1. Menjelaskan perbedaan tes dengan pengukuran 1. Tes adalah instrumen atau alat yang digunakan untuk memperolah informasi tentang individu atau objek (Albertus Fenanlampir dan Muhammad Muhyi Faruq, 2015: 2). Hal ini sependapat dengan yang disampaikan oleh Rusli Lutan (200: 21) tes adalah sebuah instrument yang dipakai untuk memperoleh informasi tentang seseorang atau objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat yang diguanakn untuk mendapatkan informasi. Sebagai alat pengumpul informasi atau data, tes harus dirancang secara khusus. Aspek tes biasanya meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Tes ini dapat berupa pertanyaan tertulis, wawancara, pengamatan tentang unjuk kerja fisik, checklist, dan lain-lain. 2. Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara objektif (Albertus Fenanlampir dan Muhammad Muhyi Faruq, 2015: 2). Hal ini sependapat dengan yang disampaikan oleh Rusli Lutan (2000: 21) pengukuran adalah proses pengumpulan informasi. Melalui kegiatan pengukuran segala program yang menyangkut perkembangan dalam bidang apa saja dapat dikontrol dan dievaluasi. hasil pengukuran dinyatakan dalam bentuk angka yang dapat diolah secara statistic. Jadi, berdasarkan definisi diatas beda tes dengan pengukuran adalah :
Tes Pengukuran Tes digunakan sebagai alat atau media Pengukuran digunakan untuk memberi angka untuk memperoleh informasi tentang pada karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang lain.
orang, hal, atau obyek yang diambil dari
sebuah tes. 2. Menjelaskan klasifikasi tes Klasifikasi tes berdasarkan cara mengerjakan : 1. Tes Tulis (written Test) Tes tulis ada 2 : 1. Tes obyektif Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes “ya-tidak” dan tes model baru, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab testee dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item atau dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Suatu tes yang soal-soalnya terdiri dari atas butir-butir soal bentuk objektif.
Tes Objektif berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-pesoalan dalam tes objektif sudah terstruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti. Keunggulan Tes Objektif 1. Waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat 2. Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap kadar reliabilitas 3. Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban dapat dibuat secara pasti 4. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban sudah dapat ditentukan secara pasti. Kelemahan Tes Objektif 1. Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat. Tidak dapat mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu pesoalan. 2. Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri. 3. Bahan ajar yang diungkap dengan ts objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal yang factual. Macam-Macam Tes Objektif 1. Tes benar salah (true false) Butir soal benar salah (true – false item ) adalah soal yang terdiri dari pernyataan penyataan (statemen) yang disertai dengan alternatif jawaban. Pernyataan tersebut adalah benar salah Peserta tes trsebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika pernyataan menurut pendapat benar dan huruf S jika salah.Banyak hal yang harus diperhatikan dalam membuat soal benar salah agar mendapatkan butir soal yang baik. Keunggulan Tes Benar Salah 1. Mudah dikonstruksi karena hanya membutuhkan satu pertanyaan .Pernyataan 2.
itu saja harus berhubungan dengan bidang studi yang harus di uji Soal benar salah harus dapat mewakili seluruh pokok bahasan karena soal ini hanya meminta waktu yang singkat untuk menjawabnya.Dalam waktu singkat
3. 4.
siswa harus banyak menjawab soal Mudah diskor karena untuk setiap soal hanya ada dua alternatif jawaban Merupakan bentuk soal yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
5. 6.
langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan Dapat digunakan berulang kali Dapat dikoreksi secara cepat dan objektif
7.
Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti
Kelemahan Tes Benar Salah 1. Mendorong Siswa untuk menebak jawaban .Kemungkinan jawaban benar sama dengan kemungkinan jawaban salah sehingga kemungkinan diswa untuk menebak lebih besar 2. Terlalu menkan pada asoek ingatan .Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi . Kekemahan ini lebih buruk kalau penyusun soalmengutip langsung dari pernyataan yang pada buku ajar yang digunakan 3. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah 4. Meminta responh dari siswa yang berbentuk peenilaian mutlak 2. Tes pilihan ganda (multiple choice) Jenis soal pilihan ganda (multiple choise) merupakan jenis yang paling popular dalam kelompik butir soal objektif.Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang alternative jawabannnya lebih dari dua (berganda).Pada umumnya jumlah alternative jawaban itu berkisar antara empat atau lima. Tiap soal pilihan ganda terdiri dari dua bagian,yaitu pertanyaaan yanga biasa juga disebut stem,dan alternative jawaban disebut juga option.Stem mungkin dalam bentuk pernyataan atau dapat juga berupa pertanyaan.Bila berbentuk pernyataan,mungkin merupakan pernyataan yang lengkap atau pernyataan yang tidak lengkap.Mungkin pula berisi pernyataan dan pertanyaan.Option terdiri dari beberapa pilihan,dan salah satu dari alternative pilihan itu adalah jawaban yang benar terhadap pertanyaan.Option yang merupakan jawaban yang benar dinamakan Kunci Jawaban.Alternatif jawaban yang bukan kunci jawaban dinamakan pengecoh atau distractor. Keunggulan tes pilihan ganda 1. Dapat digunakan untuk mengukur sekala jenjang tujuan instruksional,mulai dari yang paling sederhana (C1) sampai yang kompleks (C6). 2. Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih banyak,karena hanya diperlukan waktu yang relatif singkat untuk menjawab setiap butir soal.Penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas sehingga tes dapat mencakup hampir seluruh pokok bahasan. 3. Pemeriksaan (penskoran) jawaban peserta tes dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat.
4. Dapat dikonstruksi untuk mengukaur kemampuan peserta tes memberikan berbagai tingkatan kebenaran.Misalnya dapat dibuat butir soal dengan option yang seluruhnya benar tetapi berbeda tingkat kebenarannya.Peserta tes diminta untuk memilih option yang paling benar. 5. Dapat menggunakan lebih dari dua option sehingga dapat mengurangi kemungkinan siswwa menebak.Keinginan menebak menjadi lebih besar bila kemungkinan (probabilitas) menjawab benar cukup besar. 6. Memungkinkan dilakukannnya anlisis butir soal secara baik.Tes pilihan ganda dapat disusun setelah butir-butir soalnya diuji cobakan.Bila setelah diuji coba dan dianalisis ternyata ada butir soal yang jelek dan lemah,perbaikan (revisi) terhadap soal dapat dilakukan. 7. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan atau diatur dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.Semakin homogen alternatif jawaban semakin tinggi tingkat kesukarannnya. 8. Dapat memberikan informasi tentang siswa (testee) lebih banyak terutama bila soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.Setiap pilihan siswa terhadap alternatif jawaban merupakan informasi tenyang penguasaan kognitif siswa dalam bidang yang dites sehingga dapat digunakan untuk mengukur daya serap siswa,dan mendiagnosis kelemahan siswa. Kelemahan tes pilihan ganda 1. Sukar dikonstruksi.Kesukaran dalam mengkonstruksi (membuat) soal pilihan ganda terutama untuk menemukan alternatif jawaban saja,yaitu kunci jawaban.Alternatif lainnya dicari dan ditemukan dengan tergesa-gesa sehingga tidak akan homogen. 2. Kurang mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. 3. Membatasi siswa untuk menyelesaikan jawaban dan pemecahan sendiri. 4. Adanya kecenderungan hanya untuk menguji dan mengukur aspek ingatan yang merupakan aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif. 5. Penggunaan tes pilihan ganda secara terus menerus akan menyebabkan siswa mengetahui dan mengerti tentang suatu problem,tetapi tidak tahu bagaimana memecahkan problem tersebut dalam situasi yang nyata. 6. Makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihan ganda,makin besar kemungkinan ia mendapatkan skor lebih baik yang sebenarnya tidak berdampak positif terhadap hasil individu.
