Laporan Pendahuluan dan Askep Diabetes Gestasional
Dosen Pembimbing : Ns. Hidayah, M.Kep
Disusun Oleh: Kelompok 1 Agus Hertika Agustinus Theo Jalani Ardianus Alfian Dina Miranda Dian Puspita Hersan Ramadhani Roy Sandi Nova Sanjaya Yase Valentina Feby Thea
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REG SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2018/2019
A. Definisi Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional, merupakan penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil. Diabetes gestasional merupakan gangguan yang sering terjadi pada paruh terakhir periode kehamilan. Penyakit ini timbul ketika kadar glukosa tinggi dan dapat meningkatkan resiko ibu terhadap pre-eklampsia dalam tahap terakhir kehamilan, atau sulit melahirkan. Selain itu penyakit ini pun bisa berpengaruh pada bayi, misalnya cacat setelah lahir (pada bahu) dan gangguan pernapasan. Diabetes gestasional akan hilang setelah ibu melahirkan. Namun, ibu yang mengidap penyakit ini memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap serangan Diabetes lainnya. Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa, Intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat. Penyakit kelainan metabolisme, dimana penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat glukosa dalam darahnya, yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan berlangsung dan tidak diderita sebelum ibu hamil. Prediabetes merupakan suatu keadaan dimana kadar gula darah meningkat di atas normal namun belum memenuhi kriteria diabetes melitus sedangkan Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan sedang berlangsung (PERKENI, 2002). Keadaan ini biasa terjadi pada saat 24 minggu usia kehamilan dan sebagian penderita akan kembali normal pada setelah melahirkan (Depkes RI, 2008). Pada hampir setengah angka kejadiannya, diabetes akan muncul kembali (Nurrahmani, 2012)
B. Prevalensi Diabetes Gestasional Prediabetes dan diabetes melitus gestasional menjadi masalah global dilihat dari angka kejadian dan dampak yang ditimbulkannya (Osgood, 2011). Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2000, diabetes melitus gestasional terjadi 7% pada kehamilan setiap tahunnya. Prevalensi diabetes
1
gestasional bervariasi yaitu 1%-14%. Angka ini tergantung pada populasi yang diteliti dan kriteria penyaringan yang digunakan (ADA, 2006). Diabetes melitus gestasional terjadi sekitar 4% dari semua kehamilan di Amerika Serikat, dan 3-5% di Inggris (ADA, 2004). Prevalensi diabetes melitus gestasional di Eropa sebesar 2-6% (Buckley et al, 2001). Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan prevalensi diabetes melitus gestasional di Indonesia sebesar 1,9%3,6% pada kehamilan umumnya (Soewardono dan Pramono, 2011). Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus, prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1% (Maryunani, 2008). Angka ini lebih rendah dari pada prevalensi di Negara Ingris dan Amerika Serikat. Meskipun demikian, masalah diabetes gestasional di Indonesia masih membutuhkan penanganan yang serius melihat jumlah penderita yang cukup banyak serta dampak yang ditimbulkan pada ibu hamil dan janin. Diabetes mellitus gestasional menjadi masalah kesehatan masyarakat sebab penyakit ini berdampak langsung pada kesehatan ibu dan janin (Osgood et al, 2011). Dampak yang ditimbulkan oleh ibu penderita diabetes melitus gestasional adalah ibu berisiko tinggi terjadi penambahan berat badan berlebih, terjadinya preklamsia, eklamsia, bedah sesar, dan komplikasi kardiovaskuler hingga kematian ibu. Setelah persalinan terjadi, maka penderita berisiko berlanjut terkena diabetes tipe 2 atau terjadi diabetes gestasional yang berulang pada masa yang akan datang. Sedangkan bayi yang lahir dari ibu yang mengalami diabetes gestasional berisiko tinggi untuk terkena makrosomia, trauma kelahiran. Selain itu, bayi berisiko tinggi untuk terkena hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindrom gangguan pernafasan, polistemia, obesitas dan diabetes melitus tipe 2 (Perkins et al, 2007).
