BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula. Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein. 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Imunologi 1
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti : malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing. 2.2 Sistem Imun Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Imunitas atau sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imunnon spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik. Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim. Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed hypersensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang. Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit. 1. Imunitas Alami atau Non spesifik Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen. Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat. 2
Sistem imun non spesifik terdiri atas pertahanan fisik/mekanik seperti kulit, selaput lendir, dan silia saluran napas yang dapat mencegah masuknya berbagai kuman patogen kedalam tubuh; sejumlah komponen serum yang disekresikan tubuh, seperti sistem komplemen, sitokin tertentu, dan antibody alamiah; serta komponen seluler,seperti sel natural killer (NK). a. Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh. b. Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a). c. Antibodi alamiah (immunoglobulin) didefinisikan sebagai antibodi pada individu normal dan sehat yang belum distimulasi oleh antigen eksogen.Antibodi alamiah berperan penting sebagai pertahanan lini pertama terhadap patogen dan beberapa tipe sel, termasuk prakanker, kanker, sisa pecahan sel, dan beberapa antigen. d. Natural Killer Cells (Sel Natural Killer) diketahui secara morfologi mirip dengan limfosit ukuran besar dan dikenal sebagai limfosit granular besar. Sekitar 10–15% limfosit yang beredar pembuluh darah tepi adalah sel NK. Sel NK berperan penting pada respon dan pengaturan imun bawaan. Sel NK mengenal dan melisiskan sel terinfeksi patogen dan sel kanker. Sel NK melisiskan sel dengan melepaskan sejumlah granul sitolitik di sisi interaksi dengan target. Komponen utama granul sitolitik adalah perforin. Sel NK juga menghasilkan sitokin dan kemokin yang digunakan untuk membunuh sel target, termasuk IFN-γ, TNF-a, IL-5, dan IL-13. Sistem imun yang ada pada tubuh dapat kita lihat dari sel darah kita. 2. Sistem Imun Adaptif (adaptive immunity system) Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat pasif dan aktif. a. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang lain. 3
b.
Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap produk mikroba atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat. Terdapat dua kelas respon imun spesifik : a. Imunitas humoral (Humoral immunity), Imunitas humoral ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdiferiensasi di sumsum tulang, jaringan limfoid sekunder yaitu meliputi limfonodus, limpa dan nodulus limfatikus yang terletak di sepanjang saluran pernafasan, pencernaan dan urogenital. b. Imunitas selular (cellular immunity), Sel T mengalami perkembangan dan pematangan dalam organ timus. Dalam timus, sel T mulai berdiferensiasi dan memperoleh kemampuan untuk menjalankan fungsi farmakologi tertentu. Berdasarkan perbedaan fungsi dan kerjanya, sel T dibagi dalam beberapa subpopulasi, yaitu sel T sitotoksik (Tc), sel T penindas atau supresor (Ts) dan sel T penolong (Th). Perbedaan ini tampak pula pada permukaan sel-sel tersebut. Untuk mengetahui cara kerja sel T penindas atau sel T pembunhuh dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
2.3 Antigen dan Antibodi 1. Antigen Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun. Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi 4
tubuh terhadap infeksibakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.antigen eksogen adalah antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi, seperti pada asma. Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigenantigen berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu individu spesies dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.ciri – ciri antigen yang menentukan imunogenitas dalam respon imun : a. Keasingan,yaitu imunogen adalah bahwa zat tersebut secara genetik asing terhadap
hospes b. Ukuran molekul c. Kekompleksian kimia dan struktural d. Penentu antigen ( epilop ) e. Konstitusi genetik inang f. Dosis, jalur, dan saat pemberian anti gen. 2. Antibodi Antibodi adalah protein yang dapat ditemukan pada darah atau kelenjar tubuhvertebrata
lainnya,
dan
digunakan
oleh
sistem
kekebalan
tubuh
untuk
mengidentifikasikan dan menetralisasikan benda asing seperti bakteri dan virus. Mereka 5
terbuat dari sedikit struktur dasar yang disebut rantai. Tiap antibodi memiliki dua rantai berat besar dan dua [rantai ringan]. Antibodi diproduksi oleh tipe sel darah yang disebut sel B. Terdapat beberapa tipe yang berbeda dari rantai berat antibodi, dan beberapa tipe antibodi yang berbeda, yang dimasukan kedalam isotype yang berbeda berdasarkan pada tiap rantai berat mereka masuki. Lima isotype antibodi yang berbeda diketahui berada pada tubuh mamalia, yang memainkan peran yang berbeda dan menolong mengarahkan respon imun yang tepat untuk tiap tipe benda asing yang berbeda yang ditemui. Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.(Dorlan). Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terdiri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi.Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul(Campbell).
