Meraih Berkah Bersama Para Ulama Besar

  • Uploaded by: abdul haq
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Meraih Berkah Bersama Para Ulama Besar as PDF for free.

More details

  • Words: 13,463
  • Pages: 72
‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

j DAFTAR ISI

Daftar Isi ...........................................................................................1 •

Meraih Berkah Bersama Para Ulama Besar dalam Menghadapi Fitnah ...........................................................2



Nasehat-nasehat Ulama Besar dalam Menghadapi Fitnah Ini ............................................................................10



Ijma’ (Kesepakatan) Ulama Umat atas Kesalafian AsySyaik ‘Abdurrahman Mar’i dan Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i Hafizhahumallah ...................................................42



Fitnah Ini Tidak Membawa Hakekat Dakwah yang Pantas untuk Diperjuangkan .........................................54

Penutup............................................................................................61



‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫نيل الربكة‬ ‫مع أكابر العلماء‬ ‫يف‬ ‫مواجهة الفتنة‬ MERAIH BERKAH BERSAMA PARA ULAMA BESAR DALAM MENGHADAPI FITNAH Ahlussunnah waljama’ah sebagai ahlul haq merupakan satu-satunya golongan yang bermanhaj dengan manhaj yang haq. Oleh karena itu mereka merupakan saksi-saksi kebenaran di muka bumi yang senantiasa memperjuangkan al-haq secara terangterangan. Rasulullah n bersabda:

‫ال تزال طائفة من هذه األمة قائمة على أمر اهلل  ال‬ .‫يضرهم من خالفهم حتى يأتي أمر اهلل‬ 

Dalam riwayat lain dengan lafazh:

“ ‫“ ال تزال طائفة من أميت ظاهرين على احلق‬



‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

“Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegak di atas agama Allah (al-haq), tidak akan memudharatkan mereka siapapun yang menyelisihi mereka hingga datang ketetapan Allah (hari kiamat).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Mu’awiyah dan Al-Mughirah bin Syu’bah z)

Merekalah yang senantiasa menegakkan keadilan di muka bumi ini dalam berhukum pada setiap permasalahan. Adil dalam menunaikan hak-hak Allah l dan adil dalam menunaikan hakhak hamba Allah l. Allah l berfirman:

‫ﭽﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ‬

‫ﭲ ﭳ ﭴ ﭵﭼ‬

“Demikianlah kami jadikan kalian sebagai umat terbaik yang adil, agar kalian menjadi saksi atas seluruh manusia dan Rasul menjadi saksi atas kalian.” (Al-Baqarah:143)

Rasulullah n bersabda:

َ َّ‫ه‬ .‫ض‬ ْ ‫أَْنت‬ ِ ‫ُم ُش َه َداُء اللِ ِفى األ ْر‬

“Kalian adalah saksi-saksi Allah l di muka bumi”

Hadits ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik z ketika para sahabat g bersama Rasulullah n:

َ ‫ َف َق‬،‫يا‬ .)‫ت‬ ْ َ‫ ( َو َجب‬:n ‫ال النَّبِ ُّى‬ ً ْ‫َم ُّروا جَِبنَا َزةٍ َفأَْثنَ ْوا َعَليْ َها َخر‬ َ ‫ َف َق‬.)‫ت‬ َ ‫ُث َّم َم ُّروا ِبأُ ْخ َرى َفأَْثنَ ْوا َعَليْ َها َش ًّرا َف َق‬ ‫ال‬ ْ َ‫ ( َو َجب‬:‫ال‬ َ ‫ َق‬.)‫ت؟‬ َّ َ ْ‫خ‬ ‫ُم‬ ْ َ‫ ( َما َو َجب‬:z ‫اب‬ ْ ‫ ( َه َذا أَْثنَيْت‬:‫ال‬ ِ ‫ُع َمُر ْب ُن الط‬ َ ْ‫ت َلُه ج‬ ‫ت‬ ْ َ‫ُم َعَليِْه َش ًّرا َف َو َجب‬ ْ َ‫يا َف َو َجب‬ ً ْ‫َعَليِْه َخر‬ ْ ‫ َو َه َذا أَْثنَيْت‬،‫النَُّة‬ َ .)‫ض‬ ْ ‫ أَْنت‬،‫َلُه النَّاُر‬ ِ ‫ُم ُش َه َداُء اهللِ ِفى األ ْر‬ 

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

“Para sahabat bersama Rasulullah n melewati suatu jenazah dan mereka memujinya, maka Nabi n berkata: “Telah pasti”. Kemudian mereka melewati jenazah yang lain dan mereka mencelanya, maka Nabi n berkata: “Telah pasti”. ‘Umarpun berkata: “Apa yang telah pasti?” Maka Rasulullah n menjawab: “Jenazah ini kalian puji kebaikannya, maka surga telah pasti baginya, dan yang ini kalian cela kejelekannya, maka neraka telah pasti baginya.” (HR. Al-Bukhari: 1367 dan Muslim: 949)

Suatu prinsip yang harus kita tanamkan pada diri kita sebagai seorang salafi pengikut manhaj Ahlussunnah waljama’ah, yaitu senantiasa merujuk kepada ulama umat selaku para pewaris Nabi n. Terutama dalam masalah-masalah besar yang bersifat umum yang menyangkut ketenteraman umat dalam menjalani agamanya, hendaklah dikembalikan urusannya kepada ahlinya dari kalangan ulama kibar (besar). Pada saat terjadi fitnah yang melanda umat, maka kita diperintahkan untuk mengembalikan solusinya kepada mereka. Ketinggian ilmu mereka dan kekokohan mereka dalam bersaksi atas kebenaran dengan penuh keadilan menjadikan mereka terpilih sebagai ulama-ulama besar pembimbing umat yang memiliki kedudukan yang tinggi dan agung di tengah-tengah Ahlussunnah waljama’ah. Oleh karena itu Allah l dan RasulNya telah memerintahkan kita untuk memegang prinsip ini agar kita terbimbing dan meraih berkah dalam mewnjalani agama ini. Allah l berfirman:

‫ﭽ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠﭼ‬

“Maka bertanyalah kepada ahlu ‘ilmi jika kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43)



‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫ﭽﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒﮓ ﮔ‬

‫ﮕﮖ ﮗﮘﮙ ﮚﮛﮜﮝ‬ ‫ﮞ ﮟﮠ ﮡ ﮢ ﮣ ﮤ ﮥ ﮦ‬ ‫ﮧ ﮨ ﮩﭼ‬

“Jika datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan serta merta mereka menyiarkannya. Kalaulah mereka menyerahkan urusan itu kepada Rasulullah n dan Ulil Amri (para ulama) di antara mereka, tentulah yang beristinbath (menarik kesimpulan) dari mereka (Rasulullah n dan Ulil Amri) akan mengetahuinya. Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah l kepada kalian tentulah kalian mengikuti syaithan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian).” (An-Nisa’: 83)

Rasulullah n bersabda:

.‫الب َكُة َم َع أَ َك ِاب ِر ُك ْم‬ ََ‫ر‬

“Berkah itu bersama orang-orang besar kalian (dalam hal ilmu dan kedudukannya).” (HR. Al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas c, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: 1778)

Rasulullah n juga bersabda:

‫ َويَ ْع ِر ْف‬،‫يَنا‬ َ ْ‫س ِم ْن ُأمَّتيِ ْ َم ْن مَلْ جُ ِي َّل َكبِر‬ َ ْ‫ َويَ ْر َح ْم َص ِغر‬،‫يَنا‬ َ ْ‫َلي‬ .‫ِل َعالمِِنَا‬ “Bukan termasuk umatku siapa yang tidak memuliakan orangorang tua kami, tidak menyayangi orang-orang yang lebih muda (kecil) di antara kami dan tidak mengetahui hak ulama kami.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani, Al-Hakim dari ‘Ubadah bin Shamit z, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih AtTarghib wa Tarhib no. 101)



Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

Berkata Ibnu Mas’ud z:

ُ ‫َال يَز‬ ‫ َفإَِذا‬،‫ي َما أَ َخ ُذ ْوا اْل ِعْل َم َع ْن أَ َك ِاب ِر ِه ْم‬ ُ َّ‫َال الن‬ ٍ ْ‫اس خَِبر‬ َ .‫ار ِه ْم َهَل ُك ْوا‬ ِ ‫أ َخ ُذ ْوُه ِع ْن ِص َغ ِار ِه ْم َو ِش َر‬ “Umat akan senantiasa di atas kebaikan selama mereka mengambil ilmu dari ulama-ulama besar mereka. Namun jika mereka mengambil ilmu dari orang-orang kecil mereka dan orangorang jelek mereka, maka mereka akan binasa.” (Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlihi, Bab Halul ‘ilmi Idza Kana ‘Indal Fussaq wal Ardzal)

Berkata Al-’Allamah ‘Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam Taisir Al-Karim Ar-Rahman menafsirkan surat An-Nisa’ ayat: 83 di atas:

‫وأولو األمر هم أهل الرأي والعلم والنصح والعقل‬ .‫ الذين يعرفون األمور ويعرفون املصاحل وضدها‬،‫والرزانة‬ “Ulul Amri adalah ulama yang ahli berpendapat, ahli memberi nasehat, ahli menganalisa, serta memiliki kesungguhan dan keteguhan dalam menghadapi suatu perkara. Mereka menguasai urusan-urusan umat, serta menguasai mashlahat dan mafsadat umat.”

Kemudian beliau melanjutkan:

‫ويف هذا دليل لقاعدة أدبية وهي أنه إذا حصل حبث يف‬ َّ‫أمر من األمور ينبغي أن ى‬ ‫يول َم ْن هو أهل لذلك وجيعل‬ ‫ فإنه أقرب إىل الصواب‬،‫ وال يتقدم بني أيديهم‬،‫إىل أهله‬ ‫ وفيه النهي عن ال َع َجلة‬.‫وأحرى للسالمة من اخلطأ‬ 

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫ واألمر بالتأمل‬،‫والتسرع لنشر األمور من حني مساعها‬ ‫ فُي ْق ِدم عليه‬،‫ هل هو مصلحة‬،‫قبل الكالم والنظر فيه‬ ‫اإلنسان؟ أم ال فُي ْح ِجم عنه؟‬

“Pada ayat ini terdapat dalil untuk suatu kaidah dalam masalah adab, yaitu apabila ada analisis (pembahasan) mengenai suatu permasalahan sepantasnya diamanahkan dan diserahkan sepenuhnya kepada ahlinya, tidak boleh mendahului mereka, karena analisa mereka lebih tepat dan lebih selamat dari kekeliruan. Pada ayat ini terdapat larangan dari ketergesa-gesaan dan keterburu-buruan dalam menyebarkan suatu perkara saat pertama kali mendengarnya. Juga terdapat perintah untuk menimbang dan mempelajari permasalahan secara seksama sebelum berbicara, apakah hal itu mengandung mashlahat sehingga dia maju melibatkan diri? Ataukah tidak mengandung mashlahat, sehingga dia menahan diri?

Prinsip inilah yang senantiasa mengikat antara umat dengan ulamanya, sehingga umat senantiasa terbimbing dalam menjalani agamanya dan meraih berkah Allah l. Oleh karena itu prinsip ini diupayakan semaksimal mungkin untuk diruntuhkan oleh ahlul bid’ah para penghamba hawa nafsu dengan cara melecehkan dan mencerca kehormatan mereka, meskipun hal itu dengan kedustaan. Sebab tatkala kehormatan dan kemuliaan ulama telah jatuh di mata seorang muslim, maka kepercayaan dia kepada ulama sebagai rujukan baginya untuk memahami urusan-urusan agamanya secara otomatis akan sirna. Saat itulah syubhat-syubhat ahlul bid’ah akan mudah ditanamkan pada dirinya oleh mereka dan dirinya akan terjangkiti penyakit ta’ashshub (fanatik) yang membutakannya untuk melihat al-haq.



Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

Maka dari itu para imam ahli hadits menjadikan hal ini sebagai alamat ahlul bid’ah. Imam Abu Hatim Ar-Razi t berkata:

.‫عالمة أهل البدع الوقيعة يف أهل األثر‬ “Alamat ahlul bid’ah adalah mencela (ulama) ahlul atsar.” (Diriwayatkan oleh Abu ‘Utsman Isma’il bin ‘Abdirrahman AshShabuni dalam kitab Aqidatus Salaf wa Ashhabil Hadits pada bab Alamat Ahlil Bida’)

Berkata Imam Abu ‘Utsman Isma’il bin ‘Abdirrahman AshShabuni dalam kitab Aqidatus Salaf wa Ashhabil Hadits pada bab Alamat Ahlil Bida’:

‫ وأظهر آياتهم‬،‫وعالمات البدع على أهلها بادية ظاهرة‬ n ‫وعالماتهم شدة معاداتهم حلملة أخبار النيب‬ .‫واحتقارهم هلم واستخفافهم بهم‬ “Alamat-alamat kebid’ahan pada ahlul bid’ah sangat nampak jelas. Tanda dan alamat yang paling jelas pada mereka adalah kerasnya permusuhan mereka terhadap para pengusung hadits-hadits Nabi n (ulama ahli hadits), serta pelecehan dan peremehan kepada mereka.”

Oleh sebab itu hendaklah kita berhati-hati dan menjaga lisan-lisan kita terhadap para ulama ahli hadits dan para ulama kibar umat. Jangan sampai kita membuat jurang pemisah antara umat dengan ulamanya. Terutama dalam masalah-masalah agama yang besar dan prinsipil, yang terkait dengan akidah dan manhaj. Lalu pada saat yang sama kita mengaku sebagai mujahidin pembela kebenaran.



‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

Demikian pula kita tidak boleh ghuluw (ekstrim) dan ceroboh dalam mencap seorang salafi yang telah masyhur kesalafiannya dari kalangan thalabatul ‘ilmi, du’at dan ulama sebagai hizbi. Apalagi yang telah masyhur kiprah dan perjuangannya dalam medan dakwah. Terutama seorang ulama kibar (besar) yang merupakan rujukan umat yang kehormatannya berbisa. Maka kita khawatir bahwa kelancangan kita menghina dan mencap ulama, thalabatul ‘ilmi dan du’at Ahlussunnah sebagai hizbi atau “Komplotan Hizbi Baru” justru hal itu berbalik menimpa diri kita sendiri, sebagai hukuman dari Allah l. Pada hakikatnya fitnah ini semakin hari semakin menampakkan hakikatnya bahwa vonis Asy-Syaikh Yahya bersama para pengikutnya terhadap Asy-Syaikh Al-Faqih ‘Abdurrahman bin Mar’i Al-’Adeni hafizhahullah dan kakaknya Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Mar’i hafizhahullah sebagai “Komplotan Hizbi Baru” adalah tuduhan yang batil. Berikut vonis kepada sebagian ulama kibar beserta thalabatul ‘ilmi yang membela keduanya dan bersaksi atas kesalafian keduanya sebagai orang-orang yang ta’ashshub (fanatik) kepada keduanya, juga semakin hari semakin tersingkap kebatilannya. Hingga hari ini tak satupun dari para ulama yang bersaksi atas kesalafian mereka yang berubah ijtihadnya dalam menghadapi fitnah ini. Hingga hari ini pula Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuri tidak mendatangkan bukti dan hujjah yang bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Allah l untuk didukung dan diperjuangkan. Wallahul muwaffiq.



‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

NASEHAT-NASEHAT ULAMA BESAR DALAM MENGHADAPI FITNAH INI Untu k sema kin meng ara h kan sa lafiyy un da lam menghadapi fitnah ini ‘Allamatul Yaman Al-Walid Al-Muhaddits Abu Ibrahim Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi Al’Abdali hafizhahullah mengeluarkan kitab yang berisi kumpulan nasehat-nasehat kibar ulama dan masyayikh Ahlussunnah dalam menghadapi fitnah ini. Beliau beri judul Nashaih ‘Ulama’ AlUmmah ‘Indal Fitan Al-Mudlahimmah (Nasehat-Nasehat Ulama Ummat Dalam Menghadapi Fitnah Yang Gelap Gulita). Mungkin ada yang bertanya kenapa beliau yang paling banyak berbicara dan memberi nasehat dalam menghadapi fitnah ini? Jawabannya -wallahu a’lam- adalah karena fitnah bersumber dan berpusat di Yaman, sementara beliau merupakan syaikh paling senior dan terbesar dalam hal usia, ilmu, wawasan dan pengalaman dakwah di negeri di Yaman. Maka beliaulah yang memiliki hak dan kewajiban yang paling besar untuk menangani fitnah ini. Untuk lebih mengenal kedudukan beliau yang besar dalam dakwah, terutama pada masa fitnah seperti ini, Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah mengurai biografi beliau yang cukup jelas untuk membuka mata sebagian salafiyyun yang tidak tahu malu dan lancang untuk meremehkan serta melecehkan beliau. Pada hari Rabu 16 Shafar 1430 beliau menyampaikan

10

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

muhadharah (ceramah) di markaz beliau di Ma’bar seputar perjalanan dakwah salafiyyah di Yaman pada abad ini yang telah diperbaharui oleh sang mujaddid (pembaharu dakwah) guru besar kami Al-Walid Al-’Allamah Al-Muhaddits Muqbil bin Hadi AlWadi’i rahimahullah. Beliau wafat dengan meninggalkan sebuah wasiat agung yang sangat berharga untuk perjalanan dakwah ini di Yaman khususnya, wasiat untuk mengembalikan problematika dakwah yang terjadi di Yaman kepada sederetan ulama kibar (besar) yang dijuluki oleh beliau sebagai Ahlul halli wal ‘aqdi, yaitu ulama yang memiliki keahlian dan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai problema dakwah yang ada. Yang terbesar dari mereka adalah Al-Walid Al-’Allamah Al-Muhaddits Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi Al-’Abdali hafizhahullah. Berkata Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah pada muhadharah (ceramah) tersebut:

‫أما والدنا الشيخ حممد بن عبد الوهاب حفظه اهلل فقد‬ ‫ عرفته شيخا يدعو‬،‫عرفته شيخاً وما قد طلبت العلم‬ ‫ اهلل و يواجه الفنت وحيذر من الضالالت واخلرافات‬ ‫إىل‬ ‫ فله يف الدعوة عمر ودهر حفظه‬،‫والشركيات وغري ذلك‬ ‫ فلي منذ أن دخلت‬،‫اهلل وهو سائر يف نشر الدعوة إىل اهلل‬ ‫يف طلب العلم إىل اآلن ما يربو على ستة وعشرين‬ ‫ وكما مسعت أن الشيخ حممد حفظه اهلل كان قبلنا يف‬.‫سنة‬ .ً‫ فلهذا هو أكرب منا سناً وعلما‬،‫الدعوة إىل اهلل‬

11

‫‪Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah‬‬

‫والشيخ حممد بن عبد الوهاب حفظه اهلل عنده ثبات‬ ‫عظيم وصرب كبري واستمرارية يف اخلري يف الدعوة إىل اهلل‬ ‫وعنده سري سديد ومتسك قويم حبمد اهلل رب العاملني‪.‬‬ ‫وهذا الرجل من فضل اهلل عز وجل عليه أنه كلما جاءت‬ ‫فتنة مل يكن من ضحاياها‪ ،‬بل ينجو‪ ،‬ويسلم‪ ،‬بل وحيرص‬ ‫على أن حيذر إن كان ذلك مما يستدعيه الوقت واحلال‪.‬‬ ‫فقد مرت وجاءت فنت كثرية وهو حبمد اهلل يواجهها‬ ‫بعلم وحلم‪ ،‬فقد جنا وابتعد عن دعوة جهيمان وما دعا‬ ‫إليه إىل تلك الفتنة العظيمة يف الشر من أن القحطاني‬ ‫هو املهدي‪ ،‬ومن السعي يف التكفري‪ ،‬إىل آخر ما حصل‬ ‫منهم‪.‬‬ ‫كذلك جاءت احلزبية‪ ،‬فحذر منها‪ ،‬حزبية اإلخوان‬ ‫املسلمني‪ ،‬وحزبية االنتخابات والدميقراطية ومل يكن ممن‬ ‫تنطلي عليه ويقرب منها‪ ،‬أو يسري يف شيء من فلكها‪.‬‬ ‫وجاءت الدعوة السرورية املنسوبة إىل حممد بن سرور‬ ‫امللقب بزين العابدين واحلمد هلل كان من احملذرين منها‪.‬‬

‫‪12‬‬

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫وجاءت فتنة أبي احلسن كذلك أيضاً كان موقفه كما‬ ‫يعلمه كثري منكم موقفاً عظيماً نافعاً هلذه الدعوة واحلمد‬ .‫ وغري ذلك من األمور‬،‫هلل‬ ‫ ومخسون مأخذا‬،‫بل له مخسون مأخذا على السرورية‬ ،‫ ومخسون مأخذا على مجاعة التبليغ‬،‫على حزب اإلخوان‬ ‫وله رسالة «حتذير السلف من أهل البدع» وله عدة‬ ‫رسائل أجلها «القول املفيد» الذي يد ّرس عندنا هنا يف دار‬ .‫احلديث مبعرب ويدرس يف أماكن شتى من بالد املسلمني‬ ً‫فقد نفع اهلل به كما مسعتم نفعاً عظيماً وال يزال مستمرا‬ ‫على هذا اخلري تعليماً ودعوة وتأليفا وحتقيقاً وهلل احلمد‬ .‫واملنة‬ ‫نسأل اهلل أن مين علينا وعليه وعلى مجيع املسلمني بالثبات‬ .‫على احلق‬ “Adapun ayah kami Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab hafizhahullah, maka sungguh aku telah mengenalnya sebagai seorang syaikh pada saat aku belum menuntut ilmu, aku telah mengenalnya sebagai seorang syaikh yang berdakwah ke jalan Allah, menghadapi berbagai fitnah dan mentahdzir dari berbagai kesesatan, khurafat, kesyirikan dan selainnya. Maka dia hafizhahullah memiliki usia dan masa yang panjang dalam dakwah ini, selama itu beliau terus berdakwah ke jalan Allah. Sedangkan aku sendiri dari sejak menuntut ilmu hingga sekarang sudah mencapai dua puluh enam tahun. Sebagaimana yang

13

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

engkau dengar bahwa Asy-Syaikh Muhammad hafizhahullah telah mendahului kami dalam dakwah ini, oleh karena itu beliau yang terbesar usia dan ilmunya di antara kami. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab hafizhahullah memiliki tsabat (keteguhan) yang agung, kesabaran yang besar, dan kontinyuitas (kesinambungan) dalam kebaikan dakwah ke jalan Allah. Demikian pula beliau memiliki perjalanan dakwah yang lurus dan kekokohan dalam berpegang teguh dengan kebenaran -segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam-. Setiap kali ada fitnah -atas karunia Allah- beliau tidak pernah jadi korbannya. Beliau mesti selamat, bahkan beliau mentahdzir dari fitnah itu jika memang waktu dan hajat menuntut hal itu. Sungguh telah datang dan berlalu fitnah yang banyak dan beliau -segala puji bagi Allah- menghadapinya dengan ilmu dan ketenangan. Sungguh beliau telah selamat dan menjauhkan diri dari dakwah Juhaiman dan fitnah besar dalam kejelekan yang diserukannya bahwa Al-Qahthani adalah Al-Mahdi dan upaya keras dalam pengkafiran kaum muslimin, dan seterusnya yang ada pada mereka dalam fitnah itu. Demikian pula datang fitnah hizbiyyah, maka beliau mentahdzir darinya. Datang hizbiyyah Ikhwanul Muslimin, hizbiyyah pemilu dan demokrasi, maka beliau tidak termasuk yang teperdaya dan mendekatinya atau ikut berputar dalam orbitnya. Kemudian datang dakwah Sururiyyah yang bernisbah kepada Muhammad bin Surur yang digelari sebagai Zainul ‘Abidin, maka -segala puji bagi Allah- beliau termasuk yang mentahdzir darinya. Lalu datang fitnah Abul Hasan, maka juga sikapnya/posisinya seperti yang telah diketahui oleh kebanyakan kalian merupakan sikap/posisi yang agung dan bermanfaat untuk dakwah -segala puji bagi Allah-. Demikian pula dengan fitnah-fitnah lainnya. Bahkan beliau memiliki lima puluh catatan kesalahan dakwah

14

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

Sururiyyah, lima puluh catatan kesalahan Ikhwanul Muslimin, lima puluh catatan kesalahan Jama’ah Tabligh dan beliau punya karya tulis berjudul “Tahdzirus Salaf min Ahlil Bid’ah”. Beliau juga memiliki sekian karya tulis dan yang paling berharga adalah “Al-Qaulul Mufid” yang diajarkan di sini di Darul Hadits Ma’bar dan diajarkan di berbagai tempat di negeri-negeri kaum muslimin. Maka sungguh Allah telah memberi manfaat yang besar dengannya dan beliau tetap senantiasa berkesinambungan di atas kebaikan ini dengan mengajar, berdakwah, mengarang dan mentahqiq (meneliti hadits) -segala puji bagi Allah dan hanya dari-Nya seluruh anugerah ini-. Kami memohon kepada Allah agar menganugerahinya, menganugerahi kita dan seluruh kaum muslimin kekokohan di atas kebenaran.”

Berikutnya, akan kami kutip sebagian dari nasehat-nasehat beliau dan nasehat ulama lainnya sepanjang fitnah ini yang ditampilkan dalam kitab Nashaih ‘Ulama’ Al-Ummah ‘Indal Fitan Al-Mudlahimmah (Nasehat-Nasehat Ulama Ummat Dalam Menghadapi Fitnah Yang Gelap Gulita). • Al-Walid Al-Muhaddits Al-Wushabi Al-'Abdali hafizhahullah berkata:

‫ أن‬،‫أنصح إخواني مجيعاً بعد تقوى اهلل سبحانه وتعلى‬ ‫ املتمسكني‬،‫ مع العلماء الربانيني‬،‫يكونوا مع أهل العلم‬ ،‫بكتاب اهلل وسنة رسول اهلل صلى اهلل عليه وأله وسلم‬ ‫واحلمد هلل علما ُء السنة دعوتهم واحدة؛ يدعون إىل‬ ،‫ ويدعون إىل طلب العلم النافع‬،‫الكتاب وإىل السنة‬ ‫ يدعونهم‬،‫ويدعون املؤمنني املتمسكني بالكتاب والسنة‬

15

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‫ كما قال الرسول عليه الصالة‬،‫إىل التآلف وإىل التحابب‬ ‫ (ال تدخلون اجلنة حتى تؤمنوا وال تؤمنوا حتى‬:‫والسالم‬ ‫حتابوا أَ َو َال أدلكم على شيء إذا فعلتموه حتاببتم؟ أفشوا‬

.‫السالم بينكم) رواه مسلم عن أبي هريرة رضي اهلل عنه‬

“Aku nasehatkan kepada saudaraku sekalian setelah nasehat untuk bertakwa kepada Allah, hendaklah bersama ahlul ‘ilmi, bersama ulama rabbaniyyun (yang mendidik umat dengan penuh hikmah) yang berpegang dengan kitab Allah dan sunnah Rasulullah n. Alhamdulillah, da’wah ulama sunnah satu, semuanya mengajak kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, mengajak untuk menuntut ilmu yang bermanfaat, mengajak kaum mukminin yang berpegang dengan Kitab dan Sunnah untuk menjalin keakraban dan kasih sayang sesama mereka, sebagaimana sabda Rasul n:

‫ال تدخلون اجلنة حتى تؤمنوا وال تؤمنوا حتى حتابوا أَ َو َال‬ ‫أدلكم على شيء إذا فعلتموه حتاببتم؟ أفشوا السالم‬ .‫بينكم‬ “Kalian tidak akan masuk jannah hingga kalian beriman dan tidaklah iman kalian sempurna hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tuntun kalian kepada sesuatu yang jika kalian melakukannya niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (Dikelurkan oleh Muslim dari Abu Hurairah z.)”

• Beliau berkata:

16

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫وما كان من خالف فهذا ُيرجع فيه إىل أهل العلم‪ ،‬وأهل‬

‫العلم هم الذين حيكمون يف ذلك كتاب اهلل وسنة رسوله‬ ‫عليه الصالة والسالم‪ .‬فعلينا مجيعا أن حنرص على األلفة‬ ‫اليت ال يريدها الشيطان‪ ،‬حنرص عليها‪ ،‬طاعة هلل‪ ،‬وطاعة‬ ‫للرسول عليه الصالة والسالم‪.‬‬ ‫‪“Khilaf yang ada kita kembalikan kepada Ahlul ‘ilmi.‬‬ ‫‪Merekalah yang akan memutuskan hukum dalam perkara itu‬‬ ‫‪dengan timbangan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Wajib atas kita‬‬ ‫‪semua untuk bersemangat dalam membina keakraban yang‬‬ ‫‪tidak diinginkan oleh setan. Mari kita bersemangat untuk itu‬‬ ‫‪dalam rangka ketaatan kepada Allah l dan ketaatan kepada‬‬ ‫”‪Rasulullah n.‬‬

‫‪• Beliau berkata:‬‬

‫فيا طلبة العلم! اجلرح والتعديل من ديننا لكن ليس‬ ‫هو لكل من هب ودب‪َّ .‬‬ ‫إن اجلرح والتعديل له رجاله‬ ‫وهم العلماء األتقياء املخلصون الصادقون الرمحاء الربرة‬ ‫الذين يضعونه يف موضعه دون حماباة أو جماملة ألحد وال‬ ‫تأثر بالعواطف‪ ،‬وإمنا يضعونه موضعه الالئق به‪ ،‬ودون‬ ‫ظلم‪ ،‬وال اعتداء‪ ،‬وال انتقام للنفس‪ ،‬وال رياء وال مسعة‪.‬‬ ‫أما الكالم يف أهل البدع واألهواء فهذا مسلم به بني‬ ‫أهل السنة واجلماعة‪ ،‬فالعامي املتبصر حيذر‪ ،‬وكذا طالب‬

‫‪17‬‬

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‫ فهم ينقلون كالم أهل العلم يف أهل األهواء‬،‫العلم حيذر‬

.‫بدون زيادة وال جمازفة‬

‫وأما الفنت إذا كانت بني عاملني من علماء أهل السنة فال‬ ‫ فهم أعلم وأعرف مبا‬،‫خيوض فيها إال علماء أهل السنة‬ ‫ ومبن يستحق أن ُيعدَّل‬،‫يقولون وأدرى باملصاحل واملفاسد‬ ‫ أما العامي وطالب العلم فال جيوز هلم اخلوض‬،‫أو جُي َّرح‬ .‫يف مثل هذه الفنت فضال عن أن جي ّر حوا أو يع ّد لوا‬ ‫والعلماء هم الذين سيحكمون بني العاملني املتنازعني‬ ‫ ﭽ ﮙ ﮚ‬:‫مبا يوافق الكتاب والسنة كما قال تعاىل‬ ‫ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟﮠ ﮡ ﮢ ﮣ‬ ‫ﮤ ﮥ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬ ﮭﮮ ﮯ ﮰ‬ ‫ﮱ ﯓ ﯔ ﯕﯖ ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ‬ ‫ﯜ ﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡﯢ ﯣ ﯤ ﯥ‬ 9-10 :‫ﯦ ﯧ ﭼاحلجرات‬ “Wahai para penuntut ilmu! Al-jarh wat ta’dil (menjarh/mencela dan mentazkiyah/merekomendasi) bagian dari agama kita, namun bukan diserahkan kepada siapa saja yang ingin terlibat di dalamnya. Sesungguhnya bidang ini ada tokohnya/ahlinya, yaitu para ulama yang bertakwa, ikhlas, jujur, pengasih, bijak dan sholeh yang meletakkannya pada tempat yang semestinya tanpa memihak (berat sebelah), basa-basi dan bermain perasaan. Semata-mata mereka letakkan pada tempat yang semestinya tanpa menzhalimi dan melampaui batas, bukan dalam rangka

18

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

pembelaan diri, bukan pula untuk riya’ dan sum’ah (ingin disanjung dan dipuji). Adapun mencela ahlul bid’ah wal ahwa’, maka hal ini diterima dikalangan Ahlussunnah waljama’ah (untuk dilakukan oleh siapa saja). Maka seorang awam yang mengetahui mentahdzir dari mereka, seorang thalibul ilmi mentahdzir dari mereka. Jadi mereka menukil ucapan (jarh dan tahdzir) ulama terhadap ahlul ahwa’ tanpa penambahan dan tidak serampangan. Adapun fitnah yang terjadi antara dua ‘alim dari kalangan para ulama, maka tidak ada yang berhak untuk terlibat di dalamnya selain kalangan ulama Ahlussunnah. Karena merekalah yang lebih tahu dan lebih paham dengan apa yang mereka sampaikan, mereka lebih mengerti mashlahat dan mafsadat serta siapa yang pantas untuk ditazkiyah dan dijarh. Seorang awam dan thalibul ‘ilmi tidak berhak untuk melibatkan diri dalam fitnah ini, apalagi sampai menjarh dan mentazkiyah. Para ulama yang akan memutuskan hukum antara dua ‘alim yang berselisih menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana firman Allah l:

‫ﭽ ﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟﮠ ﮡ‬ ‫ﮢﮣ ﮤﮥﮦﮧ ﮨ ﮩﮪﮫ ﮬ‬ ‫ﮭﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﯕﯖ ﯗ ﯘ ﯙ‬ ‫ﯚ ﯛ ﯜ ﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡﯢ‬ ‫ﯣﯤ ﯥﯦﯧﭼ‬

“Jika dua kelompok dari kaum mukminin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu pihak menzhalimi



Maksudnya, yang sudah jelas statusnya sebagai ahlul bid’ah wal ahwa’ berdasarkan jarh (celaan) dan tahdzir (peringatan) para ulama ahlussunnah waljama’ah –pen.