C. Etiologi DMG disebabkan karna kekurangn insulin. Yang disebabkan karna adanya kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel – sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pancreas yang bekarja menghasilkan insulin. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat untuk makanan janin dan persiapan untuk menyusui. Bila tidak mampu meningkatkan produksi
2
insulin yang mengakibatkan hyperglikemia atau DM kehamilan ( DM yang timbul dalam kehamilan ). Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Faktor Predisposisi : 1. Umur sudah mulai tua 2. Multiparitas 3. Penderita gemuk 4. Kelainan anak lebih besar dari 4000 g 5. Bersifat keturunan 6. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine 7. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering mengalami keguguran 8. Glokusuria
D. Manifestasi Klinis 1. Sering kencing pada malam hari (polyuria) 2. Selalu merasa haus (polydipsia) 3. Selalu merasa lapar (polyfagia) 4. Selalu merasa lelah atau kekurangan energi 5. Penglihatan menjadi kabur 6. Hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah) 7. Glaikosuria (glukosa dalam urine) 8. Mata kabur 9. Pruritus vulva. 10. Ketonemia. 11. BB menurun 12. Sering kesemutan 13. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl. 14. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl 15. Gula darah puasa > 126 mg/dl.
3
E. Patofisiologi dan Pathway Pada DMG terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes kehamilan.Kelebihan insulin menghambat kerja hormon kortisol yang berfungsi mematangkan paru-paru janin. Akibatnya, paru-paru janin belum matang di usia 38 minggu. Risikonya, terjadinya sindroma gawat napas. Adapun mengenai pengaruh hormon pada ibu hamil adalah akibat pengaruh hormonal. Pada wanita hamil, ada 2 organ penting penghasil hormon untuk waktu cukup lama, yang pada saat tidak hamil hal itu tidak terjadi. Organorgan tersebut adalah korpus luteum (area pada ovarium yang sebelumnya ditempati
ovum)
yang
antara
lain
menghasilkan
hormon
estrogen
serta progesteron dan plasenta (ari-ari) yang juga antara lain menghasilkan
4
hormon-hormon: estrogen (estriol), progesteron dan gonadotropin korion (yang merangsang pertumbuhan korpus luteum). Progesteron adalah zat antara penting dalam biosintesis hormon steroid. Janin dan plasenta bekerja sama dalam pembentukan hormon steroid antara lain kortisol yang dalam metabolisme karbohidrat berperan meningkatkan produksi gula darah, di samping efeknya yang juga menghambat kerja insulin di jaringan (Fisiologi Kedokteran,1983). Selain itu seseorang yang dalam keadaan stres (termasuk wanita hamil),apalagi bila stresnya berkepanjangan,sistim tubuhnya juga dapat memicu produksi hormon anak ginjal yakni hormon : epinefrin dan kortisol; kedua hormon ini berkasiat meningkatkan produksi gula di dalam darah dan menghambat sekresi insulin, khususnya epinefrin. Peranan hormon-hormon di atas ini dalam menyebabkan seorang wanita hamil menderita DMG.
F. Mendeteksi Dini Diabetes Gestasional Deteksi dini kejadian diabetes mellitus yang dilakukan sejak awal dapatmencegah timbulnya komplikasi dan memberikan penanganan secara tepat dancepat. Sebagian masyarakat menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui dampakpenyakit diabetes mellitus pada kehamilan maupun persalinan. Upaya ini
5
dilakukan khususnya pada ibu-ibu usia reproduksi untuk mempersiapkan reproduksi sehat.Metodepengambilan sampel pemeriksaan gula darahadalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Gula darah puasa Pasien
diinformasikan
untukpuasa
8-10
jam
sebelum
dilakukanpemeriksaan, hanya boleh minum airputih. Kemudian pasien baru diambilsampel darah vena sebanyak 1-2 cc. 2. Pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial Setelah pasien diambil gula darah puasa, pasien diminta untuk segeramakan, kemudaian puasa lagi selama2 jam baru diambil sampel darahuntuk pemeriksaan gula darah 2 jampost prandial.Pasien yang tidak memenuhi standaruntuk pengambilan sampel darah sepertitidak melakukan puasa, tidak akan dilakukanpemeriksaan. Hasil pemeriksaan gula darahakan disampaikan kepada pasien sebagaisalah satu bentuk catatan medik. Untuk guladarah puasa batas nilai normal 70-110 mg/dl, sedangkan untuk pemeriksaan gula darah2 jam post prandial nilai normal <125 mg/dl.
G. Prosedur Deteksi Dini Diabetes Gestasional Rekomendasi skrining DM gestasional : 1.
Pemeriksaan dilakukan bedasarkan factor resiko yang ditemukan
2.
