MAKALAH METODE PEMBELAJARAN DENGAN METODE STUDY KASUS ( CASE STUDY ) (Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Metodik Khusus) Dosen Pengampu : Dewi Mayangsari.S.SiT.M.Kes
Di Susun Oleh: Nugraheny Ratna K Nuki Ambarsari Nur Haniva Restu Illa Hidayah Rezki Aulia Alimudin A Ririn Purwanti Ryscha Fadhillah Sumirda Rahareng Susiyanti Susmiati
: (1804079) : (1804080) : (1804081) : (1804082) : (1804083) : (1804084) : (1804085) : (1804086) : (1804087) : (1804088)
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2019 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang apa pun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaannya yang dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Adapun secara garis besar fase-fase atau langkahlangkah penelitian dapat dipilah menjadi tiga fase, yaitu fase perencanaan, pelaksanaan, dan laporan. Adapun studi kasus termasuk ke dalam fase perencanaan penelitian yang diawali dengan kegiatan memilih masalah secara operasional dan membuat pembatasan-pembatasan, yaitu untuk menentukan ruang lingkup masalah yang diteliti. Setelah memilih masalah penelitian, baru dilakukan studi kasus. Banyak penelitian yang perencanaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Terdapat kecenderungan di kalangan peneliti untuk menyelidiki sesuai dengan pergi ke lapangan guna mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang. Pada waktu hendak mengolah datanya barulah dirasakan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian itu secara keseluruhan, sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak yang akan mempergunakan hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, tidak dapat disangsikan lagi bahwa studi kasus ini sangat penting artinya untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian studi kasus?
2
2.
Bagaimanakah mengenai Metode Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian?
3. Apa sajakah jenis-jenis studi kasus? 4. Apa sajakah langkah-langkah penelitian studi kasus? 5. Apa sajakah ciri-ciri studi kasus yang baik?
6. Bagaimanakah mengenai keunikan studi kasus? 7. Bagaimanakah mengenai tipe-tipe studi kasus dan implementasinya dalam penelitian? 8. Bagaimanakah mengenai desain studi kasus? C.
Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui penelitian studi kasus. 2. Untuk mengetahui metode studi kasus (Case Study) dalam penelitian. 3.
Untuk mengetahui jenis-jenis studi kasus.
4.
Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian studi kasus.
5.
Untuk mengetahui ciri-ciri studi kasus yang baik.
6. Untuk mengetahui keunikan studi kasus. 7. Untuk mengetahui tipe-tipe studi kasus dan implementasinya dalam penelitian. 8. Untuk mengetahui desain studi kasus.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defiisi Studi Kasus Studi kasus atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan jadikan suatu hal yang bersifat umum. Pada mulanya, studi kasus ini banyak digunakan dalam penelitian obat-obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian penggunaan studi kasus telah meluas sampai ke bidang-bidang lain. Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting. Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya. Hasil penelitian studi kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari 4
tujuannya, ruang lingkup dari studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus kehidupan dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap factor-faktor kasus tertentu, ataupun meliputi keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Studi kasus lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini berbeda dengan metode survai, di mana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang relative besar. Studi kasus banyak dikerjakan untuk meneliti desa. Kota besar, sekelompok manusia drop out, tahanan-tahanan, pemimpin-pemimpin, dan sebagainya. Jika studi kasus ditunjukkan untuk meneliti kelompok, maka perlu dipisahkan atau disosialisasikan kelompok-kelompok dalam onggokan yang homogen. Studi kasus mempunyai banyak kelemahan disamping adanya keunggulan-keunggulan. Studi kasus mempunyai kelemahan karena anggota sample yang terlalu kecil, sehingga sulit dibuat inferensi kepada populasi. Disamping itu, studi kasus sangat dipengaruhi oleh pandangan subjektf dalam pemilihan kasus karena adanya sifat khas yang dapat saja terlalu dibesar-besarkan. Kurangnya objektivitas, dapat disebabkan karena kasus cocok benar dengan konsep yang sebelumnya telah ada pada si peneliti, ataupun dalam penempatan serta pengikutsertaan