3. Interaksi Antigen dan Antibodi Interaksi Antigen dan Anti bodiadalahsebagaiberikut : a. Reaksi ini pada umunya spesifik,biarpun ada beberapa ditemukan reaksi silang (cross – reaction) b. Pengabunggan antara antigen – antibodi adalah erat sekali, tetapi seringkali reversible. c. Antigen dan antibodi bergabung dalam jumlah yang variabel ( Danysz phenomenon ) d. Antigen dan antibodi adalah suatu reaksi kimia, karena yang bergabung adalah gugus – gugus spesifik dari kedua regens. 6
e. Dari suatu antigen dengan antiserumnya dapat diperihatkan tipe – tipe reaksi serologic yang berbeda, mungkin disebabkan oleh molekul – molekul antibodi yang sama sering merefleksikan yang berbeda.
4. Komplemen Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Sistem ini terdiri dari 30 protein-protein dalam serum atau di permukaan sel-sel tertentu. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh. Ketika diaktivasi, akan menghasilkan sejumlah fragmen komplemen reaktif secara biologis. Fragmen komplemen tersebut akan memodulasi bagian lain dari sistem imun dengan cara terikat secara langsung pada T limfosit dan sumsum tulang penghasil limfosit (B limfosit) pada sistem imun adaptif dan juga menstimulasi sintesis dan pelepasan sitokin. Komponen komplemen juga dapat meningkatkan fagositosis makrofag dan neutrofil dengan bekerja sebagai opsionin. Umumnya komplemen mempunyai efek utama , yakni : 1. 2. 3. 4.
Lisis sel ( misalnya bakteri dan sel tumor ) Menghasilkan perantara yang ikut serta dalam peradangan dan menarik fagositosis. Opsinosasi organisme dan kompleks imun untuk pembersihan fagositosis. Peningkatan respon imun berperantara antibody. Protein komplemen terutama disintesis oleh hati dan sel fagositik. Karena tidak tahan panas , komplemen dinonaktifkan pada suhu 56 0 c selama 30 menit.Efek – efek biologik utama komplemen yakni opsonisasi, anafilaktosin, sitolisis. Akibat klinik dari defisiensi komplemen secara umum mengakibatkan peningkatan kepekaan terhadap penyakit infeksi , misalnya defisiensi C2 sering menimbulkan infeksi bakteri piogenik yang serius. Defisiensi komponen kompleks penyerang selaput sangat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Neisseria . defisiensi pada komponen jalur alternative juga telah diketahui , misalnya defisiensi properdin membuat orang lebih peka terhadap penyakit meningokokus.
5. Sitokin dan Kemokin a. Pengertian sitokin dan kemokin Sitokin dan kemokin adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan, differensiasi, aktifasi, lalulintas sel imun, dan 7
lokasi sel imun dalam organ limfoid. Sitokin merupakan suatu kelompok“messenger intrasel” yang berperan dalam proses inflamasi melalui aktifasi sel imun inang. Sitokin Juga memainkan peran mediator poten untuk inflamasi sel. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Telah dikenal lebih 30 sitokin. Sebagian besar sel sistem imun dan beberapa sel lainnya melepaskan sitokin. Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a) contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri, keduanya merupakan polipeptida berbobotmolekul kecil yang memiliki efek yang luas dalam berbagai reaksi dalam tubuh, termasuk respon imunologi, inflamasi, dan hematopoiesis. b. Sitokin dan inflamasi Endotoksin dan trauma fisik dapat pula menimbulkan pelepasan sitokin yang berperan pada inflamasi akut, yang lokal maupun yang sistematik. c. Sitokin dan pengobatan Sitokin dapat digunakan sebagai pengganti komponen sistem imun yang defesiensi atau untuk menggerahkan sel – sel yang diperlukan dalam menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sistem sel imun dalam respons terhadap tumor infeksi bakteri atau virus yang berlebihan. Antisitokin telah digunakan untuk mengontrol penyakit autoimun dan pada keadaan dengan sistem imun yang terlalu aktif / patologik. 6. Imunologi Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker. 1. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya. 2. Imunulogi kanker Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; 8
beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen. Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor. Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker. telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel kanker,
9
makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan membunuh sel tumor. 2.4 Penyakit Imunitas Mekanisme Imun/kekebalan tubuh merupakan sistim pertahanan tubuh yang terintegrasi sejak awal konsepsi (pembuahan).merupakan sistim pertahanan tubuh yang sudah merupakan software bawaan. Tetapi sistim imun tersebut dapat juga berubah menjadi suatu penyakit yang dalam beberapa jenis tidak bisadisembuhkan.Contoh : Saat udara dingin, sering kita mengalami hidung tersumbat, bersin2 pada saluran nafas kita (hidung), ini merupakan mekanisme untuk menghangatkan dan melembabkan udara luar yang kita hirup kedalam paru-paru, tetapi pada orang – orang tertentu, justru udara dingin tersebut akan memicu timbulnya reaksi yang berlebihan, yaitu timbulnya serangan sesak nafas (astma), bisa juga timbulnya gatal - gatal di sekujur tubuh (biduren/urtikaria). Berikut ini merupakan penyakit akibat merendahnya sistem imun. 1. Hipersensivitas Hipersensivitas adalah reaksi imun yang patologik, terjadi akibat respons imun yang berlebihan sehingga menimbulkan kerusakaan jaringan tubuh. Reaksi tersebut oleh Gell dan Coombs dibagi dalam 4 tipe reaksi berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV. Reaksi itu dapat terjadi sendiri – sendiri, tetapi klinik sering dua atau lebih jenis tersebut terjadi bersama. 2. Autoimunitas Autoimunitas atau hilangnya toleransi ialah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen sedangkan antibodi yang dibentuk disebut autoantibodi. Penyakit autoimun dapat dibagi atas beberapa golongan, yaitu : a. Berdasarkan organ terdiri atas penyakit autoimun organ spesifik dan non organ spesifik. b. Berdasarkan mekanisme penykit autoimun melalui antibodi ( anemia hemolitik autoimun, miastenia gravis dan tirotoksikosis ), penyakit autoimun melalui kompleks imun ( LES, AR ), penyakit autoimun melalui sel T dan penyakit autoimun melalui komplemen. 3. HIV AIDS AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. 4. Lupus
10
Penyakit lupus yang dalam bahasa kedokterannya dikenal sebagai systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit radang yang menyerang banyak sistem dalam tubuh, dengan perjalanan penyakit bisa akut atau kronis, dan disertai adanya antibodi yang menyerang tubuhnya sendiri. Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan puncak kejadian pada usia 15-40 tahun (selama masa reproduktif) dengan perbandingan wanita dan laki-laki 5:1. Penyakit ini sering ditemukan pada beberapa orang dalam satu keluarga. Penyebab dan mekanisme terjadinya SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun diduga mekanisme terjadinya penyakit ini melibatkan banyak faktor seperti genetik, lingkungan, dan sistem kekebalan humoral. Faktor genetik yang abnormal menyebabkan seseorang menjadi rentan menderita SLE, sedangkan lingkungan berperan sebagai faktor pemicu bagi seseorang yang sebelumnya sudah memiliki gen abnormal. Sampai saat ini, jenis pemicunya masih belum jelas, namun diduga kontak sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat golongan sulfa, penghentian kehamilan, dan trauma psikis maupun fisik. Gejala Klinis dan perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul mendadak disertai tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam tubuh. Munculnya penyakit dapat spontan atau didahului faktor pemicu. Setiap serangan biasanya disertai gejala umum, seperti demam, badan lemah, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE, sehingga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegahan dengan antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing, atau tindakan bedan lainnya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.
11
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar Biologis yang dilakukan oleh sil dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapa berkembang dalam tubuh.
12
DAFTAR PUSTAKA Kresno, S. Penyakit Autoimun. Dalam :Imunologi : Diagnosis dan ProsedurLaboratorium. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001 : 286 – 307. Baratawidjaja, K., Rengganis, Imunologi Dasar . Dalam :Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit DalamFKUI; 2006
13