dengan kloroform (masing-masing 10 mL) - tambahkan aquades 5 mL dan 2 mL asam tatrat untuk mencegah hilangnya zat-zat yang mudah menguap - uapkan sebentar dan lakukan uji fraksi basa D 1 – 2 mL sampel urine + etanol + asam fosfat / asam tartrat sampai pH 3

Disari dengan eter volume sebanding

Sari eter disari dengan NaHCO3 jenuh

Sari aquades + ammonia sampai pH 8 , disari dengankloroform

Sari kloroform disari dengan aquades

Sari aquades (NaHCO3) Residu mengandung asam kuat (fraksi A)

Sari aquades (NaOH) Residu mengandung asam lemah (Fraksi B)

Sari eter disari dengan2-3 tetes NaOH jenuh

Sari kloroform + 1 1-2 tetes asam sitrat

Sari eter disari dengan aquades

Residu mengandung obat basa (Fraksi D)

Sari eter + sodium sulfat anhidrat, uapkan

Residu mengandung obat netral (Fraksi C) Petunjuk

Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 10

Gambar 1. Skema Penyarian Obat dan Racun pada Sampel Urine dan Isi Lambung Metode Stas-Otto

Tabel 1. Daftar Obat Yang Digunakan dalam takaran berlebih FRAKSI A Salicylates (phenytoin)

FRAKSI B p-aminophenol barbiturates chlordiazepoxide lactam chlorpropamide glutethimide paracetamol phenylbuzone phenytoin salicylamide

FRAKSI C Amitriptylina (partially) Caffeine Carbromal (stomach contents only) Chlordiazepoxide (blood only) Diazepam (blood only) Enthelorvynol Enthinamate Glutethimide Meprobamate Methaqualane (blood only) Methyprylone Nitrazopam (blood only) Paracetamol Phenacetin phenaazone

FRAKSI D Amitriptyline Amphetamine Caffeine Chlordiazepoxide Chlorpromazine Codeine Desipramine Diazepam Fenfluramine Imipramine Isocarbozid Methaqualane Methylamphetamine Morphine Nitrazepam Phenelzine Phenmetrazine Quinine

KERACUNAN DI DUNIA INDUSTRI Beberapa hal yang termasuk dalam racun pada dunia industri meliputi alkohol; racun yang bersifat korosif dimana gejala keracunan ditandai dengan luka baker, dan indentifikasi bila dilakukan dengan identifikasi perubahan warna pada kulit atau mukosa; keracunan logam berat hasil industri, misalnya timah, arsen, timbal. a. Alkohol Alkohol dihasilkan dari proses fermentasi bahan yang mengandung gula. Alkohol (etil alhohol / etanol) terdapat pada minuman keras dengan kadar yang berbeda-beda, misalnya Whisky 40%, Brandy 45%, Anggur 10-15%, Bir 2-6 %. Stadium keracunan alkohol pada kadar alkohol dalam darah mencapai 60 mg % dengan gejala keracunan, antara lain hilangnya kontrol diri dan kontrol motorik. Tes Laboratorium a. Tes terhadap urine - Masukkan 1 mL urine ke dalam tabung reaksi - Teteskan 1 tetes larutan K2Cr2O7 dalam H2SO4 pada kertas saring - Masukkan kertas saring ke dalam leher tabung reaksi. - Sumbat tabung reaksi - Panaskan tabung pada penangas aquades pada suhu 100 oC selama 2 menit. Jika warna berubah menjadi hijau maka menunjukkan adanya alkohol. Catatan : etanol memberikan reaksi positif pada kadar 40 mg % Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 11