Lakukan tes TTGO 75 g ( usiakehamilan 16-18 minggu ) pada wanita dengan riwayat DM gestasional sebelumnya.
3.
Bila normal →tes TTGO dilakukan lagi pada usai kehamilan 24-28 minggu
4.
Jika memiliki factor resikotes TTGO dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu untuk mendiagnosa DM gestasional
5.
Dapat juga dilakukan pada kunjungan antenatal pertama untuk mendeteksi overt DM (diabetes militus sebelum
hamil) yaitu dengan pemeriksaan
HbA1c jika ≥5.9% maka ibu akan beresiko tinggi DM dan lakukan pemeriksaan ulang, dan jika HbA1c ≥ 6.5% DM tipe 2.
Teknik pemeriksaan 1. Tes tahap satu a.
Pemeriksaan pada pagi hari
6
b.
Puasa8 jam (maksimal 14 jam )
c.
Diet bebas (karbohidrat ˃150 g/hr) dan aktifitas fisik normal ( minimal 3 hari sebelum pemeriksaan)
d.
Pemeriksaan kadar gula 1)
GDP ( gula darah puasa)
2)
1 jam glukosa plasma
3)
2 jam glukosa plasma
2. Tes tahap dua a. 50 g glukosa oral 1) Dengan atau tanpa puasa 2) Pemeriksaan glukosa darah 3) Bila ≥135 mg/dl atau ≥140 mg/dl tes tahap kedua b. 100 g glukosa oral (TTGO) 1) Puasa 8 jam (maksimal 14 jam ) 2) Diet bebas karbohidrat ˃150 g/hari dan aktifitas fisik normal 3 hari sebelum pemeriksaan 3) Pemeriksaan glukosa darah a) Gula darah puasa b) 1 jam glukosa plasma c) 2 jam glukosa plasma d) 3 jam glukosa plasma
H. Pencegahan Diabetes Gestasional 1. Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB, diet sehat, olahraga 2. Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anti rokok, perawatan. 3. Tersier : a. Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi. b. Pemeriksaan optalmologist c. Albuminuria monitor penyakit ginjal d. Kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein e. Pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk mengontrol medikasi
7
I. Penatalaksanaan 1. Pengelolaan Medis Sesuai dengan pengelolaan medis DM pada umumnya, pengelolaan DMG juga terutama didasari atas pengelolaan gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu. a. Kontrol secara ketat gula darah, sebab bila kontrol kurang baik upayakan lahir lebih dini, pertimbangkan kematangan paru janin. Dapat terjadi kematian janin memdadak. Berikan insulin yang bekerja cepat, bila mungkin diberikan melalui drips. b.
Hindari adanya infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya. Lakukan upaya pencegahan infeksi dengan baik.
c. Pada bayi baru lahir dapat cepat terjadi hipoglikemia sehingga perlu diberikan infus glukosa. d. Penanganan DMG yang terutama adalah diet, dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. e. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB. f. Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari: − Kalori basal 25 kal/kgBB ideal − Kalori kegiatan jasmani 10-30% − Kalori untuk kehamilan 300 kalor − Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai. Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk : a. Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl b. Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl c. Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6% 8
d. Mencegah episode hipoglikemia e. Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik f. Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal. Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Dianjurkan kontrol sesuai jadwal pemeriksaan antenatal, semakin dekat dengan perkiraan persalinan maka kontrol semakin sering. Hb glikosilat diperiksa secara ideal setiap 6-8 minggu sekali. Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg). Jika pengelolaan diet saja tidak berhasil, maka insulin langsung digunakan. Insulin yang digunakan harus preparat insulin manusia (human insulin), karena insulin yang bukan berasal dari manusia (non-human insulin) dapat menyebabkan terbentuknya antibodi terhadap insulin endogen dan antibodi ini dapat menembus sawar darah plasenta (placental blood barrier) sehingga dapat mempengaruhi janin. Pada DMG, insulin yang digunakan adalah insulin dosis rendah dengan lama kerja intermediate dan diberikan 1-2 kali sehari. Pada DMH, pemberian insulin mungkin harus lebih sering, dapat dikombinasikan antara insulin kerja pendek dan intermediate, untuk mencapai kadar glukosa yang diharapkan. Obat hipoglikemik oral tidak digunakan dalam DMG karena efek teratogenitasnya yang tinggi dan dapat diekskresikan dalam jumlah besar melalui ASI.
