Menggali Peradaban Tinggi Melayu Lewat Nilai-nilai Luhur Tengkuluk.docx

  • Uploaded by: Dinda Putri Handayani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Menggali Peradaban Tinggi Melayu Lewat Nilai-nilai Luhur Tengkuluk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,536
  • Pages: 23
ABSTRAK Dinda Putri Handayani1, Linda Handayani1, Rinita Istiqomah1 1

FKIP Fisika Universitas Jambi,

Perkembangan masyarakat bertaut erat dengan perkembangan cara berpikir manusia. Perkembangan juga dipengaruhi oleh berbagai macam pola kehidupan, antara lain keadaan alam, adat istiadat, kepercayaan, ekonomi dan politik. Karena faktor tersebut, lahir dan terbentuklah berbagai suku bangsa di Indonesia. Masing-masing memiliki aneka ragam bentuk kebudayaan, bahkan tidak jarang diantara mereka terdapat perbedaan ras yang cukup mencolok. Adapun penulisan karya tulis ini bertujuan untuk membangkitkan warisan budaya leluhur Jambi (tengkuluk) sehingga warisan tersebut dapat membentuk sebuah jati diri bangsa yang kuat dan handal dalam menghadapi pengaruh kebudayaan luar. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penulisan karya tulis ini adalah metode Studi Pustaka, Observasi, Wawancara, dan metode diskusi tatap muka. Dengan metode tersebut, diperoleh data mengenai keanekaragaman warisan budaya leluhur Jambi (tengkuluk), mulai dari tata cara menggunakannya, mengandung fungsi dan nilai yang sangat berpotensi untuk dikaji lebih dalam. Fungsi tengkuluk itu antara lain adalah untuk melindungi wajah dari pancaran sinar matahari dan menunjukkan kekayaan orang yang memakainya (fungsi pada awal adanya tengkuluk) dan memilliki nilai yang menentukan bagaimana kita bersikap dan berprilaku serta memiliki manfaat kesehatan ketika memasang tengkuluk. Masing-masing bentuk tekuluk memiliki nilai-nilai filosofis tersendiri. Misalnya Kuluk Duo Kain adalah penutup kepala yang sangat sederhana dan biasa dikenakan oleh para wanita yang berada di seberang Sungai Batanghari ketika keluar rumah. Saat malam hari hanya bagian mata saja yang tampak. Sedangkan pada siang hari wajah boleh diperlihatkan Sebagai penambahan, Tengkuluk akan didesain dengan penambahan ornamen Jilbab karena memang awalnya Tengkuluk ini digunakan sebagai penutup aurat. Dengan merangkai Jilbab dengan Tengkuluk, secara langsung ini akan menjadi suatu hal yang bisa menjaga warisan budaya leluhur Jambi dan juga menjadi suatu ciri yang mana masyarakat Jambi adalah masyarakat yang taat kepada ajaran agama. Keyword: Menggali, Peradaban Tinggi, Tengkuluk

DAFTAR ISI Halaman Halamn Judul .......................................................................................................

i

Halamnan Pengesahan ..........................................................................................

ii

Pernataan Orisinalitas Karya ................................................................................

iii

Abstrak .................................................................................................................

iv

Kata Pengantar ......................................................................................................

v

Daftar Isi ..............................................................................................................

vi

Bab I Pendahuluan ...............................................................................................

1

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah

....................................................................................

3

1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................

3

1.4 Mamfaat Penulisan ........................................................................................

3

Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................................

4

2.1 Kebudayaan Provinsi Jambi ..........................................................................

4

2.2 Sejarah Tangkuluk ........................................................................................

5

2.3 Klasifikasi Tangkuluk ....................................................................................

6

2.3.1 Daerah Asal Tangkuluk ..............................................................................

6

2.3.2 Menurut Usia Pemakai ................................................................................

8

Bab III Metode Penulisan ....................................................................................

