BAB I PENDAHULUAN
Selama berabad-abad, berbagai macam obat telah berupaya ditemukan manusia untuk mengobati berbagai penyakit. Sejak zaman yang paling awal, obat tradisional yang kebanyakan berupa obat herbal telah digunakan untuk pengobati penyakit. Misalnya Paprus ebies yang disusun di Mesir sekitar abad ke-16 SM membuat ratusan obat rakyat untuk berbagai penyakit. Akan tetapi pengobatan herbal biasanya diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi (Anonim, 2013). Penggunaan minyak gosok telah menjadi hal yang umum bagi masyarakat Indonesia. Rasa hangat atau aroma tertentu akan didapatkan saat mengoleskannya sejak bayi sampai tua, kehadirannya bias menemani kehidupan seseorang ( El Fahmi et al.,2014) Sekarang ini di Indonesia, terdapat bermacam-macam jenis minyak gosok yang dibuat dari hasil penyulingan berbagai bahan alami. Minyak gosok yang dibuat dari hasil penyulingan bahan tumbuhan pembuatannya yang ditambahkan dengan bahan pelarut. Berbagai tumbuhan penghasilnya ini mengeluarkan bau yang khas, sehingga dengan menciumnya dapat dibedakan jenisnya. ( Dewoto, 2007 ) Adapun jenisnya, minyak gosok yang diproduksi di Indonesia memang berkhasiat meningkatkan suatu penyakit, kandungan minyak atsiri dari hasil penyulingan tanaman tertentu. ( El Fahmi et al.,2014)
1
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan minyak gosok dengan cara infudasi.Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan minyak gosok dengan metode refluks ( Dewoto, 2007 ) Adapun prinsip percobaan ini adalah dengan menggunakan metode refluks beberapa bahan diekstraksi dan kemudian dicampur dengan bahan-bahan lain ( Dewoto, 2007 )
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum Minyak gosok dibuat dari hasil penyulingan berbagai bahan tumbuhan pembuatannya yang ditambahkan dengan bahan pelarut berbagai tumbuhan menghasilkan dan mengeluarkan bau khas, sehingga dalam menciumnya dapat dibedakan jenisnya ( Dewoto, 2007 ) Indonesia memang kaya akan berbagai tumbuhan yang dapat mengatasi penyakit. Salah satunya adalah berbagai jenis minyak yang akrab di masyarakat. Misalnya minyak kayu putih, minyak telon, minyak tawon, minyak gandapura, minyak cengkeh, menyak sereh, minyak cendana, dan minyak kemiri. (Ardianto, 2011). Minyak gosok tradisional adalah jenis obat-obatan tradisional yang mungkin sangat sering dan mudah dijumpai di masyarakat. Pemakaian minyak gosok tradisional ini telah menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Efek hangat dan aroma-aroma tertentu yang dihasilkan oleh minyak gosok biasanya bisa membuat nyaman orang yang menggunakannya. Indonesia memiliki berbagai minyak gosok tradisional mulai yang bisa digunakan usia bayi hingga dewasa. minyak gosok juga bisa digunakan untuk menghilangkan rasa gatal karena gigitan serangga ( Anonim, 2010 ) Rasa hangat saat dioleskanya minyak gosok disebabkan karena minyak gosok dapat melebarkan pembuluh darah di permukaan kulit. Pelebaran
3
pembuluh darah ini menyebabkan darah yang mengalir di permukaan kulit akan lebih banyak dan menimbulkan rasa hangat sehingga dapat meredakan rasa sakit. Minyak gosok ini juga dapat menghilangkan rasa gatal akibat gigitan serangga (Harianna, 2006).
B. Uraian Bahan 1. Oleum Cocos (FI III, hal 456) Nama resmi
: OLEUM COCOS
Nama lain
: Minyak kelapa
Pemeriaan
: Cairan jernih, tidak berwarna atau tidak, kuning, bau khas, tidak tengik.
Kelarutan
: Larut dalam 2 bagian etanol (95%)P dan sangat mudah larut dalam Kloroform P dan eter P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
2. Minyak Kayu Putih Nama resmi
: Oleum cajupati
Nama Lain
: Minyak kayu putih
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, kuning atau hijau, bau khas, aromatic, rasa pahit.
Kelarutan
: Larut dalam 2 bagian etanol (80%) P. Jika disimpan lama kelarutan berkurang, mudah larut dalam etanol (90%) P.
4
Khasiat
: Anti iritan, karminativum.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
3. Minyak Sereh (FI III, hal 455) Nama resmi
: Oleum citronellae
Nama Lain
: Minyak sereh
Pemerian
: Cairan pucat sampai kuning tua, bau khas enak.