data dalam konteks yang bermakna yang menjurus pada interpretasi subjektif. Studi kasus mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mengukur studi-studi yang besar di kemudian hari. Studi kasus mendukung studi-studi besar di kemudian hari. Studi kasus dapat memberikan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan. Dari segi edukatif, maka studi kasus dapat digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dalam perumusan masalah, penggunaan statistik dalam menganalisis data serta cara-cara perumusan generalisasi dalam kesimpulan. Marilah kita lihat sebuah contoh studi kasus tentang anak-anak yang tidak dapat menguasai teknik membaca karena berjenis-jens sebab. Penelitian yang memakan waktu dua tahun, secara mendetail telah mempelajari hal-hal berikut: 1. Menentukan sejarah dari sekolah dan rumah tangga sang anak. 2. Menentukan status sekarang dari anak. 3. Mengadakan diagnosis terhadap kesukaran-kesukaran membaca sang anak. 5
4. Menentukan sebab-musabab si anak mempunyai kekurangan-kekurangan dalam membaca. 5. Mengukur hasil dari pengajaran. Langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut; 1. Rumuskan tujuan penelitian. 2. Tentukan unit-unit studi, sifat-sifat mana yang akan diteliti dan hubungkan apa yang akan dikaji serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian. 3. Tentungan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia. 4. Kumpulkan data. 5. Organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisis untuk membuat interpretasi serta generalisasi. 6. Susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari khas penelitian. B. Metode Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi kasus maka data yang dikumpulkan berasal dari berbagai sumber dan hasil penelitian ini hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi kasus sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subjek yang sempit. Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan 6
gambaran luas serta mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002 ). Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Dengan kata lain, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti tersebut (Nawawi, 2003 ). Pengertian yang lain, studi kasus bisa berarti metode atau strategi dalam penelitian, bisa juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu.Dalam konteks tulisan ini, penulis lebih memfokuskan pada pengertian yang pertama yaitu sebagai metode penelitian. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar. Pada intinya studi ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya. (Salim, 2001). Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu). Biasanya pendekatan triangulasi juga digunakan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran objektif sesungguhnya. Metode ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula. C. Jenis-jenis Studi Kasus
7
1. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal. 2. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah. 3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya. 4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi. 5. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya. 6. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar. D. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus 1. Pemilihan kasus Dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujua (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek 8
orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia; 2. Pengumpulan data Terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak; 3. Analisis data Setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan. 4. Perbaikan (refinement) Meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada. 5. Penulisan laporan Laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik. E. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik 9
1. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional. 2. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan. 3. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda. 4. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas. 5. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca. F. Keunikan Studi Kasus Sebagai sebuah metode, studi kasus memiliki keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial. Secara umum studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Secara lebih rinci studi kasus mengisyaratkan keunggulan-keunggulan berikut: 1. Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antarkonsep serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman yang lebih luas 2. Studi kasus memberikan kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar perilaku manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti dapat menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya. 3. Studi kasus dapat menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berguna sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial. 10