10

Bab IV Pembahasan .............................................................................................

12

4.1 Nilai-Nilai Filosofis Pada Tengkuluk

.........................................................

12

4.1.1 Kota Jambi ..................................................................................................

12

4.1.2 Batanghari ...................................................................................................

12

4.1.3 Muaro Jambi ...............................................................................................

12

4.1.4 Tanjung Jabung Barat .................................................................................

12

4.1.5 Tanjung Jabung Timur ...............................................................................

12

4.1.6 Tebo .............................................................................................................

13

4.1.7 Bungo ..........................................................................................................

13

4.1.8 Merangin ....................................................................................................

13

4.1.9 Kerinci ........................................................................................................

13

4.1.10 Sarolangun ................................................................................................

14

4.2 Membangkitkan Warisan Tangkuluk Jambi .................................................

14

Bab V Penutup ....................................................................................................

16

Daftar Pustaka ....................................................................................................

18

Lampiran .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai bangsa dan negara yang memiliki kekayaan budaya luar biasa. Keindahanya, keragamannya, juga nilai filsafah yang terkandung di dalamnya. Dalam keanekaragaman budaya Indonesia tersebut, satu diantaranya adalah yang dimiliki Propinsi Jambi. Propinsi Jambi yang dikenal dengan sebutan bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah terletak dipinggang pulau sumatera. Secara tradisional seluko adat Jambi menetapkan wilayah Jambi yang sekaligus menyebutkan secara tersirat suku bangsa yang menghuninya yang berbunyi: ”Dari durian ditakuk rajo, mengilir ke Batanghari terus ke Ujung Jabung, mudik ke Tembesi, lepeh ke Limun Batang Asai melentik ke Nibung Pangkalan Jambi melilit Alam Kerinci”. Secara tradisional penduduk Jambi menetap secara mengelompok dalam suatu dusun atau kota kecil di sepanjang tepian sungai. Sungai sangat berarti bagi penduduk dan memegang peranan penting dalam kehidupan orang Jambi. Penduduk daerah Jambi terdiri dari beberapa suku atau etnis dan mereka menetap secara turun-menurun di tempat yang telah menjadi daerah mereka. Kelompok yang datang kemudian dianggap sebagai suku pendatang atau suku pindah. Persebaran penduduk Jambi menurut etnis yang mendiami propinsi Jambi serta karakter wilayah tempat kediaman mereka, keadaan alam, iklim, dan seni budaya yang mereka miliki. Keadaan tersebut mempengaruhi tata cara mereka menata transportasi, ekonomi , pertaniaan dan adat istiadat. Salah satu kekayaan budaya Jambi adalah kebiasaan kaum wanita mengenakan penutup kepala atau yang disebut tengkuluk. Setiap daerah di Jambi memiliki ragam tengkuluk yang unik, cantik sekaligus penuh makna. Meski arus moderenisasi tak terhindarkan, namun tengkuluk masih bisa ditemukan dalam berpakaian sehari-hari maupun pada acara-acara istimewa. Tutup kepala atau dalam bahasa Jambi lebih dikenal dengan sebutan tengkuluk, adalah salah satu pelengkap adat dalam berbusana, yang harus digunakan baik untuk sehari-hari maupun untuk saat khusus. Dalam setiap model tengkuluk terkandung falsafah yang memiliki nilai atau norma yang menentukan bagaimana kita bersikap, bertindak dan berprilaku, juga memberi kita aturan untuk hidup.

Tutup kepala adalah produk adat dan budaya yang mengungkapkan aspek

kehidupan bermasyarakat. Penutup kepala dan pakaian merupakan lambang yang memiliki makna, simbol dan wibawa serta mencerminkan kepribadian masyarakat dan alam pikir masyarakat setempat.

