Manajemen

  • Uploaded by: Abdurahman
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Manajemen as PDF for free.

More details

  • Words: 7,769
  • Pages: 43
Manajemen Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Daftar isi [sembunyikan]

• • • •

1 Etimologi 2 Sejarah 3 Teori manajemen o 3.1 Manajemen ilmiah o 3.2 Teori administrasi umum o 3.3 Pendekatan kuantitatif o 3.4 Kajian Hawthorne 4 Fungsi manajemen 5 Sarana manajemen 6 Prinsip manajemen 7 Manajer o 7.1 Tingkatan manajer o 7.2 Peran manajer o 7.3 Keterampilan manajer o 7.4 Etika manajerial 8 Bidang manajemen 9 Lihat pula 10 Catatan kaki 11 Referensi



12 Pranala luar

• • •

• • • •

[sunting] Etimologi Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda" yang berasal dari bahasa latin manus

yang berati "tangan". Kata ini lalu terpengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti "kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.

[sunting] Sejarah Banyak kesulitan yang terjadi dalam melacak sejarah manajemen. Namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di Mesir. Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun.[2] Piramida Giza tak akan berhasil dibangun jika tidak ada seseorang—tanpa mempedulikan apa sebutan untuk manajer ketika itu—yang merencanakan apa yang harus dilakukan, mengorganisir manusia serta bahan bakunya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakkan pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.

Piramida di Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para pekerja, dan mengontrol pembangunannya. Praktik-praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan biaya.[3] Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith

menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja, (2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja. Peristiwa penting kedua yang mempengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya kegiatan produksi dari rumahrumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik. Perpindahan ini mengakibatkan manajermanajer ketika itu membutuhkan teori yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli. Di awal abad ke-20, seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang. Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.[4] Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick Blackett melahirlkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946, Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang organisasi.

[sunting] Teori manajemen [sunting] Manajemen ilmiah

Frederick Winslow Taylor. Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern. Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk menemukan sebuah "teknik paling baik" dalam menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan. Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah: 1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan. 2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut. 3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.

4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja. Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut. Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja. Skema itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior, ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.

[sunting] Teori administrasi umum Teori administrasi umum atau, dalam bahasa Inggris, general theory of administration, adalah teori umum mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Sumbangan penting untuk teori ini datang dari industrialis Perancis Henri Fayol dengan 14 prinsip manajemen-nya dan sosiolog Jerman Max Weber dengan konsep birokrasi—bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikande dengan jelas, peraturan dan ketetapan rinci, dan sejumlah hubungan impersonal.

[sunting] Pendekatan kuantitatif Pendekatan kuantitatif adalah penggunaan sejumlah teknik kuantitatif—seperti statistik, model optimasi, model informasi, atau simulasi komputer—untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, pemrograman linear digunakan para manajer untuk membantu mengambil kebijakan pengalokasian sumber daya; analisis jalur krisis (Critical Path Analysis) dapat digunakan untuk membuat penjadwalan kerja yang lebih

efesien; model kuantitas pesanan ekonomi (economic order quantity model) membantu manajer menentukan tingkat persediaan optimum; dan lain-lain. Pengembangan kuantitatif muncul dari pengembangan solusi matematika dan statistik terhadap masalah militer selama Perang Dunia II. Setelah perang berakhir, teknik-teknik matematika dan statistika yang digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan militer itu diterapkan di sektor bisnis. Pelopornya adalah sekelompok perwira militer yang dijuluki "Whiz Kids." Para perwira yang bergabung dengan Ford Motor Company pada pertengahan 1940-an ini menggunakan metode statistik dan model kuantitatif untuk memperbaiki pengambilan keputusan di Ford.

[sunting] Kajian Hawthorne Kajian Hawthrone adalah serangkaian kajian yang dilakukan pada tahun 1920-an hingga 1930-an. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Kajian dilakukan di Western Electric Company Works di Cicero, Illenois. Uji coba dilaksanakan dengan membagi karyawan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dikenai berbagai macam intensitas penerangan sementara kelompok kontrol bekerja di bawah intensitas penerangan yang tetap. Para peneliti mengharapkan adanya perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun, mereka mendapatkan hasil yang mengejutkan: baik tingkat cahaya itu dinaikan maupun diturunkan, output pekerja meningkat daripada biasanya. Para peneliti tidak dapat menjelaskan apa yang mereka saksikan, mereka hanya dapat menyimpulkan bahwa intensitas penerangan tidak berhubungan langsung dengan produktivitas kelompok dan "sesuatu yang lain pasti" telah menyebabkan hasil itu. Pada tahun 1927, Profesor Elton Mayo dari Harvard beserta rekan-rekannya diundang untuk bergabung dalam kajian ini. Mereka kemudian melanjutkan penelitian tentang produktivitas kerja dengan cara-cara yang lain, misalnya dengan mendesain ulang jabatan, mengubah lamanya jam kerja dan hari kerja alam seminggu, memperkenalkan periode istirahat, dan menyusun rancangan upah individu dan rancangan upah kelompok. Penelitian ini mengindikasikan bahwa ternyata insentif-insentif di atas lebih sedikit pengaruhnya terhadap output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu. Kalangan akademisi umumnya sepakat bahwa Kajian Hawthrone ini memberi dampak dramatis terhadap arah keyakinan manajemen terhadap peran perlikau manusia dalam organisasi. Mayo menyimpulkan bahwa: • • • •

perilaku dan sentimen memiliki kaitan yang sangat erat pengaruh kelompok sangat besar dampaknya pada perilaku individu standar kelompok menentukan hasil kerja masing-masing karyawan uang tidak begitu menjadi faktor penentu output bila dibandingkan dengan standar kelompok, sentimen kelompok, dan rasa aman.

Kesimpulan-kesimpulan itu berakibat pada penekanan baru terhadap faktor perilaku manusia sebagai penentu berfungsi atau tidaknya organisasi, dan pencapaian sasaran organisasi tersebut.

[sunting] Fungsi manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu: 1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan

sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. 2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership). 4. Pengevaluasian (evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar.

[sunting] Sarana manajemen

Man dan machine, dua sarana manajemen. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money, materials, machines, method, dan markets. Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan. Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi. Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki. Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja. Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai

pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri. Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.

[sunting] Prinsip manajemen Artikel utama untuk bagian ini adalah: Prinsip manajemen Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari: 1. Pembagian kerja (Division of work) 2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) 3. Disiplin (Discipline) 4. Kesatuan perintah (Unity of command) 5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction) 6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri 7. Penggajian pegawai 8. Pemusatan (Centralization) 9. Hirarki (tingkatan) 10. Ketertiban (Order) 11. Keadilan dan kejujuran 12. Stabilitas kondisi karyawan 13. Prakarsa (Inisiative) 14. Semangat kesatuan, semangat korps

[sunting] Manajer Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.

[sunting] Tingkatan manajer

Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya. Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas: •





Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman). Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.

[sunting] Peran manajer Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu: 1. Peran antarpribadi Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial

dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung. 2. Peran informasional Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara. 3. Peran pengambilan keputusan Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding. Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

[sunting] Keterampilan manajer

Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya. Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah: 1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. 2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill) Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah. 3. Keterampilan teknis (technical skill) Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain. Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:[5]

1. Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam —sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan. 2. Keterampilan membuat keputusan Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

[sunting] Etika manajerial Artikel utama untuk bagian ini adalah: Etika manajerial Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:[6] • • •

Perilaku terhadap karyawan Perilaku terhadap organisasi Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya

[sunting] Bidang manajemen • • • • • • • • • • • • • •

Manajemen pergantian Manajemen komunikasi Manajemen constraint Manajemen biaya Manajemen hubungan pelanggan Manajemen harga pendapatan Manajemen enterprise Manajemen fasilitas Manajemen integrasi Manajemen pengetahuan Manajemen pemasaran Manajemen mikro Manajemen sakit Manajemen pandangan

• • • • • • • • • • • • • • • •

Manajemen procurement Manajemen program Manajemen projek Manajemen proses Manajemen produksi Manajemen kualitas Manajemen sumber daya manusia Manajemen resiko Manajemen keahlian Manajemen pengeluaran Manajemen rantai suplai Manajemen sistem Manajemen waktu Manajemen stress Manajemen strategis Manajemen keuangan

[sunting] Lihat pula • • •

Sistem Informasi Manajemen Manajemen Syariah Manajemen strategi

[sunting] Catatan kaki 1. ^ (en) Online Etymology: Manage 2. ^ C.S. George Jr. 1972. The History or Management Thought, ed. 2nd. Upper Saddle 3. 4. 5. 6.

River, NJ. Prentice Hall. h.4 ^ ibid. h.35—41 ^ Stephen Robbins dan Mary Coulter. 2007. Management, 8th Edition. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education. ^ Griffin. 2006. Business 8th Edition. ^ Griffin. 2006. Business 8th Edition.

[sunting] Referensi • •

Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall. Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.

[sunting] Pranala luar • • •

(en) Management Theories (en) Free Management Library (en) Famous Quotes on Management [sembunyikan]

l•d•s

Cabang utama dalam Ilmu sosial Antropologi · Ekonomi · Geografi · Hukum · Linguistik · Manajemen · Pendidikan · Ilmu politik · Psikologi · Sejarah · Sosiologi Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen" Kategori: Manajemen | Organisasi Tampilan

Halaman Diskusi Sunting ↑ Versi terdahulu

• • • • •

Peralatan pribadi

Coba Beta Masuk log / buat akun

• • Cari

Tuju ke

Cari

Navigasi • • • •

Halaman Utama Perubahan terbaru Peristiwa terkini Halaman sembarang

Komunitas • • •

Warung Kopi Portal komunitas Bantuan

wikipedia • • • •

Tentang Wikipedia Pancapilar Kebijakan Menyumbang

Buat buku • •

Tambah halaman Bantuan Kotak peralatan

• • • • • • •

Pranala balik Perubahan terkait Halaman istimewa Versi cetak Pranala permanen Kutip halaman ini Buat PDF

Bahasa lain • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

‫العربية‬ অসমীয়া Boarisch Žemaitėška Беларуская (тарашкевіца) বাংলা Česky Dansk Deutsch Ελληνικά English Español ‫فارسی‬ Français Frysk ‫עברית‬ िहनदी Hrvatski Italiano 日本語 ქართული 한국어 Кыргызча Lietuvių Македонски Монгол Nederlands Norsk (bokmål) Polski Română Русский Slovenčina Slovenščina Shqip Српски / Srpski Svenska தமிழ் ไทย Türkçe Українська

• • •

Tiếng Việt ‫יִידיש‬ 中文

• •

Halaman ini terakhir diubah pada 08:05, 6 Oktober 2009. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya. Kebijakan privasi Tentang Wikipedia Penyangkalan

• • •

Join today to get your own Multiply site

M. Ja'far Nashir HomeBlogPhotosMusicCalendarLinks

PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN

Jan 31, '08 11:40 PM for everyone

Oleh : M. Ja’far Nashir, M.Ag

nashir6768

A.

• • • •

PENDAHULUAN Lembaga Pendidikan adalah merupakan suatu wadah lembaga yang menghantarkan seseorang kedalam alur berfikir yang teratur dan sistematis. Dalam

pengertiannya

Pendidikan

adalah

“usaha

sadar dan direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

Photos of jafar Personal Message RSS Feed [?] Report Abuse

mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat

bangsa

dan

negara”.[1]

Dalam

pelaksanaannya sebuah lembaga pendidikan kerapkali

dihadapkan

pada

problem-problem

sistem

pembelajaran, mulai dari penyiapan sarana dan prasarana,

materi,

tujuan

bahkan

sampai

pada

penyiapan proses. Dalam perkembangannya lembaga pendidikan sebagai sebuah lembaga yang bergerak dibidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori yang sebelumnya sudah berkembang dalam dunia ekonomi. Maka tak heran ketika kita mendengar adanya teori manajemen pendidikan, yang pada dasarnya itu diambil dari teori-teori manajemen dalam dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah

lembaga

pendidikan

menjadi

komersial,

tetapi semata-mata hanyalah digunakan sebagai landasan yang sistematis untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya pun tidak bisa

seperti

yang

diharapkan

kalau

seseorang

menerapkan teori manajemen dalam bidang bisnis. Dari kondisi yang semacam itulah, maka kita sebagai seorang yang nantinya akan mengemban amanah untuk megembangkan potensi anak didik (manusia) diharapkan

dalam dunia pendidikan sesuai yang dari

makna

pendidikan

itu

setidaknya

memahami

bagaimana

sebenarnya

terntang

perkembangan

manajemen

yang

dikembangkan

dalam

sendiri, proses teori dunia

pendidikan. Oleh sebab itu apa yang kami sampaikan dalam tulisan ini adalah mengenai perkembangan teori manajemen dari masa klasik sampai masa kontemporer yang nantinya akan kita oleh dalam dunia pendidikan.

B.

LANDASAR TEORI 1.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari Perkembangan Teori Manajemen Pendidikan diharapkan mahasiswa dapat memahami : a.

Apa sebenarnya arti teori, manajemen, dan Administrasi.

b.

Mengerti perkembangan teori manajemen mulai

dari

masa

klasik,

kuno,

dan

kontemporer. c.

Bagaimana teori manajemen yang telah dikembangkan dalam dunia pendidikan

2.

DESKRIPSI MATERI Untuk

memahami

perkembangan

teori

manajemen pendidikan, kita terlebih dahulu harus mengenal apa itu teori dan apa itu manajemen serta

bagaimana

perkembangan

teori

manajemen. a.

Pengertian Teori Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip (principles) yang disusun secara sistematis. Prinsip

tersebut

berusaha

hubungan-hubungan

antara

menjelaskan fenomena-

fenomena yang ada.[2] Sebagai contoh, anda mengamati bahwa tanah disekitar gunung berapi merupakan tanah yang subur. Ada dua fenomena yang barangkali berkaitan : tanah yang subur dan

gunung berapi. Anda melangkah lebih lanjut dan mengambil kesimpulan : gunung berapi yang

menyebabkan

tentu

anda

kesimpulan

tanah

tidak yang

menyebabkan

menjadi

mungkin

sebaliknya,

gunung

berapi.

subur,

mengambil tanah

subur

Anda

satu

langkah lebih maju, kemudian orang lain mengamati bahwa ada tanah yang subur meskipun tidak berada didekat gunung berapi. Dengan “bukti” yang baru tersebut anda melakukan pengamatan lebih lanjut. Anda sampai pada kesimpulan baru bahwa, bukan gunung berapi itu sendiri yang membuat tanah subur, melainkan zat yang dikeluarkan gubung berapi yang anda namakan humus. Anda memperbaiki

kesimpulan

anda

menjadi

“humus bisa membuat tanah menjadi subur”. Anda sudah membuat teori. Selanjutnya, anda bisa membuat prediksi, kalau tanah diberi humus, tanah tersebut menjadi subur. Misalkan

ada

seorang

petani

yang

menginginkan tanahnya menjadi subur, anda mempunyai

teori

humus.

Maka

anda

menyarankan tanah petani tersebut diberi humus biar subur. Jika petani tersebut tidak tahu teori humus, dia akan mencoba-coba cara agar tanah menjadi subur, pertama, mungkin dengan membeli

sesajian, traktor.

kedua, Petani

mungkin tersebut

dengan telah

melakukan coba-coba (trial and error) yang kurang effisien. Dengan demikian teori bisa meminimalkan coba-coba, dan mengefisienkan kerja kita, dengan asumsi teori tersebut benar.

b.

Kegunaan (Fungsi) Teori

c.

Pengertian Manajemen / Administrasi Ada

kaitan

administrasi, adalah

erat

dan

yang

oraganisasi,

manajemen.

sekumpulan

tertentu

antara

Organisasi

orang

dengan

ikatan

merupakan

wadah

untuk

mencapai cita-cita mereka, mula-mula mereka mengintegrasikan

sumber-sumber

materi

maupun sikap para anggota yang dikenal sebagai manajemen dan akhirnya barulah mereka untuk

melaksanakan mencapai

kegiatan-kegiatan

cita-cita

tersebut.

Baik

manajemen maupun melaksanakan kegiatan itu disebut administrasi.[3] Pengertian

administrasi

dengan

pengertian manajemen masih kelihatan tidak terpisah secara jelas. Ada yang mengatakan administrasi sebagai cara kerja pemerintahan dengan

fungsi

merencanakan,

mengorganisasi, dan memimpin.[4] Ada pula ahli

yang

menyebut

administrasi

sebagai

pengarah yang efektif sementara manajemen dikatakannya sebagai pelaksana yang efektif. [5] Sementara itu Mamduh mendefinisikan Manajemen

sebagai

“sebuah

proses

merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi

dengan

menggunakan

sumberdaya organisasi”.[6] Definisi

tersebut

mencakup

kata/pengertian kunci, yaitu :

beberapa



Proses yang merupakan kegiatan yang direncanakan;



Kegiatan merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan yang sering disebut sebagai fungsi manajemen; Tujuan



organisasi

yang

ingin

dicapai

melalui aktifitas tersebut; 

Sumberdaya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan William H Newman (1951)

mendefinikan

Administrasi

dapat

dipahami

sebagai pembimbingan, kepemimpinan dan pengawasan

usaha-usaha

orang-orang

ke

arah

suatu

kelompok

pencapaian

tujuan

bersama.[7] Sementara itu Sondang P. Siagian (1985;2) adalah

mengatakan

bahwa

keseluruhan

proses

administrasi pelaksanaan

daripada keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.[8] Dalam dunia pendidikan, manajemen itu dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber

pendidikan

agar

terpusat

dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditentukan

sebelumnya.

Dipilih

manajeman sebagai aktivitas agar seorang kepala

sekolah

bisa

berperan

sebagai

administrator dalam mengemban misi atasan, sebagai manajer dalam memadukan sumbersumber pendidikan dan sebagai supervisor dalam membina guru-guru pada proses belajar mengajar.[9]

d.

3.

Pengertian Teori Manajemen

PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN (1) Teori Manajemen Kuno; Sampai manajemen

dengan

tingkat

telah

tertentu,

dipraktekkan

oleh

masyarakat kuno. Sebagai contoh, bangsa Mesir bisa membuat piramida. Bangunan yang cukup kompleks yang hanya bisa diselesaikan dengan

koordinasi

yang

baik.

Kekaisaran

Romawi mengembangkan struktur organisasi yang jelas, dan sangat membantu komunikasi dan pengendalian. Meskipun manajemen telah dipraktekkan dan dibicarakan di jaman kuno, tetapi kejadian semacam itu relatif sporadis, dan tidak ada upaya

yang

sistematis

untuk

mempelajari

manajemen. Karena itu manajemen selama beberapa abad kemudian “terlupakan”. Pada akhir abad 19-an, perkembangan baru membutuhkan studi manajemen yang lebih

serius.

berkembang

Pada pesat,

waktu

industrialisasi

dan

perusahaan-

perusahaan berkembang menjadi perusahaan raksasa.

(2) Teori Manajemen Klasik; a)

Teori Manajemen Klasik 

Robert Owen (1771-1858)

Owen manajer

berkesimpulan harus

(reformer).

menjadi

Beliau

bahwa

pembaharu

melihat

peranan

pekerja sebagai yang cukup penting sebagai aset perusahaan. Pekerja bukan saja merupakan input, tetapi merupakan sumber

daya

perusahaan

yang

signifikan. Ia juga memperbaiki kondisi pekerjanya,

dengan

mendirikan

perumahan (tempat tinggal) yang lebih baik. Beliau juga mendirikan toko, yang mana pekerjanya tidak kesusahan dan dapat

membeli

kebutuhan

dengan

harga murah. Ia juga mengurangi jam kerja dari 15 jam menjadi 10,5 jam, dan menolah

pekerja

dibawah

umur

10

tahun. Owen

berpendapat

dengan

memperbaiki kondisi kerja atau invertasi pada sumber daya manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Disamping itu Owen juga memperkenalkan terbuka

dan

Dengan

cara

diharapkan

sistem

dilakukan

bisa

seperti

penilaian setiap

hari.

itu

manajer

melokalisir

masalah

yang ada dengan cepat. 

Charles Babbage (1792-1871) Babbage

merupakan

profesor

matematika di Inggris. Dengan metode kuantitatifnya beliau percaya : 1)

Bahwa prinsip-prinsip ilmiah dapat diterapkan efisiensi

untuk

produksi,

meningkatkan produksi

naik

biaya operasi turun 2)

Pembagian Kerja (division of labor); dengan ini kerja/operasi pabriknya bisa

dianalisis

Dengan

cara

secara

terpisah.

semacam

ini

pula

training bisa dilakukan dengan lebih mudah. 3)

Dengan melakukan pekerjaan yang sama secara berulang-ulang, maka pekerja akan semakin terampil dan berarti semakin efisien.

b)

Teori Manajemen Ilmiah 

Federick Winslow Taylor (1856-1915) Federick bapak

Taylor

disebut

sebagai

manajemen

ilmiah.

Taylor

memfokuskan perhatiannya pada studi waktu untuk setiap pekerjaan (time and motion

study);

dari

sini

ia

mengembangkan analisis kerja. Taylor kemudian pembayaran

memperkenalkan differential

sistem

(differential

rate). Manajemen Taylor didasarkan pada langkah atau prinsip sebagai berikut :

1.

