KONSEP-KONSEP DASAR SOSIOLOGI OLEH: LUQMAN EFFENDI, S.Sos.,M.Kes
[email protected] [email protected]
PENDAHULUAN Sosiologi dimata orang tertentu acapkali
dilihat hanya menciptakan pengacaupengacau masyarakat, pembuat onar, tukang protes, orang-orang rewel, atau demonstran yang pekerjaaannya mengganggu ketertiban. Sosiologi bukan menghasilkan “tukang” namun para pemikir yang senantiasa peka dan kritis terhadap realitas sosial. Sumbangan Sosiologi tidak langsung dirasakan, tetapi sifatnya mendasar.
APA ITU SOSIOLOGI ? Sosiologi bukanlah semata-mata pure science,
namun juga applied science Sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang “seharusnya” terjadi, melainkan ilmu yang mencoba “menelanjangi” realitas: mengungkap fakta-fakta dibalik realitas yang tampak. Sosiologi membongkar apa yang tersembunyi (latent) dibalik realitas nyata (manifest) Perilaku manusia dilihat dalam kaitannya dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki.
Subjek kajian Sosiologi paling sulit dimengerti dan
diramalkan karena perilaku manusia merupakan persilangan antara individualitas dan sosialitas yang keduanya saling mengisi dan meresapi Fokus bahasan Sosiologi adalah interaksi manusia, yaitu pada pengaruh timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap dan tindakan. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok dan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama
PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Sosiologi adalah ilmu paling muda dalam
ilmu
sosial Awal perkembangan Sosiologi dimulai sejak Revolusi Perancis dan Revolusi Industri sepanjang abad 19 August Comte adalah orang pertama yang memberi istilah Sociology dalam bukunya Positive Philosophy terbit tahun 1838. Menurut Comte, Sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis, dan bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Dikenal adanya tiga tahap ilmu pengetahuan: teologis, metafisis, dan positivisme
Sosiologi menjadi lebih populer berkat jasa
Herbert Spencer yang menulis buku Principles of Sociology (1876). Spencer menerapkan teori evolusi organik pada masyarakat manusia. Banyak ahli sepakat bahwa yang melatarbelakangi kelahiran sosiologi adalah krisiskrisis yang terjadi didalam masyarakat. Laeyendecker (1983) mengidentifikasi krisis tersebut seperti tumbuhnya kapitalisme, reformasi Martin Luther, individualisme, revolusi industri dan revolusi perancis Sosiologi acapkali disebut sebagai”ilmu keranjang sampah” (dengan nada memuji).
Perkembangan Sosiologi makin mantap sejak
Emile Durkheim (1895) menerbitkan bukunya Rules of Sociological Method. Tugas sosiologi adl mempelajari fakta-fakta sosial, yakni sebuah kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal, tetapi mampu mempengaruhi perilaku individu. Berbeda dg Durkheim, menurut Max Weber yang lebih penting sosiologi bergerak pada upaya memahami di tingkat makna dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor internal yang ada di masyarakat itu sendiri. Weber mengajak sosiolog keluar dari pikiran ortodoks & terbuka mengakui relativitas interpretasi.
Abad 20, perkembangan sosiologi makin variatif.
Fokus sosiologi bergeser dari structure ke agency, yaitu dari masyarakat yang dipahami sebagai seperangkat batasan eksternal yang membatasi bidang pilihan menuju pemahaman bahwa latar belakang sosial sebagai kumpulan sumber daya yang diambil oleh aktor-aktor untuk mengejar kepentingan mereka sendiri. Era tahun 2000-an perkembangan sosiologi semakin mantap dengan munculnya bidang kajian sosiologi terapan yang semakin variatif seperti sosiologi politik, sosiologi ekonomi, sosiologi industri, dan di bidang kesehatan juga muncul kajian sosiologi kesehatan.
MENAKAR MODERNISASI Di negara maju sosiologi relatif mapan dan
mampu mengambil prakarsa untuk memberikan penjelasan, saran, dan mampu memahami perubahan yang terjadi di masyarakat. Di negara berkembang, perkembangan sosiologi sempat mengalami pasang surut, bahkan krisis. Pada masa Orde Baru, program pembangunan yang dipraktekkan di lapangan sering dicangkokkan begitu saja (ditransplantasikan), sehingga yang terjadi selain perubahan sosial secara dramatis danmasif di berbagai wilayah, juga kesenjangan sosial, proses marginalisasi yang ujungnya memicu terjadinya perlawanan sosial masyarakat.