2. Pengelolaan Obstetrik Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan keadaan klinis ibu dan janin, terutama tekanan darah, pembesaran/ tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, kadar gula darah ibu, pemeriksaan USG dan kardiotokografi (jika memungkinkan). Pada tingkat Polindes dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat Puskesmas dilakukan pemantauan ibu dan janin dengan pengukuran tinggi fundus uteri dan mendengarkan denyut jantung janin. Pada tingkat rumah 9
sakit, pemantauan ibu dan janin dilakukan dengan cara pengukuran tinggi fundus uteri : a. NST – USG serial b. Penilaian menyeluruh janin dengan skor dinamik janin plasenta (FDJP), nilai FDJP < 5 merupakan tanda gawat janin. c. Penilaian ini dilakukan setiap minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia, pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan gawat janin merupakan indikasi untuk melakukan persalinan secara seksio sesarea. d. Pada janin yang sehat, dengan nilai FDJP > 6, dapat dilahirkan pada usia kehamilan cukup waktu (40-42 mg) dengan persalinan biasa. Pemantauan pergerakan janin (normal >l0x/12 jam). e. Bayi yang dilahirkan dari ibu DMG memerlukan perawatan khusus. f. Bila akan melakukan terminasi kehamilan harus dilakukan amniosentesis terlebih dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila usia kehamilan < 38 mg). g. Kehamilan DMG dengan komplikasi (hipertensi, preeklamsia, kelainan vaskuler dan infeksi seperti glomerulonefritis, sistitis dan monilisasis) harus dirawat sejak usia kehamilan 34 minggu. Penderita DMG dengan komplikasi biasanya memerlukan insulin. h. Penilaian paling ideal adalah penilaian janin dengan skor fungsi dinamik janin-plasenta (FDJP).
10
Asuhan Keperawatan pada Ny.S (31 Tahun) G2P1A0AH1 dengan Diabetes Gestasional
a. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama
: Ny ‘S’
Umur
: 38th
Suku/Bangsa
: Sumatera/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekarjaan
: Pedagang
Alamat
: Jl.Krapyak, Sleman
No. Register
: 01042013
Dx. Medis
: DM
Tanggal masuk
: Minggu, 31 Januari 2019
Tanggal pengkajian
: Minggu, 31 Januari 2019
Penanggung jawab
: Tn Z (suami)
b. Data Subjektif 1. Alasan Datang/ Dirawat Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya beberapa hari mengalami pandangan kabur dan pusing dan ingin memeriksakan kehamilannya 2. Keluhan utama Ibu mengeluh sering merasa haus, mual muntah pusing, sering kesemutan, pandangan terasa kabur selalu merasa lelah, ibu sering merasa lapar, sering kencing, dan sering merasa haus. 3. Riwayat kesehatan dahulu Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi. Dan Ibu mengatakan dulu pernah melakukan operasi sesar. 4. Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan salah satu keluarga yaitu ibu pasien mengalami DM dan Hipertensi.
11
5. Riwayat Kehamilan Sekarang : HPM : 4-9-2012
HPL
ANC pertama umur kehamilan
: 11-6-2013 : 6minggu
Kunjungan ANC Trimester I Frekuensi Keluhan
: 6 Minggu : mual muntah
Komplikasi : tidak ada Terapi : belum diberikan Trimester II Frekuensi Keluhan
: 2x : pusing
Komplikasi : DMG Terapi
: tablet Fe, Lico Calk,
Trimester III Frekuensi : 2x Keluhan
: sering haus, lapar, sering BAK
Komplikasi : DMG Terapi
: tablet fe
Imunisasi TT: TT 1 : TT Caten TT 2 : tanggal 25 September 2007 TT 3 : tanggal 28 Oktober 2007 TT 4 : tanggal TT 5 : tanggal Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari) Ibu mengatakan janinnya bergerak lebih dari 10x sehari. 6. Aspek psikologis
Ibu mengatakan suami dan keluarga senang dan menerima dengan kehamilan sekarang.
Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung ibu dengan kehamilan sekarang.
12
Ibu mengatakan hubungan ibu, suami, keluarga, dan tetangga baik-baik saja
7. Aspek sosial Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti keluarganya bergantian menjaganya selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang menjenguknya 8. Aspek spiritual Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit. 9. Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
Ibu mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan trimester 1,2, dan 3.
Ibu mengatakan belum mengetahui tentang masa persalinan.
