Marhaban Ramadhan

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Marhaban Ramadhan as PDF for free.

More details

  • Words: 818
  • Pages: 2
Mutiara Ramadhan Haluan “Marhaban bil Muthah-hir” Oleh, Buya H. Mas’oed Abidin Ketika Ramadhan tiba, Rasulullah SAW menyambutnya ” marhaban bil-muthahhir”, artinya, “selamat datang wahai pembersih”. Sahabat yang mendengar bertanya, “Wa mal muthahhiru ya Rasulullah?, (siapakah yang di maksud pembersih itu, wahai Rasulullah?)”. Rasulullah SAW menjawab “al-muthahhiru syahru Ramadhana, yuthahhiruna min dzunubii wal ma’ashiy (pembersih itu adalah Ramadhan, dia membersihkan kita dari dosa dan ma’shiyat)”. Marhaban kerap dipakai untuk menyambut dan menghormat tamu yang mulia. Bermakna ungkapan selamat datang. Ucapan ini menyiratkan makna kegembiraan menyambut kedatangan tamu mulia bulan Ramadhan disertai kesiapan dan kelapangan waktu maupun tempat, hingga orang dapat leluasa melakukan amalan (tindak-perbuatan) yang berkaitan dengan mengasuh dan mengasah jiwa untuk mewujudkan keberhasilan dan kebersihan bersamanya. Bersih (diri dan jiwa) adalah bukti ketaqwaan seseorang. Ketika Ramadhan akan masuk, Rasulullah mengingatkan dalam Khutbah beliau ; “Wahai manusia! Barangsiapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. Sahabat-sahabat lain bertanya: “Ya Rasulullah tidaklah kami semua mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan: jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air. Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini akan berhasil melewati sirathul mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanan-nya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturrahmi) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia akan berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunnah di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lain. Barangsipa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangnnya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat al-Qur’an, ganjarannya sama dengan mengkhatamkan alQur’an pada bulan-bulan yang lain. Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Rabbmu agar tidak pernah menutupkannya lagi bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah

agar ia tidak lagi pernah menguasaimu. Amirul Mukminin berkata: “Aku berdiri dan berkata: Ya Rasullullah apa amal yang paling utama di bulan ini? jawab Nabi: Ya Abal Hasan amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.” Puasa (shaum) merupakan ibadah khusus dalam bulan Ramadhan ini, sangat berperan membersihkan diri dengan menerapkan sikap terpuji tadi. Bimbingan Allah Ta’ala di dalam Alquranul Karim, artinya ; ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu (pengikut Taurat dan Injil) agar kamu bertaqwa (tetap terpelihara, bersih dari dosa dan makshiayat)”. (QS.2, al Baqarah,ayat 183). Ramadhan telah ditetapkan sebagai bulan pelaksanaan puasa terhadap umat terdahulu (dalam Taurat, Zabur dan Injil), dan dipilih sebagai bulan turunnya Kitabullah (Alquran) kepada Muhammad SAW. Alquran menjadi petunjuk, bimbingan, pembeda untuk benar dan salah, dan berisikan penjelasan-penjelasan paradigma hidup manusia. Dalam kehidupan orang Minang yang beradat dengan beragama Islam, maka bulan Ramadhan mendapat tempat yang khusus sejak doeloe. Setiap Mukmin bila datang bulan Ramadhan dan telah mukallaf (baligh berakal) wajib mengerjakan ibadah puasa secara sadar dan penuh ketaatan (ketaqwaan). Allah memang menyediakan rukhsah (keringanan) dengan mengganti puasa Ramadhan dihari (bulan) lain atau menukarnya dengan pembayaran fidyah (memberi makan orang miskin) bagi orang-orang sakit (tua), musafir (melakukan perjalanan) dan tidak memiliki kesanggupan berpuasa di bulan suci ini. Keringanan itu adalah bukti kasih sayang Allah, dan bukti pula bahwa Agama Islam adalah ajaran yang tidak memberatkan, sehingga tidak ada alasan seseorang Mukmin menolak melaksanakannya. Hakekatnya semua ibadah termasuk puasa adalah pembuktian iman dan kemampuan bersyukur kepada Allah, serta rela melaksanakan perintah Allah dengan jujur. Bagi orang Minang puasa di bulan Ramadhan tidak sekedar hanya menahan makan dan minum. Tetapi, melatih diri “menjauhi tegah dan mengerjakan suruh.” Bertindak tidak senonoh dan kurang terpuji seperti bersuara keras, berbohong, memperkatakan orang atau bergunjing, menyakiti perasaan orang lain, diyakini dapat membuat puasa batal. Inilah yang senantiasa diingatkan. Makanya bulan puasa adalah arena pelatihan fisik dan kejiwaan, yang berbekas kepada tindak laku mengangkat harkat martabat, i’izzatun-nafs di tengah pergaulan bermasyarakat. Ibadah puasa adalah ibadah besar yang tergolong kepada jihadun-nafs (pembentukan watak) sabar, setia, taat, dan sifat utama lainnya, sesuai bimbingan Rasulullah SAW artinya ; ”Siapa saja yang melaksanakan puasa (shaum) Ramadhana dengan iman dan ihtisab (perhitungan-perhitungan menurut syarat-syarat puasa, memelihara segala aturan-aturan puasa), maka di ampuni dosa-dosanya terdahulu”. (Al Hadist). Inilah suatu kesempatan besar yang di janjikan kepada setiap orang yang menunaikan badah puasa di dalam Ramadhan, semoga kita semua sempat melaksanakan dan merasakan nikmatnya. Insya Allah. Wassalam, < [email protected] >

Related Documents

Marhaban Ramadhan
May 2020 23
Marhaban Ramadhan
October 2019 29
24 Marhaban Ya Ramadhan
October 2019 36
Marhaban Yaa Ramadhan
October 2019 35
Ramadhan
October 2019 72

More Documents from ""