BAB I PENDAHULUAN
l.1 Latar Belakang Pengkajian fungsi eliminasi urine klien yang dilakukan terus menerus menunjukkan pola data yang memungkinkan perawat untuk merumuskan masalah yang relevan dan akurat. Perawat berpikir secara kritis dengan merefleksikan pengetahuannya tentang klien sebelumnya, meninjau kembali karakteristik penentu yang teridentifikasi, menerapkan pengetahuan tentang fungsi urine, dan kemudian membuat perumusan masalah yang spesifik. Perumusan masalah dapat berfokus pada perubahan eliminasi urine atau masalah-masalah terkait, seperti kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan inkontinensia urine. identifikasi karakteristik penentu mengarahkan perawat dalam merumuskan masalah yang tepat. Menspesifikkan faktor-faktor terkait untuk setiap diagnosis memungkinkan pemilihan intervensi keperawatan yang bersifat individual. Perumusan masalah pada klien retensi urine yang disertai overflow, intervensi keperawatan jangka panjangnya bervariasi tergantung kepada sebab akibatnya(Marilyn E). Dalam mengembangkan suatu rencan keperawatan, perawat menetapkan tujuan dan hasil akhir yang diharapkan untuk setiap diagnosis. Rencan menggabungkan aktivitas untuk meningkatkan kesehatan dan intervensi terapeutik untuk klien yang mengalami masalah eliminasi urine. Intervensi preventif mungkin dibutuhkan oleh klien yang beresiko mengalami masalah perkemihan. Perawat juga merencanakan terapi sesuai dengan tingkat keparahan risiko pada klien. Dalamn proses keperawatan, penting untuk mempertimbangkan lingkungan rumah klien dan eliminasi rutinnya yang normal saat merencanakan terpi untuk klien. Merencanakan asuhan keperawatan juga
melibatkan suatu pemahaman tentang kebutuhan klien untuk
mengontrol fungsi tubuhnya. Perubahan eliminasi urine dapat menjadi sesuatu yang memalukan, membuat tidak nyaman, dan sering membuat klien frustasi. Perawat dan klien bekerja sama untuk menetapkan langkah guna mempertahankan keterlibatanklien dalam asuhan keperawatan untuk mempertahankan eliminasi urineyang normal(Marilyn E).
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Konsep Penyakit Retensi Urine? 2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Retensi Urine? 3. Bagaimana Contoh Kasus Pada Pasien Retensi Urine? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui Konsep Penyakit Retensi Urine 2. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Retensi Urine 3. Mengetahui Contoh Kasus Pada Pasien Retensi Urine
BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria. Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes). Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth). Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
B. ETIOLOGI 1. Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis. Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel, tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat. 2. Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, , atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar. 3. Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan tumor. 4. Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat,kelainan patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih. 5. Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparat antidepressant antipsikotik (Fenotiazin),
C. PATOFOSIOLOGI Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan factor lainnya seperti ansietas,kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya. Berdasarkan lokasi bisa dibagi menjadi supra vesikal berupa kerusakan pusat miksi di medulla spinalsi menyebabkan kerusaan simpatis dan parasimpatis
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau menurunnya relaksasi otot spinkter internal, vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi bladder kemudian distensi abdomen. Factor obat dapat mempengaruhi proses BAK, menurunkan tekanan darah, menurunkan filtrasi glumerolus sehingga menyebabkan produksi urine menurun. Factor lain berupa kecemasan, kelainan patologi urethra, trauma dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan tensi otot perut, peri anal, spinkter anal eksterna tidak dapat relaksasi dengan baik. Dari semua factor di atas menyebabkan urine mengalir labat kemudian terjadi poliuria karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. Selanjutnya terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan, salah satunya berupa kateterisasi urethra.