19

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

pihak yang lainnya, maka perangilah pihak yang zhalim hingga dia kembali ke jalan Allah (bertaubat). Jika dia kembali ke jalan Allah (bertaubat), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan bijak. Berbuat adillah kalian, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil. Sesungguhnya kaum mukminin itu bersaudara, maka damaikanlah antara keduanya dan bertakwalah kepada Allah semoga kalian dirahmati.” (AlHujurat: 9-10)

• Beliau berkata:

:‫فيا أهل السنة علينا أن ننـزل الناس منازهلم‬ .‫ فالعامل له مكانته واختصاصه‬-

.‫ وطالب العلم له مكانته واختصاصه‬.‫ والعامي له مكانته واختصاصه‬‫واجلميع نتعاون على الرب والتقوى وعلى نشر الدعوة‬ ‫ وبهذا تسودنا األلفة واحملبة والرمحة‬،‫السلفية بني الناس‬ ،‫ (ليس من أميت من مل جيل كبرينا‬:‫كما قال رسول اهلل‬ ‫ ويعرف لعاملنا حقه) رواه أمحد واحلاكم‬،‫ويرحم صغرينا‬ ‫عن العبادة بن صامت وحسنه الشيخ العالمة األلباني‬ .)3445( :‫رمحه اهلل يف صحيح اجلامع رقم‬

“Wahai Ahlussunnah! Wajib atas diri kita semua untuk menempatkan setiap orang pada posisinya masing-masing: • Seorang 'alim kekhususannya.

20

diposisikan

pada

kedudukannya

dan

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

• Seorang thalibul 'ilmi diposisikan pada kedudukannya dan kekhususannya. • Seorang awam kekhususannya.

diposisikan

pada

kedudukannya

dan

Kemudian semuanya ta'awun atas kebaikan dan ketakwaan serta penyebaran dakwah salafiyyah di kalangan manusia. Dengan itu akan terbina keakraban, kecintaan dan kasih sayang di antara kita, sebagaimana sabda Rasulullah n:

‫ َويَ ْع ِر ْف‬،‫يَنا‬ َ ْ‫س ِم ْن ُأمَّتيِ ْ َم ْن مَلْ جُ ِي َّل َكبِر‬ َ ْ‫ َويَ ْر َح ْم َص ِغر‬،‫يَنا‬ َ ْ‫َلي‬ .‫ِل َعالمِِنَا َح َّقُه‬ “Bukan termasuk umatku siapa yang tidak memuliakan orangorang tua kami, tidak menyayangi orang-orang yang lebih muda (kecil) di antara kami dan tidak mengetahui hak ulama kami.” Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad dan Al-Hakim dari ‘Ubadah bin Shamith, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Al-Jami’ no (5443).”

• Beliau berkata:

‫ فكيف بالذي‬،‫يا أخي بعض الفنت تدع احلليم حريان‬ ‫ أنتم عند االبتالء‬،‫هو ليس حبليم؟ سيتخبط إىل ُأ ِم رأسه‬ ‫ كما قال الرسول عليه الصالة‬،‫واالفتتان ينبغي أن جتتنبوها‬ ‫ إن السعيد ملن‬،‫ (إن السعيد ملن جنب الفنت‬:‫والسالم‬ ،‫ إن السعيد ملن جنب الفنت) ثالث مرات‬،‫جنب الفنت‬ ‫والرسول عليه الصالة والسالم يكررها (إن السعيد ملن‬ 21

‫‪Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah‬‬

‫جنب الفنت) ويؤكد هذا بهذه التوكيدات‪ ،‬يكرر هذا‬

‫التكرار‪ ،‬يقول‪( :‬ملن جنب الفنت) وبعض الناس حيشر‬ ‫نفسه يف الفنت‪ .‬فانظر أين كالم الرسول صلى اهلل عليه‬ ‫وآله وسلم‪ ،‬وأين فعل هذا املغفل؟! (إن السعيد ملن‬ ‫جنب الفنت)‪ ،‬وبعض الناس حيشر نفسه يف الفنت حشراً‪،‬‬ ‫ويتصدر هلا‪.‬‬ ‫يا أخي‪ :‬العامل وهو عامل خياف على نفسه من الفنت؛ فما‬ ‫كل عامل يوفق الجتناب الفنت‪ ،‬فكم اجتاحت الفنت من‬ ‫علماء! انظروا إىل األشاعرة فيهم علماء‪ ،‬وهلم مؤلفات‪،‬‬ ‫فتنوا بهذه الفتنة؛ فتنة األشعرية‪ ،‬وانظروا إىل املعتزلة‪،‬‬ ‫وإىل الروافض‪ ،‬وإىل اخلوارج‪ ،‬وإىل املرجئة‪ ،‬فيهم علماء‬ ‫فطاحلة‪ ،‬اجنرفوا معها‪ ،‬وصاروا يدافعون عن الباطل‪،‬‬ ‫إذا كان العامل قد يسلم‪ ،‬وقد ال يسلم‪ ،‬فكيف باجلاهل‬ ‫العامي؟ وكيف بطالب العلم؟‬ ‫إذا كان العامل له عدة مؤلفات‪ ،‬ومع ذلك اجنرف يف فتنة‬ ‫االعتزال‪ ،‬أو اجنرف يف فتنة اخلوارج‪ ،‬أو اجنرف يف فتنة‬ ‫التمشعر‪ ،‬أو اجنرف يف فتنة التصوف‪ ،‬أو فتنة الرفض‬ ‫والتشيع‪ ،‬وبعضهم اجنرف يف فتنة اليهود والنصارى‪،‬‬ ‫بعض العلماء صار يدافع عن اليهود والنصارى‪ ،‬وعن‬ ‫‪22‬‬

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫الشيوعيني‪ ،‬ومنهم من تنصر كعبد اهلل القصيمي وأمثاله‪،‬‬ ‫منهم من تنصر بعد أن كان من العلماء‪ ،‬ومن املؤلفني‬ ‫واحملققني صار نصرانيا والعياذ باهلل‪.‬‬

‫فاإلنسان يبتعد عن الفنت‪ ،‬ويقول‪ :‬يا رب سلمين‪ ،‬ويقول‪:‬‬ ‫جزى اهلل العلماء خرياً‪ ،‬لوال اهلل ثم العلماء لكنا قوماً‬ ‫ضالني‪ .‬ويدعو هلم‪ :‬اللهم انصر علماء الكتاب والسنة‪،‬‬ ‫وامجع كلمتهم على احلق‪ ،‬وأعنهم‪ ،‬ووفقهم‪ ،‬وسدد‬ ‫أقالمهم‪ ،‬وألسنتهم يا رب العاملني‪.‬‬ ‫أما أنه يتصدر وهو طالب أو عامي‪ ،‬يا سبحان اهلل ما‬ ‫أحوجك إىل درة عمر رضي اهلل عنه اليت كان يضرب بها‬ ‫أمثالك‪ ،‬ما أحوجك إىل مثلها‪ ،‬ضرب صبيغاً على رأسه‪،‬‬ ‫فقال‪ :‬يا أمري املؤمنني إن الذي كنت أجده يف رأسي قد‬ ‫ذهب‪ .‬ذهب بعد ماذا؟ بعد أن أعطاه على رأسه‪ ،‬بعد ذلك‬ ‫صحا وقال‪ :‬واهلل إن الذي كنت أجده يف رأسي قد ذهب‪،‬‬ ‫كان يف رأسه الشبه واهلوى والفنت‪ ،‬فلما ضرب طارت‪،‬‬ ‫ومع ذلك أمر بهجره؛ ما أحد يقرتب منه‪ ،‬وال يسلم عليه‪،‬‬ ‫وال يرد سالمه‪ ،‬وملا جاء الشهود العدول‪ ،‬وقالوا‪ :‬يا أمري‬ ‫املؤمنني قد حسن حاله‪ .‬وصار هادئاً‪ ،‬ومصلياً‪ ،‬وصائماً‪،‬‬ ‫وصار‪ ،....‬وصار‪ ،....‬وصار‪ ،....‬بعد ذلك أذن للمسلمني‬ ‫‪23‬‬

‫‪Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah‬‬

‫مبجالسته‪ ،‬فكثري من الناس يا إخوان حمتاجون لعصا عمر‬

‫رضي اهلل عنه‪.‬‬

‫يا أخي ما كل كالم يقال‪ ،‬إذا كان العامل يقول القول وهو‬ ‫يرجو اهلل الثبات‪ ،‬والسداد‪ ,‬وخائف على نفسه‪ ،‬فكم من‬ ‫علماء ضلوا وأضلوا وزاغوا واحنرفوا‪.‬‬ ‫ﭽﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ‬ ‫ﮢ ﮣﮤﮥﮦﮧﮨﮩﮪ‬ ‫ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓﯔ ﯕ‬ ‫ﯖﯗﯘﯙﯚﯛﯜ ﯝ‬ ‫ﯞﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣ ﯤ ﯥﯦ ﯧ‬ ‫ﯨﯩﯪﯫﭼ‬

‫هذه قصة عامل قصها اهلل عز وجل علينا احنرف وكم من‬ ‫أمثاله يف قديم الزمان وحديثه!‬ ‫ومن دافع عن العقيدة القدرية‪ ،‬إال علماء القدرية؟ وعن‬ ‫املرجئة؟ وعن اخلوارج؟ وعن املعتزلة؟ وعن اجلهمية؟‬ ‫وعن الصوفية؟ وعن الشيعة؟ وعن الروافض؟ من ومن‬ ‫ألف الكتب يدافع عن تلكم األباطيل؟ إال أناس من‬ ‫أهل العلم‪ ،‬أضلهم اهلل على علم‪ ،‬كما قال اهلل تعاىل ‪:‬‬ ‫‪24‬‬

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫ﭽﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ‬ ‫ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦﭧ ﭨ‬ ‫ﭩﭪﭼ‬

‫فأنت عليك أن تهدأ‪ ،‬وإذا قيل لك‪ :‬يا بقرة‪ ،‬ففع ً‬ ‫ال أنت‬ ‫بقرة‪ ،‬وقد تكون البقرة أحسن منك هدوءاً‪ ،‬تناطح من؟‬ ‫تناطح العلماء؟ أما ختجل؟ أما تستحي على نفسك‪،‬‬ ‫صدق رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم إذ يقول‪( :‬إن‬ ‫مما أدرك الناس من كالم النبوة إذا مل تستحي فاصنع ما‬ ‫ِ‬ ‫شئت) رواه البخاري عن أبي مسعود رضي اهلل عنه‪.‬‬ ‫البقرة ما تناطح العلماء‪ ،‬وأنت تناطح العلماء‪ ،‬البقرة ما‬ ‫جتادل‪ ،‬وال ختوض مثل ما ختوض فيه أنت‪ ،‬فأنت إذا قيل‬ ‫لك‪ :‬بقرة ‪-‬وامسحوا لي‪ -‬فبعض الناس ما يصلح له‬ ‫إال عصا عمر رضي اهلل عنه‪ ،‬عصا عمر بالضرب‪ ،‬وأنا‬ ‫بالكالم‪ ،‬إذا قيل هلذا املغفل‪ :‬يا بقرة‪ ،‬أو يا ثور‪ ،‬فالثور‬ ‫أحسن منه‪ ،‬الثور ما خيوض يف هذه األمور‪ ،‬الثور يعرف‬ ‫قدر نفسه‪ ،‬وهذا ما عرف قدر نفسه‪ ،‬العامل خائف من‬ ‫الفنت‪ ،‬وهذا آمن‪ ،‬العامل خائف من الزلل واخلطأ‪ ،‬وهذا‬ ‫آمن منها‪ ،‬ما أمن إال جلهله‪ ،‬وبعض الناس لسوء طويته‪،‬‬ ‫ً‬ ‫مدخال يف الطعون يف إخوانه‪،‬‬ ‫وملا عنده من أحقاد‪ ،‬وجد‬ ‫‪25‬‬

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‫ فوجد‬،‫هو يف األصل عنده مرض يف قلبه من إخوانه‬ ً ‫مدخ‬ .‫ال يف الطعون يف إخوانه‬ ‫ عند أي فتنة إذا مل يكم موقفك‬،ً‫فانتبهوا جزاكم اهلل خريا‬ ،‫ وما وفق‬،‫ وإال فأنت ممن خذل‬،‫قيها الرجوع إىل العلماء‬ ‫ كلما‬،ً‫ بل فنت كثرية جدا‬،‫ ما هي واحدة وانتهينا‬،‫َتأتي فنت‬ ‫ أجلأ إىل‬:‫ كلما جاءت فتنة قل‬،‫ اللهم ثبتين‬:‫جاءت فتنة قل‬ ‫ وال‬،‫ وال بالعبادة‬،‫ فبعض الناس ما يلجأ إىل اهلل بالدعاء‬،‫اهلل‬ ‫ وقد قال الرسول عليه الصالة‬،‫ وخيوض وخيوض‬،‫بشيئ‬ .)‫ (من حسن إسالم املرء تركه ما ال يعنيه‬:‫والسالم‬

“Wahai saudaraku! Sebagian fitnah yang menerjang menjadikan seorang yang halim (berakal dan sabar) terperangah kebingungan, maka bagaimana dengan orang yang tidak halim, dia akan membabi buta tidak karuan. Kalian sekarang sedang diuji dengan fitnah. Wajib bagi kalian untuk menjauhkan diri dari fitnah, sebagaimana sabda Rasulullah n:

، ََ‫ِّب ال ِفتن‬ َ ‫الس ِعيْ َد لمََ ْن ُجن‬ َ ‫الس ِعيْ َد لمََ ْن ُجن‬ َّ ‫ إِ َّن‬، ََ‫ِّب ال ِفتن‬ َّ ‫إِ َّن‬ . ََ‫ِّب ال ِفتن‬ َ ‫الس ِعيْ َد لمََ ْن ُجن‬ َّ ‫إِ َّن‬ “Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang berbahagia adalah yang benar-benar dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang berbahagia adalah yang benar-benar dijauhkan dari fitnah.”

Beliau mengulanginya tiga kali, beliau menekankan hal ini

26

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

dengan penegasan-penegasan dan mengulang-ulanginya dengan berkata:

. ََ‫ِّب ال ِفتن‬ َ ‫لمََ ْن ُجن‬ “Yang benar-benar dijauhkan dari fitnah.” Sementara sebagian manusia kita dapati menderetkan dirinya dalam medan fitnah. Perhatikanlah, di mana sabda Rasul n dan di mana sikap orang lalai ini?!

. ََ‫ِّب ال ِفتن‬ َ ‫الس ِعيْ َد لمََ ْن ُجن‬ َّ ‫إِ َّن‬

“Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah yang benar-benar dijauhkan dari fitnah.”

