Diterbitkan Oleh:
mengkhususkannya. 3. Acara "Mandoa" Doa adalah salah satu ibadah yang disyariatkan sesuai dengan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Jami' no. 3407. Namun jika yang dimaksud "mandoa" dengan berkumpulnya beberapa orang pada suatu tempat kemudian dilakukan doa yang dipimpin oleh seseorang lalu yang lain mengaminkannya yang diikuti dengan acara makan-makan ditambah lagi dikaitkan dengan akan datangnya bulan suci Ramadhan, maka hal seperti ini tidak ada sunnahnya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan juga tidak pernah ada di zaman para shahabat ataupun tabi'ut tabi'in, sebagai generasi terbaik umat ini yang dipuji oleh Allah dan Rasul-Nya. 4. Pengkhususan maaf memaafkan Saling memaafkan adalah suatu sifat yang terpuji dan bagian dari ajaran agama Islam, bahkan telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan Beliau adalah sebaik-baik qudwah (ikutan) bagi setiap muslim. Telah dijelaskan dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam mau dibunuh oleh seseorang ketika Beliau sedang tidur, dimana orang tersebut datang dengan menghunuskan pedang ke leher Rasulullah seraya berkata: "Siapa yang akan menyelamatkanmu dari pedang saya ini". Lalu Rasulullah menjawab: "Allah". Mendengar hal itu orang tersebut jatuh tersungkur dan Rasulullah mengambil pedang tersebut dan menyarungkan kembali dan tidak membalasnya bahkan Beliau memaafkan orang tersebut yang nyaris saja memutuskan leher Beliau. (HR. Muttafaqun 'alaihi) Dalam Al-Qur'an pun Allah Subhanahu wa
4
Fiqh
Ta'ala telah berfirman: "Jadilah kamu pemaaf dan serulah orang untuk berbuat baik dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh". (QS. Al-A'raf: 199) Dan masih banyak dalil lainnya memberikan tuntunan dalam masalah ini yang lafaznya umum yaitu ketika seseorang merasa bersalah kepada orang lain tanpa ada pengkhususan waktu tertentu, termasuk menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Jika seseorang mengkhususkan maaf memaafkan dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan maka hal ini kembai membutuhkan dalil pengkhususannya. Sebagai penutup kami akan mengutarakan kaidah para ulama yang menerangkan bahwa bid'ah bisa terjadi dengan beberapa langkah: - Melakukan sesuatu yang tidak ada syariatnya dalam agama seperti orang yang melakukan shalat atau puasa yang tidak disyariatkan kemudian memberinya nama-nama tersendiri seperti puasa mutih dan lainnya. - Merubah tata cara yang berbeda dengan apa yang telah dicontohkan dalam agama, baik dengan menambah atau menguranginya seperti orang yang melakukan shalat dengan merubah jumlah rakaat, gerakan-gerakannya atau yang lainnya. - Melakukan sesuatu ibadah yang terkait dengan waktu tertentu tidak pada waktu yang telah disyariatkan seperti seseorang yang shalat dzhuhur pada jam 10.00 pagi atau yang semisalnya. - Mengkhususkan suatu ibadah yang tidak pernah dikhususkan dalam syariat seperti pengkhususan-pengkhususan pada pembahasan di atas yang tidak pernah dikhususkan syariat. Ust. Abu Afifah Faisal Abdurrahman
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Yayasan Dar el-Iman Padang Tim Ahli
: Ust. Faishal Abdurrahman, Lc Ust. Muhammad Elvi Syam, Lc Ust. Ahmad Daniel, Lc Dewan Redaksi : Abu Salman, Rahmat Ika Syahrial Alamat Redaksi : Jl.DR. H. Abdullah Ahmad no. 6 (Kompleks SD PGAI) Jati Sirkulasi : 0751-7801636 & 081374328222 Kritik & Saran : 0751-8211605, 0751-7801669 Konsultasi Agama 08126638098, 085274072458, 081363300576 E-mail :
[email protected] No Rekening : BNI cab Padang Jl A.Yani 0119869013 a/n Faisal Rahman
Dakwah Kita
Info Kajian Umum
Buletin Vol 24/Th 1/2007
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
