Kata Pengantar Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah swt. karena atas rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah diberikan, saya dapat menyelesaikan makalah PBL blok 2 modul 1 ini dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Makalah PBL ini dibuat berdasarkan sasaran pembelajaran yang telah kami lakukan bersama – sama dengan kelompok saya di PBL blok 2 ini. Makalah PBL ini diperuntukan bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang cara berpikir kritis terhadap suatu masalah. Oleh karena itu, makalah PBL ini bisa membantu mengembangkan pola pikir kita akan segala sesuatu hal atau masalah yang akan kita hadapi dalam profesi dokter dari segala aspek yang ada, sehingga baik dan buruknya bisa terpikirkan dengan baik. Saya berusaha menyajikan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh siapa saja yang membacanya, sekalipun orang itu adalah orang yang awam akan pengetahuan tentang masalah bepikir kritis, sehingga tujuan dari makalah PBL ini akan tersampaikan dengan baik. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada orang – orang yang membantu saya dalam pembuatan makalah PBL ini. Saya menyadari bahwa makalah PBL ini jauh dari sempurna, oleh karena itu, saya bersedia menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan – rekan pembaca untuk penyempurnaan pada makalah PBL selanjutnya. Semoga makalah PBL ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Jakarta, November 2009
Penulis
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai calon dokter yang baik dalam menghadapi segala permasalahan harus memikirkan segala kemungkinan yang ada. Manfaat dan suatu keburukan dari suatu permasalahan harus dipikirkan secara matang – matang, sehingga segala sesuatu yang baik bisa kita maksimalkan dan sesuatu yang buruk dapat kita minimalisasikan. Berpikir kritis adalah metode atau cara yang baik yang harus kita tanamkan dalam menghadapi suatu masalah. Belajar untuk berpikir kritis bukan menyangkut “apa” yang dipelajari, tetapi tentang “bagaimana” kita menerima, menilai, menimbang, dan memutuskan segala sesuatu berdasarkan aspek yang ada. Berpikir kritis merupakan salah satu ketrampilan yang sangat diperlukan untuk seorang dokter. Kompetensi ini digunakan dalam mengelola pasien. Setiap keputusan klinis harus didasarkan pada alasan – alasan yang dapat diterima akal dengan didasarkan pada pola pikir yang rasional. Perkembangan teknologi selain memberikan nilai tambah, kadang-kadang juga memberikan dampak yang merugikan. Disini seorang dokter harus mampu berpikir secara kritis dan menggunakan keterampilan yang dimiliki untuk memberikan keputusan terbaik untuk pasien. B. Tujuan Secara keseluruhan makalah PBL ini bertujuan untuk : •
Membantu kita untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, jernih, metodis, dan koheren..
•
Meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berpikir secara tajam, cermat, abstrak, dan mandiri.
•
Membantu kita melaksanakan disiplin intelektual dalam menyimpulkan dan menganalisa suatu masalah.
•
Menginterpretasikan fakta dan pendapat orang lain secara memadai.
•
Melatih teknik – teknik menetapkan asumsi dan implikasi.
•
Medeteksi kesesatan berpikir dan meningkatkan cinta kebenaran.
•
Memancing pemikiran – pemikiran ilmiah dan reflektif.
2
BAB II BERPIKIR KRITIS A. Pengertian Berpikir kritis tidak muncul secara tidak disengaja, tetapi secara sengaja. Karena berpikir kritis itu adalah sikap yang kita asah atau kita pelajari. Dalam perkembangannya kita harus mengerti aspek yang penting yang mempengaruhi pola berpikir kritis, misalnya seperti disiplin berpikir kritis. Belajar berpikir kritis adalah belajar tentang cara berpikir itu sendiri. Dimana menanggapi segala sesuatu permasalahannya ditinjau dari sisi positif atau negatif, sehingga kita dapat menyimpulkan atau membuat keputusan dengan baik dan mencapai tujuan tertinggi. Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan – permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif. Tidak semua orang yang mempunyai banyak pengetahuan atau seseorang yang pandai mampu malakukan proses berpikir kritis. Orang yang sangat pandai kadang – kadang berpikir tidak rasional atau malah berpikir tidak logis. Sedangkan berpikir kritis merupakan suatu keterampilan yang menggunakan pengetahuan dan intelegensi untuk mendapatkan objektivitas dan pandangan yang dapat diterima secara akal. Dengan demikian seseorang akan mampu mengambil keputusan terbaik dalam menyelesaikan suatu masalah. Dalam menjalankan tugas profesional di bidang kedokteran, seorang dokter dituntut untuk dapat