b. Penegasan methanol - tambahkan 1 mL urine dengan 1 tetes K2Cr2O7 2,5% dalam H2SO4 biarkan pada suhu kamar selama 5 menit. - Tambahkan 1 tetes etanol dan beberapa mg asam kromatopat, kemudian ditambah H 2SO4 maka akan terbentuk lapisan pada dasar tabung. Adanya methanol ditunjukkan dengan terjadinya warna merah lembayung. Catatan : formaldehid juga akan memberikan reaksi positif KERACUNAN OBAT A. Salisilat Tes salisilat pada urine (kualitatif) : Pada 5 mL urine yang mendidih, ditambahkan beberapa tetes FeCl3, jika terbentuk warna ungu menandakan di dalam sampel terdapat senyawa fenol (salisilat). B. Barbiturat Menambahkan reagen Millon hangat pada urine, jika dihasilkan endapan seperti gelatin, putih berarti sampel positif barbiturat. PENETAPAN IDENTITAS Penetapan identitas racun secara kimia dapat dilakukan secara langsung atau jika bahan, zat, atau obat terdapat sebagai campuran atau tercampur dalam muntahan atau isi perut, perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu.Bahan, zat, atau obat yang diperiksa dapat berupa gas, caquadesan, atau padat. 1. Gas, dapat dikenali dengan bau spesifik yang dihasilkan. 2. Caquadesan, dapat dilakukan penetapan identitas secara langsung 3. Padat, jika merupakan senyawa anorganik dapat dilarutkan sejumput bahan dalam 10 mL aquades (jika perlu dipanaskan sampai mendidih). Apabila bahan merupakan senyawa organik, larutkan sejumput bahan dalam 10 mL aquades atau alkohol dipanaskan sampai mendidih. Jika bahan tidak larut dalam aquades atau alkohol, dapat dikocok dengan eter. Pada golongan alkaloid, dilakukan cek kelarutan dalam aquades, jika sampel larut dalam aquades maka dapat langsung digunakan untuk penetapan identitas. Sedangkan jika tidak larut dalam aquades, kocok dengan etanol 95% dan biarkan untuk beberapa waktu, setelah terjadi pengendapan, bagian larutan jernih dapat digunakan untuk penetapan identitas selanjutnya. Cara lain, tetesi bahan yang diperiksa dengan larutan asam klorida encer dan gunakan bagian jernih untuk reaksi warna. a. Spot tes untuk metal dan metalloid - Teteskan 2 tetes larutan sampel dalam aquades - Teteskan 2 – 3 tetes ammonium karbonat - Teteskan 1 tetes ammonium sulfide - Teteskan 1 tetes kalium iodide

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 12

Tabel 2. Beberapa Hasil Spot Tes untuk Metal dan Metaloid Amonium Kalium Garam Amonium Sufida Karbonat Iodida Antimon Putih Oranye Arsen Putih Kuning (terbentuk perlahan dengan tetesan berlebihan) Timbal Putih Hitam Kuning muda Perak Putih Hitam Agak ungu b. Spot tes untuk alkaloid, dll Spot tes untuk golongan alkaloid, dll digunakan reaksi warna Fronde, Hoshida, Vital-Morin, Marquis, Wasicky, asam sulfat encer, asam sulfat pekat, asam nitrat pekat, kalium ferosianida, feri klorida, dll. 1. Reaksi Frohde Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 5 tetes larutan ammonium moblidat Tambahkan 5 tetes asam sulfat pekat Tabel 3. Hasil Reaksi Fronde Warna Zat Kimia Merah muda Prometazin atau mepiramin Merah – ungu olive Morfin atau heroin Biru Levorphanol Biru – hijau – pucat – tidak Dilaudid berwarna Biru – ungu – tidak berwarna Asetosal Hijau Apomorfin dan kina Hijau – biru Kokain Kuning – hijau – biru Kodein 2. Reaksi Mandelin Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 2 tetes ammonium vanadat Tambahkan 2 tetes asam sulfat pekat Tabel 4. Hasil Reaksi Mandelin Warna Zat Kimia Merah Atazolin, morfin, prometazin, dan brusin Hijau Amfetamin, kodein, dionin, apomorfin, kokain (agak biru) Hijau – coklat – hijau Asetosal Coklat pucat Levorphanol dan dilaudid (tidak spesifik) Violet Strichnin Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 13

(menjadi merah muda, jika ditambah amoniak) Biru Kuning

Metadon, dimenhidrinat, paparevin Antipiridin dan petidin

3. Reaksi Hoshida Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 2 tetes larutan ammonium moblidat Tambahan 2 tetes formalin 40% Tabel 5. Hasil Reaksi Hoshida Warna Zat Kimia Ungu – hijau Kodein Biru – hijau – Levorphanol kelabu Biru – kelabu Dilaudid Biru – merah Asetosal Ungu Morfin Merah – ungu Heroin Oranye – hijau Amfetamin dan metadon (setelah 20 menit) 4. Reaksi Vitali – Morin Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 5 tetes asam nitrat pekat dan panaskan di atas penangas aquades, sisakan sedikit dan dinginkan Larutkan dalam 1 mL aseton Tambahkan 5 tetes kalium hidroksida - etanol Tabel 6. Hasil Reaksi Vitali – Morin Warna Zat Kimia Biru violet Atropine dan meklosin Merah violet Tetrakin dan strichnin Merah ungu dan endapan coklat Nitrofurantoin Merah darah Imipramin Merah coklat Antazolin, trimetoprin, dan fenazon Merah rose Tolbutamid Merah jingga Fisostigmin Merah jingga (endapan) Asam salisilat Jingga Prometazin dan klorpromazin Jingga coklat (endapan) Fenoksimetil pinisilin Hijau Lidokain 5. Reaksi Marquis Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 14

