Mutara Ramadhan Haluan
Membangun Taqwa dengan Puasa Ramadhan Oleh Buya H. Mas’oed Abidin “ Wahai anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertaqwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”.. (QS. Al A’raf: 35) Kata taqwa, asal maknanya ialah mengambil tindakan penjagaan dan pemeliharaan diri dari sesuatu yang mengganggu dan memudharatkan. Menurut syara’ taqwa berarti menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah SWT. Dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya, taat kepada-Nya, menjauhi larangan serta perbuatan maksiat. Para ahli Tasawwuf berpendapat bahwa taqwa itu ialah membentengi diri dari siksa Allah, dengna jalan taat kepada-Nya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz menyatakan "Shaum pada siang hari dan bertanggang untuk shalat serta berzikir sepanjang malam ataupun siang, belum dapat dikatakan taqwa yang sempurna. Bertaqwa kepada Allah berarti meninggalkan segala yang diharamkan Allah dan menunikan segala yang difardhukan-Nya. Barangsiapa yang dikaruniai dengan kemampuan berbuat baik setelah taqwa, maka kebaikannya itu merupakan tambahan kebaikan untuk dirinya". Sebulan penuh di dalam bulan Ramadhan ini kita akan melatih diri dalam mengendalikan diri dengan berpuasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan akan keimanan kepada Allah SWT. Tiada yang kita harapkan kecuali agar Allah memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertaqwa. Betapa luhur cita-cita ini. Karena itu tak salah kiranya jika kini kita menginstropeksi balik diri kita. Apakah ketaqwaan yang kita harapkan itu benar-benar telah membekas di dalam qalbu kita. Maka jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Untuk kerangka acuan bagi kita, baiklah disimak apa sebenarnya yang dimaksud dengan ketaqwaan dan apa saja ciri-ciri yang mengidentifikasikan ketaqwaan seorang. Abu Darda r.a mengatakan bahwa ketaqwaan seseorang dikatakan sempurna jika orang tersebut telah menjaga diri dari perbuatan dosa dan dari kemaksiatan walaupun sebesar dzarrah sekalipun. Demikian pula bahwa ia tidak meremehkan perbuatan baik walau sebesar dzarrah sekalipun, dia usahakan juga mengerjakannya. Sekecil apapun perbuatan seseorang, amal baik atau amal buruk pasti akan dipertanggung jawabkan dan mendapatkan perhitungannya di hadapan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al Zalzalah : 7-8: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan walaupun sebesar dzarrah sekalipun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” Ungkapan taqwa sangat sering kita dengar. Terutama pada setiap kali disampaikan khubbah Jum’at. Anjuran untuk bertaqwa adalah merupakan salah satu syarat khutbah. Biasanya para khatib mengutip ayat Al Qur’an surat Ali Imran ayat 102, firman Allah : "Wahai orang-orang yang briman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepadaNya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam".
Taqwa di satu pihak mencakup pengertian iman, kepada Allah, hari akhir, para malaikat, kitab-kitab dan para nabi terdahulu. Dan di lain pihak disejalankan dengan nilai Al Birru atau kebajikan. Seperti contohnya, memberikan hartanya karena cintanya kepada Allah. Hal tersebut diwujudkan dengan kasih sayang kepada sanak keluarga, anak yatim, orang-orang miskin, musafir, orang-orang yang membutuhkan pertolongan dan untuk memerdekakan budak. Selain itu juga diwujudkan dalam menegakkan shalat dan membayar zakat. Ketaqwaan dicerminkan dalam prilaku yang menepati janji tatkala sudah mengikat janji. Ketaqwaan tampak pada sikap sabar pada saat mendapat kesulitan atau mengalami kesengsaraan. Orang-orang dengan sikap dan prilaku tersebut dinyatakan sebagai orangorang yang benar (shadiqun). Dan orang-orang yang bersikap demikian itulah yang disebut dengan orang-orang yang bertaqwa (mutaaqin). Al Muttaqin memiliki keistimewaan yang dianugerahkan Allah atas mereka. Karena Allah SWT akan memberikan keutamaan untuk orang-orang yang bertaqwa. Di antaranya, Dia akan dicintai Allah. "…Sesungguhnya Allah men-cintai orang-orang yang bertaqwa" (QS. At Taubah: 7). Dia selalu diberi jalan keluar (way-out) dalam menghadapi situasi krisis. "… Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan mengadakan jalan keluar baginya." (QS. Ath-Thalaq:2). Dia dimudahkan dalam menghadapi setiap urusan dan pekerjaan. "…Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". (QS. Ath Thalaq : 4). Dia diberikan kemampuan untuk membedakan mana yang hak (benar) dan mana yang bathil, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak. "… Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan memberikanmu Furqan …" (QS. Al Anfal : 29"). Orang-orang yang bertaqwa selalu mendapatkan kemenangan. "Sesungguhnya orangorang yang bertaqwa (Muttaqin) mendapat kemenangan". (QS. An Naba’ :31). Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. "…Dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertaqwa". (QS. Al Baqarah : 194). Orang-orang yang bertaqwa selalu mendapat rahmat dari Allah. "… Siksa-Ku akan Ku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan Rahmat-Ku meliputi setiap sesuatu, oleh sebab itu, Aku akan tuliskan Rahmat (Ku) agi orang-orang yang bertaqwa …" (QS. Al A’raf : 156). Moga Ramadhan kita dengan mengamalkan puasa di siang harinya, dan mengerjakan ibadah pada malam harinya, secara istiqamah (konsisten) menjadikan kita semua memiliki sikap taqwa sebagai bekal utama mencari redha Allah dan Jannah Nya. Amin. Wassalam <
[email protected] >