Sementara sebagian manusia menderetkan dirinya dalam fitnah dan mengajukan dirinya untuk fitnah. Wahai saudaraku! Seorang ‘alim mengkhawatirkan dirinya dari fitnah, sebab tidak setiap ‘alim mendapat taufiq untuk menjauhkan diri dari fitnah, berapa banyak ulama yang jadi korban fitnah! Lihatlah Al-Asya’irah, di kalangan mereka ada ulama dan mereka memiliki berbagai karya tulis, namun mereka termakan oleh fitnah Asy’ariyyah. Lihatlah Al-Mu’tazilah, Rafidhah, Khawarij dan Murji’ah, di kalangan mereka ada ulama yang hanyut bersama fitnah mereka dan selanjutnya menjadi pembela-pembela kebatilan. Jika seorang ‘alim mungkin selamat dan mungkin tidak selamat dari fitnah, maka bagaimana dengan seorang awam yang jahil dan seorang thalibul ‘ilmi? Jika seorang ‘alim punya berbagai karya tulis ternyata hanyut dalam fitnah Mu’tazilah, fitnah Khawarij, fitnah Asy’ariyyah, fitnah tashawwuf atau fitnah Rafidhah dan Syi’ah. Bahkan sebagian ulama hanyut dalam fitnah Yahudi dan Nashara,

27

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

sebagian ulama akhirnya menjadi pembela Yahudi dan Nashara, atau pembela Komunis. Di antara mereka ada yang menjadi Nashrani, seperti ‘Abdullah Al-Qashimi dan semisalnya. Di antara manusia ada yang menjadi Nashrani setelah menjadi seorang ‘alim yang punya karya tulis, kita berlindung kepada Allah l dari yang demikian. Maka hendaklah seseorang menjauhkan diri dari fitnah dan berdoa:

”Wahai Rabbku, selamatkanlah aku!”

. ‫يَا َر ِّب َسِّل ْم‬ ِ‫ني‬

Hendaklah dia berucap: “Semoga Allah l membalas para ulama dengan balasan yang lebih baik, kalau seandainya bukan karena Allah l, kemudian para ulama tentulah kami termasuk kaum yang tersesat.” Hendaklah dia mendoakan mereka dengan berkata:

َّ ‫َه ْم‬ َ ‫الكت‬ ُ ‫ واجمَْ ْع َكِل َمت‬، ‫السنَِّة‬ ِ ‫ْص ْر ُعَل َما َء‬ ُ ‫الل ُه َّم ا ن‬ ُّ ‫َاب َو‬ َ ‫َعَلى‬ َ ‫ َو َس ِّدْد أَْق‬،‫ َو َس ِّدْد ُه ْم‬،‫ َو َوِّف ْقهم‬،‫ َوأَ ِعنْ ُه ْم‬،‫احل ِّق‬ ‫ال َم ُه ْم‬ . َ ْ‫َه ْم يَا َر َّب ال َعاملَِين‬ ُ ‫َوأَْل ِست‬

“Ya Allah, tolonglah para ulama Al-Qur’an dan As-Sunnah, satukanlah kalimat mereka di atas al-haq, bantulah mereka, beri mereka taufik, luruskan mereka, luruskan pena-pena dan lisanlisan mereka, wahai Rabb sekalian alam!”

Adapun seseorang menampilkan dirinya (pada masa fitnah), padahal dia hanya thalib (pelajar) atau orang biasa (awam), maka Maha Suci Allah, betapa butuhnya kamu untuk dipukul dengan dirrah (tongkat) Umar z yang dengannya Umar biasa memukul orang-orang seperti kamu. ‘Umar z pernah memukul kepala

28

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

Shabigh dengan tongkatnya, maka setelah itu Shabigh berkata: “Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, sungguh apa yang ada di kepalaku telang hilang.” Namun hilang setelah diapakan? Setelah ‘Umar z memukul kepalanya dengan tongkatnya, setelah itu baru sadar dan berkata: “Sungguh yang ada di kepalaku telah hilang.” Yang ada di kepalanya adalah syubhat, hawa nafsu dan fitnah, setelah dipukul ‘Umar z akhirnya hilang. Bersama dengan itu ‘Umar z tetap memerintahkan untuk diisolasi (hajr), tidak seorangpun yang boleh mendekatinya, mengucapkan salam kepadanya dan menjawab salamnya. Tatkala para saksi yang adil datang bersaksi: “Wahai Amirul mukminin, sungguh sekarang dia sudah menjadi baik kembali, sekarang dia sudah tenang, sudah shalat, berpuasa, dst.”, barulah kemudian beliau mengizinkan kaum muslimin untuk duduk bersamanya. Jadi banyak orang yang butuh diberi pelajaran dengan tongkat ‘Umar. Wahai saudaraku, tidak setiap yang ingin diucapkan pantas untuk disampaikan. Seorang ‘alim saja menyampaikan ucapannya dalam keadaan berharap kepada Allah l agar diberi tsabat (kekokohan) dan kelurusan, serta khawatir atas dirinya. Tidak sedikit ulama yang sesat, menyesatkan, menyimpang dan berpaling. Allah l berfirman:

‫ﭽﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ‬ ‫ﮣﮤﮥﮦﮧﮨﮩﮪ‬ ‫ﮫ ﮬ ﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓﯔ ﯕ‬ ‫ﯖﯗﯘﯙﯚﯛﯜﯝ‬

29

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‫ﯞﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣ ﯤ ﯥﯦ ﯧ‬ ‫ﯨﯩﯪﯫﭼ‬

“Bacakanlah kepada mereka berita seseorang yang telah kami ajari ayat-ayat kami (kami beri ilmu), kemudian dia berpaling darinya, maka setanpun mengikutinya (untuk semakin menjerumuskannya dalam maksiat), sehingga menjadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Kalau seandainya kami mau, maka kami akan mengangkat derajatnya dengan itu, namun dia mengekalkan dirinya ke bumi (menghambakan dirinya kepada kehidupan dunia) dan mengikuti hawa nafsunya. Permisalannya seperti anjing, jika engkau muati dia menjulurkan lidahnya terengah-engah atau engkau biarkan diapun tetap begitu (dia tidak pernah puas dengan dunianya). Demikianlah permisalan kaum yang mendustakan ayat-ayat kami, maka ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah yang ada semoga mereka mau berpikir. “ (Al-A’raf: 175-176) Ini adalah kisah seorang yang berilmu yang hanyut dalam fitnah, diceritakan oleh Allah l kepada kita dan betapa banyak yang semisal dengannya pada masa lalu dan sekarang.

Tidaklah membela akidah Qadariyyah selain ulama Qadariyyah, demikian pula Murji’ah, Khawarij, Mu’tazilah, Jahmiyyah, Sufhiyyah, Syi’ah dan Rafidhah. Siapakah yang mengarang kitabkitab untuk membela kebatilan-kebatilan itu? Tidak lain adalah orang-orang yang berilmu yang disesatkan oleh Allah l di atas ilmu mereka, sebagaimana firman Allah l:

‫ﭽﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭚ ﭛ ﭜ‬ ‫ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣ ﭤ ﭥ ﭦﭧ ﭨ‬ ‫ﭩﭪﭼ‬ 30

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

“Tidakkah engkau melihat siapa yang mempertuhankan hawa nafsunya dan Allah sesatkan dia di atas ilmu, Allah tutup pendengarannya serta qalbunya, dan Allah beri selaput pada penglihatannya, maka siapakah yang dapat memberinya hidayah setelah Allah (menyesatkannnya), tidakkah kalian mengambil pelajaran.” (Al-Jatsiyah: 23) Wajib atasmu untuk menahan diri dan tenang. Jika dikatakan kepadamu bahwa engkau adalah sapi (dungu), maka memang realitanya kamu sapi, bahkan boleh jadi sapi lebih bisa menahan diri daripada kamu. Siapa yang hendak engkau tanduk? Engkau hendak menanduk ulama? Tidakkah engkau malu? Tidak malu pada dirimu sendirimu? Telah benar Rasulullah n ketika bersabda:

َ ‫اس ِم ْن َك‬ ‫اصنَ ْع‬ ْ ‫َح ِي َف‬ ْ ‫ إَِذا مَلْ َت ْست‬:ِ‫ال ِم النُُّب َّوة‬ ُ َّ‫إِ َّن ممَِّا أَْد َر َك الن‬ َ ‫َما ِشئ‬ .‫ْت‬ “Sesungguhnya di antar yang didapati manusia dari ucapan kenabian: “Jika engkau tidak punya rasa malu berbuatlah sekehendak hatimu.” (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari Abu Mas’ud z). Sapi tidak menanduk ulama, sedangkan engkau menanduk ulama. Sapi tidak mendebat dan tidak melibatkan diri seperti yang engkau perbuat sekarang. Jadi jika dikatakan kepadamu “engkau sapi”, maka harap dimaklumi. Sebagian orang tidak ada yang akan meredakannya selain tongkat Umar z, dipukul dengan tongkat Umar z. Jika dikatakan kepada yang tidak sadar: “Wahai sapi” atau “Wahai banteng”, maka banteng 

Yaitu sebagai teguran keras seorang ayah kepada anak-anaknya yang bandel dan kurang ajar kepada para ulama yang merupakan ayah-ayah mereka yang seharusnya dihormati dan dimuliakan, bukannya dicela, dicerca dan dicari-cari kesalahannya untuk dijatuhkan –pen.

31

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

lebih baik darinya, karena banteng tidak mereka-reka pada urusannya. Banteng menyadari kadar dirinya, sedangkan orang ini tidak menyadari dirinya. Seorang ‘alim takut dari fitnah, sedangkan orang ini merasa aman dari fitnah. Seorang ‘alim takut tergelincir dan salah, sedangkan orang ini merasa aman dari ketergelinciran dan kesalahan. Tidaklah dia seperti itu kecuali dikarenakan kejahilannya. Sebagian orang, dikarenakan kejelekan niatnya dan kedengkian yang tersembunyi dalam qalbunya diapun mendapat celah untuk mencela saudaranya. Padahal pada asalnya memang ada penyakit dalam qalbunya terhadap saudaranya, maka diapun mendapat celah untuk mencela saudaranya. Waspadalah! Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan. Jika sikap yang engkau ambil pada setiap fitnah yang terjadi bukan kembali kepada ulama, maka engkau akan termasuk orang yang terlantar dan tidak diberi taufiq. Fitnah akan menerjang silih berganti, bukan hanya sekali dan berakhir selamanya. Bahkan fitnah itu banyak sekali (silih berganti). Setiap kali ada fitnah, maka berdoalah:

“Ya Allah! Kokohkanlah aku.”

َّ . ْ‫الل ُه َّم َثبِّت‬ ِ‫ني‬

Setiap kali ada fitnah, maka berdoalah:

َ َّ ُّ ِ‫احليَاة‬ ،ِ‫اآلخ َرة‬ ِ ِ ‫َّاب‬ ِ ‫الل ُه َّم َثبِّتْنيِ ِباْل َق ْو ِل الث‬ ِ‫الدْنيَا َوفي‬ ِ‫ت في‬ َ َ َ ‫احل ْور َب ْع َد‬ َّ ،‫الك ْو ِر‬ ‫اص ِر ْف‬ ْ ‫الل ُه َّم‬ ِ ‫اللهم إِِّني أ ُعوُذ ِب َك ِم َن‬ َّ ،‫َعنيِّ ال ِفتنََ َما َظ َه َر ِمنْ َها َو َما َب َط َن‬ ، ْ‫الل ُه َّم َب ِّص ْرِني فيِ ِدي‬ ِ‫ني‬ َّ ، َ ْ‫ َو ُعَل َماَء َرَّباِنيِّين‬، َ ْ‫الل ُه َّم ا ْرُزْق ُجَل َساَء َصالحِِين‬ َّ ‫الل ُه َّم ُخ ْذ‬ ِ‫ني‬ .‫ِبيَ ِدي إِىَل َما تحُ ِبُُّه َوَت ْر َضاُه‬ 32

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

“Ya Allah, kokohkanlah aku dengan ucapan yang tsabit (kokoh) di dunia dan akhirat. Ya Allah, sungguh aku berlindung kepadamu dari kerusakan setelah kebaikan. Ya Allah, palingkanlah dariku fitnah-fitnah yang nyata dan yang tersembunyi. Ya Allah, berilah aku cahaya ilmu dalam agamaku. Ya Allah, anugerahilah aku teman duduk dari kalangan orang-orang shalih dan ulama Rabbaniyyun. Ya Allah, ambillah tanganku kepada apa yang engkau sukai dan ridhai.” Bersandarlah kepada Allah, sebagian orang tidak kembali menyandarkan dirinya kepada Allah dengan doa, tidak pula dengan ibadah, tidak melakukan satu upayapun, melainkan melibatkan diri dan melibatkan diri, padahal Rasulullah n bersabda:

َ ‫ِم ْن ُح ْسن إ ْس‬ .‫ال ِم املَْرِء َت ْر ُكُه َما َال يَ ْعنِيِْه‬ ِِ

“Merupakan kebagusan Islam seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak penting baginya.”

• Beliau juga menasehatkan:

‫ والباطل له‬،‫ اهللَ االستقامة على الكتاب والسنة‬،َ‫فاهلل‬ :‫ كما قال اهلل تعاىل‬،‫نهاية‬ ‫ﭽﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢﭼ‬ 81 :‫اإلسراء‬



Atau penurunan setelah peningkatan, wallahu a’lam –pen.

33

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‫ وألن‬،‫ واحلق يدوم وينتصر؛ ألن اهلل معه‬،‫الباطل ال يدوم‬

‫ وأما‬،‫ ناصرأهل احلق‬،‫ اهلل ناصر احلق‬،‫اهلل مؤيده وناصره‬ ‫ ﭽﮒ ﮓ ﮔ‬:‫الباطل فكما قال اهلل سبحانه وتعاىل‬ ‫ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚﮛ ﮜ ﮝ ﮞ ﮟ‬ 18 :‫ﭼ األنبياء‬ ‫ املتمسكني بالكتاب‬,‫فكونوا مع أهل العلم الربانيني‬ ‫ أو كان يف أي فتنة من‬،‫ سواء كان يف هذه الفتنة‬،‫والسنة‬ .‫ وهذا هو الذي جيب أن نقرره يف أمساعكم‬,‫الفنت‬

“Maka bertakwalah kepada Allah, bertakwalah kepada Allah, beristiqamalah (konsistenlah) di atas Al-Kitab dan As-Sunnah. Kebatilan ada akhirnya, sebagaimana firman Allah l:

‫ﭽﮙ ﮚ ﮛ ﮜ ﮝﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﭼ‬

“Katakan (wahai Muhammad) telah datang kebenaran dan musnahlah kebatilan, sesungguhnya kebatilan itu akan musnah.” (Al-Isra: 81) Kebatilan tidak akan kekal, sedangkan kebenaran kekal dan tertolong; karena Allah bersamanya, menguatkannya dan menolongnya. Allah menolong kebenaran dan ahlul haq. Adapun kebatilan, maka seperti firman Allah:

‫ﭽﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘ ﮙ ﮚﮛ‬ ‫ﮜ ﮝ ﮞ ﮟﭼ‬ 34

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫‪“Bahkan kami melemparkan kebenaran kepada kebatilan‬‬ ‫‪sehingga mengalahkannya, maka serta merta kebatilan itupun‬‬ ‫‪musnah. Bagi kalian adzab dengan sebab apa yang kalian‬‬ ‫‪sifatkan (menyifatinya punya anak dan istri serta mengangkat‬‬ ‫)‪sekutu-sekutu bagi Allah).” (Al-Anbiya’:18‬‬ ‫‪Maka hendaklah kalian bersama Ahlul ‘ilmi Rabbaniyyun yang‬‬ ‫‪berpegang teguh dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, baik dalam‬‬ ‫‪fitnah ini atau dalam fitnah apa saja. Inilah yang wajib untuk‬‬ ‫ ”‪kami tetapkan pada pendengaran-pendengaran kalian.‬‬