-

Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 2 tetes larutan formaldehid Tambahkan 10 tetes asam sulfat pekat

Warna Merah muda Merah Merah violet Kuning Hijau Biru violet Violet Jingga Coklat

Tabel 7. Hasil Reaksi Marquis Zat Kimia Heroin, metadon, dan asetaminofen Amfetamin, tenobarbital, dan pseudomorfin Morfin, prometazin, gluakol Dokidid, difenhidramin, dan klortetrasiklin Emetin, metiltestoteron, plasmokuin, strichnin Dilaudid, dionin, dan reserpin Fenilbutazon dan etinilestradiol Primakuin dan meskalin Antazolin dan dimendihidrat

dan

6. Reaksi Wasikcy Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 2 tetes larutan p-dimetilamino-bezaldehid HCl (p-DAB HCl) atau Tambahkan 2 tetes larutan p-DAB HCl dalam etanol Tambahkan 1 tetes asam sulfat pekat -

Warna Merah muda Kuning jingga Jingga

Tabel 8. Hasil Reaksi Wasikcy Zat Kimia Alkaloid ergot dan klordiazepoksida Senyawa amin primer aromatic, asam aminosalisilat, prokain, sulfoamida, dan karbamat Asetaminofen dan metampiron

7. Reaksi Asam Sulfat Encer Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 5 tetes asam sulfat encer -

Tabel 9. Hasil Reaksi Asam Sulfat Encer Warna Zat Kimia Merah ungu Morfin Hijau Kodein Coklat Atropin (dipanaskan)

-

8. Reaksi Asam Sulfat Pekat Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 5 tetes asam sulfat pekat Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 15

Tabel 10. Hasil Reaksi Asam Sulfat Pekat Warna Zat Kimia Biru Klortetrasiklin dan tioridazin Coklat Sediaan yang mengandung karbohidrat Oranye Amitripilin, etinilestradiol, hidrokortison Kuning Difenhidramin, griseofulvin, dan prednisolon Merah Heksamin dan turunan fenotiazin Violet Tetrasiklin dan oksitetrasiklin 9. Reaksi Asam Nitrat Pekat Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 2 tetes asam nitrat pekat Tabel 11. Hasil Reaksi Asam Nitrat Pekat Warna Zat Kimia Merah Apomorfin, antozolin, tetrasiklin, lortetrasiklin Jingga Morfin, kodein, papaverin, dan asetaminofen Kuning Klorfeniramin, ampisilin, feniramin, dikodid, heroin, fisostigmin Merah muda Prometazin, difenhidramin, dan turunan fenotiazin 10. Reaksi Kalium Ferosianida Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 2 tetes kalium ferosianida Tabel 12. Hasil Reaksi Kalium Ferosianida Warna Zat Kimia Oranye Kofein Hijau Kina Biru Morfin dan strichnin 11. Reaksi Kalium Klorida Teteskan 3 tetes larutan sampel atau 2 mg bahan padatan Tambahkan 2 tetes kalium feri klorida Tabel 13. Hasil Reaksi Kalium Feri Klorida Warna Zat Kimia Kuning Levorphanol Biru Morfin dan dilaudid Beberapa contoh pengujian Fraksi Obat A. Fraksi A Tes : Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 16

1. Asam Salisilat Pada 1 mL fraksi A ditambahkan larutan FeCl3 5%. Jika terjadi warna ungu menunjukkan adanya salisilat B. Fraksi B 1. Barbiturat - Pada 1 mL fraksi B ditambahkan 2 tetes larutan kobalt asetat 1% dalam metanol. - Tambahkan tetes larutan LiOH atau Ba(OH)2 Jika terbentuk cincin biru berarti tes positif. Catatan : Asam-asam lemah lain, termasuk asam karboksilat yang memberikan reaksi positif terhadap tes ini. 2. Glutetimid - Pada sedikit fraksi B ditambahkan 2 tetes larutan kobalt asetat (CoCH 3COOH) 1% dalam metanol. - Tambahkan tetes demi tetes larutan LiOH atau Ba(OH)2. Jika terbentuk warna biru, kemudian segera berubah menjadi biru kehijauan, selanjutnya menjadi hijau menunjukkan adanya glutetimid. C. Fraksi C 1. Carbomal dan senyawa brom lain Teteskan sedikit fraksi C pada piring porselin putih ditambahkan NaOH 5%. Tambahkan 2 tetes fluoresein 1% Tambahkan 4 tetes asam asetat glacial Tambahkan 4 tetes H2O2 Jika terbentuk warna merah berarti sampel positif carbomal atau senyawa broom organik positif. 2. Meprobamat dan Carbamat - Teteskan fraksi C pada kertas saring - Noda ditetesi furfural 10% - Keringkan pada suhu kamar dan diasapi dengan HCl Jika terbentuk biru kehitaman pada noda menandakan tes positif. D. Fraksi D 1. Amfetamin, codein, dan morphin a. Amfetamin (jika dugaan si penderita menggunakan dalam jumlah besar) - Totolkan sedikit fraksi D pada kertas saring yang diresapi dengan natrium sitrat. - Lakukan tes Marquis . Jika terjadi warna jingga yang kemudian berubah menjadi coklat menandakan tes positif. b. Codein dan Morphin - uapkan sedikit fraksi D - larutkan sisa dalam 1 mL etanol, totolkan pada kertas saring - tambahkan 1 tetes reagen Marquis Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 17