D. TANDA DAN GEJALA 1. Diawali dengan urine mengalir lambat. 2. Kemudian terjadi poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kandung kemih tidak efisien. 3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih. 4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK. 5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000 -3000 cc.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan diagnostik yang dapar dilakukan pada kasus Retensio Urine adalah mpemeriksaan specimen mmurine. Pada pemeriksaan ini diambil hasil dari : 1. Pengambilan: steril, random, midstream. 2. Penagambilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit. 3. Sistoskopy, IVP. F. PENATA LAKSANAAN 1. Kateterisasi urethra. 2. Drainage suprapubik. 3. Pungsi vesika urinaria
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian a. Aspek biologis 1. Usia Kebutuhan eliminasi, baik eliminasi urine maupun fekal, salah satunya dipengaruhi oleh usia yang mengacu pada pertumbuahan dan perkembangan individu. Misalnya, kemampuan untuk mengontrol mikturisi dan defekasi
berbeda sesuai
dengan tahap perkembangan individu. Pada manusia lanjut usia, sering mengalami nokturia, frekuensi berkemih meningkat, konstipasi, dan lain-lain . 2. Aktivitas fisik Immobilisasi dapat menyebabkan terjadinya konstipasi, retensi urine, dan penurunan tonus otot. 3. Riwayat kesehatan dan diet Kajian riwayat penyakit atau pembedahan yang pernah dialami pasien yang dapat mempengaruhi eliminasi, seperti nefrolitiasis, colostomy, dan lain-lain. Dikaji juga riwayat diet yang dijalani klien, seperti jenis makanan yang dikonsums; jumlah, frekuensi, dan lamanya diet yang dijalani. 4. Penggunaan obat-obatan Pengkajian meliputi jenis obat, dosis, dan sudah berapa lama mengonsumsi obat tersebut. Penggunaan obat-obatan ini perlu dikaji karena beberapa jrnis obat dapat mempengaruhi eliminsi urine dan fekal. b. Pemeriksaan urine. 1. Eliminasi urine Masalah eliminasi urine sering terjadi dikaitkan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, maka perlu dikaji dengan mengenai turgor kulit dan mukosa mulut. Bila dikaitkan dengan organ sistem perkemihan, maka perlu dikaji ginjal, vesika urinaria, dan meatus. Hal yang dikaji seperti adakah nyari di daerah pinggul?, distensi kandungan kemih?, perkusi kandungan kemihpada kondisi penuh menimbulkan bunyi
tumpul?, adakah nyeri tekan pada kandung kemih?, pengkajian pada keadaan meatus uretra, seperti adakah kemerahan?, luka?, dan lain-lain. 2. Pemeriksaan laboratorium Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan sampai kuning coklat (seperti warna madu). Warna bergantung pada kepekatan urine (potter dan perry 2006). Pendaran pada ginjal atau ureter menyebabkan urine menjadi merah gelap. Bila urine berwarna merah terang, menunjukkan adanya pendarahan pada kandung kemih atau uretera. Selain itu, perubahan warna urine juga dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat. Oleh karena itu, perlu dikaji obat yang dikomsumsi. Warna urine coklat gelap dapat disebabkan karena tingginya konsentrasi bilirubin akibat disfungsi hepar. 3. Kejernihan Urin Kejernimhan urine yang tampak normal tampak transparant saat dikeluarkan. Pada klien yang mempunyai penyakit ginjal, urine yampak keruh atau mberbusa akibat tingginya konsentrasi protein dalam urine. selain itu, urine pada orang yang menderita penyakit ginjal juga tampak pekat dan keruh akibat adanya bakteri. 4. Bau Urine memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine, semakin kuat baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan mengeluarkan bau amonia (potter dan perry 2006) 5. Nilai Nilai normal hasil urinalisis antara lain:Ph 4,6-8,0;protein < 10 mg/100 ml;glukosa tidak ada berat jenis 1,010-1,030, tidak ada keton, tidak ada bakteri, dan lain-lain. 2. Analiasa Data Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalahmasalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien. Metoda Pengumpulan Data 1. Wawancara 2. Observasi 3. Pemeriksaan fisik 4. Studi Dokumentasi Tujuan Pengumpulan Data : 1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien. 2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien. 3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien. 4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah Tipe Data : 1. Data Subjektif Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu. 2. Data Objektif Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran. Karakteristik Data 1. Lengkap Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau hal-hal yang patologis? Bagaimana respon klien mengapa tidak mau makan.
2. Akurat dan nyata Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi : “klien selalu diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian. 3. Relevan Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi. Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan situasi khusus. Sumber Data 1. Sumber data primer Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. 2. Sumber data sekunder Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri, anak, teman klien, jika klien mengalami gangguan keterbatasan dalam berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau anakanak, atau klien dalam kondisi tidak sadar. 3. Sumber data lainnya 1. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya. Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dapat mendukung rencana tindakan perawatan.
2. Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan medis. 3. Konsultasi Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil guna membantu menegakkan diagnosa. 4. Hasil pemeriksaan diagnostik Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi keberhasilan dari tindakan keperawatan. 5. Perawat lain Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya. Hal ini untuk kelanjutan tindakan keperawatan yang telah diberikan. 6. Kepustakaan. Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yangbenar dan tepat.
CONTOH KASUS Seorang laki-laki Tn. B berusia 56 tahun, datang ke UGD RSUD Dr. Drajat Prawiranegara, dengan keluhan nyeri pada perut karena tidak bisa BAK sejak 2 hari yang lalu. Urin yang diproduksi sangat sedikit (> 100cc/hari). TD : 140/90 mmHg, N : 110 x/menit, RR : 21 x/menit, S : 37,5 ºC
A. IDENTITAS IDENTITAS PASIEN Nama
: Tn B
Usia
: 56 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: wiraswasta
Suku / bangsa
: Jawa
Tanggal Masuk
: 29 Agustus 2018
No RM
: 388639
Diagnosa Medis
: Retensi Urin
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Nama
: Ny. A
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: IRT (Ibu Rumah Tangga)
Hubungan dengan pasien
: Istri
B. KELUHAN UTAMA / ALASAN MASUK RS Pasien mengeluh nyeri pada perut karena tidak bisa BAK sejak 2 hari yang lalu. C. PENGKAJIAN PRIMER PENGKAJIAN
DIAGNOSA
PRIMER
KEPERAWATAN
INTERVENSI
IMPLEMENTASI
AIRWAY Bebas
-
-
-
-
-
-
BREATHING Tidak ada gangguan
CIRCULATION Keadaan umum : Retensi urine b.d. Composmentis
:
kandung
140/90 untuk
mmHg
dengan
N : 110 x/menit
kemih
adekuat,
kulit
-
Memasangan
kateter -
kateter
Monitor intake dan
berkontraksi
-
Memonitor intake
output -
Monitor
infeksi bladder.