Dulu masyarakat Jambi sebelum agama Islam masuk sudah mengenakan tengkuluk atau penutup kepala dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana ketentuan agama islam, maka adat berkuluk dapat diartikan sebagai salah satu dari sekian banyak bentuk ketaatan kita dalam menjalankan agama islam. Namun sekarang tengkuluk kehilangan tingkat kepopulerannya. Ini dikarenakan budaya asing yang menghampiri setiap kehidupan membuat kita lupa akan akar adat istiadat. Memang belum hilang seratus persen tapi nyaris sepenuhnya kebudayaan yang harusnya jadi kebanggaan mulai tak tersentuh oleh masyarakat apalagi remaja. Perkembangan budaya yang banyak terpengaruh oleh budaya luar mempengaruhi kehidupan sehari-hari termasuk cara berpakaian. Cara berpakaian masyarakat Jambi telah banyak meninggalkan ciri khas busana masyarakat Indonesia. Dalam berpakaian kita tidak lagi menemukan karakter dan jati diri bangsa. Seperti tengkuluk atau penutup kepala dan memakai baju kurung yang digunakan kaum wanita Jambi. Saat ini masyarakat Jambi hanya menggenakan tengkuluk dan baju kurung hanya pada saat acara tertentu saja. Karena itu budaya mengenakan tengkuluk dan baju kurung pada masyarakat jambi harus dipopulerkan kembali agar budaya dan adat yang mencerminkan masyarakat Jambi tidak hilang meninggalkan zaman. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah melalui karya tulis yang berjudul Menggali Peradaban Tinggi Melayu Lewat Nilai-Nilai Luhur Tengkuluk.

1.2 Perumusan Masalah Berpijak pada latar belakang yang telah di paparkan, maka masalah yang penulis rumuskan adalah: 1. apasajakah nilai-nilai filosofis yang terdapat pada Tengkuluk? 2. bagaimanakah membangkitkan budaya Tengkuluk di daerah Jambi?

1.3 Tujuan Penulisan Penulisan karya tulis ini pada dasarnya bertujuan untuk: 1. memaparkan nilai-nilai filosofis yang terdapat pada Tengkuluk.

2. membangkitkan warisan budaya Tengkuluk di daerah Jambi sehingga warisan budaya leluhur tersebut dapat mencerminkan karakter atau jati diri bangsa yang mampu menghadapi pengaruh budaya luar.

1.4 Manfaat Penulisan Sementara itu hasil pembahasan pada karya tulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat Indonesia umumnya dalam mengetahui dan memahami kebudayaan. Manfaat tersebut antara lain: 1. Sebagai suatu motivasi untuk membiasakan diri bersikap, bertindak dan berprilaku sesuai adat dan budaya. 2. Mengenalkan kepada pembaca betapa luar biasanya manfaat tengkuluk bagi wanita dalam kehidupan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan Provinsi Jambi ”Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Wdward Burnett Tylor, Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat(http://www.duniabaca.com/definisi-budaya-pengetuan)”.

Provinsi Jambi sejak masa lalu telah menjadi kawasan kebudayaan penting yang bisa dilihat dari peninggalan produk budaya yang ada. Di Provinsi Jambi banyak terdapat atraksi kesenian dan permainan rakyat. Atraksi kesenian dan permainan rakyat tersebut berupa aneka ragam bentuk keseniaan tradisonal yang tumbuh berkembang ditengah masyarakat seperti tarian, musik tradisional, musik vokal, nyanyian, karya seni rupa dan arsitektur tradisional seperti rumah tradisional, motif-motif ukiran, patung atau karya pahatan, begitu pula dengan teater rakyat, sastra rakyat, sastra lisan maupun berbagai bentuk permaianan rakyat. Peninggalan kebudayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan adalah ragam hias. Ragam hias yang ada sangat beragam bentuk, bahan, fungsi dan kegunaannya. Ragam hias daerah Jambi berdasarkan penggunaan bahan dapat dibedakan menjadi lima bagian, yaitu ukiran, anyaman, tenunan, sulaman dan batik. Jika dilihat dari fungsi dan kegunaannya dapat dibedakan menjadi tiga pemaknaan, yaitu: religi, simbolik dan keindahan. Ragam hias yang terdapat di daerah Jambi dipengaruhi oleh perkembangan sejarah kebudayaan dari masa prasejarah, Melayu kuno. Melayu Islam dan sekarang. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari peninggalan ragam hias yang ada, seperti motif ukiran yang ada di batu silindrik dan batu bergambar. Pada masa Melayu kuno, simbol-simbol motif yang digunakan mengandung nilai estetis dan mengandung makna simbolik yang berkaitan dengan faham Budhis, motifnya banyak menggunakan motif manusia, flora dan fauna. Pada masa Islam, ragam hias yang digunakan lebih ditekankan pada nilai estetik dan pemaknaan simbolik yang ada kaitannya dengan sistem sosial yang berlaku dalam kehidupan pendukungnya. Motig yang digunakan lebih banyak motif flora dan simbol keagamaan menggunakan motif kaligrafi.