Di samping tiga keunggulan di atas, studi kasus dapat memiliki keunggulan spesifik lainnya, seperti dilansir oleh Black dan Champion (1992), yakni: 1) bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan 2) keluwesan studi kasus menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki. 3) dapat dilaksanakan secara praktis di dalam banyak lingkungan sosial. 4) studi kasus menawarkan kesempatan menguji teori; dan 5) studi kasus bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan penyelidikan dan tipe teknik pengumpulan data yang digunakan. Akan tetapi, di samping keunggulan-keunggulan yang ditawarkan studi kasus ternyata juga mengandung sejumlah kelemahan yang harus disadari oleh peneliti. Kelemahan-kelemahan itu adalah, misalnya: 1) Pertama, studi kasus, setidaknya yang dilakukan selama ini, agak kurang memberikan dasar yang kuat untuk melakukan suatu generalisasi ilmiah. 2) Kedua, kedalaman studi yang dilakukan tanpa banyak disadari ternyata justru mengorbankan tingkat keluasan yang seharusnya dilakukan, sehingga sulit digeneralisasikan pada keadaan yang berlaku umum. 3) Ketiga, ada kecenderungan studi kasus kurang mampu mengendalikan bias subjektifitas peneliti. Kasus yang dipilih untuk diteliti, misalnya, cenderung lebih karena sifat dramatiknya, bukan karena sifat khas yang dimilikinya. Dengan demikian subjektifitas peneliti dikhawatirkan terlalu jauh mencampuri hasil penelitian. Meskipun kelemahan-kelemahan tersebut dicoba ditepis oleh Yin berikut memberikan alternatif yang harus ditempuh, tak pelak kesan "stereotip" demikian masih saja melekat atau dilekatkan oleh para peneliti sosial terhadap studi kasus. Tetapi terlepas dari kesan atas sejumlah kelemahan yang menyelimuti raut wajah studi kasus itu, Yin (1996) mencoba menyiasatinya dengan mengajukan tawaran "cerdas" dalam melakukan studi kasus. Dia menyebut tawarannya itu sebagai terobosan yang pada gilirannya membuat hasil studi kasus sebagai suatu yang patut diteladani. 11
Terobosan alternatif yang dimaksud adalah: Pertama, studi kasus harus signifikan. Artinya, kasus yang diangkat mengisyaratkan sebuah keunikan dan betul-betul khas serta menyangkut kepentingan publik atau masyarakat umum. Karena itu bukan karena sifat dramatiknya belaka. Kedua, studi kasus harus "lengkap". Kelengkapan ini dirincikan oleh tiga hal: (1) kasus yang diteliti memiliki batas-batas yang jelas (ada perbedaan yang tegas antara fenomena dengan konteksnya); (2) tersedianya bukti-bukti relevan yang meyakinkan; dan (3) mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan tertentu. Dengan kata lain, meski menghadapi berbagai keterbatasan, kasus yang diangkat haruslah diselesaikan dengan tuntas. Untuk masalah yang disebutkan terakhir ini peneliti harus membuat desain studi kasus sedemikian rupa dengan mengingat berbagai keterbatasan yang sangat boleh jadi akan muncul. Ketiga, studi kasus mempertimbangkan alternatif perspektif. Bahwa kemungkinan munculnya bukti-bukti dan/atau jawaban yang berbeda dari perspektif yang berbeda harus dapat diantisipasi dengan baik, misalnya dengan membuat desain yang dapat memberikan tempat bagi berbagai alternatif pandangan termasuk dari teori-teori yang berlainan. (4) Keempat, studi kasus harus menampilkan bukti yang memadai dan secara bijak mendukung atas kasus yang diteliti. (5) Kelima, laporan hasil studi kasus haruslah ditulis dengan cara yang menarik dan menggugah minat pembaca. Gaya penulisannya hendaklah jelas sehingga rasa ingin tahu orang lain untuk membacanya. Karena itu, penulisan laporan dalam studi kasus tidak selayaknya disajikan hanya dengan menggelar data-data yang melimpah saja dan kemudian membosankan bahkan menimbulkan kesan bahwa membacanya terlalu banyak menguras tenaga dan memerlukan waktu yang lama. Dengan demikian teknik penyajian dan penulisan yang menarik sungguh penting dalam laporan penelitian, khususnya dalam studi kasus. G. Tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian 12
Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi kasus ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies, studi kasus tunggal. Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Melakukan studi macam ini selain memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi sosial. Untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang diper-lukan, agaknya penting studi pendahuluan dalam studi kasus tipe pertama ini. Kedua, studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan di sini adalah kemampuan seorang peneliti menggunakan teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan teknik observasi seperti ini diharapkan dapat dijaring keteranganketerangan empiris yang detail dan aktual dari unit analisis atau unit pemikiran (thinking unit) penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unitunit sosial tertentu dalam masyarakat. Ketiga, studi kasus sejarah kehidupan (life history). Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang mengharu biru kehidupannya. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya, tentang kehadirannya memberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi kasus life history ini dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan melakukan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama. Keempat, studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas di mana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan 13
tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Kelima, studi kasus analisis situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu. Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu berseliweran tak karuan seperti akan ada kerusuhan, penjarahan massal dan sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina di berbagai kota besar ramairamai mengungsi ke kota lain yang dianggap aman bahkan tidak sedikit yang keluar negeri. Contoh lain, datangnya era reformasi di tengah badai krisis ekonomi dan politik saat ini justru disikapi oleh kalangan elite masyarakat dengan mendirikan partai politik. Fenomena demikian sesungguhnya menggambarkan sebuah situasi sosial macam apa? Hal ini menarik diteliti untuk menggambarkan sebuah situasi sosial yang telah dan tengah berlangsung. Keenam, studi kasus mikroemografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu. Sementara itu, Yin (1996), secara tegas mengkategorikan studi kasus ke dalam tiga tipologi, yakni: studi kasus ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin meletakkan ketiga tipologi ini berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawab dalam studi kasus, yakni pertanyaan "how" (bagaimana) dan "why" (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan "what" (apa/apakah). Dengan mengedepankan tiga tipologi tersebut, Yin sekaligus menolak anggapan (atau yang menurutnya kesalahpahaman umum) bahwa studi kasus hanya cocok diterapkan dalam penelitian yang bersifat eksploratoris, tidak dalam konteks penelitian yang bersifat eksplanatoris dan deskriptif. Sejalan dengan Yin, Sevilla dkk. (1993) misalnya, meletakkan studi kasus sebagai penelitian yang bersifat deskriptif. Untuk mendukung argumentasinya, Yin menyebut salah satu karya bermutu dan terkenal yang dihasilkan melalui studi kasus. Sebuah buku yang ditulis oleh William F. White (1943), Street Comer Society, dikedepankannya sebagai contoh sebuah karya klasik dalam sosiologi komunitas dari 14
studi kasus yang bersifat deskriptif. Juga, karya Graham Allison (1971), Essence of Decision Making: Eksplaining the Missile Crisis, sebagai contoh studi kasus eksplanatoris. H. Desain Studi Kasus Selanjutnya, bagaimana implementasi studi kasus dalam kegiatan penelitian ? Dengan kata lain, desain macam apakah yang harus dirancang dalam melakukan studi kasus? Dalam hubungan ini, desain yang hendak diketengahkan di sini mengacu pada model yang dikembangkan Robert Yin. Bagi Yin, sebelum membangun desain seorang peneliti perlu memperhatikan empat aspek kualitas, yakni validitas konstruk (menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti), validitas internal (credibility, menetapkan hubungan kausal, dan ini khusus untuk studi kasus eksplanatoris), validitas eksternal (transferability, menetapkan ranah di mana temuan suatu penelitian dapat divisua-lisasikan), dan reliabilitas (dependability, proses penelitian dapat diinterpretasikan, dengan hasil yang sarna). Berkaitan dengan itu, Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi kasus. Kelima komponen tersebut adalah: a. pertanyaan-pertanyaan penelitian; b. proposisi penelitian (jika diperlukan). Proposisi ini memberi isyarat kepada peneliti mengenai sesuatu yang harus diteliti dalam lingkup studinya c. unit-unit analisis penelitian. Hal ini