Nama Nim
: Yuniasih : 10.2009.102
Kelompok : B–2 Mata Kuliah : Berpikir Kritis
Critical Thinking, A Student’s Introduction A. Pengertian - pengertian 1. Klarifitas Sebelum mengevaluasi suatu argumen atau pernyataan dari orang lain, kita harus mengerti dengan benar apa yang ia ucapkan. Tetapi, terkadang karena adanya faktor klarifitas yang mengacu kepada kemalasan, kecerobohan, atau kurangnya pengetahuan, sehingga orang menjadi sulit memahami maksudnya. Orang berpikir kritis tidak hanya berjuan untuk bahasa tetapi mencari arti yang sesungguhnya. Di dalam buku – buku swadaya mengingatkan kepada kita bahwa tujuan pribadi hidup harus diikuti dengan penjelasan yang jelas tentang tujuan dan prioritas hidup, talenta atau bakat, kemampuan yang ada pada diri sendiri, dan pengertian tentang masalah yang kita hadapi dengan disertai kesempatan yang terbuka untuk kita. 2. Presisi Dalam cerita novel yang berjudul Sherlock Holmes, selalu menceritakan bahwa Holmes sukse dalam memecahkan misteri atau kasus yang bersifat kompleks. Apakah rahasia untuk meraih kesuksesan ? Ada sebuah komitmen dari sebuah presisi. Yang pertama adalah ketika Holmes menemukan petunjuk yang bahkan orang lain tidak bisa melihat atau menyadarinya. Lalu agar proses penarikan kesimpulan ia berpikir secara logika yang seksama, sehingga ia bisa menarik kesimpulan dari petunjuk – petunjuk untuk mendapatkan solusi dari sebuah misteri atau kasus yang ingin ia pecahkan. Semua menyadari bahwa pentingnya ketepatan dalam bidang – bidang khusus seperti kedokteran, arsitektur, dan ahli mesin. Orang yang berpikir kritis menyadari akan hal berpikir secara teliti dalam kegiatan yang sering mereka lakukan sehari – hari. Mereka menggerti bahwa untuk melewati sebuah kekacauan dan sesuatu hal yang tidak pasti dalam setiap masalahsangat sering membutuhkan jawaban yang seksama untuk pertanyaan yang juga seksama. Misalnya seperti, problem apa yang kita hadapi ? Apa alternatif yang tepat ? Apa keuntungan dan kerugian dalam setiap alternatif ? Jawaban – jawaban itu hanya bisa terjawab jika kita meiliki kebiasaan untuk mencari secara cermat. Mencari jawaban atau solusi secara cermat dalam menyelesaikan suatu masalah adalah sikap dasar berpikir kritis. 3. Akurasi Dalam komputer, jika terdapat informasi yang tidak diharapkan masuk ke dalam komputer, maka kita akan menghapusnya. Hal yang sama juga terjadi dalam cara pemikiran manusia. Seberapa pintar pun otak manusia, jika mendapatkan informasi yang salah, maka kita akan membuat kesimpulan atau keputusan yang salah. Orang yang berpikir kritis, tidak hanya melihat makna dari sebuah kebenaran, tetapi mereka juga memiliki hasrat atau menginginkan keakuratan dan ketepatan sebuah informasi serta menyukai informasi yang tepat pada waktunya. Sebagai konsumen, masyarakat, pekerja, dan orang tua, mereka berusaha untuk mengambil keputusan atau kesimpulan seakurat mungkin sesuai dengan informasi yang ada. Sesuai dengan kalimat yang diucapkan oleh Socrates, bahwa hidup ini bukan hanya dilewati begitu saja, tetapi hidup tidaklah pernah tumbuh jika belajar dan keingintahuan tidak tumbuh.