2.2 Sejarah Tengkuluk Kebudayaan menggunakan tengkuluk yang berada di daerah Jambi tidak terlepas dari kebudayaan Dongson. Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan yang berasal dari Vietnam yang ada pada masa dinasti Han yaitu di zaman perunggu memberikan pengaruhnya ke Asia Tenggara sampai ke Indonesia. Kebudayaaan Dongson dapat terlihat dalam kegiatan bertani, menangkap ikan di laut, berlayar dan memancing. Tradisi mereka berpakaian sangat mempengaruhi tradisi suku-suku di Provinsi Jambi. Pengaruh ini tampak dari seratus macam tradisi penutup kepala atau tengkuluk yang tersebar diseluruh Jambi. Bentuk dan cara pemakaian

yang beraneka ragam dari tengkuluk disesuaikan dengan penggunaannya dalam kegiatan seharihari. Pada tahun 1452 mulai tampak pengaruh Islam yang di bawa oleh Datuk Paduko Berhalo seorang Ulama Asia, bekas Panglima Tentara Turki yang menetap di Muara Sabak, menikah dengan Putri Selaras Pinang Masak, Raja Jambi. Memegang teguh pada ”Tiga Tungku Sajarangan” yaitu Adat Bersendi Syara’, Syara’ Bersendi pada Kitabullah. Makna yang terkandung di dalamnya adalah Syara’ (ayat) mengatakan Habluminallah. Adat memakai Habluminannas. Prinsip dalam falafah kehidupan ini memperlihatkan dan menjelaskan, tidak adanya pertentangan antara agama dengan adat pada sejak saat agam Islam masuk ( Aswar, Sativa Sutan, 2010:7). Tradisi penutup kepala atau tengkuluk sudah ada sebelum masyarakat Jambi mengenal agama Islam. Kebiasaan menggunakan baju kurung dan penutup kepala dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan dalam menjalankan agama Islam. Adat dan agama bersatu padu membentuk suatu keharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Keunikan Tengkuluk di daerah Jambi terletak pada cara pemakaiannya yaitu tidak menggunakan peniti sebagai pengguat dalam penggunaannya tetapi hanya menggunakan keterampilan dalam mengikat dan menyisipkan kain.

2.3 Klasifikasi Tengkuluk 2.3.1 Daerah Asal Tengkuluk Provinsi Jambi terbagi dalam 11 (sebelas) daerah pemerintahan tingkat kabupaten dan kota yang dikenal dengan sebutan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah yaitu Kota Madya Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Sarolangun. a. Kota Jambi 1. Kuluk Duo Kain 2. Kuluk Bungo Jeruk b. Kabupaten Batanghari 1. Kuluk Daun Srih Muaro Jambi 2. Kuluk Dan Pakis c. Kabupaten Muaro Jambi