menunjuk pada apa sesungguhnya yang dimaksud harus ditentukan terlebih dahulu secara jelas; d. logika yang mengaitkan data dengan proposisi; dan e. kriteria untuk menginterpretasikan temuan. Kedua komponen yang disebutkan terakhir (4 & 5) menunjuk pada tahap-tahap analisis data dalam penelitian studi kasus. Dalam studi kasus analisis data tampaknya jarang sekali didefinisikan secara tegas dan konkret. Dalam konteks ini, Yin menyarankan agar gagasan tentang "pola penjodohan" yang digunakan Donald Campbell dapat dijadikan acuan bagi kegiatan analisis data dalam penelitian studi kasus. Teknik "pola penjodohan" Campbell ini menggambarkan dua pola potensial yang menunjukkan bahwa data-data tersebut bersesuai satu sarna lain secara seimbang. Meminjam term pendekatan kuantitatif, "pola penjodohan” Campbell jika dipandang sebagai proposisi saingan menunjuk pada proposisi "ada pengaruh" dan proposisi "tak ada pengaruh". Selain itu, teknik 15
analisis lainnya yang dapat digunakan dalam penelitian studi kasus adalah pembuatan penjelasan dan analisis deret waktu. Untuk mendesain penelitian studi kasus terdapat sekurang-kurangnya tiga macam rasionalitas yang harus diperhatikan, yakni: a. Bahwa kasus-tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen tunggal (dalam penelitian kuantitatif). Dalam konteks ini sebuah rasional muncul ketika kasus itu tampak sebagai kasus renting dan relevan untuk menguji suatu teori yang diletakkan sebelumnya sebagai perspektif. b. Sebuah kasus merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh keunikan sehingga menarik dan bermakna untuk ditelusuri; c. Sebuah kasus yang dapat dikatakan sebagai kasus penyingkapan. Kasus semacam ini dapat ditemui seorang peneliti manakala ia berkesempatan memasuki suatu ranah sosial atau fenomena yang kurang diizinkan untuk diteliti secara alamiah. Sebuah contoh yang baik, dalam konteks ini, adalah basil studi Elliot Liebow (1967) dipublikasikan dengan judul Tally's Corner, yang menyingkap dengan menarik tentang kehidupan orang-orang kulit hitam yang menganggur di sebuah lingkungan sosial di Washington, D.C
16
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Studi kasus atau penelitian kasus (case study), adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). Secara ringkasnya yang membedakan metode studi kasus dengan metode penelitian kualitatif lainnya adalah kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu). 1. Jenis-jenis Studi Kasus: a. b. c. d. e. f.
Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi Studi kasus observasi Studi kasus sejarah hidup Studi kasus kemasyarakatan Studi kasus analisis situasi Mikroethnografi
2. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus: a.
Pemilihan kasus
b. Pengumpulan data c.
Analisis data
d. Perbaikan (refinement) e.
Penulisan laporan
3. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik: a.
Menyangkut sesuatu yang luar biasa
b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas c.
Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.
d.
Studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja
e.
Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.
17
Secara umum studi kasus memberikan akses atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipetipe studi kasus ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies, studi kasus tunggal. Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi kasus. Kelima komponen tersebut adalah: a. pertanyaan-pertanyaan penelitian; b. proposisi penelitian (jika diperlukan) c. unit-unit analisis penelitian d. logika yang mengaitkan data dengan proposisi; dan e. kriteria untuk menginterpretasikan temuan. B. Saran
1. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, semoga tidak puas dengan makalah ini dan tertarik meyusun kembali makalah ini lebih dalam lagi. 2. Semoga dapat mengetahui metode penelitian studi kasus. 3. Semoga dapat memberikan manfaat terhadap penyusunan makalah ini, khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 1998. ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta. Bogdan , Robert C. Dan Biklen Kopp Sari, 1982, Qualitative Research for Education : An Introdection to Theory and Methodes .Allyn and Bacon, Inc : Boston London Nazir, Moh, 2003. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia. Moleong, Lexy, 2002. ”Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Yin, Robert K.2011.Study Kasus : Desain dan Metode. Rajagrafindo Persada. Jakarta http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/08/metode penelitian-studi-kasus/
19