4. Relevansi Seseorang yang pernah duduk di sebuah sekolah yang sangat membosankan atau ketika sedang menonton debat politik yang membosankan, namun tetap fokus dengan apa yang sedang dibicarakan, ia memiliki relevansi ide dan informasi yang sangat tepat. Orang yang memiliki kemampuan dalam berdebat, memilki cara yang bagus untuk mengalihkan pembicaraan atau perhatian pendengar dengan sebuah topik khusus yang relevan, bahkan dapat mengubah pendapat mereka. Lincoln, sangat tertarik dengan metode ini, ia mencoba untuk mempelajarinya dan berhasil menarik perhatian dari para juri di persidangan. Orang yang berpikir kritis akan menyadari sebuah argumen atau pernyataan yang tidak logis dan tidak relevan yang diakibatkan oleh sebuah kecerobohan atau kesalahan. 5. Konsistensi Konsistensi adalah hal yang mendasar dan penting dalam pembelajaran berpikir kritis. Logika pada manusiamemberitahukan kepada kita bahwa jika seseorang tidak memiliki sikap konsisten dalam memegang persepsi – persepsi, maka akan ada persepsi yang salah. Orang yang berpikir kritis sangat suka mencintai kebenaran dan membenci kebohongan. Karena alasan itulah orang yang berpikir kritis akan mencoba mencari tahu tentang pemahaman yang tidak konsisten di dalam pemikirannya, bahkan sampai kepada setiap kalimat dari pemikiran orang lain. Terdapat dua jenis ketidak konsistensian dalam berpikir kritis yang perlu kita jauhi. Yang pertama adalah tidak konsistensian logis, termasuk tidak konsisten dalam perkataan atau kepercayaan. Yang kedua adalah tidak konsistensian parsial, dimana seseorang berkata tetapi tidak sesuai dengan perbuatan yang ia lakukan atau perbuat. 6. Kebenaran Logis Untuk berpikir secara logis adalah benar untuk mencari suatu alasan, yaitu untuk menggambarkan kesimpulan yang mempunyai dasar yang kuat dari kepercayaan yang kita anut. Dalam berpikir kritis, kita membutuhkan kepercayaan yang tepat dan didukung dengan baik. Tetapi yang juga penting adalah kita harus bisa mencari alasan dari kepercayaan – kepercayaan yang tadi untuk mendapatkan kesimpulan yang logis dan berakar dari kepercayaan itu. Sangat disayangkan, bahwa pemikiran yang bersifat tidak logis juga sudah biasa dalam urusan manusia. Betrand Russel, pada cerita klasiknya And Outline of Intellectual Rubbish menyediakan contoh yang menarik. “Saya kadang – kadang terperanjat dengan hujatan dari mereka yang berpikir bahwa mereka adalah sangat religius. Contohnya, biarawati yang selalu memakai mantel madi. Ketika ditanya mengapa, karena tidak ada laki – laki yang bisa melihat mereka. Mereka menjawab , “oh tetapi kamu lupa, Tuhan yang baik”. Rupanya mereka membayangkan Tuhan seperti si Tom pengintip, yang ke Maha Kuasa-Nya membuat ia bisa melihat dinding – dinding kamar mandi, tetapi yang tertutupi oleh mantel mandi tidak terlihat. Pandangan ini membuat saya heran. Dalam tinjauan Russel, dari hal di atas : a. Tuhan bisa melihat semuanya. Jadi biarawati yang sangat religius itu sangat benar dalam mengambil kesimpulan tersebut. b. Tuhan bisa melihat melalui dinding kamar mandi. Tetapi mereka gagal untuk mengambil kesimpulan yang sama bahwa; c. Tuhan bisa melihat melalui mantel mandi Hal – hal yang tidak logis ini adalah sebenarnya mengherankan, tapi tidak; tidak biasa.
7. Kelengkapan Dalam kebanyakan konteks, kita dapat memilih secara benar tentang pemikiran yang lengkap jika dibandingkan denagn pemikiran yang dangkal. Karenanya, kita secara benar tidak mengakui investigasi kriminal yang ceroboh, pertimbangan hakim yang ceroboh, kabar berita yang dangkal, dan diagnosa dokter yang terkesan terlalu cepat. Tentu saja ada waktu dimana tidak mungkin, atau tidak layak untuk berdiskusi secara mendalam, tidak ada yang mengharapkan. Misalnya, diskusi dari penelitian genetika yang dalam, sangat luas tetapi dalam surat kabar di edit sangat cepat. Secara umum, bagaimanapun juga pemikiran akan lebih baik jika dilakukan secara mendalam dari pada yang dangkal, menyeluruh dibandingakan pemikiran yang dangkal. 8. Keadilan Akhirnya, berpikir kritis menuntu pemikiran yang adil, yaitu berpikir terbuka, tidak berat sebelah, dan bebas dari penyimpangan dan prasangka. Hal itu mungkin sangat susah untuk dilakukan. Bahkan kebanyakan dengan kaitannya dengan sejarah dan ilmu pengetahuan sosial yang memberitahukan kita, bahwa orang – orang seringkali menolak dengan kuat tentang ide – ide yang tidak biasa, mengumpulkan sendiri isu – isu, menyamakan atau generalisasi orang – orang asing, dan menyimpulkan segala sesuatu berdasarkan permintaan mereka atau minat dari bangsa atau budaya mereka masing – masing. Itu mungkin tidak realistis untuk mengandaikan bahwa pemikiran kita dapat terbebas dari penyimpangan. Selanjutnya, bahwa kita menyadari segala sesuatu berdasarkan pengalaman hidup atau latar belakang budaya yang kita anut. Tetapi, walaupun itu sukar untuk didapat, berpikir secara adil adalah sangat dibutuhkan untuk menjadi pemikir yang kritis. B. Contoh - contoh 1. Kurangnya pengetahuan yang relevan dengan latar belakang informasi. Contoh :