1. Kuluk Satu 2. Kuluk Muaro Jambi d. Kabupaten Tanjung Jabung Barat 1. Kuluk Daun Putat e. Kabupaten Tanjung Jabung Timur 1. Kuluk Daun Pedada f. Kabupaten Tebo 1. Kuluk Bambu 2. Kuluk Rambut Terurai 3. Kuluk Kuncup 4. Kuluk Rebung g. Kabupaaten Bungo 1. Kuluk Mayang Mengurai 2. Kuluk Rambut Panjang 3. Kuluk Melati Terurai h. Kabupaten Merangin 1. Kuluk Keseharian Rantau Panjang Berlipat Tiga 2. Kuluk Bai-bai samping 3. Kuluk Tegedeng Rencong Telang 4. Kuluk Tegedeng Bangko 5. Kuluk Tegedeng 6. Kuluk Tegedeng Kembang Duren 7. Kuluk Tegedeng Kembang Duren Terjuntai 8. Kuluk Kembang Bungo Tanjung 9. Kuluk Kipas 10. Kuluk Kungkai Dipilin dikening 11. Kuluk Kungkai Berpilin Tiga 12. Kuluk Pulau Rengas 13. Kuluk Bungo Duren Bangko 14. Kuluk Lilit Kungkai 15. Kuluk Tudung

16. Kuluk Sumbang 17. Kuluk ke Umo Kungkai 18. Kuluk Kungkai Kembali dari Ladang 19. Kuluk Berzikir 20. Kuluk ke Umo Kungkai 21. Kuluk Cincin i. Kabupaten Kerinci/ Kota Sungai Penuh 1. Kuluk Berumbai Jatuh 2. Kuluk Kuncup Malati j. Kabupaten Sarolangun 1. Tutup Kepala Simpul Cempaka

2.3.2 Menurut Usia Pemakai Penutup Kepala atau Tengkuluk wanita suku Melayu Jambi memiliki keragaman dalam memakainya. Salah satunya dapat dilihat dari posisi ujung kain dalam memakainya. Tengkuluk yang ujung kainnya tergantung di sebelah kanan berarti wanita yang memakainya sudah menikah. Sedangkan, jika ujung kainnya di sebelah kiri berarti wanita masih dapat di lamar. Tengkuluk wanita Jambi dapat di bagi menurut usia pemakainya. 1. Tengkuluk Dewasa 1. Tutup Kepala Daun 2. Kuluk Pengajian 3. Kuluk Harian 4. Kuluk ke Umo Kungkai 5. Kuluk Ba-i bai Samping 6. Kuluk Bungo Duren Bangko 7. Kuluk Lilit Kungkai 8. Kuluk Tudung

9. Kuluk Cincin 10. Kuluk Melati Terurai 11. Kuluk Berumbai Jatuh 12. Kuluk Daun Pakis Bungo 13. Tutup Kepala Bungo Cempaka 14. Kuluk Sumbang 2. Tengkuluk Remaja 1. Kuluk ke Umo Kungkai 2. Kuluk Kungkai Kembali dari Ladang 3. Kuluk Kembang Bungo Tanjung 4. Tutup Kepala Simpul Cempaka 5. Kuluk Kuncup Melati 3. Tengkuluk yang dapat dipakai Dewasa atau Remaja 1. Kuluk Daun Sirih Muaro Jambi 2. Kuluk Duo Kain 3. Kuluk Berzikir 4. Kuluk Keseharian Rantau Panjang-Berlipat Tiga 5. Kuluk Tegedeng Rencong Telang 6. Kuluk Tegedeng Bangko 7. Kuluk Tegedeng 8. Kuluk Tegedeng Kembang Duren 9. Kuluk Tegedeng Kembang Duren Terjuntai 10. Kuluk Kipas 11. Kuluk Kungkai Dipilin di Kening 12. Kuluk Kungkai Berpilin Tiga 13. Kuluk Pulau Regas 14. Kuluk Daun Pinang 15. Kuluk Satu 16. Kuluk Daun Pedada 17. Tutup Kepala Berselang Suku Melayu Jambi 18. Kuluk Sapik Udang