dan output derajat
-
Memonitor derajat
distensi bladder
Suhu : 37,5 ºC Turgor
Pemasangan
Ketidakmampuan
Tampak gelisah TD
-
-
Instruksikan
:
distensi bladder -
menginstruksikan
kepada klien dan
kepada klien dan
keluarga
untuk
keluarga
untuk
CRT : < 2 detik
mencatat
output
mencatat
output
Denyut
urine
Baik
nadi
urine
perifer: Cepat Edema
:
tidak
ada DISABILITY Kesadaran
:
Composmentis GCS : E4 V5 M6 Alert : Kesadaran Penuh Orientasi : -
Waktu : baik
-
Tempat : baik
-
Orang : baik
EXPOSURE b.d.
Nyeri : Abdomen
Nyeri
Skala : 4
Distensi
vesika
Distensi kandung urinaria
disebkan
kemih
Akut
karena ketidakmampuan
Manajemen nyeri -
Identifikasi skala
Manajemen nyeri -
nyeri -
skala nyeri
Identifikasi faktor
Mengidentifikasi
yang
Mengidentifikasi faktor
yang
pengosongan
memperberat
memperberat
kandung kemih.
rasa nyeri
rasa nyeri
-
Berikan
-
terapi
-
Memberikan
komplementer
terapi
untuk
komplementer
mengurangi rasa
untuk
nyeri
mengurangi rasa
Ajarkan
terapi
komplementer
nyeri -
Mengajarkan
untuk
terapi
mengurangi rasa
komplementer
nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
D. EVALUASI NO 1
DIAGNOSA KEPERAWATAN Retensi urine b.d. kandung
kemih
EVALUASI
Ketidakmampuan S : Pasien dapat mengeluarkan urin sedikituntuk
berkontraksi sedikit.
dengan adekuat, infeksi bladder.
O: -
Urin : <100 cc
-
Inspeksi : abdomen tampak cembung.
-
Auskultasi
abdomen
:
bising
usus
terdengar -
Perkusi abdomen : pekak
-
Palpasi abdomen : perabaan terasa keras dibagian
hipogastrik,
distensi
urinaria A : Retensi Urin belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan -
Pemasangan kateter
vesika
-
Monitor intake dan output
-
Monitor derajat distensi bladder
-
Instruksikan kepada klien dan keluarga untuk mencatat output urine
2
Nyeri Akut b.d. Distensi vesika urinaria S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian disebkan
karena
ketidakmampuan abdomen.
pengosongan kandung kemih.
O: -
Skala nyeri 4
-
Pasien tampak meringis
A : Nyeri Akut belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan -
Identifikasi skala nyeri
-
Identifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri
-
Berikan
terapi
komplementer
untuk
mengurangi rasa nyeri -
Ajarkan
terapi
komplementer
untuk
mengurangi rasa nyeri
E. PENGKAJIAN SEKUNDER a. Riwayat Kesehatan Sekarang Pasien datang ke IGD pada tanggal 21 Agustus 2018 sekitar pukul 15.10 diantar keluarga. Pasien mengeluh tidak bisa BAK sejak 2 hari yang lalu. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah mengalami pnyakit perkemihan. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai darah tinggi, dan penyakit DM d. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala
: bentuk mesocepal
Mata
: konjungtiva unanemis
Thorax
: bunyi jantung normal
Abdomen : -
Inspeksi
: abdomen tampak cembung, tidak ada jaringan parut
-
Auskultasi
: bising usus terdengar
-
Perkusi
: pekak
-
Palpasi
: perabaan terasa keras dibagian hipogastrik, distensi vesika
urinaria F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak ada
G. TERAPI MEDIS (obat, cairan infuse, tranfusi, dll) NO
Hari / tanggal
Terapi Medis
Indikasi
1
29 Agustus 2018
Terapi O2
3-4 Liter/menit
2
29 Agustus 2018
Infuse RL
20 tpm
3
29 Agustus 2018
ceftriaxon
2 x 1 gr
4
29 Agustus 2018
furosemid
1 Amp
5
29 Agustus 2018
salbutamol
2 x 2 gr
6
29 Agustus 2018
Pemasangan DC
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. Retensio urine adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari fesika urinaria.
3.2 Saran Kami sebagai penyusun makalah ini, mengharapkan kritik dan masukkan yang positif, untuk penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah kami, dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan.