Makalah_pre_eklamsi.docx

  • Uploaded by: Ra Selviana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah_pre_eklamsi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,046
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau persalinannya. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas. Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat kasus kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus, tahun 2013 adalah 90 kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus. Meningkat dari tahun sebelumnya. Kota Padang merupakan daerah yang memiliki kematian ibu tertinggi yaitu 16 kasus pada tahun 2013 dan 2014. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang penyebab kematian maternal pada tahun 2012 dan 2013 adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi. Pada tahun 2014 penyebab kematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia 31,25%, perdarahan 18,75%, dan infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap tahunnya penyebab utama kematian

1

ibu secara langsung di kota Padang masih sama. Preeklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya. Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasuskasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan preeklamsi? 2. Apa penyebab terjadinya preeklamsi pada ibu hamil? 3. Apa saja jenis-jenis preeklamsi? 4. Apa yang dimaksud dengan eklamsi? 5. Bagaimana protap penanganan preeklamsi dan eklamsi? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari preeklamsi 2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya preeklamsi pada ibu hamil 3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis preeklamsi 4. Untuk mengetahui dan memahami eklamsi 5. Untuk mengetahui dan memahami protap penanganan preeklamsi dan eklamsi

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (prawirohardjo, 2005). Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (muchtar, 1998) Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas preeklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

B. Etiologi Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti, walaupun penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut antara lain : 1. Peran prostasiklin dan tromboksan

3

Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel. 2. Peran faktor imunologis Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ; beberapa wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada preeklamsi diikuti proteiuri. 3. Faktor genetik Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian preeklamsi antara lain : a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS) Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor – faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsi, preeklamsi umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum

4

kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsi pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal lupus atau rematoid arthritis.

C. Jenis-jenis Pre-eklamsi 1. Preeklamsi ringan Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Penyebab preeklamsi ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation sundrome” akibat vasospasme general segala akibat. Gejala klinis preeklamsi ringan meliputi : a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg b. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positi 2 (+2) c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan Penangan preeklamsi ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung gejala yang timbul, yakni : a. Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara : 1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring) 2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah garam 3) Pemberian sedative ringan 4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu 5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urine lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal) b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria : 1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi

5

2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu) 3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi berat Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan : a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun tetapi

belum

mencapai

normotensif

selama

perawatan

maka

kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset persaliana atau di pertimbangkan untuk melakukan persalianan pada taksiran tanggal persalinan c. Cara persalinan Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II

2. Preeklamsi berat Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsi berat : a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110 mmHg b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus c. Trombosit < 100.000/𝑚𝑚3 d. Oliguria < 400 ml/24 jam e. Proteinuria > 3 gr/liter f. Nyeri episgastrium g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat h. Perdarahan retina

6

i. Odem pulmonum

Pada preeklamsi berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya : kerusakan organ-organ tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah, sindrome HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklamsi tak segera diatasi dengan baik dan benar. Penanganan preeklamsi berat, yakni a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan nonstress test (NST) dan USG, dengan indikasi (salah satu atau lebih) : 1) Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda- tanda atau gejala impending eklamsi, kehgagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo (tidak ada perbaikan) 2) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG): adanya tanda Intravena Uterine Growt retardatin (IUGR) 3) Hasil laboratorium: adanya “HELP syndrome” (hematolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia) b. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan dirumah sakit dan atas instruksi dokter) yaitu : segera masuk RS: tirah baring kesatu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus RL dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi infus RL (60-125 cc/jam) 500CC, berikan antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah lemak, dan rendah garam, pemberian obat anti kejang, MgSO4, diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tandatanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka, diberikan furosemid injeksi 40mg/IM c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg. Diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang

7

90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnnya. d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu) e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997) f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

Penanganan preeklamsi berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan penderita dirawat inap anatara lain : a. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi; berikan diet rendah garam, lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr bokong kanan, dan 4 gr bokong kiri; suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap jam; syarat pemberia MgSO4 adalah reflek patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 x/ menit dan harus tersedia antidotnya yaitu calsium gluconas 10% dalam ampul sedia 10cc; infus dextrose 5% dan ringer laktat; berikan obat anti hipertensi; injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet sehari; diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul IV lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi dokter) b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau forceps, jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi

8

perdarahan yang disebabkan antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum. c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter kandungan) d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2- 5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh dilakukan oleh bidan)

D. Eklamsi 1. Defenisi Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat neurologik) dan/ atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejalagejala preeklamsi. Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan protenuria. Eklamsi lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, hydramnion, mola hydatidosa, dan eklamsi dapat terjadi sebelum kehamilan bulan ke-6. 2. Tanda dan gejala Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklamsi dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual, nyeri di episgastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan diobati, akan timbul kejang; terutama pada persalinan, ini bahaya besar. Konvulsi eklamsi dibagi dalam 4 tingkat, yaitu : a. Tingkat awal atau aura. Gejala ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar kekanan atau ke kiri

9

b. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhemti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit. c. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang berlangsung antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar lidah berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejang terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur. d. Sekarang masuk tingkat koma, lamanya ketidak sadaran tidak berlangsung lama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi serangan ini dapat terjadi secara berulang sehingga ia tetap koma. e. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meninggkat sampai 40 derajat Celcius. Sehingga akibat serangan dapat terjadi komplikasi-komplikasi seperti : lidah tergigit, sehingga terjadi perlukaan dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio plasenta, dan perdarahan otak.

3. Diagnosis Dengan adanya tanda-tanda dan gejala preeklamsi yang disusul dengan serangan kejang yang telah diuraikan diatas, maka diagnosis eklamsi sudah tidak diragukan. Walaupun demikian eklamsi harus dibedakan antara : a. Epilepsi; dalam anamesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanda preeklamsi tidak ada b. Kejang karena obat anastesi; apabila obat anastesi lokal diinjeksikan kedalam vena, dapat timbul kejang

10

c. Koma karena sebab seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain-lain

11

E. Protap Penanganan Preeklamsi dan Eklamsi PREEKLAMSI DAN EKLAMSPSIA

Pemeriksaan 1. Fisik ibu a. Tekanana darah b. Berat badan – edema c. Proteinuria 2. Janin a. gerakan janin b. jantung janin c. air ketuban 3. Konsultasi dokter a. Laboratprium b. rujukan

Dasar diagnosa klinis 1. Kenaikan berat badan 2. Kenaikan tekanan darah 3. Proteinuria 4. Oliguria 5. Kejang atau koma 6. Nyeri kepala/ epigastrium 7. Penglihatan kabur 8. Edema paru-paru 9. Gangguan kesadaran

Konservatif 1. Kamar isolasi 2. Observasi a. Kesembanagn cairan b. Infus 2000/24 jam 3. Pengobatan a. Stroganol b. Penthotal c. Diazepam d. Litik koktil e. Magnesium sulfat 4. Evaluasi pengobatan a. Diuresis b. Kesadaran membaik c. Kejang berkurang d. Nadi dan tekanan darah menurun e. Keluhan berkurang

Terapi aktif 1. Indikasi vital 2. Gagal pengobatan 2X 24 jam 3. Medis teknis a. Induksi persalinan b. Pecahkan ketuban c. Kala II forsep

Seksio sesarea 1. Gagal induksi 2. Indikasi obstetri

Pengobatan konservatif berhasil 1. Pengawasan hamil intensif 2. Kahamilan mencapai aterm 3. Persalinan pervaginam

12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab kematian ibu dan bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan dan preeklamsi berat. Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Preklamsi ringan ditandai dengan : kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanana darah 140/90 mmHg atau lebih dangan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit); edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan; proteinuria lebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2. Preeklamsi berat di tandai dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolik > 110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit < 100.000/ mm3, oliguria < 400 ml/24 jam, protein urine > 3 gr/liter, nyeri episgtastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina, odem pulmonum. Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani dengan baik pada ibu hamil, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu hamil. Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan neorologik) atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi.

B. Saran Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritikannya yang membangun demi kelancaran makalah kami ini.

13

DAFTAR PUSTAKA

Mukhlas,

Asep.

Preeklamsia.

From:

http://preeklamsia.blogspot.com/2013/07/makalah-preeklamsia.html, 28 juli 2018

Yeyeh, Ai Rukiah. Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta: Tim 2010

Gusta, Dien Anggraini Nursal. Dkk. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Hamil

di

RSUP

M.

DJAMIL

Padang

Tahun

2014.

From

:

http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/161, 30 juli 2018

Magdalena, Mariah. Diah Hisoryati. Gambaran Faktor Penyebab Preeklampsia Pada Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembelang Jombang. From : file:///C:/Users/asus/Downloads/30-Article%20Text-58-1-10-20160828.pdf, 30 Juli 2018

14

Lampiran

Kasus dan Pendokumentasian SOAP 1. Kasus Pada tanggal 25 Juli 2018 (15:00 wib), Ny “A” usia 25 tahun G1P0A0H0 dengan UK 32-33 mg datang ke BPM Melati dengan keluhan sakit kepala hebat, mata berkunang-kunang, bengkak pada wajah dan kaki, tidak memiliki riwayat penyakit, dan tidak memiliki riwayat kehamilan gamelli. Setelah dilakukan pemeriksaan didapati BB 56 kg, TD 140/90, RR 20 x/i, N 80 x/i, S 36,5 0C, DJJ 135 x/i, dan odema pada wajah dan kaki ibu, serta protein urin +2

15

More Documents from "Ra Selviana"