Mengambangkan Ilmu untuk setiap elemen pekerjaan, untuk menggantikan pikiran yang didasari tanpa ilmu.

2.

Mamilih karyawan secara ilmiah, dan melatih mereka untuk melakukan pekerjaan seperti yang

ditentukan pada langkah I.

3.

Mengawasi karyawan secara ilmiah, untuk memastikan mereka mengikuti metode yang telah ditentukan.

4.

Kerjasama antara manajemen dengan pekerja ditingkatkan. Persahabatan antara keduanya juga ditingkatkan



Frank B. Gilberth (1868-1924) dan

Lillian Gilberth (1887-1972) Keduanya adalah suami istri yang mempunyai minat yangsama terhadap manajemen. Menurut Frank pergerakan yang

dapat

dihilangkan

akan

mengurangi kelelahan. Semangat kerja akan naik karena bermanfaat secara fisik

pada

karyawan.

Sedang

Lilian

memberikan kontribusi pada lapangan psikologi

industri

dan

manajemen

personalia. Beliau percaya bahwa tujuan akhir

manajemen

ilmiah

adalah

membantu pekerja mencapai potensi penuhnya sebagai seorang manusia. Keduanya

mengembangkan

rencana promosi tiga tahap, yaitu : Menyiapkan Promosi Malatih Calon Pengganti Melakukan Pekerjaan

Menurut metode tersebut, seorang pekerja

akan

bekerja

seperti

biasa,

sambil menyiapkan promosi karir, dan melatih calon penggantinya. Dengan demikian

pekerja

pelaksana,

pelajar

akan yaitu

menjadi

menyiapkan

karir yang lebih tinggi, dan pengajar dalam arti mengajari dalon pengganti. 

Henry L. Gantt (1861-1919) Gantt metode

melakukan sistem

perbaikan

penggajian

Taylor

(differential system) karena menurutnya metode

tersebut

kurang

memotivasi

kerja. Sistem Pengawasan (supervisor) diterapkannya memacu

sebagai

semangat

Disamping

kerja

itu

memperkenalkan

upaya

untuk

karyawan.

Gantt sistem

juga penilaian

terbuka yang awalnya merupakan ide Owen.

Gantt

chart

(bagan

Gantt)

kemudian populer dan gigunakan untuk perencanaan,

yaitu

mencatat

scedul

(jadwal) pekerja tertentu.

c)

Teori Manajemen Organisasi 

Henry Fayol (1841-1925) Henry Fayol merupakan industrialis Prancis, ia sering disebut sebagai bapak aliran manajemen klasik karena upaya “mensistematisir” Menurut dapat

Fayol,

studi

manajerial.

praktek

manajemen

dikelompokkan

ke

dalam

beberapa pola yang dapat diidentifikasi dan dianalisis. Dan selanjutnya analisis tersebut dapat dipelajari oleh manajer lain atau calon manajer. Fayol adalah orang yang pertama mengelompokkan kegiatan menajerial

dalam 4 fungsi manajemen, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan,

dan

(4)

Pengendalian.

Fayol percaya bahwa manajer bukan dilahirkan tetapi diajarkan. Manajemen bisa dipelajari dan dipraktekkan secara efektif apabila prinsip-prinsip dasarnya dipahami. 

Max Weber (1864-1920) Max Weber adalah seorang ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori

birokrasi.

organisasi anggota untuk

yang

Menurutnya, terdiri

membutuhkan anggota

dari

suatu ribuan

aturan

organisasi

jelas

tersebut.

Organisasi yang ideal adalah birokrasi dimana aktivitas dan tujuan diturunkan secara rasional dan pembagian kerja disebut

dengan

jelas.

Birokrasi

didasarkan pada aturan yang rasional yang dapat dipakai untuk mendesain struktur organisasi yang jelas. Konsep birokrasi Weber berlainan dengan pengertian birokrasi populer, dimana orang cnderung mengartikan kata birokrasi dengan konotasi negatif, yaitu organisasi yang lamban, tidak reponsif terhadap perubahan.



Mary Parker Follet (1868-1933) Mary Parker Follet agak berbeda sedikit dengan pendahulunya karena memasukkan

elemen

manusia

dan

struktur organisasi kedalam analisisnya. Elemen dalam

tersebut teori

kemudian

perilaku

manusia.

Follet

seseorang

akan

dan

muncul

hubungan

percaya

bahwa

menjadi

manusia

sepenuhnya apabila manusia menjadi anggota

suatu

kelompok.

Konsekuensinya, Follet percaya bahwa manajemen

dan

pekerja

mempunyai

kepentingan yang sama, karena menjadi anggota organisasi yang sama. Selanjutnya Follet mengembangkan model perilaku pengendalian organisasi dimana

seseorang

dikendalikan

oleh

tiga hal, yaitu : a.

Pengendalian

diri

(dari

orang

kelompok

(dari

tersebut); b.

Pengendalian kelompok);

c.

Pengendalian bersama (dari orang tersebut dan dari kelompok).