Kelarutan
: Kelarutan dalam etanol kocok 1 bagian volume dengan 4 bagian volume etanol (80%) P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat
: Zat tambahan
C. Uraian Tanaman 1. Minyak Cengkeh (Oleum caryophyli) a. Klasifikasi Tanaman Regnum : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiosspermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Syzygium Species : Syzygium aromaticum
5
b. Kandungan Buah cengkeh yang kering mengandung sekitar 18,32% minyak atsiri dengan kandungan eugenol sebesar 80,94%, sedangkan 7 daun cengkeh mengandung sekitar 2,79% minyak atsiri dengan kandungan eugenol sebesar 82,13%. Senyawa yang terkandung dalam minyak cengkeh dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan senyawa fenolat dan eugenol, dan kelompok kedua adalah senyawa nonfenolat yaitu β-kariofilen, α-kubeben, α-kopaen, humulen, δ-kadien, dan kadina 1,3,5-trien (Sastrohamidjojo 2004).
c. Manfaat Manfaat cengkeh untuk kesehatan diperkenalkan penjajah Belanda kepada masyarakat Indonesia. Cengkeh adalah sumber nutrisi utama yang dibutuhkan tubuh karena mengandung vitamin, kalsium dan juga magnesium. Serat cengkeh baik bagi pencernaan. Selain itu, cengkeh memiliki zat untuk melawan bakteri yang membahayakan perut dan kuman pada mulut. Zat eugenol yang terdapat dalam cengkeh memiliki kandungan anti jamur, serta efektif dalam melawan penyakit kulit yang disebabkan oleh cacing cincin. (Kikuzaki dan Nakatani, 1993).
6
Minyak cengkeh sering digunakan untuk mengobati gigi. Penelitian terakhir menemukan kandungan anelgesik di dalam cengkeh. Analgesik berguna untuk mengurangi sakit pada gusi. Cengkeh merupakan salah satu makanan yang baik untuk pencernaan. Tidak hanya melawan kembung dan bisul, namun juga efektif meredakan mual dan gangguan pencernaan. Eugenol yang terkandung pada cengkeh berfungsi untuk mencegah pembekuan pada darah dan mencegah stroke. Hingga saat ini, para peneliti masih melakukan riset untuk mengetahui manfaat lain dari tanaman cengkeh bagi kesehatan jantung (Kikuzaki dan Nakatani, 1993).
2. Jahe ( Zingiberis officinale Rosc ) a.
b.
Klasifikasi Tanaman Regnum
: Plantae
Divisi
: Magnoliphyta
Class
: Liliopsida
Ordo
: Zingiberales
Family
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Spesies
: Zingiber officinale Rosc
Kandungan kimia
7
Sifat khas jahe disebabkan karena kandungan minyak atsiri begitupun dengan aroma harum dan rasa pedas. Beberapa komponen bioaktif dalam ekstrak jahe antara lain (6)-gingerol, (6)-shogaol, diarilheptanoid dan curcumin. Rimpang jahe juga mempunyai aktivitas antioksidan yang melebihi tokoferol (Kikuzaki dan Nakatani, 1993). Kandungan lain yang terdapat pada jahe antara lain minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal, dan felandren. Minyak atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa yang memberikan aroma yang khas pada jahe (Kristianti, 2008))
c.
Manfaat Tumbuhan yang satu ini dipercaya memiliki berbagai khasiat untuk kesehatan. Ya, kita sedang membicarakan tanaman jahe (Zingiber Officinale). Sejak dahulu kala, khasiat jahe sudah terkenal dalam mengurangi rasa nyeri, bengkak, obat diet, kencing manis, penyakit pencernaan, dan sebagainya. Apalagi karena rasanya yang hangat dalam tubuh dan memberikan ketenangan. (Machmud et all 2013). Efektivitas jahe dalam mencegah atau menekan pertumbuhan kanker telah diperiksa dalam berbagai jenis kanker, termasuk limfoma, hepatoma, kanker kolorektal, kanker payudara, kanker kulit,
8
kanker hati, dan kanker kandung kemih. Mekanisme yang diusulkan untuk menjelaskan aktivitas antikanker jahe dan komponennya termasuk aktivitas antioksidan dan kemampuan untuk menginduksi apoptosis, menurunkan proliferasi, menyebabkan penangkapan siklus sel, dan menekan aktivator protein (Jayanudin 2011).
3. Cabai (Capsicum sp.) a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom
: Plantae
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annum L.
b. Kandungan Kimia
Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan capsaicin (8methyl-N-vanillyl-6-nonenamide).