Jika terbentuk warna kemerah-merahan yang kemudian berubah menjadi lembayung-biru menandakan tes positif. 2. Kinidin dan Kinin Sari dikocok dengan H2SO4 10% Jika terbentuk fluoresensi biru, jika disinari dengan UV menandakan kinidin atau kinin positif.

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 18

FRAKSI A UJI ASAM SALISILAT PADA URINE Tujuan Melakukan pengujian asam salisilat dalam sampel urine laboratorium Prinsip Pemisahan asam salisilat dari sampel urine dengan metode Stass Otto (Fraksi A) Teori Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan lokal dan turunan dari senyawa aldehid.Asam salisilat bebas hanya memiliki efek antipiretik dan analgetik yang rendah.Karena timbul rangsangan pada mukosa lambung pada dosis tinggi, maka asam salisilat hanya dipergunakan dalam bentuk garamnya.Asam salisilat dipergunakan untuk mengobati sejumlah masalah kulit, seperti jerawat, kulit, ketombe, dan masalah kulit lainnya, bisa juga untuk mengawetkan makanan, antiseptic, dan campuran pasta gigi, serta bahan utama aspirin. Prosedur A. Ekstraksi Fraksi A B. Uji Asam Salisilat 1. Uji Jorisson Ekstrak ditambah FeCl3 5% / 2N, jika terjadi warna ungu menunjukkan adanya salisilat 2. Uji Vitalli-Morrin Ekstrak ditambah 1 tetes HNO3 conc kemudian dipanaskan, setelah dingin tambahkan 2 tetes aseton dan 2 tetes KOH 2N dan 2 tetes etanol, terbentuk warna kuning jika terdapat salisilat 3. Uji Zwikker B Ekstrak ditambah 2 tetes zwikker B, terbentuk endapan hijau jika terdapat salisilat 4. Uji Marquis Ekstrak ditambah 2 tetes formaldehid dan 3 tetes H2SO4 p.a berlebih, terbentuk warna merah keungguan (merah karmin) jika terdapat salisilat.

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 19

FRAKSI B UJI BARBITURAT PADA URINE Tujuan Melakukan pengujian barbiturat dalam sampel urine laboratorium Prinsip Pemisahan papaverin dari sampel urine dengan metode Stass Otto (Fraksi B) Teori Barbiturate merupakan obat yang berfungsi sebagai antidepresan sistem saraf pusat, memberikan efek sedase ringan sampai anestesi total.Barbiturate juga efektif sebagai hipnotik dan memiliki potensi kecanduan, baik fisik dan psikologis.Efek samping yang disebabkan oleh barbiturate adalah vertigo, mual, alergi, rasa nyeri. Reaksi obat yang dihasilkan dari kombinasi barbiturate dengan depresan lain misal etanol akan meningkatkan efek depresinya. Prosedur A. Ekstraksi Fraksi B B. Uji Barbiturat 1. Uji Millon Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Millom terbentuk endapan putih 2. Uji Parry terbentuk warna biru 3. Uji Zwikker B terbentuk warna hijau (endapan hijau larutan biru) 4. Uji Jorisson terbentuk endapan coklat kemerahan 5. Ekstrak ditambah 2 tetes FeCl3 dan 2 tetes K4Fe(CN)6 terbentuk endapan biru dalam larutan hijau

