Menjaring Pengidap Hiv/aids Secara Aktif

  • Uploaded by: Syaiful W. HARAHAP
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Menjaring Pengidap Hiv/aids Secara Aktif as PDF for free.

More details

  • Words: 840
  • Pages: 4
Makassar, Sulawesi Selatan ’Menjaring’ Pengidap HIV/AIDS secara Aktif Oleh Syaiful W. Harahap*

”Kehidupan metropolis Makassar dengan pergaulan bebas juga memberi dampak buruk yang besar. Salah satunya penyebaran Human Immunodeficiency Virus atau HIV penyebab penyakit AIDS.” Ini kalimat pembuka pada berita ”2.372 Warga Makassar HIV/AIDS” di Harian ”FAJAR” edisi 11/11-2009. Hari ini kita memperingati Hari AIDS Sedunia, yang juga diperingati secara internasional, mengajak kita untuk merenungkan perilaku agar menjadi bagian dari pemutusan mata rantai penyebaran HIV.

Dengan 2.889 kasus HIV/AIDS di Sulsel yang terdiri atas 717 AIDS dan 2.172 HIV hingga September 2009 menunjukkan upaya pendeteksian kasus berjalan efektif. Tapi, di pihak lain banyak kalangan yang gerah karena angka terus bertambah. Padahal, kian banyak kasus yang terdeteksi maka semakin banyak pula mata rantai penyebaran HIV dapat diputuskan. Lagi pula angka kasus HIV/AIDS adalah kumulatif. Artinya, angka akan terus besar karena kasus yang lama ditambah kasus yang baru. Kondisi Hubungan Seks Ketika informasi yang akurat tentang HIV/AIDS sudah banyak tapi tetap saja terjadi kesalahpahaman terhadap cara-cara penularan dan pencegahan HIV yang akurat. Dalam berita tadi, misalnya, disebutkan bahwa kehidupan kota metropolis dengan ’pergaulan bebas’sebagai penyebaran HIV. Di bagian lain juga disebutkan ’seks bebas’ dan homoseksual sebagai faktor yang mendorong penyebaran HIV. Lagi-lagi pernyataan itu menyuburkan mitos (anggapan yang salah) karena tidak ada kaitan langsung antara ’pergaulan bebas’ dan ’seks bebas’ dengan penularan HIV.

1

Penularan HIV melalui hubungan seks (bisa) terjadi di dalam atau di luar nikah jika salah satu atau kedua-dua pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom. Hubungan seks tanpa kondom pada ’pergaulan bebas’ dan ’seks bebas’ adalah perilaku berisiko tinggi tertular HIV. Penularan HIV bisa terjadi karena kondisi hubungan seks (salah satu atau keduaduanya HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom) bukan karena sifat hubungan seks (zina, melacur, di luar nikah, jajan, selingkuh, homoseksual). Fakta ini yang sering tidak sampai ke masyarakat secara luas sehingga banyak orang yang tidak menyadari perilakunya berisiko tinggi tertular HIV. Epidemi HIV kian runyam karena yang menjadi ’sasaran tembak’ hanya pekerja seks komersial (PSK) yang selama ini dituding sebagai biang keladi penyebaran HIV. Padahal, yang menularkan HIV kepada PSK adalah laki-laki penduduk lokal atau pendatang. Laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK dan laki-laki yang kemudian tertular HIV dari PSK akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal antar penduduk. Tapi, fakta ini luput dari perhatian. Akibatnya, penyebaran HIV terus terjadi tanpa disadari. Ada dua kemungkinan terkait PSK yang terdeteksi HIV-positif. Pertama, ada kemungkinan PSK itu ditulari oleh penduduk lokal atau pendatang. Kalau ini yang terjadi maka di masyarakat sudah ada kasus HIV tapi tidak terdeteksi. Ini terjadi karena tidak ada ciri-ciri yang khas AIDS pada fisik orang-orang yang sudah tertular HIV sebelum masa AIDS (antara 5 -15 tahun setelah tertular HIV). Laki-laki yang menularkan HIV kepada PSK akan menjadi mata rantai penyebaran HIV tanpa disadarinya. Tes HIV Dianjurkan Kedua, ada kemungkinan ketika tiba di Sulsel PSK itu sudah mengidap HIV. Jika ini yang terjadi maka laki-laki, penduduk lokal atau pendatang, yang melakukan hubungan seks dengan PSK berisiko tinggi tertular HIV karena sudah ada PSK yang mengidap HIV. Laki-laki yang tertular ini akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal antar penduduk. Yang beristri akan menularkan HIV kepada istrinya 2

(horizontal). Jika istrinya tertular maka ada risiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak (vertikal). Sedangkan yang tidak punya istri akan menularkan HIV kepada pasangan seksnya, seperti pacar atu PSK. Belakangan, terutama sejak reformasi, ada gerakan besar-besaran di seluruh pelosok negeri untuk menutup lokasi atau lokalisasi pelacuran. Ada anggapan kalau di satu kota atau daerah tidak ada lokasi atau lokalisasi pelacuran maka kota atau daerah itu bersih dari maksiat. Ini keliru karena tanpa lokasi atau lokalisasi pelacuran pun praktek pelacuran terus terjadi kapan saja dan di mana saja. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang membuat kita terlena karena menganggap sudah aman dari HIV/AIDS karena tidak ada lagi lokalisasi pelacuran. Padahal, biar pun tidak ada lokalisasi pelacuran laki-laki yang menularkan dan tertular HIV dari PSK, di wilayah Sulsel, di luar Sulsel, atau di luar negeri, akan menjadi mata rantai penyebaran HIV tanpa mereka sadari. Untuk itulah sudah saatnya digencarkan penyuluhan agar orang-orang yang sudah tertular HIV mau menjalani tes HIV secara sukarela. Mereka adalah laki-laki atau perempuan yang pernah atau sering melakukan hubungan seks tanpa kondom, di dalam atau di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan. Soalnya, kian banyak kasus HIV/AIDS terdeteksi maka kian banyak pula mata rantai penyebaran HIV yang diputus. Selama ini upaya untuk mendeteksi HIV/AIDS hanya melalui survailans tes terhadap kalangan tertentu. Selain itu menunggu orang datang ke klinik VCT. Ini semua pasif. Kalau hanya pasif maka pendeteksian kasus HIV/AIDS kalah cepat dengan penyebaran HIV di masyarakat. Kini diperkenalkan cara baru yaitu tes HIV atas rekomendasi atau inisiatif petugas kesehatan yang dikenal sebagai Provider Initiated Testing and Counseling (PITC). Dokter yang melihat gejala AIDS pada pasien dengan riwayat perilaku yang berisiko dianjurkan untuk menjalani tes HIV. Ini langkah baru untuk mendeteksi kasus HIV di masyarakat secara aktif. *** 3

* Syaiful W. Harahap, pemerhati masalah HIV/AIDS melalui selisik media (media watch) LSM “InfoKespro” Jakarta.

4

Related Documents


More Documents from "terry johnson"