Chester I Barnard (1886-1961) Bernard organisasi, datang

mengambangkan menurutnya

keorganisasi

perusahaan)

karena

orang

formal ingin

teori yang

(seperti mencapai

tujuan yang tidak dapat dicapai sendiri. Pada waktu mereka berusaha mencapai tujuan organisasi, mereka juga akan berusaha mencapai tujuannya sendiri. Organisasi bisa berjalan dengan efektif apabila keseimbangan tujuan organisasi dengan

tujuan

anggotanya

dapat

terjaga. Bernard

percaya

bahwa

keseimbangan antara tujuan organisasi dengan individu dapat dijaga apabila manajer

mengerti

penerimaan dimana

konsep

(zone

of

pekerja

instruksi

wilayah

acceptance),

akan

menerima

atasannya

tanpa

mempertanyakan otoritas manajemen.

(3) Teori Manajemen Kontemporer. Beberapa pendekatan sudah dibicarakan dimuka,

dimana

tersebut

pendekatan-pendekatan

mengalami

beberapa

perkembangan.

perkembangan

mengintegrasikan sebelumnya,

yang

Ada

cenderung

pendekatan-pendekatan menjadikan

batas-batas

pendekatan yang telah dibicarakan menjadi tidak jelas. Namun demikian ada pendekatan yang

tetap

berakar

pada

pendekatan-

pendekatan tertentu. Bagian berikut ini akan membicarakan

pendekatan

baru

dalam

manajemen : 1)

Pendekatan Sistem Sistem gabungan

dapat sub-sub

diartikan sistem

sebagai

yang

saling

berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan dipandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (subsistem),

dan

sistem/organisasi

tersebut

akan berinteraksi dengan lingkungan. Model

pendekatan

sistem

dapat

digambarkan sebagai berikut[10] :

INPUT PROSES TRANSFORMASI OUTPUT INTERAKSI DENGAN LINGKUNGAN FEED BACK

Pada proses selanjutnya pendekatan inilah yang selama ini digunakan dalam sistem manajemen pendidikan di indonesia.

Sebelum munculnya sistem pendekatanpendekatan yang baru. 2)

Pendekatan

Situasional

(Contingency) Pendekatan ini menganggap bahwa efektivitas manajemen tergantung pada situasi yang melatarbelakanginya. Prinsip manajemen tertentu,

yang

belum

sukses tentu

pada

efektif

situasi apabila

digunakan di situasi lainnya. Tugas manajer adalah mencari teknik yang paling baik untuk mencapai tujuan organisasi, dengan melihat situasi, kondisi, dan waktu yang tertentu. Pendekatan “resep

praktis”

manajemen. konsultan,

ini

Pendekatan

persoalan

mengherankan

dikembangkan

atau

berkecimpung

memberikan

terhadap

Tidak

pendekatan

bahwa

situasional

peneliti dengan

ini

manajer,

yang

banyak

dunia

nyata.

menyadarkan

kompleksitas

jika

situasi

manajer

manajerial,

membuat manajer fleksibel atau sensitif dalam memilih teknik-teknik manajemen yang terbaik berdasarkan situasi yang ada. Namun

pendekatan

perkembangannya menawarkan

dikritik

sesuatu

ini

dalam

karena

tidak

yang

baru.

Pendekatan ini juga belum dapat dikatakan sebagai aliran atau disiplin manajemen baru, yang mempunyai batas-batas yang jelas.

3)

Pendekatan Hubungan Manusia Baru (Neo-Human Relation) Pendekatan

ini

berusaha

mengintegrasikan sis positif manusia dan manajemen ilmiah. Pendekatan ini melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang emosional, intuitif, dan kreatif. Dengan memahami kedudukan manusia tersebut, prinsip manajemen dapat dikembangkan lebih lanjut. Tokoh yang dapat disebut mewakili

aliran

ini

adalah

W.

Edwadr

Deming, yang mengembangkan prinsipprinsip

manajemen

seperti

Fayol

yang

berfokus pada kualitas kerja dan hubungan antar karyawan. Dalam perjalanannya pendekatan ini masih membutuhkan waktu untuk sampai dikatakan sebagai aliran manajemen baru. Meskipun demikian pendekatan tersebut cukup populer baik dilingkungan akademis maupun

praktis.

Ide-ide

pendekatan

tersebut banyak mempengaruhi praktek manajemen saat ini. Dari

perkembangan

teori

majanemen

tersebut di atas (mulai dari Teori Klasik (1856 – 1916), Periode Solidification (1920 – 1930), Human

Relation

(1927



1933),

Behavioral

Science (1938 – 1960), Teori Sistem (1960 – 1970an), Teori Kontingensi (1970an), Teori Z (1980 – 1990)) dapat dibuat bagan sebagai berikut :

C.

STUDI KASUS DI INDONESIA 1.

Penerapan

Manajemen

Pendidikan

di

Indonesia Pendidikan di Indonesia pada dasarnya 2.

Beberapa Masalah Manajemen di Indonesia Sejak zaman orde lama, orde baru sampai sekarang zaman reformasi, sistem pendidikan Nasional kita masih belum mempunyai perubahan yang signifikan. Persoalan pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat kompleks. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut persoalan mutu pendidikan,

pemerataan

pendidikan,

manajemen

pendidikan.

Mengenai

dan mutu

pendidikan menurut Paul Suparno adalah masalah mengenai

kurikulum,

proses

pembelajaran,

evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana dan prasarana.

Termasuk

pemerataan

pendidikan

adalah masih banyaknya anak umur sekolah yang tidak

dapat

sekolah.

menikmati

Sedang

pendidikan

persoalan

formal

di

manajemen

pendidikan adalah menyangkut segala macam pengaturan pendidikan, kualitas

pendidikan birokrasi,

dam

dan

pemerataan

seperti

otonomi

transparansi pendidikan

agar dapat

terselesaikan.[11] Inilah persoalan yang besar sebenarnya, karena bagaimanapun juga ketika sebuah intitusi pendidikan tidak mempunyai sistim manajemen pendidikan yang baik, maka dapat dipastikan mutu pendidikannya pun bisa jadi tidak baik pula. Sebagaimana

yang

dirasakan

dalam

sistem

manajemen pendidikan kita dewasa ini, dengan munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dimungkinkan akan sedikit menjawab persoalan

tersebut. Di atas juga sudah diterangkan tentang manajemen secara umum yang itu diterapkan dalan manajemen pendidikan kita. Seperti halnya sistem manajemen yang ditemukan oleh tokohtokoh

manajemen,

yaitu

(POAC)

Planning,

Organizing, Actuating, dan Controling. Adalah sistem manajemen yang sangat luar biasa ketika itu dilakasanakan dengan sempurna. Sistem Manajemen Pendidikan yang terjadi di Indonesia sejak zaman orde baru (yang masih menggunakan

manajemen

pendidikan

sentralistik) sampai kemudian muncul Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang sudah cenderung kepada otomisasi lembaga-lembaga pendidikan (desentralisasi pendidikan), mempunyai arti yang sangat luas. Disamping mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Persoalan inilah yang akan kita bahas selanjutnya.

3.

Analisis Sejak zaman Orde Baru telah banyak yang di capai dalam pembangunan nasional termasuk bidang pendidikan. Kemajuan ini juga mendapat pengakuan diberikannya

dari

seluruh

penghargaan

dunia

dengan

Avisiena

kepada

Presiden Republik Indonesia karena keberhasilan melaksanakan

wajib

belajar

sekolah

dasar.

Namun ditengah-tengah kesuksesan yang telah dicapai tersebut masih banyak permasalahan yang

perlu

diselesaikan,

seperti

halnya

pengangguran tenaga-tenaga terdidik hasil dari sistem pendidikan kita. Disatu pihak pendidikan kita telah melahirkan lulusan pendidikan tinggi

dan menengah tetapi dilain pihak menambah pengangguran.[12] Sebagaimana dijelaskan oleh H.A.R Tilaar, bahwa di dalam sistem pendidikan sekurangkurangnya berisi faktor-faktor biaya, pengelola, institusi, dan sistem manajemennya.[13] Sistem manajemen pendidikan kita (era orde lama dan orde baru) masih terlalu sentralistik (pemerintah pusat),

sebagaimana

kita tahu bahwa suatu

sistem yang sentralistik dan birokratik, maka ruang-gerak

untuk

inovasi

sangat

terbatas.

Demikian pula kreativitas dari para pendidiknya boleh dikatakan menjadi hilang karena segala sesuatu

telah

ditentukan

menurut

garis-garis

yang ditentukan. Sehingga apa yang diinginkan daerah

(lembaga

pendidikan)

tidak

tercapai

karena sifat yang sentralistik tersebut. Hasilnya adalah

jumlah

out-put

banyak

namun

itu

menambah pengangguran yang banyak pula. Pada era reformasi mulai muncul Manajemen Berbasis bergulirnya

Sekolah otonomi

(MBS)

seiring

daerah

dengan

(pelimpahan

wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah). Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam bahasa Inggris disebut ”School Based Management” merupakan strategi yang jitu untuk mencapai manajemen sekolah yang efektif dan efisien. Konsep ini pertama kali muncul di Amerika Serikat, latar belakangnya adalah ketika itu masyarakat mempertanyakan apa yang dapat diberikan sekolah kepada masyarakat dan juga apa relevansi dan korelasi pendidikan dengan tuntutan maupun kebutuhan masyarakat.[14] Model MBS ini adalah suatu ide dimana kekuasaan

pengambilan

keputusan

yang

berkaitan dengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar, yakni sekolah. Konsep ini didasarkan pada

“Self

menyatakan

Determination bahwa

apabila

Theory”

yang

seseorang

atau

kelompok memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan sendiri, maka orang atau kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab yang besar

untuk

melaksanakan

apa

yang

telah

diputuskan tersebut.[15] Dalam pelaksanaan MBS tersirat

adanya

tugas

sekolah

untuk

meningkatkan mutu pendidikan menggunakan strategi

yang

lebih

memberdayakan

semua

potensi sekolah secara optimal. Sisi kelebihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dibandingkan dengan model sentralistik adalah sekolah memiliki kekuasaan, antara lain : (1)

mengambil

keputusan

berkaitan

dengan

pengelolaan kurikulum; (2) keputusan berkaitan dengan rekruitmen dan pengelolaan guru dan pegawai administrasi; (3) keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah. Dengan demikian dapat dilihat sekaligus ditegaskan bahwa model MBS ini pada hakekatnya adalah memberikan otonomi yang lebih luas kepada sekolah, dengan tujuan

akhir

meningkatkan

mutu

hasil

penyelenggaraan pendidikan melalui peningkatan kinerja dan partisipasi semua stakeholdernya. Demikian pula yang disampaikan Mulyasa bahwa kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat

efektivitas

tinggi

serta

memberikan

beberapa keuntungan berikut : (1) Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan

guru; (2) Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber

daya

melakukan

lokal;

dan

pembinaan

(3)

peserta

Efektif

dalam

didik

seperti

kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.[16] Disamping

itu

dalam

sebuah

sekolah,

tanggung jawab pokok untuk pembentukan moral dan intelektual akhirnya tidak terletak pada salah satu prosedur atau kegiatan baik intra-kurikuler maupun ekstra-kurikuler; akan tetapi terletak pada

pengajarnya.

kebersamaan

Sekolah

bersemuka,

merupakan

tempat

hubungan

personel otentik antara pengajar dan pelajar dapat berkembang. Tanpa persahabatan ragam itu

banyak

kekuatan

dari

pendidikan

dan

pengajaran akan menghilang. Hubungan saling percaya

dan

persahabatan

otentik

antara

pengajar dan pelajar merupakan syarat mutlak pertumbuhan sejati dari komitmen kepada nilainilai. Proses itu semua akan terwujud ketika berada dalam ruang lingkup manajemen yang baik, dan ini menurut J. Drost, SJ akan terwujud dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)[17].

D. KESIMPULAN 1.

Kesimpulan a.

Manajemen berkembang

dan

Manajemen

di

Pendidikan

sebenarnya

mengadopsi bidang

dari

ekonomi.

teori Teori

Manajemen pada awalnya dikembangkan oleh tokoh-tokoh bisnis.

yang

bergerak

dalam

bidang

b.

Dalam perkembangannya Teori Manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) Teori Manajemen Kuno; (2) Teori Manajemen Klasik (tokohnya antara lain Robert Owen (1771-1858) & Charles Babbage (1792-1871) ); dan (3) Teori Manajemen Kontemporer.

c.

Perkembangan manajemen pendidikan di Indonesia pada orde baru sangat diwarnai dengan

manajemen

yang

sentralistik,

kemudian pada perkembangannya pada era reformasi berkembang menjadi desentralisasi atau

dikenal

dengan

Manajemen

Berbasis

Sekolah (MBS) yang intinya sekolah diberi wewenang untuk mengatur semua kegiatan sekolah.

Ini

seiring

dengan

pemberian

wewenang pemerintah pusat pada pemerintah daerah (otonomi daerah).

DAFTAR PUSTAKA

E. Mulyasa, Dr. M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi), Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, cet. 3 & 4, 2003. H. Syaiful Sagala, Dr. M.Pd., Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung. 2000. H.A.R. Tilaar, Prof. Dr. M.Sc.Ed., Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional (dalam perspektif abad 21), Magelang, Tera Indonesia. 1998. J. Drost, SJ., Dari KBK (Kurikulum Bertujuan Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara, 2005. Luwis R. Benston, Supervision and Management, New York, McGraw Hill Book Company, 1972.

Made Pidarta, Prof. Dr., Manajemen Pendidikan Indonesia, Crt. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2004. Mamduh M. Hanafi, Drs. MBA, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997. Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta, Gunung Agung, 1985. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Yogyakarta, Media Wacana Press, 2003. Wajong J, Fungsi Administrasi Negara, Jakarta, Djambatan, 1983.

[1] Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Yogyakarta, Media Wacana Press, 2003. hlm. 9 [2] Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997. hlm. 30 [3] Prof. Dr. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Crt. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2004, hlm. 1 [4] Wajong J, Fungsi Administrasi Negara, Jakarta, Djambatan, 1983. hlm. 01 & 27. [5] Luwis R. Benston, Supervision and Management, New York, McGraw Hill Book Company, 1972, hlm. 278-279. [6] Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Op_Cit., hlm. 6 [7] Dr. H. Syaiul Sagala, M.Pd, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung, Alfabeta, 2000, hlm. 22 [8] Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta, Gunung Agung, 1985. [9] Prof. Dr. Made Pidarta, Op_Cit., hlm. 04 [10] Drs. Mamduh M. Hanafi, MBA, Op_Cit., hlm. 46 [11] J. Drost, SJ., Dari KBK (Kurikulum Bertujuan Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara. 2005. hlm. ix. [12] Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc.Ed., Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional (dalam perspektif abad 21), Magelang, Tera Indonesia. 1998. hlm. 75 [13] Ibid. hlm. 79. [14] Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd., Op_Cit., hlm. 78. [15] Ibid., hlm. 79. [16] Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi), Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, cet. 3 & 4, 2003. hlm. 24. [17] J. Drost, SJ., Op_Cit., hlm. 120-125.

Tags: ujee Prev: PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN Next: PERJUANGAN MELAWAN VOC reply share

3 CommentsChronological Reverse Threaded reply dedi1968 wrote on May 29, '08 bagus sekali artikelnya reply guadianc wrote on Apr 13 Assalamau'alaikum. wr. wb. Ternyata tulisan bapak keren juga. Saluuut!!! tapi sayang, ada yang ketindih tulisannya, jadi tidak terbaca. Lain kali lebih semangat :-) Wassalamu'alaikum. wr. wb. DianW reply ahmadrimba wrote on Apr 13 boleh request g? minta model atau bagan teori henri fayol... mohon dengan sangat... thanks before audio reply video reply Add a Comment

Quote original message

Submit

© 2009 Multiply, Inc. Contact · Help

Preview & Spell Check

About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise ·

Related Documents

Manajemen
June 2020 37
Manajemen
May 2020 39
Manajemen
May 2020 44
Manajemen
June 2020 41
Manajemen
December 2019 62
Manajemen
June 2020 41

More Documents from "Susi "

Manajemen
June 2020 37
2lt-lube System
October 2019 29
Mou Sponsorship Defest.docx
December 2019 20
Kafilah-putra.docx
December 2019 21
Isi Rpp Kelas 7.docx
November 2019 17