Materi Tambahan Kdi Praktikum (tugas 1).docx

  • Uploaded by: Bella Riska Ayu
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi Tambahan Kdi Praktikum (tugas 1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 642
  • Pages: 3
Dalam Al-Qur’an ada banyak ayat yang menyerukan keharusan orang tua terutama ibu untuk selalu menjaga dan mendidik seluruh anak-anaknya, termasuk anak yang masih dalam kandungannya (sang istri). Seperti yang ditegaskan dalam surat at-Tahrim 6:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yangdiperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Menjaga dan mendidik anak yang masih dalam kandungan dengan persepsi ayat tersebut memberikan pemahaman yang sangat luas dan fleksibel, yaitu memberi perhatian maksimal dengan melakukan stimulasi edukatif yang berorientasikan kepada peningkatan potensi daya intelektual, sensasi perasaan/ psikis, menguatkan daya fisik/jasmani, memberi makanan dan minuman yang thayyibah, halal dan bergizi tinggi, dan aktivitas-aktivitas lainnya yang bermanfaat bagi anak dalam kandungan. Serta menghindarkan bayi yang dalam kandungan dari mara bahaya yang berdampak pada fisik maupun psikisnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW, bersabda:

“Anak yang sengsara adalah anak yang telah mendapatkan kesengsaraan semenjak ia masih dalam kandungan ibu-nya”. (HR. Al-Bukhari dari Ibnu Ahmad) Kata ‘asy-syaqiyu’ adalah mengandung makna umum, yang artinya, penyiksaan yang dilakukan sengaja untuk si bayi dalam rahim, tidak mendapatkan kehidupanyang layak, atau pembunuhan janin, melakukan penyiksaan kepada orang tua hamil yang dapat berdampak pada bayi, atau melakukan kesalahan dalam hal makanan atau minuman atau penerimaan udara yang dihirup si ibu hamil, dan atau lain-lainnya yang berakibat fatal kepada kelangsungan hidup dan kehidupan sang bayi dalam kandungan.

Keadaan proses permulaan pelaksanaan pralahir ini dapat diperkuat dengan sebuah ayat yang jelas dari Allah, antara lain dalam surah al-Hijr ayat 29 dan surah as-Sajadah ayat 9:

“Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr: 29)

“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh(ciptaan)-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah: 9)

Ayat pertama di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa anak dalam kandungan sangat patuh dan tunduk menerima intruksi-intruksi dari sang pendidik (dalam hal ini orang tua). Sementara, ayat kedua memberikan pemahaman bahwa anak dalam kandungan sangat potensial mampu mengikuti ajakan-ajakan dan saran intruksi dari sang pendidik. Dengan demikian, dua ayat tersebut membuktikan adanya anak dalam kandungan sudah mampu menerima stimulus atau sensasi yang cukup baik dari alam luar rahim, terutama dari ibunya. Maka pemberian stimulus atau sensasi ini sangat penting dilakukan, terutama dalam upaya membangun dan menciptakan formula superioritas kecerdasan otak anak serta membangun keseimbangan emosional anak sejak dini.

Begitu besarnya peran orang tua terutama ibu dalam membentuk kepribadian yang terpuji dan menjadikannya anak yang shaleh/shalehah di dalam keluarga. Karena keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, anak akan selalu berada dekat kepada seorang ibu, sewaktu dalam kandungan, ia berada dalam rahim ibu, dan sewaktu lahir pun ia akan selalu berada di samping ibunya, maka yang pertama kali dikenal oleh anaknya adalah

ibunya, sewaktu dalam kandungan ibu selalu menjaga dan memberikan sentuhan-sentuhan yang lembut diiringi dengan do’a yang tulus ikhlas agar anaknya kelak menjadi anak yang shaleh/shalehah dan lain sebagainya. Ibu adalah teman pertama dalam hidupnya. Dengan Ibu mendidik anak sejak dalam kandungan dengan baik,maka akan lahir anak yang sempurna pula. Anak akan meniru perbuatan dan perangai kepada ibunya. Oleh karena itu, bila ibu itu baik sewaktu mendidiknya dalam kandungan, maka anak itu akan tumbuh dengan baik, akan tetapi bila dari pendidikan atau kondisi dalam keluarga saat itu berperangai jelek, maka tidak menutup kemungkinan bahwa anak itu akan jelek perangainya. Perilaku yang akan ditampakkan anak kelak, itu bisa jadi akibat perbuatan yang dilakukan ibu sewaktu hamil. Seorang ibu mengatur keluarganya bagaimana supaya rumah bisa menjadi surga bagi kehidupan anaknya yang masih dalam kandungan ataupun keluargaya, karena janin pun bisa merasakan akan suasana yang sedang terjadi pada keluarganya. Oleh karena itu, maka dalam keluarga diperlukan ibu atau istri yang baik dan shalehah, supaya ketentraman dan kedamaian bisa terlaksana.

Related Documents


More Documents from "Nur Al Faqih"