‫‪• Berkata Asy-Syaikh 'Utsman As-Salimi hafizhahullah:‬‬

‫فالواجب على طلبة العلم أال يتقدموا على علمائهم‪،‬‬ ‫فنبينا يقول‪( :‬الربكة مع أكابركم)‪ ،‬فكيف لو مجع اهلل هلذا‬ ‫الشخص ِكرب السن‪ِ ،‬كرب العلم‪ ،‬فصار كبريا يف علمه‪،‬‬ ‫فقد ج ّرب احلياة‪ ،‬جرب مشاكل الناس وأحواهلم‪ ،‬وهذا‬ ‫احلدث يظن األمر على هذه الطريقة فيخطئ‪ ،‬نعم خيطئ؛‬ ‫ألنه مل يقدّر املصاحل واملفاسد‪.‬‬ ‫فلذلك حنن حباجة أن نكون خلف العلماء‪ ،‬فإن الفنت‬ ‫تزداد اشتعاال إذا وكلت إىل صغار القوم‪ .‬إذا كان النيب‬ ‫صلى اهلل عليه وسلم عند أن قتل أحد الصحابة يف خيرب‪،‬‬ ‫وهي منطقة من مناطق اليهود‪ ،‬ولكن كانوا أهل ذمة‪،‬‬ ‫عاهدهم النيب صلى اهلل عليه وسلم‪ ،‬ثم إنه ذهب بعض‬ ‫املسلمني مع بعض إخوانه إىل خيرب‪ ،‬فقتل يف ذلك املكان‪،‬‬ ‫‪35‬‬

‫‪Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah‬‬

‫فجاء أخوه وبنو عمه إىل الرسول صلى اهلل عليه وسلم‬ ‫فقالوا‪ :‬يا رسول اهلل‪ ،‬فالن قتل‪ ،‬فأراد أخو املقتول الصغري‬

‫أن يتكلم‪ ،‬وجبواره ابن عمه أكرب منه سنا‪ ،‬فأراد الصغري‬ ‫أن يتكلم‪ ،‬فقال له النيب صلى اهلل عليه وسلم‪( :‬كرب‪ ،‬كرب)‪.‬‬ ‫قال‪ :‬يريد ِكرب السن‪ ،‬فلم يأذن النيب صلى اهلل عليه وسلم‬ ‫للصغري بالكالم حتى تكلم الكبري‪ ،‬وهذا من تقدير‬ ‫وتعظيم كبار السن‪ ،‬وهكذا كبار العلم؛ ألن الصغري‬ ‫قد يتكلم بكالم غلط فيقع يف األذهان‪ .‬ولكن إذا تكلم‬ ‫الكبري فللصغري أن ينقل ما تكلم به الكبريعلى الوجه‬ ‫الصحيح إن كان النقل له حاجة‪ ،‬فنحن ال مننع طلب‬ ‫العلم أن ينقل احلق‪ ،‬بل هم يعتربون سفراء لعلمائهم إىل‬ ‫الناس‪ ،‬ولكن إذا كان هناك مصلحة وأذن املشايخ بنشر ما‬ ‫قالوه من الفتوى أو احلكم أو البيان‪ ،‬فهذا الذي يضبط‬ ‫لنا األمور‪.‬‬ ‫أما إذا كان هذا الصغري يتقدم من هنا‪ ،‬وذاك من‬ ‫هناك‪ ،‬فصارت السهام تصدر من الصغار على بعضهم‬ ‫البعض‪ ،‬أو يتكلم الصغار على كبار القوم‪ ،‬فعلم أن هذه‬ ‫الطريقة طريقة خطرية‪ ،‬ما ضلت اخلوارج إال بسبب أنهم‬ ‫مل يأخذوا بتوجيهات الصحابة‪ ،‬فحكموا آرائهم قبل أن‬ ‫‪36‬‬

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫حيكموا كبارهم‪ ،‬بل انظر يف العهد النبوي‪ ،‬حني كان النيب‬ ‫صلى اهلل عليه وسلم يقسم الغنائم أو املال الذي جاء من‬ ‫اليمن‪ ،‬فأحد اخلوارج وهو ذو اخلويصرة يقول‪ :‬واهلل هذه‬

‫قسمة ما أريد بها وجه اهلل‪ .‬سبحان اهلل! اعرتاض‪ ،‬يريد أن‬ ‫يسري الناس كما يشتهي هو‪ ،‬ما يدري املسكني أن رسول‬ ‫اهلل عليه الصالة و السالم ما يعمل شيئا إال يوحي‪ ،‬فقال‪:‬‬ ‫هذه القسمة ما أريد بها وجه اهلل‪ .‬ملاذا يعطي املؤلفة‪ ،‬و‬ ‫يعطي فالنا ما ال كثريا‪ ،‬ويعطي‪ ،‬ويعطي ‪ ،...‬فقال‪ :‬هذه ما‬ ‫أريد بها إال اجملاملة‪ ،‬نسأل اهلل السالمة‪ ،‬فقال النيب صلى‬ ‫اهلل عليه وسلم‪( :‬أال تأ َمنوني وأنا أمني من يف السماء)‪.‬‬ ‫ثم أراد عمر أن يضرب عنق ذلك الرجل‪ ،‬ويف رواية‪:‬‬ ‫خالد‪ ،‬ولعلهما االثنان رضي اهلل عنهما أرادا قتله‪ ،‬فقال‬ ‫النيب صلى اهلل عليه وسلم‪( :‬دعوه‪ ،‬سيخرج من ضئضئ‬ ‫هذا قوم ميرقون من الدين كما ميرق السهم من الرمية‪،‬‬ ‫حتقرون صالتكم مع صالتهم‪ ،‬وصيامكم مع صيامهم‪،‬‬ ‫وقراءتكم مع قراءتهم)‪.‬‬ ‫فليس املطلوب أنك حتفظ فقط‪ ،‬أو تكثر العبادة فقط‪،‬‬ ‫كثري العبادة على موافقة السنة خري وبركة‪ ،‬وهذا مطلوب‬ ‫منا مجيعا‪ ،‬ولكن ال يدل على أن من صار قارئا‪ ،‬أو عنده‬ ‫‪37‬‬

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‫ ال بد أن‬،‫شيء من اخلري والعلم أنه يتصدر لألحكام‬

‫ وهلذا كما‬،‫ وننـزل األمور منازهلا‬،‫ننـزل الناس منازهلم‬ .‫قلت إذا رجع الناس إىل صغارهم فهذا يسبب الفنت‬ “Maka kewajiban thalabatul ‘ilmi adalah tidak mendahului ulama mereka, Nabi n kita telah bersabda:

.‫الب َكُة َم َع أَ َك ِاب ِر ُك ْم‬ ََ‫ر‬

“Berkah Allah bersama orang-orang besar kalian (dalam hal ilmu dan kedudukan).”

Maka bagaimana lagi jika seseorang terkumpul pada dirinya kebesaran dalam hal ilmu dan usia, diapun menjadi seorang yang besar ilmunya dan tua usianya. Sungguh dia telah berpengalaman dalam hidupnya dan berpengalaman dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kondisi masyarakat. Orang muda ini menyangka bahwa urusan ini ditangani dengan cara seperti ini sehingga dia keliru. Ya, dia keliru; karena dia tidak tahu mengukur mashlahat dan mafsadat. Oleh karena itu kita berhajat untuk berjalan di belakang ulama; karena fitnah akan semakin menyala jika diserahkan kepada kalangan orang-orang kecil dari kaum itu. Kalau saja Nabi n tatkala salah seorang sahabat terbunuh di Khaibar (beliau tidak mengizinkan yang muda untuk berbicara hingga yang tua telah berbicara, maka demikian halnya dengan kita). Khaibar adalah salah satu wilayah dari wilayah Yahudi, namun mereka adalah Ahludz Dzimmah; Nabi n mengambil perjanjian atas mereka. Kemudian sebagian kaum muslimin bersama saudaranya pergi ke sana, lalu dia terbunuh di sana. Maka datanglah saudaranya dan sepupunya menghadap Rasulullah n dan melapor: “Wahai Rasulullah! Fulan terbunuh.” Saudara korban ingin mendahului

38

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

berbicara, sementara di sampingnya ada sepupunya yang usianya lebih tua darinya, maka Rasulullah n berkata kepadanya:

“Dahulukan yang tua! Dahulukan yang tua!”

!‫ي‬ ْ ِّ‫ب! َكر‬ ْ ِّ‫َكر‬

Maksud Rasulullah n yang lebih tua usianya. Maka beliau tidak mengizinkan yang muda untuk berbicara hingga yang tua telah berbicara. Hal ini merupakan penghormatan kepada dan pemuliaan kepada orang-orang yang berusia lebih tua dan demikian pula halnya dengan yang beilmu lebih tinggi. Hal ini dikarenakan seorang yang masih kecil/muda boleh jadi dia berbicara sesuatu yang keliru dan tersangkut dalam ingatan. Namun jika yang besar telah berbicara, maka bagi yang kecil untuk menukil ucapan yang besar dengan cara penukilan yang benar jika ada hajat yang menuntut hal itu. Jadi kita tidak menghalangi seorang thalib untuk menukilkan kebenaran, justru thalabatul ‘ilmi merupakan duta perantara yang menyambungkan ulama dengan keumuman kaum muslimin. Namun hal itu dilakukan jika ada mashlahatnya dan para masyayikh telah mengizinkan penyebaran fatwa, hukum, keterangan yang disampaikannya. (Adab) inilah yang akan menjaga urusan-urusan kita terbimbing dengan baik. Adapun jika yang kecil maju mendahului dari sana dan yang lainnya dari sana sehingga mereka saling menghantamkan senjata-senjatanya kepada pihak yang lain, atau bahkan kalangan kecil menjelek-jelekkan pembesar-pembesar kaum, maka jelas ini adalah cara yang berbahaya. Tidaklah kaum Khawarij tersesat kecuali karena mereka enggan untuk mengikuti arahan-arahan para sahabat Rasul n. Mereka bertahkim (berhukum) kepada pandangan-pandangan mereka sendiri sebelum bertahkim (berhukum) kepada sahabat Rasul n. Bahkan lihatlah masa Rasulullah n, ketika Rasul n membagikan harta ghanimah

39

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

(rampasan perang) yang datang dari negeri Yaman berkatalah seorang khawarij, yaitu Dzul Khuwaishirah: “Demi Allah, ini adalah pembagian yang tidak diinginkan dengannya wajah Allah”. Maha suci Allah! Ini adalah kritikan, dia ingin agar orangorang berjalan sesuai hawa nafsunya. Orang miskin ini tidak sadar bahwa Rasulullah n tidaklah melakukan suatu amalan dalam agama ini kecuali dengan berdasarkan wahyu, lalu dia (dengan lancangnya) mengatakan: “Ini adalah pembagian yang tidak diinginkan dengannya wajah Allah”. Kenapa beliau memberi orang-orang muallaf (yang ingin dipikat qalbunya), memberi fulan harta yang banyak, memberi fulan, memberi …, sehingga berkatalah orang miskin ini bahwa pembagian ini semata-mata untuk basa-basi -kita memohon kepada Allah keselamatan-. Maka berkatalah Nabi n:

َ َ َ .‫الس َماِء‬ َّ ِ‫أ َال َتأَْمُن ْوِني َوأَنا أ ِمينُْ َم ْن في‬

“Tidakkah kalian mempercayaiku padahal aku adalah kepercayaan Dzat yang ada di atas langit.”

Lalu ‘Umar bermaksud untuk menebas leher orang itu, dalam riwayat lain: Khalid (yang bermaksud menebas lehernya), dan barangkali kedua-duanya bermaksud membunuhnya. Maka Nabi n berkata:

ِّ ‫ْض ِئ َه َذا َق ْو ٌم يمَُْرُقو َن ِم َن‬ ‫ين َك َما‬ ُ‫د‬ ِ ‫َعوُه! َسيَ ْخُر ُج ِم ْن ِضئ‬ ِ ‫الد‬ َ ‫الَت ُك ْم َم َع َص‬ َ ‫ تحَْ ِقُرو َن َص‬،‫الر ِميَِّة‬ ،‫الِت ِه ْم‬ َّ ‫يمَُْر ُق‬ َّ ‫الس ْه ُم ِم َن‬ .‫ َوِق َراَءَت ُك ْم َم َع ِق َراَءِت ِه ْم‬،‫َو ِصيَا َم ُك ْم َم َع ِصيَا ِم ِه ْم‬ “Biarkan dia! Akan muncul suatu kaum dari keturunannya yang melesat keluar dari agama ini dengan cepat seperti anak panah yang melesat keluar menembus sasarannya. Kalian menganggap

40

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

kecil shalat kalian dibanding shalat mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka dan bacaan Qur’an kalian dibanding bacaan Qur’an mereka.” Jadi yang dituntut darimu bukan semata-mata menghafal AlQur’an atau memperbanyak ibadah. Memperbanyak ibadah yang sesuai dengan As-Sunnah merupakan kebaikan dan berkah, dan hal ini dituntut dari kita semua, namun tidaklah hal itu berarti bahwa siapa saja yang telah menghafal Al-Qur’an atau punya sedikit kebaikan dan ilmu lantas menampilkan diri untuk menfatwakan hukum. Kita harus menempatkan manusia sesuai kedudukannya dan menempatkan urusan sesuai posisinya. Oleh karena itu seperti yang telah aku katakan jika kaum muslimin kembali kepada orang-orang kecil mereka, maka hal itu akan menimbulkan fitnah.”

Tersimpulkan dari nasehat-nasehat di atas bahwa jika terjadi fitnah, maka wajib secara darurat bagi siapa saja yang berharap diselamatkan oleh Allah l dari fitnah itu untuk merujuk kepada kibar ulama. Apa yang dinasehatkan oleh mereka itulah yang dipegang dan dijalani. Jika seorang thalib (penuntut ilmu) menyampaikan sesuatu dalam fitnah itu, maka kita sematamata menyampaikan apa yang dinyatakan oleh mereka dengan penuh amanah dan kehati-hatian. Jadi mereka yang berijtihad dan thalabatul ‘ilmu menyampaikan hasil ijtihad mereka sebagai penyambung antara mereka dan umat, wallahul muwaffiq.

41

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

IJMA’ (KESEPAKATAN) ULAMA UMAT ATAS KESALAFIAN ASYSYAIKH ‘ABDURRAHMAN MAR’I DAN ASY-SYAIKH ‘ABDULLAH MAR’I HAFIZHAHUMALLAH Dalam buku Nashaih ‘ Ulama’ Al-Ummah ‘ Indal Fitan Al-Mudlahimmah (Nasehat-Nasehat Ulama Ummat Dalam Menghadapi Fitnah Yang Gelap Gulita) Al-Walid AlWushabi hafizhahullah mengawali dengan menukilkan dua ijtima’ (pertemuan) besar ulama kibar Ahlussunnah di Yaman sebagai aplikasi wasiat Al-Walid Al-Mujaddid Muhaddits daril Yamaniyyah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah yang ditujukan kepada kibar ulama Yaman yang digelari oleh beliau sebagai Ahlul halli wal ‘aqdi, yaitu ulama yang memiliki keahlian dan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai problema dakwah yang ada. Seiring dengan himbauan Al-Walid Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah yang diakui sebagai Imam Ahlil jarh wat ta’dil masa ini agar wasiat itu diaplikasikan dalam menyelesaikan fitnah ini. Ijtima’ pertama berlangsung di Ma’bar di markaz Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam pada 12 Rabi’ul Akhir 1428 H. Hadir

42

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

pada ijtima’ itu Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab AlWushabi, Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdilllah Al-Imam, AsySyaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Yahya Al-Bura’i, Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih AshShumali, Asy-Syaikh ‘Abdul Mushawwir Al-’Arumi, Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Utsman As-Salimi, Asy-Syaikh ‘Abdur Rahman bin Mar’i Al-Adeni hafizhahumullah. Ijtima’ yang kedua berlangsung di Hudaidah di markaz Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi pada 5 Muharram 1429 H. Hadir pada ijtima’ itu para masyayikh tersebut di atas. Kesimpulan dari kedua ijtima’ tersebut menyatakan bahwa ijtihad Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuri hadanallah waiyyah menvonis Asy-Syaikh ‘Abdur Rahman –juga Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Mar’i - sebagai hizbi adalah salah dan atas Asy-Syaikh Yahya untuk menahan lisannya. Kemudian setelahnya beliau menukilkan nasehat-nasehat para ulama kibar yang berbicara pada kesempatan yang berbedabeda dalam upaya meredakan fitnah ini. Nasehat Al-Walid Al’Allamah Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhali, Al-Walid Al-’Allamah Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri, Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Al-Wushabi, Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdilllah Al-Imam, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Yahya Al-Bura’i, AsySyaikh ‘Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari, Asy-Syaikh 

Ijtima’ kedua ini sekaligus untuk menuangkan hasil ijtima’ para masyayikh Yaman bersama Asy-Syaikh Rabi’ di kediamannya di Makkah pada musim haji 1428 H. Masyayikh Yaman yang hadir pada ijtima’ itu adalah Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam, Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Al-Bura’i, Asy-Syaikh ‘Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari, Asy-Syaikh Muhammad Ash-Shumali, Asy-Syaikh ‘ Yahya bin ‘Ali Al-Hajuri.