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 20

FRAKSI C : UJI COFFEIN PADA URINE Tujuan Melakukan pengujian coffein dalam sampel urine laboratorium Prinsip Pemisahan coffein dari sampel urine dengan metode Stass Otto (Fraksi C) Teori Kafein adalah senyawa alkoid xantina berbentuk Kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psioaktif dan diuretic ringan. Teh mengandung kadar kafein yang lebih tinggi daripada kopi, namun umunya tek disajikan dalam kadar sajian yang jauh lebih rendah. Minuman ringan biasanya mengandung 10-50 mg kafein per sajian. Konsumsi kafein secara berkelanjutan akan menyebabkan tubuh keracunan kafein, dengan gejala keresahan, insomnia, dieresis (pada kadar minimal 250 mg kafein). Jika lebih dari 1 g kafein dikonsumsi dalam 1 hari, menyebabkan gejala kejang otot dan gejolak psikomotor. Selain itu, peran kafein dapat dilakukan dengan cara memblokir reseptor adenosine (mencegah rasa kantuk) dan membuat otak mengirimkan sinyal kepada kelenjar adrenal ginjal untuk memproduksi lebih banyak apinefrin/adrenalin yang berperan dalam meningkatkan kesiagaan tubuh. Prosedur A. Ekstraksi Fraksi C B. Uji Coffein 1. Uji Murexide: 10 tetes ekstrak + 10 tetes H2O2 + 10 tetes HCl conc (pada cawan penguap) dipanaskan sampai kering jika (+) terbentuk warna kuning merah + NH4OH conc terbentuk merah violet. 2. Uji Kalium Ferosianat Ekstrak ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6 terbentuk warna kuning 3. Uji Parry Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Parry terbentuk larutan biru kehijauan 4. Uji Mayer Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Mayer terbentuk putih kekuningan 5. Ekstrak ditambah 2 tetes NaOH 2N dan 2 tetes AgNO3 2N terbentuk endapan hitam 6. Uji Jorison terbentuk endapan oranye 7. Uji Zwikker B: 10 tetes ekstrak+ 10 tetes Cobalt nitrat + sepucuk sendok Na2B4O7 atau 2 tetes NH4OH conc terbentuk endapan biru violet 8. Uji Marquis terbentuk cincin coklat

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 21

FRAKSI D UJI PAPAVERIN PADA URINE Tujuan Melakukan pengujian papaverin dalam sampel urine laboratorium Prinsip Pemisahan papaverin dari sampel urine dengan metode Stass Otto (Fraksi D) Teori Papaverin adalah opium alkaloid obat antispasmodic digunakan dalam pengobatan kejang visceral, dan kadang-kdang pada pengobatan disfungsi ereksi. Efrek samping yang disebabkan oleh papaverin antara lain sembelit,tingkat transaminase meningkat, peningkatan kadar alkali phospatase, mengantuk, dan vertigo. Prosedur A. Ekstraksi Fraksi D B. Uji Papaverin 1. Uji Marquis terbentuk cincin ungu 2. Uji Mayer terbentuk larutan kuning 3. Ekstrak ditambah 2 tetes DAB HCl ditambah 2 tetes H2SO4 p.a terbentuk endapan oranye 4. Ekstrak ditambah 2 tetes larutan K4Fe(CN)6 ditambah 2 tetes FeCl3 terbentuk endapan biru tua dalam larutan hijau 5. Uji Jorisson terbentuk endapan kuning 6. Uji Zwikker B tidak ada perbahan (terbentuk larutan biru seperti warna reagen) 7. Uji Parry tidak ada perubahan (larutan merah muda seperti warna reagen) 8. Ekstrak ditambah 2 tetes NaOH ditambah 2 tetes AgNO3 terbentuk endapan hitam

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 22

UJI DIAZEPAM PADA URINE Tujuan Melakukan pengujian diazepam dalam sampel urine laboratorium Prinsip Pemisahan diazepam dari sampel urine dengan metode Stass Otto (Fraksi D) Teori Diazepam merupakan golongan benzodiazepam dan obat anti cemas.Diazepam bekerja dengan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak.GABA adalah neurotransmitter, suatu senyawa yang digunakan oleh syaraf untuk saling komunikasi) yang menghambat aktifitas di otak, sehingga dapat menghambat kecemasan dan gangguan jiwa lainnya. Efek samping diazepam yaitu mengantuk, ataksia (kehilangan keseimbangan), kejang otot, konstipasi (susah buang air besar), anokresia (kehilangan nafsu makan). Diazepam berbahaya bila dikonsumsi oleh ibu hamil karena diazepam dapat diekskresikan melalui air susu dan menembus barier plasenta. Di dalam tubuh embrio bahan metabolit tersebut berpotensi menginhibisi neuron dan meningkatkan pH di dalam sel sehingga bersifat toksik. Prosedur A. Ekstraksi Fraksi D B. Uji Diazepam 1. Uji Marquis terbentuk larutan kuning 2. Ekstrak ditambah 2 tetes reagen Dragendrof terbentuk warna merah 3. Uji Parry terbentuk larutan merah muda 4. Uji Zwikker B terbentuk endapan hijau dalam larutan biru 5. Ekstrak ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6 terbentuk larutan kuning 6. Uji Jorrison terbentuk endapan oranye 7. Ekstrak ditambah 2 tetes FeCl3 2N ditambah 2 tetes K4Fe(CN)6 terbentuk larutan biru kehijauan 8. Uji Mayer terbentuk lautan putih kekuningan 9. Ekstrak ditambah 2 tetes NaOH 2N ditambah 2 tetes AgNO3 terbentuk endapan hitam.

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 23

LATIHAN ZAT X (TOKSIKOLOGI OBAT) Tujuan Mahasiswa dapat menentukan zat yang terdapat dalam sampel urine Prinsip Ekstraksi sampel dilakukan dengan Metode Stass Otto Prosedur 1. Mahasiswa memeriksa kelengkapan alat 2. Mahasiswa mengambil sampel secara acak 3. Mahasiswa mengidentifikasi warna, bau, dan bentuk sampel 4. Mahasiswa melakukan ektraksi Stass-Otto (diharapkan menandai setiap tabung sisa ektraksi dengan tepat dan cermat, sehingga dapat memperoleh ekstrak Fraksi A, B, C, dan D sekaligus, dan pemeriksaan menjadi lebih cepat) 5. Mahasiswa menguji hasil ekstraksi berdasarkan hasil perkiraan mahasiswa ybs tentang zat yang terdapat dalam sampel. 6. Mahasiswa menuliskan hasil pemeriksaan zat X pada laporan uji zat X (sesuai format) 7. Mahasiswa mengumpulkan hasil laporan Catatan : 1. Pemeriksaan zat X dilakukan selama 60 menit, termasuk membuat dan mengumpulkan laporan 2. Selama waktu pemeriksaan mahasiswa diperbolehkan mengulang kembali pemeriksaan (jika mengumpulkan laporan 15 menit sebelum batas akhir) 3. Penilaian a. Kesimpulan Zat X pada pengumpulan laporan langsung, hasil benar, nilai 100 b. Kesimpulan Zat X pada pengumpulan laporan sampai batas waktu pemeriksaan, hasil salah, nilai 40 c. Kesimpulan Zat X, pada pengumpulan laporan pemeriksaan kedua, hasil benar, nilai 70

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 24

UJI RAKSA PADA MAKANAN Tujuan Untuk mengetahui kandungan raksa pada daging/ ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Prinsip Mengidentifikasi kandungan raksa secara kualitatif Teori Raksa (nama lama: air raksa) atau merkuri atau hydrargyrum (bahasa Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Secara alamiah, pencemaran Hg berasal dari kegiatan gunung api atau rembesan air tanah yang melewati deposit Hg. Apabila masuk ke dalam perairan, merkuri mudah ber-ikatan dengan klor yang ada dalam air laut dan membentuk ikatan HgCl. Dalam bentuk ini, Hg mudah masuk ke dalam plankton dan bisa berpindah ke biota laut lain. Keracunan kronis oleh merkuri dapat terjadi akibat kontak kulit, makanan, minuman, dan pernapasan. Toksisitas kronis berupa gangguan sistem pencernaan dan sistem saraf atau gingvitis. Akumulasi Hg dalam tubuh dapat menyebabkan tremor, parkinson, gangguan lensa mata berwarna abu-abu, serta anemia ringan, dilanjutkan dengan gangguan susunan saraf yang sangat peka terhadap Hg dengan gejala pertama adalah parestesia, ataksia, disartria, ketulian, dan akhirnya kematian. Wanita hamil yang terpapar alkil merkuri bisa menyebabkan kerusakan pada otak janin sehingga mengakibatkan kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Prosedur Destruksi sampel : 1. sampel dihaluskan kemudian ditimbang seksama 25 gram. 2. sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat 500 ml 4. tambahkan 10 ml HNO3 65%, 10 ml HClO4 70-72 % , 25 ml H2SO4 pekat secara perlahan melalui dinding labu kemudian ditambah 5 ml aquadest. 5. labu dihubungkan dengan pendingin 6. panaskan labu diatas hot plate pada suhu 100⁰C selama 2 jam 7. biarkan labu menjadi dingin pada suhu kamar. 8. Hasil destruksi dipindahkan kedalam labu 250 ml ad aquadest sampai tanda 9. larutan siap dipakai untuk pemeriksaan Uji Kualitatif raksa: 1. 2 ml sampel + NaOH 2N  terbentuk endapan kuning 2. 2 ml sampel + 5 tetes larutan KI 0.5 N  merah orange 3. 2 ml sampel + 5 tetes HCl 6M  endapan putih