Ibu mengatakan belum mengerti tentang masa nifas dan menyusui.
c. Data Objektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Status emosional
: stabil
Tekanan darah
: 130/80mmhg
Nadi
Pernafasan
: 25x/menit
Suhu : 36.50c
BB
: 70kg
TB
: 72x/menit
: 150cm
2. Pemeriksaan Fisik Kepala
: messocepal. Tidak ada benjolan, bersih, tidak berketombe
Wajah
: simetris, tidak ada odema, ada cloasma gravidarum
Telinga
: simetris, terdapat lubang telinga
Mata
: simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidumg
: simetris, tidak polip, tidak ada sekret
Mulut
: simetris, tidak labioskisis/palatoskisis, tidak karies gigi
Leher
: tidak ada pmbesaran vena jugularis, kelenjar parotis/limfe
Dada
: simetris, tidak retraksi dinding dada.
Payudara
: simetris, putting menonjol, colustrum(-), hyperpigmentasi
Abdomen
: linea(+), striae(+), tfu 3 jari atas pusat. 13
1) Palpasi 1.1 Leopold I: pada bagian fundus teraba bulat, lunak, dan ridak melenting yaitu bokong janin. 1.2 Leopold II: pada bagian kanan ibu teraba panjang, datar, keras yaitu punggung janin, pada bagian kiri ibu teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstremitas janin. 1.3 Leopold III : Pada bagian terendah teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin. 1.4 Leopold IV : Bagian terendah janin belum masuk PAP Auskultasi DJJ
: 100x/menit
Ekstremitas atas
: Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Ekstermitas bawah
: Simetris, tidak ada udema,jari lengkap
Genitalia luar
: bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Pemeriksaan panggul
: tidak dilakukan
2) Pemeriksaan penunjang tanggal: 31-3-2013
jam: 09.30WIB
Cek GDS = 220 mg/dl 3) Data penunjang GDP: 140 mg/dl 2 jam sesudah makan: 150mg/dl HbA1c : 7% 4) System pengindraan 1.1 Sistem penglihatan Inspeksi: bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik. Palpasi: tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan. 5) Sistem pendengaran Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan. 6) Sistem penciuman
14
Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan. 7) Sistem pengecapan Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan. 8) Sistem integument Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih, tidak ada masa, tampilan umum kulit terlihat bercak, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata. 9) Sistem pencernaan Bentuk mulut simetris, gigi utuh mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit. 10) Sistem pernafasan Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada ada, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing. 11) Sistem kardiovaskuler Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena jugularis, tidak ada bunyi tambahan. 12) Sistem perkemihan Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri. 13) Sistem musculoskeletal Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan terdapat bercak 15
d. Analisa Data NO
DATA
1. Ds: Ibu sering merasa lapar, sering kencing, dan sering merasa haus, mual muntah, pusing Do: BB : 70 kg TB: 150cm
MASALAH
ETIOLOGI
Mual Muntah
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat
Intake Nutrisi Menurun
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang
2. Ds:
Ibu mengeluh sering merasa haus, sering kesemutan, pandangan terasa kabur selalu merasa lelah, Ibu mengatakan salah satu keluarga yaitu ibu pasien mengalami DM dan Hipertensi Do: TD: 130/80mmhg GDS = 220 mg/dl
Resiko cedera maternal berhubungan dengan hiperglikemi
GDP: 140 mg/dl 2 jam sesudah makan: 150mg/dl HbA1c : 7% Terdapat bercak di kaki kanan 3.
Ds: Ibu mengatakan janinnya bergerak lebih dari 10x sehari. Do: DJJ 100x/menit GDS = 220 mg/dl GDP: 140 mg/dl 2 jam sesudah makan: 150mg/dl HbA1c : 7%
Hiperglikemi
Glukosa masuk ke plasenta dan meningkat
Resiko Cedera Janin
16
Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal.
e. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat. 2. Resiko cedera maternal berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemi. 3. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal.
f. Intervensi No 1.
Diagnosa Resiko tinggi terhadap
Intervensi 1. Timbang
Rasional
berat
badan 1. Penambahan berat badan
setiap kunjungan prenatal.
adalah kunci petunjuk
perubahan nutrisi 2. Observasi masukan kalori
untuk memutuskan
kurang dari
dan pola makan dalam 24
penyesuaian kebutuhan
kebutuhan
jam.
kalori.
berhubungan
3. Perhatikan adanya mual 2. Membantu dalam
dengan
dan
ketidakmampuan
pada trimester 1
mencerna dan
muntah
khususnya
mengevaluasi pemahaman pasien tentang aturan diet
4. Ajarkan pasien tentang 3. Mual dan muntah dapat
menggunakan
metode finger stick untuk
mengakibatkan defisiensi
nutrisi kurang
memantau
karbohidrat yang dapat
tepat.
sendiri.
glukosa
mengakibatkan
5. Diskusikan tentang dosis , jadwal dan tipe insulin. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
metabolisme lemak dan terjadinya ketosis. 4. Kebutuhan insulin dapat dinilai berdasarkan
7. Observasi kadar Glukosa darah
temuan glukosa darah serum secara periodic
8. Tentukan hasil HbA1c
5. Pembagian dosis insulin
setiap 2 – 4 minggu.
mempertimbangkan kebutuhan basal maternal dan rasio waktu makan. 6. Diet secara spesifik pada
17
individu perlu untuk mempertahankan normoglikemi. 7. Kontrol glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil. 2.
Resiko cedera
1. Jelaskan
pada
berhubungan
suami
dengan
mengenai
hipoglikemia
dan
hipoglikemia atau
dan
hiperglikemia
hipoglikemi
dan
hiperglikemia
termasuk penyyebab dan
hiperglikemi
dapat
tanda gejalanya
dicegah sehingga dapat
atau
2. Anjurkan
pasien, 1. Dengan keluarga
pasien
untuk
membawa insulin spuit,
meningkatnya
pengetahuan ibu, suami keluarga
meminimalkan
kondisi
resiko
cedera.
juga gula kerja-cepat saat 2. Dimungkinkan jika pada bepergian
jauh
dari
rumah.
keadaan hipoglikemia atau hiperglikemi
3. Diskusikan
hubungan
latihan fisik dan diet dan efek keduanya pada stres.
dilakukan
dapat penanganan
cepat. 3. Latihan
fisik
dan
kepatuhan diet dan stres sangat berpengaruh pada kondisi ibu maupun janin, maka dari itu perlunya membatasi kegiatan fisik yang
berlebih
kepatuhan
diet
dan sangat
berperan dalam menjaga kondisi ibu dan janin. 3.
Resiko
Tinggi 1. Observasi
cidera berhubungan dengan
janin
diabetik
control 1. Pengontrolan secara ketat sebelum
konsepsi
sebelum konsepsi membantu menurunkan
2. Observasi gerakan janin
18
resiko mortalitas janin dan
peningkatan
dan denyut janin setiap
kadar
kunjungan.
glukosa
maternal, perubahan sirkulasi
abnormal konginental. 2. Terjadi insufisiensi
3. Observasi tinggi fundus pada
plasenta dan ketosis
uteri setiap kunjungan.
maternal mungkin secara
4. Tinjau ulang prosedur
negatif mempengaruhi
dan rasional untuk Non
gerakan janin dan denyut
stress
jantung janin.
Test
setiap
minggu.
3. Untuk mengidentifikasi
5. Observasi kadar albumin
pola pertumbuhan
glikosilat pada getasi minggu ke 24 sampai ke
abnormal 4. Aktifitas dan pergerakan
28 khususnya pada ibu
janin merupakan petanda
dengan resiko tinggi.
baik dari kesehatan janin.
6. Dapatkan kadar serum
5.
Tes serum albumin
alfa fetoprotein pada
glikosilat menunjukkan
gestasi minggu ke 14
glikemia lebih dari
sampai minggu ke 16.
beberapa hari.
7. Siapkan
untuk 6.
ultrasonografi
pada
Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu
gestasi minggu ke 8, 12,
diabetik dari pada non
18,
diabetik bila kontrol
28,
36
sampai
minggu ke 38.
sebelum kehamilan sudah buruk. 7.
Ultrasonografi bermanfaat
g. Evaluasi Dari hasil intervensi yang tertulis, evaluasi yang diharapkan: Diagnosa 1: Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat. Evaluasi: Pasien mampu mempertahankan nutrisi adekuat Diagnosa 2: Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia Evaluasi: Cidera tidak terjadi
19
Diagnosa 3:Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi. Evaluasi: Cidera terhadap janin tidak terjadi Evaluasi: Trauma tidak terjadi.
20