19. Kuluk Muaro Jambi 20. Kuluk Bungo Jeruk 21. Kuluk Bunga Pinang

BAB III METODE PENULISAN Penulisan karya tulis ini menggunakan beberapa metode untuk mencapai tujuannya. Metode yang digunakan adalah metode Studi Pustaka, Observasi, Wawancara, dan metode diskusi tatap muka.  Studi Pustaka Penulisan pada karya tulis ilmiah ini didasarkan pada analisis data dan fakta yang penulis ambil dari beberapa sumber yang relevan terhadap pokok pembahasan. Pada metode ini, penulis banyak membaca literatur-literatur tentang tengkuluk sebagai referensi dan acuan yang dapat penulis jadikan pedoman. Tidak banyak sumber buku penulisan tentang tengkuluk. Dalam hal ini penulis merujuk pada informasi yang ada pada internet.  Observasi Penulis melakukan observasi secara langsung pada saat masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari sambil menggunakan tengkuluk yang masih begitu alami dan tunduk pada adat dan istiadat.

 Wawancara Untuk mempertajam data karya tulis ini maka pada metode wawancara, penulis melakukan wawancara dengan masyarakat pengguna tengkuluk. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan budayawan Jambi, ahli tengkuluk Jambi, Ibu Nurlaini. Kami banyak menggali sisi lain dari penggunaan tengkuluk melalui wawancara ini.  Studi Dokumenter Penulis mempelajari dokumen-dokumen mengenai tengkuluk berupa video dan foto hasil penelitian museum Provinsi Jambi.

Setelah data-data tersebut terkumpul, maka penulis melakukan identifikasi pada data dan juga dokumentasi, selanjutnya penulis menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai suatu solusi untuk dapat membangkitkan kebudayaan bangsa dalam menghadapi kebudayaan luar.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Nilai-Nilai Filosofis pada Tengkuluk Tengkuluk Provinsi Jambi memiliki bentuk yang beragam. Masing-masing bentuknya disesuikan dengan kegiatan saat penggunaan Tengkuluk. Satu hal yang lebih unik lagi bahwa masing-masing Tengkuluk memiliki nilai-nilai filosofis tersendiri. 4.1.1 Kota Jambi Kuluk Duo Kain adalah penutup kepala yang sangat sederhana dan biasa dikenakan oleh para wanita yang berada di seberang Sungai Batanghari ketika keluar rumah. Saat malam hari hanya bagian mata saja yang tampak. Sedangkan pada siang hari wajah boleh diperlihatkan 4.1.2 Batanghari Kuluk Daun Sirih Muaro Jambi digunakan dalam kegiatan sehari-hari dirumah, bertamu maupun ke pasar. Kuluk ini mencerminkan kecantikan budi bahasa wanita pemakainya. 4.1.3 Muaro Jambi

Kuluk satu berasal dari Kabupaten Muaro Jambi dipakai dalam upacara adat. Mencerminkan dalam mengambil keputusan selalu bersandarkan kepada; Bulatair dek pembuluh, bulat kato dimufakat. Kok bulatlah boleh digulingkan, kok pipihlah boleh dilayangkan. 4.1.4 Tanjung Jabung Barat Kuluk daun putat berasal dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat ini biasa digunakan dalam upacara adat dan pesta pernikahan, tapi sekarang ini sudah banyak para wanita memakainya untuk sehari-hari. Makna dari kuluk ini adalah ketelitian dan kecermatan dalam bertindak. 4.1.5 Tanjung Jabung Timur Kuluk daun pedada dari Kabupaten Tanjung Jabung Timur digunakan pada upacara adat dan pesta pernikahan, mencerminkan keramahan seorang wanita. 4.1.6 Tebo Tutup Kepala berselanhg suku melayu Jambi umumnya dipakai oleh wanita suku Melayu Jambi berselang. Selendang songket warna merah melambangkan keberanian dalam berbicara. Selendang terbuat dari benang katun warna merah atau hitam, dasarnya limar dengan motif durian pecah dan disungkit dengan benang emas motif bunga melati dan diberi rumbai dengan benang yang dipelintir.

4.1.7 Bungo Kuluk melati terurai biasanya dikenakan oleh istri pemangku adat dalam upacara adat, yang melambangkan ketauladanan seorang istri, pemangku adat dalam hidup dan masyarakat dan juga berperan sebagai pengayom.

4.1.8 Merangin Kuluk tegedeng yang berasal dari Kabupaaten Merangin ini digunakan dalam setiap acara yang merupakan tradisi dalam menanti tamu. Pada bagian dalam rambut telah dibentuk seperti kuluk tegedeng rencong telang. Pada bagian luar dililitkan selendang yang telah dilipat tiga keseliling kepala. Jumlah lilitan pada Tengkuluk ini menandakan harta kekayaan seseorang yang

memakainya. Lima lilitan selendang menandakan orang yang memakainya memiliki kekayaan sedangkan tiga lilitan selendang menandakan orang yang memakainya adalah masyarakat biasa. 4.1.9 Kerinci/ Kota Sungai Penuh Kuluk berumbai jatuh yang berasal dari Kabupaten Kerinci ini dikenakan oleh istri pemangku aday. Kuluk ini mencerminkan kepandaian dan kebijaksanaan seorang ibu dalam mengatur keluarga dan rumah tangganya.

4.1.10 Sarolangun Tutup kepala simpul cempaka ini dipakai oleh wanita yang belum menikah di Kabupaten Sarolangun dan Merangin dalam upacara adat, pesta, tari dan acara resmi. 4.2 Membangkitkan Warisan Budaya Tengkuluk Jambi Budaya bangsa asing yang masuk ke Indonesia membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan generasi muda. Sedikit banyak hal itu membuat beberapa budaya yang seharusnya tetap hidup menjadi luntur. Dalam menyikapi kebudayaan yang masuk kita harus menjaga agar jati diri sebagai anak bangsa tidak rusak. Termasuk dengan budaya Tengkuluk yang sejatinya dari dahulu merupakan mahkota Khas Jambi juga tergerus oleh budaya asing. Mahkota khas Jambi yang tidak hanya cantik namun juga memiliki nilai Filosofis yang sangat tinggi, kini mulai ditinggalkan dan tidak menjadi tren di masyarakat Jambi kembali. Beberapa tahun lalu, Ibu Ratu Munawaroh yang kala itu menjadi Istri gubernur Jambi pernah mencanangkan Tengkuluk menjadi aksesoris wajib bagi pegawai Provinsi Jambi dan dipakai pada hari-hari tertentu. Usaha ini, mendapatkan respon yang beragam. Satu hal yang tampak, bahwa upaya ini menuai hasil yang bagus karena dengan pencanangan Tengkuluk tersebut Tengkuluk menjadi ramai digunakan dan juga semakin dikenal oleh masyarakat Jambi. Sekarang, pencangan itu tidak lagi diberlakukan dengan banyak sekali pertimbangan. Salah satunya adalah pertimbangan bahwa pemakaian Tengkuluk itu sangat Rumit dan membutuhkan banyak waktu. Dengan pemikiran yang seperti ini, Tengkuluk menjadi kian pudar nama dan budayanya. Hal ini menjadi problema tersendiri bila dibiarkan. Bisa jadi hal ini membuat