MARHABAN YA RAMADHAN Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan buat junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang senantiasa menjalankan sunnah Beliau hingga akhir zaman. Tidak berapa lama lagi bulan Ramadhan akan datang. Ramadhan merupakan bulan yang sangat mulia, di bulan ini diturunkan al-Qur'an, dilipatgandakan pahala, diampuni dosa-dosa hamba yang meminta ampun kepada Sang Pencipta, dan masih banyak lagi keutamaan dan keistimewaan yang lainnya. Karena bulan ini adalah bulan yang istimewa yang disadari dan diyakini oleh kaum muslimin, maka kita melihat beragam cara mereka dalam menyambutnya. Dari keragaman ini perlu kita cermati ada sesuai dengan syari'at dan ada juga yang sudah bercampur baur dengan hal-hal yang pada dasarnya bukan berasal dari syari'at agama yang mulia ini. Mudah-mudahan dengan tulisan singkat ini kita dapat memetik ilmu untuk azaz keshahihan amal kita karena Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barang siapa yang melakukan suatu amalan ibadah yang tidak ada dasarnya dari kami maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim) Maka permasalahan ini perlu mendapat
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Fiqh
1
Meniti Jejak Generasi Islam Pertama
perhatian kita dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan yang pernuh berkah dan kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar kita dapat beribadah sesuai dengan tuntunan yang telah diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Adab-adab Dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1. Gembira dengan datangnya Ramadhan Kegembiraan ini adalah karena Allah Ta'ala memuliakan bulan Ramadhan dengan keutamaan yang tidak didapatkan pada bulan-bulan yang lainnya, sehingga hal ini membuat hati seorang mukmin penuh dengan suka cita yang membuat dan memicu mereka untuk berlomba-lomba meraih keutamaan tersebut semaksimal mungkin. Adapun kemuliaan yang terdapat pada bulan Ramadhan berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam diantaranya: - Amalan di bulan Ramadhan mendapat balasan langsung dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. - Bau mulut orang yang berpuasa di sisi AllahTa’ala lebih baik dari aroma kesturi. - Orang yang berpuasa mendapatkan dua kegembiraan: Kegembiraan disaat berbuka dan kegembiraan disaat berjumpa dengan Rabbnya ketika membawa pahala puasanya di hari kiamat. (lihat kitab shahih Bukhori dan Muslim) - Puasa Ramadhan adalah salah satu penyebab diampuninya dosa yang telah berlalu, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam: “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan didasari dengan keimanan dan keikhlasan maka akan diampuni dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
2
Fiqh
- Dibukakan pintu syurga, ditutupnya pintu neraka dan dibelenggunya syetan. (HR. Bukhori dan Muslim) - Orang yang berpuasa akan disediakan untuknya pintu khusus di syurga yang dinamakan dengan Ar-Rayyan. (HR. Bukhori dan Muslim) 2.Berdoa dan memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufik dan amal shaleh di bulan ini dengan sebanyak-banyaknya. Dengan berpuasa, qiyam Ramadhan, membaca al-Qur'an, banyak bersedekah, menghadiri majelis ilmu serta amal kebajikan yang lainnya. 3. Membayar (mengqadha') puasa yang tertinggal Karena suatu sebab yang diperbolehkan di dalam syari’at, adakalanya seorang muslim mendapat keringanan untuk tidak berpuasa, seperti sakit, dalam perjalanan (safar), wanita dalam keadaan haidh atau nifas atau uzur lainnya. Akan tetapi wajib menggantinya pada waktu yang lain sebelum datangnya bulan Ramadhan berikutnya seharusnya puasa yang tertinggal tersebut telah diqadha'. 4. Menambah ilmu agama yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah Bulan Ramadhan adalah bulan yang dilipatgandakan pahala dari suatu amal shaleh oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka sebelum seseorang hendak beramal, hendaklah ia terlebih dahulu berilmu, hingga terang baginya dasar dari amalan yang dia lakukan tersebut, bukan sekedar ikut-ikutan tanpa dilandasi oleh ilmu. Imam Bukhori Rahimahullah memberikan satu bab dengan judul “Berilmu Sebelum Beramal dan Berkata”. 5. Menjauhkan hal-hal mubadzir dalam belanja kebutuhan Ramadhan Dalam menyambut Ramadhan yang penuh keistimewaan biasanya segala kebutuhankebutuhan istimewa akan dipersiapkan. Hal