mengambil keputusan klinis yang terbaik. Keputusan tersebut harus
dilakukan dengan kritis dan dapat dipertanggungjawabkan. Ketika keputusan dibuat, dokter memerlukan suatu pemahaman dari pemikirannya dalam upaya memberikan penjelasan dan mencari perbedaan – perbedaan nilai maupun pendapat yang akan mungkin terjadi. B. Standar Berpikir Kritis Dalam standar berpikir kritis adalah mengenai norma – norma atau aturan yang mengatur berpikir kritis, sehingga tujuan dalam prosesnya akan terwujud dengan baik. Adapun standar – standar tersebut adalah sebagai berikut : 3
1. Klarifitas Sebelum kita mengevaluasi argumen dari orang lain, kita harus mengerti dengan jelas apa yang ia ucapkan. Dalam hal ini merupakan kejelasan dari suatu pengertian, ungkapan, konsep, gagasan sehingga kita dapat menilai atau memahami secara objektif. Hubungan antara dokter dengan pasien sangat penting adanya klarifitas, misalnya saat dokter akan melakukan tindakan medis kepada pasien, tetapi dokter tidak mempunyai informasi yang memiliki klarifitas tentang pasien. Hal ini juga mungkin adanya faktor dari pasien, seperti pasien tidak bisa menjelaskan tentang apa yang mereka alami atau tidak terbukanya pasien dalam menyampaikan keluhannya. 2. Presisi Salah satu sikap yang penting diambil oleh seorang dokter dalam berbagai hal terutama berkenaan dengan teknologi tinggi, seperti saat melakukan bedah. Tetapi sebelum melakukan hal ini kita harus mendapatkan kejelasan informasi sehingga proses penarikan kesimpulan atas tindakan yang akan kita lakukan menjadi solusi yang baik. Orang yang berpikir kritis juga menyadari tentang berpikir teliti dalam kegiatan yang sehari – hari mereka lakukan. Mereka menyadari bahwa untuk melewati sebuah kekacauan dan ketidakpastian yang ada dalam setiap masalah sangat sering membutuhkan jawaban atau solusi yang seksama. 3. Akurasi Ketepatan berpikir akan berdampak dengan hasil keputusan yang ada. Jika melakukan hal yang kurang tepat dalam menangani masalah, hasil atau tujuan tidak akan tercapai dengan baik. Maka dari itu akurasi dalam mengambil suatu tindakan harus diikuti dengan perencanaan yang baik. 4. Relevansi Lebih menekankan ke masalah informasi. Informasi yang bersifat relevan akan lebih memperjelas masalah dan membantu dalam pemecahannya. Sebagai seorang dokter sebuah kejelasan informasi sangatlah penting dalam memutuskan suatu tindakan medis, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang ada. Kualitas informasi yang berkaitan itulah yang disebut relevansi. 5. Konsistensi Sangatlah berperan dalam berpikir kritis, karena dalam berpikir kritis diajarkan mementingkan kebenaran dan memperbaiki kesalahan. Konsistensi adalah kata yang penting dalam membangun integritas moral pribadi.
4
6. Kebenaran logis Berpikir secara logis adalah penalaran yang didasarkan realitas atau kebenaran yang ada dan menyimpulkan dengan tepat dari keyakinan yang kita miliki. Kebenaran logis didukung adanya objek dan konsep dasar. a. Objek Objek formal
manusia
Objek material
kegiatan yang melakukan suatu penalaran
b. Konsep Dasar Suatu kebenaran logis yang kita percayai pasti memiliki alasan yang mendukung kebenaran itu sendiri, seperti argumen. Argumen adalah sebuah pengungkapan alasan dan membela alasan tersebut. Argumen terdapat banyak macamnya, seperti : Argumen Induktif, argumen yang tidak menentukan suatu kesimpulan, tetapi menilai dukungan untuk suatu kesimpulan. Argumen Pediktif, sebuah pernyataan tentang apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang dan juga merupakan suatu argumen dimana sebuah ramalan dibela dengan sebuah alasan. Argumen Kuasa, sebuah argumen yang menegaskan bahwa sebuah klaim yang bersifat benar, dan kemudian mendukung klaim itu dengan mengutip kata – kata orang lain yang dianggap berkuasa atau kesaksian orang yang mengatakan bahwa klaim tersebut benar. Argumen Kausal, sebuah argumen yang menegaskan atau menyangkal bahwa sesuatu sebab telah disebabkan, atau akan menyebabkan yang lainnya. Argumen Statistik, argumen yang berdasarkan pada data statistik, seperti persentase suatu kelompok yang dimiliki karakterisrik partikular. Argumen Analogi, argumen yang berdasarkan perbandingan antara hal – hal yang didasarkan pada kesamaan – kesamaan dua hal atau lebih. 7. Kelengkapan Dibutuhkan dalam menyimpulkan dan menilai dari suatu informasi yang diberikan. Dalam profesi dokter, seorang dokter harus memiliki ketersediaan informasi yang jelas, sehingga dalam melakukan diagnosa penyakit atau melakukan tindakan medis pada pasien tidak terjadi kesalahan. Kita tidak bisa melakukan hukum penalaran dengan baik jika kelengkapan informasi tidak tertata dengan baik.