Selain
itu,
terkandung
juga
9
berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang dinamakan capsaicinoids (Pitojo 2003). Ketika dimakan, senyawa-senyawa capsaicinoids berikatan dengan reseptor nyeri di mulut dan kerongkongan sehingga menyebabkan rasa pedas. Kemudian reseptor ini akan mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan bahwa sesuatu yang pedas telah dimakan. Otak merespon sinyal ini dengan menaikkan denyut jantung, meningkatkan pengeluaran keringat, dan melepaskan hormon endorfin. Jika dikaji lebih mendalam, proses penguraian cabai di dalam tubuh ini merupakan salah satu prinsip Fisika yaitu Termodinamika dan kalor. (Jayanudin 2011).
c. Manfaat
Capsaicin sebenarnya tidak merusak tubuh dengan cara yang sama seperti stovetop panas – setidaknya tidak dalam jumlah kecil. Padahal, bahan
kimia
tersebut
bisa
dijadikan
obat
untuk
membantu
meringankan rasa sakit. Capsaicin, zat kimia penghasil rasa pedas yang terdapat pada cabai rawit ternyata memiliki efek anti-proliferasi yang dapat menekan pertumbuhan sel kanker. Tak hanya itu, zat ini juga dapat memperlambat perkembangan tumor prostat, lho. Selain itu, capsaicin dapat pula mendetoksifikasi berbagai karsinogen kimia yang apabila terus dibiarkan akan mengakibatkan pertumbuhan sel menjadi tidak normal sehingga menyebabkan kanker. Lebih lanjut, capsaicin juga akan membunuh karsinogen kimia dengan merusak membran sel
10
dan membatasi jumlah oksigen yang mencapai sel-sel kanker sehingga sel tersebut perlahan akan mati dengan sendirinya. (Jayanudin 2011). Selanjutnya, maanfaat cabe rawit yang bisa didapatkan adalah menurunkan berat badan. Zat capsaicin yang terkandung dalam cabai rawit dapat mengurangi asupan kalori dengan menambahkan satu sendok teh bubuk cabe ke dalam makanan yang sedang Anda konsumsi. Hal ini akan membantu pembakaran kalori di dalam tubuh Anda sebanyak 15 kal tanpa harus takut kehilangan nilai gizi di dalam makanan tersebut. (Tjitrosoepomo 1994).
BAB III
11
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan Alat : 1. Batang Pengaduk 2. Botol 30 ml 3. Corong Gelas 4. Cutter 5. Gelas Kimia 250 ml 6. Gelas Ukur 25 ml 7. Gunting 8. Pisau 9. Timbangan
Bahan : 1. Oleum Cocos ( minyak kelapa ) 2. Oleum cajupati ( minyak kayu putih ) 3. Oleum citronellae ( minyak sereh ) 4. Oleum caryophyli (minyak sereh ) 5. Zingiberis officinale Rosc ( jahe) 6. Capsicum sp. ( cabai rawit)
B. Cara Kerja
12
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Dicuci bahan hingga bersih
3.
Bahan-bahan segar sepeti jahe, cabai rawit, dan cengkeh dipotong kecilkecil
4.
Ditimbang bahan-bahan tersebut sesuai pehitungan
5.
Kemuadian bahan-bahan tersebut dimasukkan kedalam labu alas bulat dan ditambahkan minyak kelapa sampai merendam bahan baku setinggi 2-3 cm.
6.
Direfluks bahan-bahan tersebut ± 4 jam
7.
Dikeluarkan lalu didinginkan
8.
Setelah dingin ditambahkan minyak sereh dan minyak kayu putih sesuai dengan perhitungan
9.