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
ini pada dasarnya bukanlah hal yang terlarang selama tidak ada unsur berlebihan, sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: “Makan dan minumlah kalian dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak suka dengan orang yang berlebihlebihan.” (QS. Al-A'raf: 31) Dan firman Allah Ta'ala dalam surat lain: “Dan janganlah kalian berbuat mubadzir karena sesungguhnya orang yang suka berbuat mubadzir itu adalah temannya syetan.” (QS. Al-Isra': 26-27) Inilah beberapa adab yang seyogyanya harus dijaga oleh setiap muslim dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Kegembiraan dalam menyambut bulan yang istimewa ini direalisasikan dengan hal-hal yang positif yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan dengan meluapkan kegembiraan dengan hal-hal yang tidak ada contohnya di dalam syariat agama. Bahkan tanpa disadari justru akan mengotori amal ibadah kita serta menodai Ramadhan itu sendiri. Wal'iyadzubillah. Beberapa Kesalahan yang Sering Terjadi Dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan. Diantara amalan-amalan yang tidak ada dasarnya dalam syariat agama yang marak dilakukan dalam menyambut bulan suci Ramadhan, yaitu: 1. Acara "Balimau" "Balimau" berasal dari bahasa Minang yang bisa diartikan dengan keramas, yaitu suatu acara rutin yang marak dilakukan khususnya di ranah minang untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Ritual ini dimaksudkan adalah untuk mensucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Ada yang melakukannya dengan keramas memakai air yang sudah dicampur
racikan bunga-bunga dan dedaunan wangi di rumah masing-masing, dan ada juga yang melakukannya dengan pergi ke tempattempat pemandian di berbagai tempat wisata. Hal ini jelas tidak ada tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan tidak pernah ada dalam kehidupan para shahabat sehingga dapat dikategorikan dalam perkara bid'ah. Hal ini bertambah kelam jika kita lihat dari sisi kerusakan-kerusakan yang terjadi dalam ritual ini, diantaranya; bercampur baurnya laki-laki dengan perempuan di tempat-tempat pemandian tersebut, keluarnya kaum wanita dengan membuka sebagian aurat yang semestinya mereka jaga, keluarnya pasangan muda-mudi yang bukan mahram sehingga akan terbuka pintupintu maksiat, dan hal-hal lainnya yang justru akan menodai kesucian bulan Ramadhan. 2. Pengkhususan ziarah kubur sebelum Ramadhan Ziarah kubur pada dasarnya merupakan hal yang disyariatkan dalam agama Islam yang bertujuan untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia dan mengingatkan kita dengan kematian, sesuai dengan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam: "Ketahuilah, hendaklah kalian menziarahi kubur, karena ziarah kubur dapat mengingatkan kalian dengan kematian." (HR. Muslim dan Tirmidzi) Maka hal ini akan bernilai ibadah bila dilakukan sesuai dengan tata cara yang telah dicontohkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah mengkhususkan ziarah kubur pada waktu-waktu tertentu, sehingga pengkhususan ziarah kubur sebelum masuknya bulan suci Ramadhan membutuhkan dalil tersendiri yang
Jangan dibaca ketika Khatib berkhutbah
Fiqh
3