43

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‘Abdullah bin ‘Utsman As-Salimi Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Ash-Shumali, Asy-Syaikh ‘Abdul Mushawwir Al-’Arumi hafizhahumullah. Semuanya sepakat menyalahkan ijtihad Asy-Syaikh Yahya menvonis Asy-Syaikh ‘Abdur Rahman Al-’Adeni dan AsySyaikh ‘Abdullah bin Mar’i hafizhahumallah sebagai hizbi. Mereka mengajak pihak Asy-Syaikh Yahya dan pengikutnya untuk berhenti dari fitnah ini dan saling menghormati, karena semuanya adalah Ahlussunnah yang harus dijaga kehormatan dan kemuliaannya. Mereka juga mengajak seluruh pihak untuk jam’ul kalimah (penyatuan kalimat) dan persatuan Ahlussunnah di atas manhaj yang sama. Hingga hari ini tidak satupun dari para ulama tersebut hafizhahumullah yang berubah ijtihad dan pendirian dalam menyikapi fitnah ini, bahwa kedua syaikh tersebut adalah masyayikh Ahlussunnah waljama’ah. Maka vonis Asy-Syaikh Yahya terhadap keduanya tidaklah menggoyangkan kedudukan keduanya di mata umat, walhamdulillah. Terkhusus Asy-Syaikh Al-Faqih ‘Abdurrahman AlAdeni masih tetap sebagai salah satu ulama kibar rujukan umat dalam menghadapi fitnah yang gelap gulita dan penyelesaian problematika dakwah di Yaman bersama kibar ulama lainnya yang telah diberi wasiat oleh Al-Walid Al-Imam Al-Wadi’i rahimahullah. Berkata Al-Walid Al-Muhaddits Al-Wushabi hafizhahullah pada nasehatnya kepada salafiyyun ‘Aden saat mereka datang berkunjung ke markaz Hudaidah pada tanggal 7 Rabi’ul Akhir 1430 H:

44

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫وهذا هو الواقع بالنسبة هلذه الفتنة فالعلماء جزاهم اهلل‬ ‫خرياً الذين َّ‬ ‫ثم على بيان احلديدة‬ ‫وقعوا على بيان معرب َّ‬

‫الصواب معهم وقد وفقهم اهلل ومجع كلمتهم وسدد‬ ‫رأيهم‪ .‬وكما تعلمون أيضاً من نصيحة الشيخ ربيع وفقه‬ ‫اهلل‪ ،‬هذه النصيحة الذهبية ُتضم إىل البيانني‪ ،‬يعين معناه‬ ‫أن الشيخ ربيعاً أيضاً معهم والشيخ عبيد اجلابري أيضاً‬ ‫معهم‪ ،‬فاجتمعت كلمة املشايخ يف هذه الفتنة من فضل‬ ‫عز َّ‬ ‫وجل َّ‬ ‫أن عبد الرمحن العدني وفقه اهلل من أهل‬ ‫اهلل َّ‬ ‫السنة واجلماعة وأن احلجوري أخطأ يف حتزيبِه للشيخ عبد‬ ‫الرمحن العدني هذا هو احلق وهذا هو الصواب‪.‬‬

‫وكما تعلمون أيضاً باجتماع العلماء يف فتنة أبي احلسن‬ ‫وفق اهلل العلماء يف اليمن ويف غري اليمن فاجتمعت‬ ‫كلمتهم وإىل اآلن ‪-‬من فضل اهلل‪ -‬على ختطئة أبي‬ ‫احلسن وأنه خمطئ يف اتهامه للمشايخ بأنهم حدادية‬ ‫ويف تنفريه عنهم أنه أخطأ يف ذلك‪ .‬واهلل يأمر بالعدل‬ ‫واإلحسان فاجتمعت كلمة علماء السنة يف فتنة أبي‬ ‫احلسن على هذا فكان الصواب مع العلماء ومع املشايخ‬ ‫و(يد اهلل مع اجلماعة) و( الربكة مع أكابركم)‪ .‬وخرجوا‬ ‫من فضل اهلل بتلك البيانات املسددة املوفقة وإىل يومنا‬ ‫‪45‬‬

‫‪Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah‬‬

‫هذا وهي يف حملها وظه َر تردي أبي احلسن وظهر عدوانه‬

‫إلخوانه‪ ،‬نفس الكالم يف هذه الفتنة اجتمعت كلمة‬ ‫العلماء يف احلاضر كما اجتمعت يف املاضي يف ختطئة‬ ‫احلجوري ويف أن العدني من أهل السنة واجلماعة وما‬ ‫ادعاه احلجوري يف عبد الرمحن العدني بأنه حزبي غري‬ ‫صحيح لكونه مل يقم على ذلك حجة‪.‬‬ ‫وكما تعلمون أيضاً من التاريخ فيما يتعلق بعلي بن أبي‬ ‫طالب رضي اهلل عنه ومعاوية بن أبي سفيان رضي اهلل‬ ‫وأن كلمة أهل السنة اجتمعت َّ‬ ‫عنهما َّ‬ ‫أن علياً رضي اهلل‬ ‫عنه هو احملق وأن معاوية رضي اهلل عنه كا َن خمطئاً اجتهد‬ ‫فأخطأ والصواب مع علي وهم صحابة رضي اهلل عنهم‬ ‫مجيعاً‪ .‬فينبغي ألهل السنة واجلماعة أن يفهموا هذا َّ‬ ‫أن‬ ‫اإلنسان كونه صحابيا أو كونه سنيا ال مينع أن يقع يف‬ ‫اخلطأ‪ .‬فالعلماء جزاهم اهلل خرياً يف املاضي ويف احلاضر‬ ‫سواء كان فيما جرى بني الصحابة أو ما جرى بني‬ ‫اإلمامني اإلمام البخاري واإلمام حممد بن حييى الذهلي‬ ‫إىل غري ذلك مما حيصل بني أهل العقيدة الواحدة واملنهج‬ ‫الواحد من بعض األخطاء من بعض الناس فهم جزاهم‬ ‫اهلل خرياً ينظرون يف املسائل بنظر العلم وليس بنظر‬ ‫‪46‬‬

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

َّ ،‫ بنظر الدين بنظر الدليل‬،‫العاطفة‬ ‫ (وإذا‬:‫فإن اهلل يقول‬ ‫ حنن مأمورون بالعدل‬،)‫قلتم فاعدلوا ولو كان ذا قربى‬ .‫بالقول واحلكم و باإلنصاف‬

َّ ‫وكما‬ ‫أن أهل السنة جزاهم اهلل خرياً أعين طالب العلم‬ ‫وعوام أهل السنة كانوا مع العلماء يف فتنة أبي احلسن‬ َّ ‫عز‬ ‫وجل وفق املشايخ ووفق أيضاً طلبة‬ َّ ‫ اهلل‬،‫واحلمد هلل‬ ‫ والعلماء قالوا احلق‬،‫العلم حني مسكوا بغرز العلماء‬ ‫ املسألة‬،‫الذي يقربهم إىل اهلل فكذلك هذه املسألة نفسها‬ ‫ والذي اجتهد فأخطأ فله أجر‬،‫فيها مصيب وفيها خمطئ‬ ً‫ فالعلماء جزاهم اهلل خريا‬.‫ومن أجتهد فأصاب فله أجران‬ ‫ال يزالون على ما قالوه يف املاضي يف هذه الفتنة أن الشيخ‬ .‫عبد الرمحن من أهل السنة واجلماعة‬ “Inilah realita yang ada terkait dengan fitnah ini, maka alhaq bersama ulama yang menandatangani keterangan hasil ijtima’ Ma’bar, kemudian menandatangani keterangan hasil ijtima’ Hudaidah -semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan yang lebih besar-. Sungguh Allah telah memberi taufiq kepada mereka, menyatukan kalimat mereka dan meluruskan pandangan mereka. Juga sebagaimana kalian telah ketahui nasehat Asy-Syaikh Rabi’, Allah telah memberi taufiq kepadanya. Nasehat emas ini disertakan bersama dua keterangan tersebut, artinya Asy-Syaikh Rabi’ juga bersama mereka. Demikian pula Asy-Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri bersama mereka. Maka kalimat masyayikh telah sepakat dalam fitnah ini -dengan karunia Allah

47

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

Azza wa Jalla- bahwa ‘Abdurrahman Al-’Adeni –semoga Allah memberi taufiq kepadanya- termasuk Ahlussunnah waljama’ah. Sebagaimana kalian ketahui bersama kesepakatan ulama pada fitnah Abul Hasan, Allah memberi taufiq kepada ulama Yaman dan ulama di luar Yaman, maka kalimat mereka sepakat dan hingga hari ini (mereka tetap sepakat) -dengan karunia Allahmenyalahkan Abul Hasan bahwa Abul Hasan telah keliru menuduh masyayikh Yaman sebagai Haddadiyyah dan bahwa dia telah keliru dalam hal itu. Allah memerintahkan hambahambanya untuk berbuat adil dan kebaikan, sehingga sepakatlah kalimat ulama As-Sunnah atas hal ini pada fitnah Abul Hasan, maka para ulama dan masyayiklah yang benar. Seperti kata Rasulullah n:

“Tangan Allah bersama jama’ah”

َ ‫يَ ُد اهللِ َم َع‬ .‫اجل َما َعِة‬ .‫الب َكُة َم َع أَ َك ِاب ِر ُك ْم‬ ََ‫ر‬

“Berkah Allah bersama orang-orang besar kalian (dalam hal ilmu dan kedudukan).”

Mereka mengeluarkan -atas karunia Allah- keteranganketerangan yang lurus itu (tentang Abul Hasan) dan hingga hari ini keterangan-keterangan persis pada tempat yang semestinya, dan nampaklah keburukan Abul Hasan dan permusuhannya kepada saudaranya. Pembicaraannya sama dengan fitnah ini. Kalimat ulama telah sepakat sekarang ini seperti halnya dulu dalam menyalahkan Al-Hajuri dan bahwa Al-’Adeni termasuk 

Abul Hasan Al-Mishri adalah seorang Ikhwani berkedok Salafi di negeri Yaman yang telah dinasehati sekian lamanya oleh para ulama, namun dia enggan kecuali semakin menampakkan kehizbian yang tersembunyi sehingga dia ditahdzir oleh para ulama dan salafiyyunpun dilegakan darinya –pen.

48

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

Ahlussunnah waljama’ah, dan tuduhan Al-Hajuri kepada Al’Adeni bahwa dia hizbi tidaklah benar, dikarenakan dia tidak menegakkan hujjah atasnya. Sebagaimana kalian ketahui juga dalam sejarah Islam terkait dengan fitnah antara ‘Ali bin Abi Thalib radiallahu ‘anhu dengan Mu’awiyah bin Abi Sufyan radiallahu anhuma bahwa kalimat Ahlussunnah telah sepakat menyatakan ‘Ali radiallahu ‘anhu yang benar dan Mu’awiyah radiallahu ‘anhu yang salah. Beliau berijtihad, namun ijtihadnya keliru dan yang benar adalah ‘Ali radiallahu ‘anhu, padahal mereka adalah sahabat radiallahu ‘anhum. Maka wajib bagi Ahlussunnah waljama’ah untuk memahami hal ini, bahwa kedududkan seseorang sebagai sahabat Nabi atau sebagai sunni tidaklah menjaganya untuk terjatuh dalam kesalahan. Maka para ulama -semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan yang lebih besar- dalam menyikapi kesalahan sebagian orang pada masa lalu dan masa sekarang, baik pada fitnah yang terjadi antara sahabat, antara Imam AlBukhari dan Imam Muhammad bin Yahya Adz-Dzuhli, atau selainnya yang terjadi antara dua pihak yang berakidah dan bermanhaj sama, mereka senantiasa melihat permasalahan dengan sudut pandang ilmu, dalil dan agama, tidak dengan sudut pandang perasaan. Karena Allah l berfirman:

‫ﭽﭨ ﭩ ﭪ ﭫ ﭬ ﭭ ﭮﭼ‬

“Jika kalian berbicara hendaklah kalian adil, meskipun dia adalah kerabat kalian sendiri.” (Al-An’am: 152)

Kita diperintahkan untuk jujur dan adil dalam berbicara dan memutuskan hukum. Sebagaimana halnya Ahlussunah -semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan yang lebih besar-, yaitu thalabatul ‘ilmi dan awam Ahlussunnah bersama ulama dalam menghadapi

49

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

fitnah Abul Hasan-segala puji bagi Allah-. Allah ‘Azza wa Jalla memberi taufiq kepada masyayikh dan thalabatul ‘ilmi tatkala thalabatu ‘ilmi berpegang erat dengan apa yang ditancapkan (dikatakan) oleh ulama dan ulama mengatakan al-haq yang mendekatkan mereka kepada Allah. Maka demikian pula dalam permasalahan sekarang ini, dalam permasalahan ini ada yang salah dan ada yang benar, yang berijtihad dan ijtihadnya salah mendapatkan satu pahala, sementara yang berijtihad dan ijtihadnya benar mendapatkan dua pahala. Jadi para ulama masih tetap dengan pendapat mereka yang dulu dalam fitnah ini bahwa Asy-Syaikh ‘Abdurrahman termasuk Ahlussunnah.”