5
8. Fairness Seorang yang berpikir kritis pasti memiliki pikiran yang adil dan terbuka dalam menilai suatu masalah yang dihadapinya, walaupun banyak tantangan yang menghambat seperti egosentrisme yang sering melanda orang yang berpikir kritis. C. Hambatan – hambatan dalam Berpikir Kritis Sepintar – pintarnya orang yang melakukan berpikir kritis dengan baik, kadang kala mendapatkan seesuatu hambatan dalam menjalani berpikir kritis. Hal yang menjadikan suatu hambatan, yaitu : 1. Kurangnya pengetahuan kita tentang latar belakang informasi yang relevan dari suatu masalah atau persoalan, sehingga untuk memutuskan suatu penyelesaian kurang tepat dan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. 2. Menyangkut sikap ; prasangka, kebohongan, rasionalisasi, dan penstereotipan (generalisasi). 3. Menyangkut keyakinan ; mitos, tahayul, agama, dan adat istiadat. 4. Paradigma yang dianut, seperti : Egosentrisme, sebagaimana hal nya manusia adalah subjek dalam kehidupan ini. Artinya manusia akan cenderung berpikir untuk dirinya sendiri atau disebut sebagai egosentris. Dalam proses berpikir, egosentris menjadi hal utama yang harus kita hindari. Apalagi bila kita berada dalam sebuah tim yang membutuhkan kerjasama yang baik. Egosentris akan membuat pemikiran kita menjadi tertutup sehingga sulit mendapatkan inovasi – inovasi baru yang dapat hadir. Pada akhirnya, sikap egosentris ini akan membawa manusia ke dalam komunitas individualistis yang tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bukan menjadi solusi, tetapi hanya menjadi penambah masalah. Semakin sering kita berlatih berpikir kritis secara ilmiah, maka kita akan semakin berkembang menjadi tidak hanya sebagai pemikir kritis yang ulung, namun juga sebagai pemecah masalah yang ada di lingkungan. Khususnya pada profesi dokter, dimana seorang dokter harus mengutamakan kesehatan pasien dengan tindakan medis yang diberikan. Sosiosentrisme, paradigma yang dimana seorang berpikir lebih berpusat untuk keuntungan kelompoknya. Sosiosentrisme bisa mengubah cara pandang seseorang yang berpikir kritis. Ada dua sudut pandang pemikiran, yaitu bias kelompok dan insting kelompok. Bias kelompok adalah kecenderungan menilai bahwa kelompok yang ia anut adalah paling baik, tanpa menilai tentang kelemahan kelompoknya 6
sendiri dan juga tidak menilai tentang sisi positif dari kelompok lain. Insting kelompok adalah kecenderungan untuk mengikuti pendapat atau gagasan dari orang lain yang bersifat mayoritas, tanpa menilai baik dan buruknya dari sebuah keputusan yang dianutnya.
7
BAB III PENUTUP Belajar berpikir kritis sangat membantu kita dalam membuat keputusan yang baik secara logis dan tidak adanya kesesatan berpikir. Sehingga sikap ini dapat memperluas cara pola pikir kita di berbagai bidang. Sebagai seorang dokter seharusnya melakukan tindakan medis secara cermat dengan menggunakan penalaran dan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pasien. Penerapan pengenalan tanda masih mungkin akan tetapi harus dilakukan secara hati-hati karena resiko terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan medis lebih besar. Variasi antar individu juga menjadi hal yang sangat penting untuk diingat, sehingga proses berpikir secara kritis tetap diperlukan untuk menghasilkan keputusan yang tepat.
8
DAFTAR PUSTAKA Abrori C. Berpikir kritis dalam profesi dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Jember;2008 Kurniawan E. Pembudayaan keterampilan berpikir kritis. Bandung: 16 Juli 2002 Sitopu R. Kuliah berpikir kritis. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta;2009 Sudaryanto. Kajian kritis tentang permasalahan sekitar pembelajaran kemampuan berpikir kritis. 26 Agustus 2008. Diunduh dari http://www.fk.undip.ac.id/pengembanganpendidikan/77-pembelajaran-kemampuan-berpikir-kritis.html. November 2009 Paul R, Linda E.. The miniature guide to critical thinking "CONCEPTS & TOOLS". The Foundation of Critical Thinking. California;2005
9