7. Tidak dapat digunakan untuk mengukur keterampilan,keindahan,kemampuan megorgaisisr,dan menampilkan ide-ide baru dari siswa yang sangat penting bagi pengembanagn ilmu. 3. Tes menjodohkan (matching) Tes menjodohkan (Matching Test) adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari dua kolom yang parallel dimana masing-masing kolom berisi uraian-uraian, keterangan, maupun pernyataan. Terdapat dua ragam tes bentuk menjodohkan, yakni : 1. Sistem penjodohan sempurna Dalam sistem ini, tiap satu butir dalam premis memiliki satu jawaban sebagi jodohnya. 2. Sistem penjodohan tidak sempurna Dalam system ini terdaopat dua atau lebih butir dalam premis yang bersamasama mempunyai pasangan (jodoh) yang sama. Keunggulan Tes Menjodohkan 1. Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal 2. Dapat diperikasa dengan computer 3. Relatif mudah menyusun soalnya 4. Penskoran dapat dilakukan dengan cepat dan objektif. 5. Baik untuk mengukur hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan. 6. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung. 7. Agak mudah dikonstruksi sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat dikonstruksi soal yang cukup banyak untuk satu mata pelajaran. 8. Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji. Dengan menggunakan tes mencocokkan dapat mewakili setiap pokok bahasan dalam suatu bidang studi. Kelemahan Tes Menjodohkan 1. Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan 2. Penulis soal cenderung tidak cermat 3. Sulit menemukan pasangan yang homogeny 4. Tes mencocokkan terlalu menekankan pada aspek ingatan/hafalan. Sukar untuk mengukur aspek pemahaman dan aspek lainnya yang lebih tinggi. 5. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mangukur hal-hal yang berhubungan. 6. Banyak kesempatan peserta tes untuk menjawab secara untung-untungan. Kerjasama antara siswa pada waktu mengerjakan tes lebih terbuka 4. Tes melengkapi (completion)
Tes bentuk melengkapi (complete test) dapat berupa isian dan ada pula yang merupakan jawaban singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif yang menuntut agar peserta tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban . Tes melengkapi dikatagorikan ke dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini peserta tes melengkapi atau mengisi titik-titik atau bagian yang dikosongkan pada pokok uji dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka. Peserta tes dapat pula diminta untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang memerlukan perhitungan. Apabila pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih titik-titik yang harus diisi,maka setiap titik-titik itu hanya dapat diisi dengan benar oleh kata atau angka yang sudah tertentu atau pasti. Tes ini bisa disusun berurutan ke bawah dengan diberi nomor dan dapat pula disusun dalam bentuk kalimat tersambung berbentuk karangan. Tes bentuk melengkapi dapat juga berupa gambar table yang harus dilengkapi. Keunggulan tes melengkapi 1. Mudah dikonstruksi karena soal ini hanya akan mengukur hasil belajar yang sederhana yaitu yang bersifat ingatan. 2. Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope yang luas. 3. Dapat diskor secara cepat dan objektif. 4. Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan singkat dan tepat. Kelemahan tes melengkapi 1. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks karena hanya menghasilkan respon yang singkat dan sederhana 2. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menskornya meskipun tidak selama tes uraian. 3. Menyulitkan pemeriksa apabila jawaban siswa membingungkan. 4. Kurang ekonomis karena memerlukan kertas(biaya) yang banyak jika dibandingkan dengan tes uraian. Prinsip konstruksi tes melengkapi Beberapa petunjuk dalam penulisan butir soal untuk tes melengkapi (tes melengkapi) agar dicapai kualitas soal yang baik adalah : 1. Gunakanlah pertanyaan atau pernyataan yang menuntut jawaban singkat dan tertentu. Jawaban itu haruslah satu kata, satu ungkapan, sebuah angka, atau sebuah simbol. 2. Jangan menggunakan kalimat yang dikutip langsung dari buku atau catatan siswa. Penggunaan kalimat yang diambil langsung dari buku cenderung
mendorong peserta tes akan menghafal tanpa berusaha memahami apa yang dibacanya. 3. Pertanyaan atau pernyataan hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan mudah dipahami. 4. Dalam menanyakan masalah hitungan harus ditentukan tingkat ketepatan, apakah angka bulat, satu desimal, atau dua desimal. 5. Tempat yang harus diisi (titik-titik) sebaiknya ditempatkan ditengah atau pada akir kalimat agar tidak menimbulkan salah pengertian. 6. Panjangnya titik supaya dibuat sama untuk semua soal. 5. Tes jawaban singkat Bentuk soal jaawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai banar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak lengkap. Beberapa petunjuk khusus dalam penyusunan tes ini antara lain dijelaskan oleh Stanley, sebagai berikut: 1. Menggunakan kalimat Tanya 2. Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat disampaikan sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan satu kata 3. Disediakan kolom jawaban kalau memang lembar jawaban ingin dijadikan satu dengan lembar soal 4. Hindarkan susunan kalimat yang sama dalam buku teks 5. Hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. (Stanley, and Kanneth 1978:220-221) Keunggulan Tes Jawaban Singkat: 1. 2. 3. 4.