Salah seorang thalabatul ‘ilmi di Yaman bernama ‘Abdullah bin Ahmad Al-Khaulani hafizhahullah menulis sebuah artikel tentang masalah ini yang bertajuk Ijma’ Al-Aimmah ‘ala Anna Asy-Syaikh Al-’Adeni min ‘Ulama Al-Ummah (Ijma’ Imam-Imam Umat Bahwa Asy-Syaikh Al-’Adeni Merupakan Salah Satu Ulama Umat). Dalam artikel tersebut Al-Khaulani berkata:

‫وال يقال قد خالف يف ذلك فالن بن فالن من العلماء‬ َ ‫ أن من منهج أهل‬:‫نقلت اإلمجاع؟ فاجلواب‬ ‫فكيف‬ ‫احلديث أن القول الشاذ يف عامل من العلماء ال يعد‬ ‫ فتجدهم ينقلون اإلمجاع على ثقة اإلمام‬،‫خارماً لالتفاق‬ ،‫بندار دون التفات إىل قول اإلمام الفالس فيه أنه كذاب‬ ‫وجتدهم ينقلون اإلمجاع على ثقة اإلمام البخاري وعدالته‬ .‫ وهكذا دواليك‬،‫دون التفات إىل قول اإلمام الذهلي فيه‬

50

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫وهكذا قال احلافظ ابن حجر ‪-‬رمحه اهلل‪ -‬يف ترمجة حبيب‬ ‫املعلم من (هدي الساري ص‪ )164‬متفق على توثيقه‪،‬‬

‫لكن تعنت فيه النسائي‪.‬‬

‫وقال احلافظ يف كليب بن وائل احلضرمي‪ :‬ثقة عند‬ ‫اجلميع إال أن أبا زرعة ضعفه بغري قادح (الفتح (‪.)825/6‬‬ ‫وقال يف حممد بن عبداهلل بن عبداحلكم املصري‪ :‬ال خالف‬

‫يف ثقته وأمانته‪ ،‬وتكذيب الربيع بن سليمان له ال معنى‬ ‫له‪(.‬التلخيص احلبري(‪.)373/3‬‬ ‫فلما كان طعن النسائي يف حبيب املعلم وطعن أبي‬ ‫زرعة يف كليب بن وائل‪ ،‬وتكذيب الربيع بن سليمان‬ ‫البن عبداحلكم ً‬ ‫قوال شاذاً مل يكن مانعاً للحافظ من نقل‬ ‫االتفاق على ثقة هؤالء األئمة‪.‬‬ ‫هكذا نقول يف هذه املسألة‪ ،‬وقد نقل فضيلة الشيخ‬ ‫عبداملصور العرومي ‪-‬حفظه اهلل‪ -‬أن كلمة مشايخ أهل‬ ‫السنة يف اليمن واحدة على تربئة العدني من احلزبية‪.‬‬ ‫‪“Jangan katakan bahwa Fulan bin Fulan dari kalangan ulama‬‬ ‫‪telah menyelisihi hal ini, maka bagaimana mungkin engkau‬‬ ‫‪menukilkan ijma’ ulama dalam hal ini? Jawabannya, merupakan‬‬ ‫‪manhaj Ahlul hadits bahwa perkataan yang ganjil (menyelisihi‬‬ ‫‪apa yang masyhur dari seluruh ulama) tentang diri seorang‬‬ ‫‪‘alim tidak dianggap membatalkan kesepakatan ulama yang‬‬

‫‪51‬‬

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

ada. Maka dari itu engkau mendapati Ahlul hadits menukilkan ijma’ bahwa Al-Imam Bundar adalah tsiqah (terpercaya) tanpa menoleh sedikitpun kepada jarh (celaan) Al-Imam Al-Fallas padanya bahwa dia kadzdzab dan engkau mendapati mereka menukilkan ijma’ bahwa Al-Imam Al-Bukhari tsiqah (terpercaya) tanpa menoleh sedikitpun kepada jarh Al-Imam Adz-Dzuhli, demikianlah seterusnya. Demikianlah kata Al-Hafizh Ibnu Hajar pada biografi Habib AlMu’allim dalam Hadyu As-Sari hal (461): “Disepakati bahwa dia tsiqah, namun An-Nasa’i mencari-cari kesalahannya.” Berkata Al-Hafizh dalam Fathul Bari (6/528) tentang Kulaib bin Wa’il Al-Hadhrami: “Tsiqah di sisi seluruh ulama Ahlul hadits, namun Abu Zur’ah memvonisnya dha’if (lemah) dengan alasan yang tidak bisa dibenarkan.” Berkata Al-Hafizh dalam At-Talkhish Al-Habir (3/373) tentang Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Hakam Al-Mishri: “Tidak ada khilaf bahwa dia tsiqah dan terpercaya, adapun tuduhan Ar-Rabi’ bin Sulaiman kepadanya sebagai pendusta tidaklah bermakna.” Tatkala celaan An-Nasa’i pada Habib Al-Mu’allim, celaan Abu Zur’ah pada Kulaib bin Wa’il dan vonis Ar-Rabi’ bin Sulaiman kepada Ibnu ‘Abdil Hakam pendusta merupakan pendapat yang syadz (ganjil), maka hal itu tidak menghalangi Al-Hafizh untuk menukilkan kesepakatan ulama bahwa mereka tsiqah (terpercaya). Demikian pula yang kami katakan dalam permasalahan ini, Fadhilah Asy-Syaikh ‘Abdul Mushawwir Al-’Arumi hafizhahullah telah menukil bahwa kalimat masyayikh Yaman sepakat menyatakan bersihnya Al-’Adeni dari kehizbian.”

Lihat: Nashaih ‘Ulama’ Al-Ummah ‘Indal Fitan Al-Mudlahimmah (NasehatNasehat Ulama Ummat Dalam Menghadapi Fitnah Yang Gelap Gulita).



52

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

Tidakkah seseorang malu menampilkan dirinya untuk menentang ijma’ para ulama umat dan berjalan sendiri di luar bimbingan mereka? Tidakkah dia khawatir atas dirinya yang sangat butuh bimbingan ulama Rabbaniyyun setelah hidayah dan taufiq dari Allah l, bahwa dengan sikap seperti itu dia akan semakin jauh dari jalan dakwah yang penuh berkah? Nas’alullaha as-salamah wal ‘afiyah.

53

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

FITNAH INI TIDAK MEMBAWA HAKEKAT DAKWAH YANG PANTAS UNTUK DIPERJUANGKAN Berdasarkan penjelasan di atas tersimpulkan bahwa fitnah ini tidak membawa hakekat dakwah sama sekali yang pantas untuk diperjuangkan. Yang ada dalam fitnah ini semata-mata hanya kepentingan-kepentingan pribadi, sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ahlil jarh wat ta’dil masa ini Al-Walid Al-Muhaddits Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah pada nasehat emasnya yang masyhur, beliau berkata:

.‫فيهم أغراض شخصية‬ “Pada mereka ada kepentingan-kepentingan pribadi.”

Demikian pula An-Naqid Al-Bashir Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Al-Bura’i hafizhahullah menafikan hal itu, beliau berkata:

‫ال ميكن أن تكون هناك حقائق على شخص تدل على‬ ‫ هذا‬:‫احنرافه عن السنة ثم يبقى أهل السنة يقولون‬ Lihat: Nashaih ‘Ulama’ Al-Ummah ‘Indal Fitan Al-Mudlahimmah (NasehatNasehat Ulama Ummat Dalam Menghadapi Fitnah Yang Gelap Gulita).





Lihat: Nashaih ‘Ulama’ Al-Ummah ‘Indal Fitan Al-Mudlahimmah (NasehatNasehat Ulama Ummat Dalam Menghadapi Fitnah Yang Gelap Gulita).

54

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

.‫أخونا؟! آسف ثم آسف من هذه النظرة إىل أهل السنة‬

‫الذي يظن بأهل السنة هذا الظن احلقيقة بارك اهلل فيكم‬ ‫أنه حيتاج إىل أن يتقي اهلل عز وجل ويراقب اهلل عز وجل‬ ‫ ما هي املصلحة اليت معنا‬.‫يف نظرته إىل مشايخ أهل السنة‬ :‫حتى جنامل مع فالن بعد ثبوت احلقائق فيه؟ حنن نقول‬ ‫إما سوء تصرف من اإلخوة املعنيني أو فهم خاطئ من‬ ‫ أما أن يقرر‬.‫الصدْع‬ َّ ‫الشيخ حييى وحنن نسعى يف َرأْب‬ ‫أحد أن الشيخ حييى تكلم حبقائق وأننا جنامل على حساب‬ .‫السنة! هذه مشاركة يف االحنراف‬ “Tidak mungkin bahwa pada diri seseorang ada hakekathakekat yang menunjukkan penyimpangannya dari As-Sunnah, lalu Ahlussunnah tetap saja mengatakan: ”Dia adalah saudara kita Ahlussunnah”?! Aku sangat menyesalkan dan aku sangat menyesalkan pandangan serupa ini kepada Ahlussunnah. Yang memiliki persangkaan seperti ini kepada Ahlussunnah, hakekatnya –semoga Allah melimpahkan berkahnya kepada kalian- dia butuh untuk bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla dan mengawasi Allah dalam pandangannya kepada para masyayikh Ahlussunnah. Mashlahat apa yang kami inginkan sehingga kami berbasa-basi kepada Fulan setelah tetapnya hakekat-hakekat penyimpangan pada dirinya? Maka kami nyatakan bahwa boleh jadi (fitnah ini) akibat ulah tidak bertanggung jawab dari ikhwah yang bersangkutan atau akibat pemahaman salah dari Asy-Syaikh Yahya, dan kami berupaya untuk memperbaiki kembali apa yang telah retak. Adapun seseorang menetapkan bahwa Asy-Syaikh Yahya telah berbicara tentang hakekat-

55

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

hakekat penyimpangan pada diri seseorang, lalu kami berbasabasi atas nama As-Sunnah! Hal ini artinya persekutuan dalam penyimpangan.”

Beliau juga berkata10:

‫نسمع التهمة باحلزبية على الشيخ عبدالرمحن ومن‬ َ ‫حنن‬ !‫ ولكن أين البينة؟‬،‫معه‬ “Kami mendengar adanya tuduhan hizbiyyah terhadap AsySyaikh ‘Abdurrahman dan yang bersamanya, namun mana buktinya?!”

Jadi hakekat yang ada pada diri Asy-Syaikh ‘Abdurrahman hafizhahullah seperti kata Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafizhahullah pada muhadharah-nya di Ma’bar mengulas singkat seputar perjalanan dakwah salafiyyah di Yaman:

‫والشيخ عبد الرمحن ما يزال مستمراً يف أموره ما يتعلق‬ ‫بالدعوة وما يتعلق بالتعليم وبالشروح واحلمد هلل‬ ‫ وهو من علماء أهل السنة بال شك وال‬،‫رب العاملني‬ .‫ارتياب‬ ‫ومما أحب أن أذكره أنه قبل مدة قصرية تكلم يف بعض‬ ‫احملاضرات ودعا إىل التمسك بالكتاب والسنة مع البعد‬ 10

Lihat: Nashaih ‘Ulama’ Al-Ummah ‘Indal Fitan Al-Mudlahimmah (NasehatNasehat Ulama Ummat Dalam Menghadapi Fitnah Yang Gelap Gulita).

56

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫عن الدعوات املشبوهة والدعوات احلزبية املغلفة‬

‫باجلمعيات وبغريها مما تغلف به احلزبيات‪ ،‬فكان كالمه‬ ‫طيباً وكان مما قاله وحذر منه أن حذر من حزب اإلخوان‬ ‫املسلمني الذين كان يسميهم شيخنا – وهو مصيب يف‬ ‫ذلك – حزب اإلخوان املفلسني‪ ،‬هم مفلسون خصوصاً‬ ‫يف باب السياسة‪ ،‬وكذلك أيضاً حذر من السرورية‪،‬‬ ‫ومن املتعصبني ألبي احلسن املأربي‪ ،‬وحذر من أصحاب‬ ‫اجلمعيات‪ ،‬ألنه قد عرف أن بعض أصحاب اجلمعيات إمنا‬ ‫جعلوا اجلمعيات ستاراً للتحزيب كأصحاب مجعية احلكمة‬ ‫وأصحاب مجعية اإلحسان‪ ,‬هؤالء ممن عرفوا أنهم جعلوا‬ ‫اجلمعيات ستاراً للتحزيب‪ ،‬كان شيخنا الوادعي يقول يف‬ ‫هؤالء‪ :‬حزبيتهم مغلفة‪ ،‬ثم ظهرت املغلفة وأظهروا ما‬ ‫عندهم وصاروا ذي ً‬ ‫ال حلزب اإلخوان املسلمني‪.‬‬ ‫فهذا البيان يف مثل هذا الوقت طيب وينبغي أن يكرره‬ ‫ما بني احلني واآلخر من أجل أن حتصل الفائدة أكثر؛ ألنه‬ ‫ملا حصل شيء من اخلالف ظن بعضهم أن الشيخ عبد‬ ‫الرمحن ما بقي عنده على ما كان عليه قبل اخلالف من‬ ‫حرص على الصفاء والنقاء يف الدعوة وإبعاد الدعوة عن‬ ‫الشبه وعن األمور احلزبية‪ .‬وحنن حبمد اهلل ما نعلم عنه‬ ‫‪57‬‬

‫‪Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah‬‬

‫إال خرياً من سابق ‪ ‬ومن الحق‪ ،‬ولكن مثل هذا الكالم‬ ‫يف مثل هذا الوقت يعد نافعاً ومنفراً ملن يريد أن يصطاد‬ ‫العكر كما يقال‪ ،‬وأن الشيخ عبدا لرمحن ما صار‬ ‫يف املاء ِ‬

‫على ما كان عليه من سابق وأنه وأنه بل بعضهم ظن‬ ‫أن الشيخ عبد الرمحن ملا حصل شيء من اخلالف أنه‬ ‫سريمتي بني حزب اإلخوان أو بني السروريني أو كذا‪،‬‬ ‫ولكن كل هذا مل يكن بل حبمد اهلل االستمرارية يف‬ ‫احملافظة على الدعوة‪ ،‬فهذا من فضل اهلل‪ ،‬وينبغي أن هذا‬ ‫الكالم يكرر ما بني احلني واآلخر حسب احلاجة والداعي‬ ‫إىل ذلك‪ .‬وال شك وال ريب أن الذين حياولون أن ينالوا‬ ‫من دعوتنا وأننا نسكت عنهم من أجل أن يقرتبوا وأن‬ ‫ينالوا ويقتنصوا من دعوتنا‪ .‬فالتحذير من األحزاب ودعاة‬ ‫البدع ودعاة التحزب وأصحاب اجلمعيات املتحزبني‬ ‫ما بني احلني واآلخر هذا أمر مهم ونافع حسب احلاجة‬ ‫والداعي إىل ذلك‪.‬‬ ‫‪“Asy-Syaikh ‘Abdurrahman tetap senantiasa lanjut pada‬‬ ‫‪urusan-urasannya, terkait dengan urusan dakwah, mengajar‬‬ ‫‪dan mensyarah, dan segala puji hanya untuk Allah Rabb‬‬ ‫‪sekalian alam. Tidak diragukan lagi beliau termasuk ulama‬‬ ‫‪Ahlussunnah.‬‬ ‫‪Di antara yang ingin aku sampaikan bahwa belum lama ini‬‬ ‫‪beliau menyampaikan sebuah muhadharah (ceramah) dan‬‬

‫‪58‬‬

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

mengajak untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan AsSunnah, serta menjauhkan diri dari dakwah yang berlumuran dengan syubhat/kebid’ahan dan dakwah hizbiyyah yang terselubung dengan jum’iyyah-jum’iyyah (yayasan-yayasan) atau selainnya yang dijadikan sebagai selubung untuk bersembunyi di baliknya. Maka statemen-statemen baik, di antara yang ditahdzirnya (diingatkan untuk dijauhi) adalah kelompok Ikhwanul Muslimin yang dijuluki oleh syaikh kami (AsySyaikh Muqbil) -dan sungguh dia benar dalam hal ini- sebagai kelompok Ikhwanul Muflisin11, mereka memang telah bangkrut (dalam perjuangannya) khususnya dalam kancah politik. Beliau juga mentahdzir dari dakwah Sururiyyah, dari orang-orang yang ta’ashshub kepada Abul Hasan Al-Mishri12. Demikian pula mentahdzir dari aktivis-aktivis jum’iyyah hizbiyyah (yayasan hizbi), karena telah tersingkap tirai bahwa sebagian aktivis jum’iyyah (yayasan) menjadikan jum’iyyah (yayasan) sebagai selubung untuk menyembunyikan kehizbiannya, seperti aktivis Jum’iyyah Al-Hikmah dan Jum’iyyah Al-Ihsan, mereka telah dikenal sebagai hizbiyyun yang berselubung di balik jum’iyyah. Adalah syaikh kami Al-Wadi’i mengatakan: “Hizbiyyah mereka terselubung”, kemudian tersingkaplah tirai yang menyelubungi mereka dan merekapun menampakkan hizbiyyah yang mereka sembunyikan selama ini, lalu merekapun menjadi ekor kelompok Ikhwanul Muslimin. Penjelasan seperti ini pada masa sekarang merupakan hal yang baik dan sudah semestinya untuk diulang-ulang agar menghasilkan manfaat yang lebih besar lagi, karena tatkala terjadi sedikit khilaf (perselisihan) ada sebagian orang menyangka bahwa tidak tersisa lagi pada diri Asy-Syaikh ‘Abdurrahman semangat/ perhatian terhadap kebersihan dan kemurnian dakwah, tidak ada 11

Kelompok yang bangkrut –pen.

12

Lihat catatan kaki no: 5 –pen.