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 25

UJI ALKOHOL

Uji Analisis Alkohol secara Kualitatif Tes K2Cr2O7 1. Sampel dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi 2. Tabung pertama ditambah 2 ml K2Cr2O7 2% 3. Tabung reaksi digoyang, kemudian ditambah 1 ml etanol 4. Reaksi Positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari jingga ke biru Tes FeCl3 1. Dimasukkan kedalam tabung reaksi 20 tetes sampel 2. Ditambah 5 tetes FeCl3 3. Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari kuning terang menjadi hijau hingga ungu Tes Uji Nyala 1. Ambil sampel masukkan dalam cawan penguap 2. Masukkan nyala api dengan batang korek api pada cawan penguap 3. Amati terjadinya nyala api 4. Nyala api berwarna biru menandakan adanya alcohol

Uji Alkohol secara Kuantitatif I. Tujuan

: Menetapkan kadar alkohol dalam % v/v

II. Prinsip : Pengukuran Bj pada suhu tertentu setelah destilasi alkohol ditetapkan dengan tabel etanol pada Farmakope Indonesia III. Reagen dan Alat A REAGEN MgO Aquades Es batu A. ALAT

Satu set alat destilasi Klem Statif Pignometer Timbangan analitis Mortir IV. Cara Kerja 1. Timbang pignometer kosong suhu 15,56◦C Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 26

2. Pasang alat destilasi 3. Masukkan 100,0 ml sampel dalam labu takar 100,0 ml 4. Kemudian tuang kedalam labu kjedahl yang berisi sepucuk sendok Mgo+ batu didih + 50 ml aquadest lewat dinding labu sambil di bilas 5. Lakukan destilasi.Destilasi ditampung dalam labu takar 100 ml yang direndam es batu,sampai volume destilat ½ - ¾ bagian dari volume labu. 6. Setelah destilasi berhenti ambil labu takar tersebut (+) aquadest ad tanda kalibrasi 7. Tuang destilasi ke pignometer pada suhu 15,56◦c yang telah diketahui beratnya,pada suhu 13◦c ditutup& ditimbang. 8. Pada suhu 15,56◦c dibaca sebagai berat pigno + destilat Pignometer + aquadest 9. Masukkan aquades ke dalam erlenmeyer →rendam pada es batu dan diberi termometer 10. Pada suhu 10◦c tuang ke pignometer bersih pada suhu 13◦c letakkan pada timbangan 11. Pada suhu 15,56◦c di baca sebagai berat pignometer + aquades

V. Hasil Percobaan 1. Data Penimbangan Sampel 1

Berat pignometer kosong

2

Berat pignometer + Aquadest

3

Berat pignometer + destilat

Berat pignometer + destilat ( gram )

Berat pignometer kosong (gram)

Berat destilat ( gram)

Berat pignometer + aquadest ( gram )

Berat pignometer kosong (gram)

Berat aquadest ( gram)

Dilihat pada tabel etanol Farmakope Indonesia edisi IV

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 27

Contoh soal Berat pignometer kosong = 31,25 82 gr Berat pignometer + aquades = 56,2885gr Berat pignometer + destilat = 56,0840 gr Jawab : Berat.destilat:(Berat.pignometer+ Destilat) - (Berat.Pignometer kosong) : 56,0840 - 31,2582 : 24,8258 gr Berat aquades:(Berat.pignometer + aquades)-( Berat.Pignometer kosong) : 56,2885 - 31,2582 : 25,0303 gr Bj Destilat : Berat destilat : Berat Aquades :

24,8258 25,0303

: 0,9918 Terletak didalam Tabel = 0,9928 : 5,00% v/v 0,9912 : 6,24% v/v jadi kadar alkohol dalam sampel tersebut : = 5,00+(0,9928 – 0,9918) x (6,24 – 5,00) ( 0,9928 – 0,9912 ) = 5,00 + (0,001) x 1,24 (0,0016) = 5,00 + 0,625 x 1,24 = 5,775 % v/v

