BAB II PEMBAHASAN A. Atonia urteri a. Pengertian Atonia urteri didefenisikan sebagai suatu kondisi kegagalan urtesrus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia urteri juga didefenisikan sebagai tidak adanya kontraksi urterus segera setelah plasenta lahir. Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75-80 persen) adalah akibat adanya atonia urteri. Cedera selama kelahira adalah penyebab perdarahan masa nifas yang no dua terbanyak ditemukan. Selama perdarahan pervagina, laserasi pada serviks dan vagina dapat terjadi secara spontan tetapi lebih sering ditemukan setelah penggunaan fosep atau ekstraktor vakum. Dinding pembuluh darah dalam jalan lahir mengembangkan selama kelahiran, dan dapat terjadi pendarahan yang banyak. ( hecker/ moore, 2001 ). b. Penyebab Atonia urteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi ( penunjang ) seperti : 1. Umur yang terlalu tua atau muda 2. Multipara dengan jarak kelahiran pendek 3. Partus lama / partus terlantar 4. Malnutrisi 5. Penanganan salah dalam usaha melahirka plaseta belum terlepas dari dinding urterus c. Gejala klinis 1. Urterus tidak berkontraksi atau lunak 2. Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir d. Pencegahan atonia urteri Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari Ergometrin yaitu 5-15 menit. Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum. e. Penanganan Atonia Uteri (Penanganan Umum) 1. Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat. 2. Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital.
3. Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat. 4. Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah. 5. Pastikan bahwa kontraksi uterus baik : 6.
Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM.
7. Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk. 8. Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan perineum. 9. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah. 10. Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar Hemoglobin:
Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.
Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.
f.
Penanganan khusus 1. Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri. 2. Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan. 3. Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan. 4. Jika perdarahan terus berlangsung:
Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
5. Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah dilakukan, lakukan:
Kompresi bimanual internal atau Kompresi aorta abdominalis Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat.
6. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera. g. Konsep Dasar Atonia uteria (relakasai otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta ; 20 02). Definisi dari atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya kegagalan otot rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
h. Etiologi Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain : 1. Overdistension uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi 2. Umur yang terlalu muda atau tua 3. Multipara dengan jarak kehamilan pendek 4. Partus lama/partus terlantar
5. Mal nutrisi 6. Salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
i.
belum terlepas dari uterus Grandemultipara Uterus yang terlalu tegang Plasenta previa dan solusio plasenta Hipertensi dalam kehamilan Infeksi uterus Anemia berat Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan Riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya, riwayat plasenta manual Pimpinan kala III yang salah dengan memijit mijit atau mendorong – dorong
uterus sebelum plasenta terlepas 16. IUFD yang sudah lama 17. Penyakit hati 18. Emboli air ketuban (koagulapati) 19. Tindakan operatif dengan anastesi umum yang terlalu dalam Manifestasi klinik Tanda dan gejala yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (post partum
j.
primer). Penanganan khusus Jika terdapat tanda – tanda sisa plasenta, keluarkan sisa plasenta tersebut, lakukan uji pembekuan darah sederhana, jika perdarahan terus berlanjut dan tindakan di atas telah dilakukan, lakukan KBI, kompresi aorta abdominalis, jika perdarahan terus berlanjut setelah di lakukan kompresi lakukan ligasi arteri uterine dan ovarika,
lakukan histeroktomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa setelah ligasi. k. Kompresi Uterus Bimanual. 1. Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci 2. Teknik : Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan, 3. Eksplorasi dengan tangan kiri. 4. Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina.Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang atas. 5. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar,ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan lumennya. 6. Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 1015 menit.
Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna.Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi tetap merupakan tindakan terakhir. l.
KBI ( kompresi bimanual interna) dan KBE (kompresi bimanual eksterna) Kompresi bimanual interna dan eksterna merupakan salah satu upaya pertolongan pertama pada perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri. Tindakan ini bertujuan menjepit pembuluh darah dalam dinding uterus serta merangsang miometrium untuk berkontraksi. Kompresi Bimanual Interna harus segera dilakukan apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) pada fundus uteri. Karena ada intervensi tangan penolong yang masuk ke dalam jalan lahir, tindakan ini lebih dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada pasca partum. Oleh karena itu, penerapan teknik septik-aseptik sangat membantu dalam menurunkan angka kejadian infeksi setelahnya. Kompresi bimanual interna dan eksterna dikerjakan dengan disertai pemberian cairan infus yang ditambahkan uterotonika (oksitosin 20 UI ) didalamnya.
B. RETENSIO PLASENTA a. Pengertian Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah plasenta masih berada didalam uterus selama lebih dari satu jam. Karena retensio plasenta menimbulkan perdarahan, harus diambil tindakan untuk mengeluarkan nya. Penyebab retensio plasenta adalah: -plasenta yang sudah terlepas atau sebagian terlepas kalau, setelah suntikan oksitosin, serviks yang menutup menghalanginya. Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir,
melebihi waktu setengah jam (Manuaba, 2001: 432). Retensio Plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30
menit atau lebih setelah bayi (Syaifudin AB, 2001). Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir daam waktu 1 jam setelah bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998 : 299).
Istilah retensio plasenta dipergunakan, kalau plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir. b. Sebab sebab : Sebab sebab fungsioniil 1. his kurang kuat (sebab terpenting) plasenta sukar terlepas karena : 1. Tempatnya : insersi di sudut tuba
2. Bentuknya : plasenta membranacea, plasenta anularis. 3. Ukurannya : plasenta yang sangat kecil Plasenta yang sukar lepas karena sebab-sebab tersebut di atas disebut plasenta adhaesiva. c. Sebab patologi-anatomis: 1. placenta accrete 2. placenta increta 3. placenta percreta (Obstetri Patologi,Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,Bandung)
Atonia uterus,yang disertai oleh perdarahan Perlengketan plasenta abnormal.dalam keadaan yang relatif jarang ini (>1:1500 kelahiran), trofoblas menginvasi desidua dan miometrium dalam berbagai derajat yang berbeda (plasenta akreta) atau mengadakan penetrasi ke lapisan serosa (plasenta perkreta). (DEREK LLEWELLYN – JONES).
d. Penyebab 1. Plasenta belum lepas dari didnding uterus 2. Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III) 3. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta. 4. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai miometrium-sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta) e. Penatalaksanaan 1. Jika plasenta terliahat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan. Jika anda dapat merasakan adanya plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut. 2. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan katerisasi kandung kemih 3. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM, jika belum dilakukan dalam / penanganan aktif kala III 4. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali 5. Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalan untukmengeluarkan plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7
menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudam menunjukan koagulapati. 6. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan antibiotik. C. ROBEKAN JALAN LAHIR a. Pengertian Robekan Jalan Lahir Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan postpartum dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robelan servik atau vagina. b. Robekan Serviks Persalinan Selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan pervaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan servik uteri. c. Robekan Vagina Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan speculum.Robekan Perineum Robekan
perineum terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.