tengkuluk menjadi suatu sejarah yang hanya terjadi di masa lalu dan terpulakan di masa kini dan masa datang. Awalnya, tengkuluk ini adalah menjadi sutu bukti bahwa masyarakat Jambi memegang kuat ajaran agama islam yang menganjurkan untuk menggunakan penutup aurat. Satu hal yang bisa kita lakukan untuk memecahkan hal ini adalah mensosialisasikan nilainilai dari Tengkuluk itu sendiri baik. Dimulai dari bahan dasarnya yang kebanyakan wanita memakai batik Jambi, selain karna batik Jambi memiliki corak yang unik dan menarik ini juga bisa di gunakan sebagai media promosi batik Jambi kepada masyarakat umum. Lalu dari bentuknya yang secara tersirat mirip dengan Jilbab menghindarkan dari sengatan matahari, polusi dan debu. Di lanjutkan dengan cara pemakaiannya, sama seperti memakai Baju kurung khas Jambi yang mencerminkan kecerdasan maka, Pada pemakaian Tengkuluk kita bisa berolahraga dengan menggerakkan tangan serta kepala yang membutuhkan kosentrasi , ketelitian, keseimbangan serta gerakan lainnya yang membuat otot motorik kita bekerja. Jadi sebenarnya Budaya Instant akan mengurangi nilai-nilai harfiah dari tengkuluk. Sehingga yang di perlukan kaum perempuan saat ini adalah kebiasaan. Sebagai penambahan, Tengkuluk akan didesain dengan penambahan ornamen Jilbab karena memang awalnya Tengkuluk ini digunakan sebagai penutup aurat. Dengan merangkai Jilbab dengan Tengkuluk, akan menjadi suatu hal yang bisa menjaga warisan budaya leluhur Jambi dan juga menjadi suatu ciri yang mana masyarakat Jambi adalah masyarakat yang taat kepada ajaran agama.

BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan tersebut di atas maka terdapat beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yakni sebagai berikut: 1. Tengkuluk Jambi merupakan warisan Budaya yang harus di lestarikan. Karna memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya , seperti jika ujung kainnya di sebelah kiri maka perempuan itu belum menikah dan sebaliknya jika ujung kain terdapat di sebelah kanan maka perempuan itu sudah menikah. 2. Nilai-nilai luhur yang terdapat pada Tengkuluk adalah menjaga aurat seorang wanita, serta terdapat nilai kesehatan dalam memasang Tengkuluk . Inilah sedikit dari manfaat yang dapat di rasakan jika Tengkuluk menjadi suatu budaya yang diterapkan dalam kehidupan . Selain terdapatnya suatu ciri khas dalam berias.

5.2.Saran Setelah mengetahui dan mempelajari nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Tengkuluk, maka di harapkan adanya partisipasi dari berbagai pihak agar nilai-nilai Tengkuluk dapat menjadi warisan budaya dan di gunakan oleh wanita serta dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Jambi pada umumya. 1. Menghimbau kepada Pemerintah Daerah untuk membuat peraturan daerah tentang pemakaian Tengkuluk pada acara-acara di luar acara adat

2. Tengkuluk dan pakaian melayu jambi di jadikan media pembelajaran untuk mengenalkan budaya Jambi dengan memasukkannya dalam Mulok di lembaga Pendidikan. 3. Masyarakat di harapkan ikut berpartisipasi untuk mensosialisasikan nilai-nilai luhur , manfaat serta cara penggunaan Tengkuluk baik yang digunakan dalam acara resmi maupun Tengkuluk yang di Dgunakan untuk acara-acara adat dan formal.

DAFTAR PUSTAKA Aswar, Sativa Sutan. 2010. Kuluk Penutup Kepala Warisan Luhur dari Jambi. Jakarta: Dian Rakyat. Ismail, Zurhatmi. 2002. Pendidikan Kepariwisataan Daerah Jambi Jilid II. Jambi; Lazuardi Indah Herman.http://www.tamanbudayajambi.com/ver1/ diakses tanggal 31 Agustus 2011 Anonim.(http://www.duniabaca.com/definisi-budaya-pengetuan) diakses tanggal 31 Agustus 2011

Lampiran

Related Documents


More Documents from ""