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 28

PEMERIKSAAN RESIDU PESTISIDA ORGANOKLORIN PADA BUAH BUAHAN METODE SPEKTROFOTOMETRI IV-VIS A. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar residu pestisida pada buah – buahan metode spektrofotometri UV-Vis B. Alat dan Bahan 1. merkuri (II) tiosianat 5. asetonitril 2. merkuri (II) klorida 6. aquabides 3. besi (III) nitrat 7. HCl pekat 4. asam nitrat 70 % 8. NaCl PA C. Prosedur pemeriksaan 1. Pembuatan larutan pereaksi a) buat larutan merkuri (II) tiosianat (0,2 mmol/100 mL). b) buat larutan merkuri (II) klorida (0,008 mmol/100 mL). c) buat larutan besi (II) nitrat (2 mmol/100 mL). 2. Pembuatan larutan baku a) buat larutan baku NaCl PA dengan konsentrasi 60 ppm sebanyak 100 mL. 3. Penentuan panjang gelombang maksimum a) pipet 10,0 mL larutan baku NaCl 60 ppm. b) tambahkan 10 mL larutan pereaksi. c) campur dan panaskan pada suhu 37°C selama 5 menit. d) baca absorbansi pada panjang gelombang 360 – 550 nm. 4. Penentuan waktu operasional a) pipet 0,10 mL larutan standar konsentrasi 40 ppm. b) tambahkan 10 mL larutan pereaksi. c) campur dan panaskan pada suhu 37°C selama 5 menit. d) baca absorbansinya pada menit ke 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. 5. Pembuatan kurva baku a) buat larutan deret baku dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 ppm. b) pipet masing – masing 0,1 mL dari deret baku dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 ppm. c) tambahkan 10 mL larutan pereaksi pada masing – masing larutan baku. d) campur dan panaskan pada suhu 37°C selama 5 menit. e) baca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. f) buat kurva standar dari absorbansi tersebut sehingga diperoleh persamaan garis y=bx+a. 6. Penetapan kadar residu pestisida pada sampel buah a) daging buah diblender, kemudian ditimbang dengan seksama 10,0 gram. b) tambahkan pelarut dengan campuran antara acetonitrile dan aquabidest dengan perbandingan (6,5:3,5). c) saring dengan kertas saring. d) pipet 10,0 mL filtrat. e) tambahkan 25,0 mL HCl pekat. f) tambahkan 5,0 mL larutan asam nitrat. Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 29

g) h) g) h) i)

destruksi sampel selama 2 jam hingga larutan jernih. saring dengan kertas saring. pipet 0,1 mL filtrat tambahkan 10 mL larutan pereaksi. campur dan panaskan pada suhu 37°C selama 5 menit. baca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 30

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 31

DAFTAR PUSTAKA Cahyadi. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi 2.Cetakan 1. Jakarta: Bumi Aksara. 9-15. Chu, T.Y., Chen, C.L., dan Wang, H.F. 2003. A Rapid Method for The Simultaneous Determination of Preservatives in Soy Sauce. Journal of Food and Drug Analysis.Vol. 11, No. 3.Hal.246250. Darbre, P.D., Aljarrah, A., Miller, W.R., Coldham, N.G., Sauer, M.J., dan Pope, G.S. 2004.Concentration of parabens in human breast tumours.Journal of Applied Toxicology 24.Hal.5-13Yuliarti, N. (2007).Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal.32-33. Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 551,1061,1085. Egan, H., Kirk, R.S., dan Sawyer R. 1981.Pearson’s Chemical Analysis of Foods. Eight Edition. London: Longman Scientific & Technical. Hal.74-75. Lemini, C., Jaimes, R., Avila, M.E., Franco, Y., Larrea, F. Dan Lemus A.E. .2003. In vivo and in vitro estrogen bioactivities of alkyl parabens. Toxicology and Industrial Health 19.Hal. 78. Ponte, J.G. dan Tsen, C.C.1985.Food and Beverage Micology. Soni, M.G., Taylor, S.L.,Greenberg, N.A., dan Burdock, G.A. 2002. Evaluation of The health Aspects of Methyl Paraben: A Review of The Published Literature. Food Chemical Toxicology.Hal. 1335. Madania, Megawati M Martani. Analisis Logam Merkuri (Hg) pada Krim pemutih wajah merek X dengan spektrofotometri serapan atom (SSA). Lubis, Hayati, Chalikuddin Aman. Jurnal : Pemeriksaan Kandungan Logam Merkuri, Timbal, dan Kadmium dalam Daging Rajungan Segar yang Berasal dari TPI Gabion Belawan Secara Spektrofotomeri Serapan Atom.

Petunjuk Praktikum Toksikologi Klinik DIII AK 32

Related Documents


More Documents from ""

Diare.pptx
December 2019 59
Siroh Nabi Sulaiman.docx
October 2019 73
Anemia Dr Ineu 1.docx
December 2019 44
Default(2).pdf
April 2020 25
Malaria.docx
December 2019 35