59

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

lagi semangat/perhatian untuk menjauhkan dakwah dari perkara syubhat dan hizbiyyah. Adapun kami -segala puji bagi Allah-, kami tidaklah mengetahui darinya kecuali kebaikan sejak dulu hingga sekarang, namun tentu saja statemen-statemen semacam ini pada masa sekarang sangatlah bermanfaat dan menepis siapa saja yang bermaksud untuk memancing di air keruh –seperti kata istilah yang ada- bahwa Asy-Syaikh ‘Abdurrahman sudah tidak seperti yang dulu dan bahwa dia, bahwa dia, bahkan sebagian mereka menyangka bahwa tatkala terjadi khilaf (perselisihan) Asy-Syaikh ‘Abdurrahman akan tercampakkan di tengah-tengah kelompok Ikhwanul Muslimin, kelompok Sururiyyun atau semacamnya. Namun semua persangkaan itu tidak ada yang terbukti, justru sebaliknya -segala puji bagi Allah- beliau tetap senantiasa menjaga dakwah ini. Hal ini adalah keutamaan dari Allah. Sepantasnya hal ini diulang-ulang dari waktu ke waktu sesuai hajat dan tuntutan untuk itu. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang ingin merusak dakwah kita menginginkan agar kita diam atas mereka, mereka bertujuan dengan itu untuk mendekat kepada kita dan berburu untuk membuat kerusakan dalam dakwah kita. Maka tahdzir dari kelompok-kelompok hizbiyyah, penyeru-penyeru bid’ah, penyeru-penyeru hizbiyyah dan aktivis-aktivis jum’iyyah yang bersifat hizbiyyah dari waktu ke waktu merupakan hal yang penting dan bermanfaat sesuai hajat dan tuntutan untuk itu.”

60

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

PENUTUP

Sesungguhnya bagi siapa saja yang diberi taufiq oleh Allah l untuk berjalan bersama ulama kibar dan masyayikh Ahlussunnah yang adil dan bijak dalam menghadapi setiap fitnah, sungguh fitnah ini baginya sudah jelas kesimpulannya. Jadi sebenarnya tidak pantas lagi ada dua orang salafi pada hari ini yang memperdebatkan kesalafian kedua syaikh tersebut, karena ulama Ahlussunnah telah sepakat bersaksi bahwa keduanya adalah ulama Ahlussunnah, walhamdulillah ‘ala taufiqihi. Jika ada yang bersikeras menyelisihi ijma’ ulama dalam fitnah ini dan tetap menuduh Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Al’Adeni dan Asy-Syaikh ‘Abdullah Mar’i serta pembela-pembelanya sebagai “Komplotan Hizbi Baru”, padahal hakekat hizbiyyah tidak ada sama sekali pada mereka, artinya dia mengajak kepada perpecahan dan mengajak untuk melakukan kezhaliman kepada ulama, thalabatul ‘ilmi dan du’at tersebut. Dikhawatirkan bahwa hal tersebut justru berbalik menimpanya sebagai hukuman dari Allah l. Hal ini seperti kata Al-Walid Al-Wushabi hafizhahullah dalam nasehatnya kepada salafiyyun ‘Aden yang telah kami nukilkan sebagiannya di atas, nasehat yang beliau tujukan kepada

61

‫‪Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah‬‬

‫‪seorang imam mesjid di ‘Aden yang menghalangi salafiyyun untuk‬‬ ‫‪mengikuti ulama dalam fitnah ini, beliau berkata:‬‬

‫فما ينبغي هلذا اإلمام أن ينفر عن أهل العلم بل عليه‬ ‫أن يكون مع العلماء كما قال نبينا عليه الصالة والسالم‪:‬‬ ‫(الربكة مع أكابركم) وكما قال‪( :‬يد اهلل مع اجلماعة)‬ ‫وكما قال سبحانه وتعاىل‪َّ :‬‬ ‫(إن الذين فرقوا دينهم وكانوا‬ ‫شيعاً لست منهم يف شيىء إمنا أمرهم إىل اهلل)‪.‬‬ ‫والعلماء جزاهم اهلل خرياً يدعون إىل مجع الكلمة عم ً‬ ‫ال‬ ‫بهذه اآلية وما يف معناها من األدلة األخرى‪( :‬واعتصموا‬ ‫حببل اهلل مجيعاً والتفرقوا)‪ .‬العلماء ال يدعون إىل الفرقة‬ ‫وإمنا يدعون إىل مجع الكلمة فهي دعوة مصيبة على‬ ‫الكتاب وعلى السنة‪.‬‬ ‫ثم أيضاً الظلم ظلمات يوم القيامة واهلل ال حيب الظاملني‪،‬‬ ‫قال اهلل‪( :‬والظاملني أعد هلم عذاباً أليماً) وقال سبحانه‬ ‫وتعاىل‪( :‬إنا أعتدنا للظاملني ناراً َ‬ ‫أحاط بهم سرادقها وإن‬ ‫كاملهل يشوي الوجوه بئس الشراب‬ ‫يستغيثوا يغاثوا مباٍء‬ ‫ِ‬ ‫وساءت مرتفقاً)‪.‬‬ ‫إذا كان الشيخ عبد الرمحن العدني وفقه اهلل يقول‪( :‬أنا مع‬ ‫العلماء وأنا يدي يف أيديهم وكالمي من كالمهم واحلق‬ ‫‪62‬‬

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

‫على عيين ورأسي) فكوننا نقول له‪( :‬ال أنت حزبي) هذا‬

‫من الظلم هذا حرام‪ ،‬اإلنسان يراقب اهلل ويتقي اهلل وباقي‬ ‫جلس مع املشايخ كالمه‬ ‫يوم يقف بني يدي اهلل‪ .‬وإمنا كلما َ‬ ‫وذهب إىل‬ ‫طيب وجزاه اهلل خرياً وأيضاً حتى لو انفرَد‬ ‫َ‬ ‫عدن ما نسمع عنه َّ‬ ‫إال اخلري ُيعّلم وُيد ّرس وحياضر‪ ،‬فالذي‬ ‫ال يعينه على اخلري يخُ شى عليه أن يعاقبه اهلل من جنس‬ ‫عمله فال جيد من يعينه على اخلري‪ .‬فكونه يقول هذا نقول‪:‬‬ ‫َ‬ ‫تعلمت الكتاب‬ ‫جزاك اهلل خرياً هذا هو الظن فيك أنك‬ ‫والسنة وال ميكن أن ُتغري وأن الشيخ مقب ً‬ ‫ال رمحة اهلل عليه‬ ‫س فيك هذا اخلري وفع ً‬ ‫ال ظه َر من فضل اهلل‪ .‬فعلى‬ ‫تفر َ‬ ‫قد َّ‬ ‫الشيخ حييى احلجوري وفقنا اهلل وإياه أن يتقي اهلل يف أخيه‬ ‫الشيخ عبد الرمحن العدني ويف غريه من املشايخ وطلبة‬ ‫العلم والدعاة إىل اهلل‪ .‬و(الرامحون يرمحهم الرمحن) و(من‬ ‫ال يَرحم ال ُيرحم) هكذا يقول نبينا حمم ٌد صلوات اهلل‬ ‫وسالمه عليه وعلى آله‪.‬‬ ‫دعوة املشايخ جزاهم اهلل خرياً سواء كان من الشيخ ربيع‬ ‫أو الشيخ عبيد أو الشيخ النجمي رمحة اهلل عليه أو باقي‬ ‫املشايخ يف أرض احلجاز وجند أو مشايخ السنة يف اليمن‬ ‫دعوتهم دعوة رمحة للكبري والصغري دعوة رمحة‪ ،‬ماعندهم‬ ‫‪63‬‬

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‫ ما عندهم إ ّال‬،‫العنف ما عندهم الظلم إن شاء اهلل‬

‫الرتاحم والتعاطف و(الرامحون يرمحهم الرمحن) و(من ال‬ ‫يرحم ال ُيرحم) و(ارمحوا من يف األرض يرمحكم من يف‬ .‫السماء) ونسأل اهلل التوفيق‬ ‫وإن شاء اهلل أن الفتنة ظهرت كثرياً واجنلت كثرياً وهذا‬ ‫ثم بفضل جهود العلماء وصرب العلماء‬ َّ ‫بفضل اهلل‬ . ‫وهدوئهم ورمحتهم ورفقهم واهلل املوفق ملا حيبه ويرضاه‬ “Tidak sepantasnya imam mesjid ini untuk menjauhkan salafiyyun dari ulama, justru wajib atasnya untuk bersama ulama sebagaimana sabda Nabi kita n:

.‫الب َكُة َم َع أَ َك ِاب ِر ُك ْم‬ ََ‫ر‬

“Berkah Allah bersama orang-orang besar kalian (dalam hal ilmu dan kedudukan).”

“Tangan Allah bersama jama’ah”

َ ‫يَ ُد اهللِ َم َع‬ .‫اجل َما َعِة‬

Sebagaimana firman Allah l:

‫ﭽﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ‬

‫ﮄ ﮅ ﮆ ﮇﭼ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka bersekte-sekte engkau (wahai Nabi) bukan bagian

64

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

dari mereka sedikitpun. Hanyalah sesungguhnya urusan mereka kembali kepada Allah.” (Al-An’am: 159) Para ulama -semoga Allah memberkahi mereka- mengajak kepada persatuan kalimat berdasarkan ayat ini dan dalil-dalil lain yang semisalnya, seperti firman Allah l:

‫ﭽﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭼ‬

“Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah yang kokoh (Al-Qur’an) dan janganlah kalian berbepecah belah.” (Ali ‘Imran: 103) Para ulama tidak pernah mengajak kepada perpecahan, mereka semata-mata mengajak kepada persatuan kalimat. Maka dakwah mereka adalah dakwah yang benar di atas Al-Kitab dan As-Sunnah. Demikian pula kezhaliman adalah kegelapan-kegelapan bagi pelakunya di hari kiamat nanti dan Allah l tidak menyukai orang-orang yang zhalim. Allah l berfirman:

‫ﭽ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏﭼ‬

“Allah menyiapkan adzab yang pedih untuk orang-orang yang zhalim.” (Al-Insan: 31)

‫ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄﮅ ﮆ‬ ‫ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌﮍ ﮎ ﮏ‬ ‫ﮐ ﮑﭼ‬

“Sesungguhnya kami menyiapkan bagi orang-orang zhalim neraka yang dinding-dindingnya mengurung mereka. Jika mereka minta minum mereka diberi minum dengan air seperti cairan timah yang membakar wajah. Itu adalah sejelek-jelek

65

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

minuman dan betapa jeleknya neraka sebagai tempat kembali.” (Al-Kahfi: 29) Jika Asy-Syaikh ‘Abdurrahman -semoga Allah memberinya taufiq- mengatakan: “Aku bersama ulama, tanganku bersama tangan mereka, ucapan mereka adalah ucapanku juga dan aku menjunjung tinggi kebenaran di atas kepalaku”, maka sikap kita kepadanya mengatakan: “Tidak bisa, pokoknya kamu hizbi” merupakan kezhaliman, hal ini haram. Seseorang harus mengawasi Allah dan bertaqwa kepadanya serta takut sisa hari yang menantinya di hadapan Allah. Setiap kali beliau duduk bersama masyayikh statemennya baik -semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih besar-, hingga ketika pergi ke ‘Aden dan bersendirian di sana kita tidak mendengar darinya kecuali kebaikan. Di sana beliau mendidik,mengajar, memberi muhadharah (ceramah). Maka yang tidak membantunya untuk mendapat kebaikan dikhawatirkan Allah menghukumnya dengan hukuman yang setimpal sehingga tidak ada yang membantu dirinya untuk mendapat kebaikan. Jadi keadaan beliau menyatakan demikian kita sambut dengan mengatakan: “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang besar. Inilah persangkaan kami kepadamu bahwa engkau telah belajar AlQur’an dan As-Sunnah, engkau tidak mungkin mengubahnya dan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah telah berfirasat padamu kebaikan ini, kemudian kebaikan itu benar-benar terealisasi atas karunia Allah. Maka wajib atas Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuri semoga Allah memberi taufiq kepada kita dan kepadanyauntuk bertaqwa kepada Allah terhadap saudaranya Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Al-’Adeni, masyayikh yang lain, thalabatul ‘ilmi dan du’at. Sebagaimana sabda Nabi kita Muhammad n:

.‫حمَُه ُم الرَّحمْ ُن‬ ُ ‫الراحمُِو َن يَ ْر‬ َّ 66

‫نيل الربكة مع أكابر العلماء يف مواجهة الفتنة‬

“Yang mengasahi akan dikasihi oleh Allah Yang Maha Pengasih.”

.‫َم ْن َال يَ ْر َح ْم َال ُي ْر َح ْم‬

“Yang tidak mengasihi tidak akan dikasihi.”

َ .‫الس َماِء‬ َّ ِ‫ض يَ ْرحمَْ ُك ْم َم ْن في‬ ِ ‫ا ْرحمَُوا َم ْن فيِ األ ْر‬

“Sayangilah yang ada di muka bumi niscaya Yang ada di atas langit (Allah) akan menyayangi kalian.” Dakwah para masyayikh -semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih besar- adalah dakwah kasih sayang, apakah dari Asy-Syaikh Rabi’, Asy-Syaikh ‘Ubaid, Asy-Syaikh an-Najmi rahimahullah dan masyayikh lainnya yang ada di negeri Hijaz dan Najed, ataupun masyayikh yang ada di negeri Yaman. Dakwah mereka adalah dakwah kasih sayang kepada yang besar dan kecil. Dakwah mereka tidak mengandung kekejaman dan kezhaliman. Dakwah mereka semata-mata dakwah untuk saling menyayangi dan saling mengasihi. Rasulullah n bersabda: Kita memohon kepada Allah taufiq-Nya. Insya Allah fitnah semakin menampakkan dan menunjukkan hakekatnya. Semua itu atas karunia Allah, kemudian atas perjuangan ulama, kesabaran, ketenangan, kelembutan dan kasih sayang mereka. Semoga Allah memberi taufiq kepada apa yang dicintai-Nya dan diridhai-Nya.”

Wajib atas Ahlussunnah untuk senantiasa jujur dan adil dalam menyikapi setiap permasalahan dan fitnah. Siapapun dia, jika kejujuran dan keadilan sudah tidak lagi menghiasi dirinya, maka fitnah akan menelannya dan membinasakannya. Sungguh menakjubkan nasehat An-Naqid Al-Bashir Asy-Syaikh ‘Abdul

67

Meraih Berkah Bersama Kibar Ulama dalam Menghadapi Fitnah

‘Aziz Al-Bura’i hafizhahullah dalam salah satu nasehatnya terkait dengan fitnah ini:

‫ومن مل يتعامل يف الدعوة السلفية بالصدق فسنفارقه يوما‬ ‫ هذا هو املصري ملن‬،‫ ال بد من هذا‬،‫من األيام أو يفارقنا‬ .‫ال يعيش داخل هذه الدعوة بالصدق واإلنصاف‬ “Barangsiapa tidak bermuamalah dalam dakwah salafiyyah dengan kejujuran niscaya suatu hari kita akan meninggalkannya atau dia yang memisahkan diri dari kita, mesti demikian. Ini akibat yang akan dirasakan oleh siapa saja yang tidak hidup dalam dakwah ini dengan kejujuran dan keadilan.”

Semoga Allah l senantiasa menganugerahi kita kejujuran dan keadilan dalam dakwah yang penuh berkah ini, serta memberkahi hidup kita di atas ilmu, iman, adab dan amal shalih hingga ajal menjemput, amin ya Rabbal ‘alamin.

Washallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa’ala alihi wasallam, walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Selesai ditulis pada hari Sabtu, 29 Rabi’uts Tsani 1430 H

68

S

uatu prinsip yang harus kita tanamkan pada diri kita sebagai seorang salafi pengikut manhaj Ahlussunnah waljama’ah, yaitu senantiasa merujuk kepada ulama umat selaku para pewaris Nabi n . Terutama dalam masalah-masalah besar yang bersifat umum yang menyangkut ketenteraman umat dalam menjalani agamanya, hendaklah dikembalikan urusannya kepada ahlinya dari kalangan ulama kibar (besar). Allah l berfirman:

‫ﭽ ﭚ ﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠﭼ‬

“Maka bertanyalah kepada ahlu ‘ilmi jika kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 43)

P

ada saat terjadi fitnah yang melanda umat, maka kita diperintahkan untuk mengembalikan solusinya kepada mereka. Ketinggian ilmu mereka dan kekokohan mereka dalam bersaksi atas kebenaran dengan penuh keadilan menjadikan mereka terpilih sebagai ulamaulama besar pembimbing umat yang memiliki kedudukan yang tinggi dan agung di tengah-tengah Ahlussunnah waljama’ah. Oleh karena itu Allah l dan Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk memegang prinsip ini agar kita terbimbing dan meraih berkah dalam menjalani agama ini.

Related Documents


More Documents from ""