Menyusun soal relatif mudah Kecil kemungkinan siswa menjawan dengan menebak Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat Hasil penelitian cukup objektif
Kelemahan Tes Jawaban Singkat: 1. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi 2. Memerlukan waktu agak lama dalam penilaian meski tidak selama tes essay 3. Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa. 2. Tes subyektif (tes essai/tes uraian) Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang Nurkancana dan
Sumartana (1986: 42). Tes dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsurunsur yang diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri oleh pengambil tes. Peserta tes harus menyusun sendiri kata-kata dan kalimat-kalimat dalam merumuskan jawabannya. Butir soal mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Zainul dan Nasoetion, 1996 : 33), constructed-response tests are those that call for the examinee to produce something (Popham, 1981 : 266). Soal uraian (essay) berbeda dengan soal objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Jawaban tidak dinilai mulai dari 100% benar dan 100% salah. Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki yang dituangkan dalam kunci. Jawaban mungkin mengarah kepada jawaban yang tidak tunggal (divergence). Kebenaran yang dicapai bisa 0%, 20%, 30%, 50%, 70%, atau 100% tergantung ketepatan jawabannya. Mengenai tes esai, berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan sebagai tes yang semua unsur yang diperlukan oleh peserta tes untuk menjawabnya harus diciptakan, dicari dan disusun sendiri. Jawaban yang berupa uraian menyebabkan tingkat kebenarannya berderajad, sesuai dengan tingkat kesesuaian jawaban dengan kunci jawabannya Kelebihan tes esai : 1. Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi. 2. Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri. 3. Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya. Kelemahan tes esai : 1. Terdapat subjektivitas dalam penilaiannya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda. 2. Tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan ditulis butir tes dalam jumlah banyak (soal menjadi tidak representatif). 3. Penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai. 4. Sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect. Tes subyektif ada 2 : 1. Tes uraian bebas
Tes uraian bebas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menghasilkan, mengorganisasi, mengekspresikan ide; mengintegrasikan pelajaran dalam berbagai bidang; membuat desain eksperimen; mengevaluasi manfaat suatu ide; dan sebagainya. Pada test uraian bebas, jawaban yang dikehendaki muncul dari teste sepenuhnya diserahkan kepada teste itu sendiri. Artinya, teste mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. 2. Tes uraian terikat Tes uraian terikat tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam: menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memberikan alasan yang relevan, merumuskan hipotesis, membuat kesimpulan yang tepat, menjelaskan suatu prosedur, dan sebagainya. 2. Tes Lisan (oral test) Pada dasarnya tes lisan sama dengan tes uraian, perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Tes lisan dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dan testi. Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan. Jika bahan ajar yang diajukan sama maka ideal sekali kalau siswa mendapat perangkat soal yang sama, tetapi hal ini sulit untuk dilakukan secara serempak terhadap semua testi oleh tester yang sama. Adapun keunggulan-keunggulan dan kelemahan dari tes lisan adalah : Keunggulan : 1. Mengukur kemampuan berpikir taraf tinggi secara lebih leluasa. 2. Memungkinkan untuk melakukan pengecekan 3. Tak ada kesempatan untuk menyontek Kelemahan : 1. Lebih memungkinkan untuk terjadinya ketidakadilan 2. Memungkinkan penguji untuk menyimpang dari lingkup bahan ajar yang diujikan 3. Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama 4. Memerlukan banyak format intrumen 5. Peluang subjektivitas dalam penilaian lebih terbuka 3. Tes Perbuatan (Performance test) Pengertian tes performance menurut Dewa Ketut Sukardi ialah tes yang menuntut testee untuk menggerakkan atau menggunakan objek-objek, atau menyusun bagian-bagian yang dikerjakan dengan tepat. Menurut Smith & Adams, “Performance tes”, adalah suatu
tes yang berhubungan dengan berbagai bentuk aktifitas fisik, seperti, memasang pola dengan balok-balok kayu. Dapat ditarik pengertian bahwa, tes performance merupakan bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan/perbuatan, unjuk kerja atau keterampilan melakukan tugas-tugas tertentu. Siswa bertindak atau mempraktekkan dan mendemonstrasikan sesuai dengan apa yang diperintahkan atau ditanyakan. Misal, coba praktekkan cara menggosok gigi yang benar sesuai aturan, cara lompat/loncat (tinggi, indah, jauh) yang benar, cara berenang sesuai dengan gaya dan teknik tertentu. Pelaksanaan tes performance dapat dilakukan baik secara kelompok (seorang tester menghadapi sekelompok testee) maupun individual (seorang tester menghadapi seorang testee).