Masukkan kedalam botol dan beri etiket
10. Minyak gosok siap digunakan
BAB IV PEMBAHASAN
A. Formula Asli Oleum cocos
60,0 ml
13
Oleum cajuputih
5,0 ml
Oleum citronellae
5,0 ml
Piperis folium
3,0 g
Zingiberis rhizome
2,0 g
Cucurma rhizome
2,0 g
Allium sativum
1,5 g
B. Rancangan Formula Zingiberis rhizome
20%
Cabai rawit
1,5 %
Cengkeh
1%
Minyak sereh
30 %
Minyak kelapa murni
47,5 %
C. Perhitungan Bahan Zingiberis rhizome Cabai rawit Cengkeh
20 100 1,5 100 1 100
x 500 ml = 100 g x 500 ml = 7,5 g x 500 ml = 5 g
14
Minyak sereh Minyak kelapa murni
30 100 47,5 100
x 500 ml = 150 ml x 500 ml = 237,5 ml
D. Pembahasan Obat tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, sehingga obat tradisional sangat berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia kaya akan tanaman obat-obatan. Salah satunya adalah berbagai jenis minyak yang akrab di masyarakat. Misalnya minyak kayu putih, minyak telon, minyak tawon, minyak gandapura, minyak cengkeh, menyak sereh, minyak cendana, dan minyak kemiri. Adapun salah satu pemanfaatan Tanaman Herbal di Indonesia yaitu pembuatan sediaan minyak gosok. Minyak gosok dibuat dari hasil penyulingan berbagai bahan. Pada praktikum ini dilakukan percobaan cara pembuatan minyak gosok dengan menggunakan metode refluks selama ± 4 jam. Adapun bahan yang digunakan berupa simplisia seperti jahe (Zingiberis rhizoma), Capsicum sp. ( cabai rawit), dan cengkeh selain itu ada beberapa zat tambahan yang digunakan seperti minyak kelapa (Oleum cocos), Oleum cajupati ( minyak kayu putih ), dan Oleum citronellae ( minyak sereh ). Proses pengolahan minyak gosok melalui dua tahapan, tahapan pertama adalah proses pembuatan minyak kelapa. Minyak kelapa yang sudah diparut diambil santannya dan didiamkan selama satu hari, setelah terjadi pemisahan dipanaskan dan didiamkan lagi selama satu hari. Hasil inilah yang digunakan
15
sebagai pelarut. Tahap kedua yaitu pencampuran semua bahan dan diekstraksi dengan menggunakan metode refluks. Pada formulasi sediaan minyak gosok, bahan yang digunakan memiliki khasiat masing-masing seperti cabai rawit dijadikan obat untuk membantu meringankan rasa sakit.
Minyak kelapa dalam hal ini berguna bagi
kelembaban, kelenturan, dan kelembutan kulit dikarenakan vitamin A dan E pada minyak kelapa. Selain itu 80% asam lemak dalam minyak kelapa adalah asam lemak rantai pendek sedangkan molekulnya berukuran kecil sehingga mudah meresap ke sel-sel tubuh. Sedangkan jahe mengandung minyak atsiri yang berkhasiat antikuman, melancarkan sirkulasi darah, radang sendi tulang dan karminatif. Minyak cengkeh di gunakan sebagai penghangat tubuh, zat eugenol dalam cengkeh mampu membunuh bakteri dan jamur sebagai penyebab penyakit. Untuk penggunaan minyak goosok dapat dilakukan dengan cara dioleskan pada bagiaan tubuh yng sakit sehingga dengan mudah dapaat meresap masuk melalui pori-pori tubuh. Penggunan minyak gosok ini dijamin aman karena proses pembuatannyaa menggunaakan bahan-bahan alami.
16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasi percobaan dapat disimpulkan bahwa minyak gosok bahan utama rimpang jahe, cabai rawit,cengkeh mempunyai khasiat sebagai antioksidan mengobati pegal linu, analgetik, menghilangkan memar luka dan digunakan sebagai minyak urut.
B. Saran
17
Kami sebagai praktikan mengharapkan agar dalam praktikum ini digunakan metode yang lain, serta alat-alat yang ada dalam laboratorium lebih di lengkapi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979 “ Farmakope Indonesia Edisi III” B.POM : Jakarta Tjitrosoepomo, G. 1994. “Taksonomi Tumbuhan Obat – obatan”. Cetakan I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Charoonratana, T., et all. 2014. Development and Validation Of LC-MS Method For Quantitative Analysis Of A Traditional Thai Antihypertensive Herbal Recipe. Dewoto, H.R., 2007, Pengembangan Obat Tradisional Indonesia menjadi Fitofarmaka, Majalah kedokteran indonesia, Anonim, 2010. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Direktorat
18
Standarisasi Obat Tradisional, kosmetik dan produk komplemen, BPOM RI, Jakarta. Hariana, A., 2006, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3, hal 20, Penebar Swadaya, Jakarta. Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Kikuzaki, H., and Nakatani, N., 1993, Antioxidant Effects of Some Ginger Constituents, J.Food Sci., 58(6), 1407. Kristanti, N.A, Nanik, S.A, Mulyadi, T, Bambang K, 2008, Buku Ajar Fitokimia. Cetakan I, Surabaya, Airlangga University Jayanudin, 2011, Komposisi Kimia Minyak Atsiri Daun Cengkeh dari Proses Penyulingan Uap, J. Tekim. Indonesia,
19