MAKALAH
LESSON STUDY Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Kuliah Micro Teaching
Dosen: Drs. Harudin Syam, M.Pd.
Disusun Oleh: Eka Lusiandani Koncara 0101.07.01.851
Semester 5 Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. MUTTAQIEN - PURWAKARTA 2007/2008
KATA PENGANTAR Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogi, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.upaya untuk menguasai keempat kompetensi tersebut dengan melalui pendidikan formal hanya merupakan syarat perlu bagi setiap guru. Akan tetapi, upaya peningkatan kemampuan secara terus-menerus (continous improvement) merupakan syarat cukup yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Salah satu alternatif upaya yang bisa dilakukan guru untuk hal tersebut adalah melalui Lesson Study. Para guru harus mau berubah untuk mengadakan pembaruan dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar agar dapat memenuhi tuntutan kurikulum seperti yang telah diuraikan di atas. Guru harus dapat menerapkan inovasi-inovasi baru dalam pendidikan khususnya dalam inovasi pembelajaran di sekolah. Pengembangan inovasi pembelajaran sangat menuntut kreativitas guru. Penyusun telah mencoba melakukan kegiatan lesson study sebagai bentuk kerja sama/kemitraan dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran dalam praktek peer teaching pada Mata Kuliah Micro Teaching, di mana lesson study yang semula hanya diperuntukkan bagi mata pelajaran matematika dan IPA saja, penyusun adaptasi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Penyusun juga telah melakukan beberapa kegiatan observasi di beberapa lingkungan sekolah di Kota Purwakarta, dan banyak hal yang dapat disimpulkan dari kegiatan tersebut. Untuk itu, dengan makalah ini penyusun berusaha untuk membahas tentang lesson study menurut pandangan penyusun serta bagaimana implementasinya apabila diterapkan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah penyusun. Semoga bermanfaat… Purwakarta, Februari 2008 Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR ISI .....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
1
BAB II LESSON STUDY ...............................................................................
3
A. Apa Itu Lesson Study ........................................................................
3
B. Mengapa Harus Lesson Study?........................................................
5
C. Bagaimana Pelaksanaan Lesson Study? .........................................
7
BAB III BILA LESSON STUDY DITERAPKAN DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN KITA ....................................
9
BAB IV GURU IDEAL ...................................................................................
12
A. Kriteria Guru Ideal Di Lingkungan Kelas .....................................
12
B. Cara Dan Saran Untuk Menjadi Guru Ideal .................................
14
BAB V LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................
16
A. Hasil Observasi di SMP Negeri 1 Purwakarta ..............................
16
B. Hasil Observasi di SMP Negeri 3 Purwakarta ..............................
17
C. Hasil Observasi di SMP Negeri 8 Purwakarta ..............................
18
ii
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah pelaku kongkrit sejarah dalam kehidupan, tidak sedikit orang yang tidak menyadari tentang hakekat dirinya, dan untuk menyadari hakekat diri manusia tidak memperolehnya secara serta merta. Manusia muncul dari historisitas dan konsekuensi logisnya, manusia hidup dalam proses. disini manusia membutuhkan apa yang namanya pendidikan (Paulo Freire).1 berbicara tEntang pendidikan, banyak pendapat ilmuwan yang memaparkan tentang perihal pendidikan, namun semuanya berujung pada “proses pendewasaan (usaha sadar)”, kami mengutip sebuah pendapat dari seorang yang memiliki paham behaviorisme John Dewey (1985) bahwa Pendidikan merupakan proses yang tanpa akhir (Education is the process without end).2 Diskursus pendidikan bermunculan seiring dengan perkembangan zaman (IPTEK), yang menjadikan suatu sinyalemen bagi instrument yang bertanggung jawab atas pendidikan untuk bersama-sama melakukan suatu controlling dalam proses pendidikan, menurut Undang-undang Nomor 2 tahun 1989, Instrumen yang bertanggung atas terselenggaranya pendidikan adalah keluarga, masyarakat, dan pemerintah.3 Menurut Tilaar (2001) Pendidikan dewasa ini dihadapkan pada 7 krisis pokok: (1) menurunnya akhlaq dan moral peserta didik, (2) Pemerataan kesempatan belajar, (3) masih rendahnya efesiensi internal sistem pendidikan, (4) Status kelembagaan, (5) Manajemen Pendidikan yang tidak sejalan dengan perkembangan, (6) SDM yang belum professional.4 Problematika ini cukup krusial dan kerap kali menimpa pada instrument yang terkait dalam pendidikan, konklusi yang menjadi resolusi diskursus ini adalah “kita sama-sama sadar” akan Peran & Fungsi nya, kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak, karena jika dideskripsikan problem ini layaknya sebuah siklus atau lingkaran setan yang tak berujung. Berbagai metode dan strategi dan model pembelajaran, kurikulum pembelajaran mulai bermunculan dan mulai berganti-ganti disesuaikan dengan pekembangan zaman khususnya kondisi siswa, salah satu insiatif yang muncul dari 1
Lihat Utomo Dananjaya ,Sekolah Gratis ; hlm.55 Lihat DR.H. Syaiful Sagala, M.Pd, Administrasi Pendidikan Kontemporer ; hlm.4 3 Lihat Dr. Redja Mudyahardjo, Filsafat ilmu Pendidikan,hlm. 56 4 Lihat Kunandar, S.Pd, M.Si, Guru Profesional, hlm.14 2
LESSON STUDY
1
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
Jepang adalah Lesson Study
yang merupakan salah satu resolusi pendidikan di
Inodesia, meskipun konsep ini muncul dari Jepang, apa salahnya bila statement ini kita coba dalam rangka “Trial And Error” selama itu merupakan hal yang positif dan menjadikan pendidikan kita lebih baik.
LESSON STUDY
2
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
BAB II LESSON STUDY A. Apa Itu Lesson Study? Lesson study adalah metode yang berorientasi pada praktek untuk meningkatkan keterampilan mengajar oleh guru-guru itu sendiri. Kelebihan dari metode ini adalah, peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat di lain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta mendukung di antara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses belajar-mengajar. Bermacam-macam istilah yang digunakan untuk metode sejenis ini di berbagai sumber pustaka, misalnya: ”action research”, “coaching”, dan “clinical supervision”. Dalam program ini, lesson study akan digunakan sebagai istilah umum untuk kegiatan yang berusaha untuk mengembangkan profesi guru.5 Lesson study dilakukan dengan dua prinsip pelaksanaan, yaitu mutual learning dan cholegality. Karena itu, penerapan lesson study dapat meningkatkan kompetensi guru, terutama yang terkait dengan pengetahuan, pengetahuan materi pokok, pengetahuan pengajaran, pengetahuan riset, kapasitas mengamati siswa, menghubungkan praktek sehari-hari dengan tujuan jangka panjang, motivasi, hubungan dengan kolega dan saling bantu, komitmen, dan akuntabilitas. Makoto Yoshida, seorang pakar lesson study di Jepang, memberikan garis besar pelaksanaan lesson study sebagaimana dipraktekkan di Jepang. Ciri-ciri utama Lesson Study antara lain memberi kesempatan nyata kepada para guru menyaksikan pembelajaran (teaching) dan belajar (learning) di ruang kelas. Lesson study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan, pelaksanaan, observasi/ pengamatan, dan refleksi pada praktek pembelajaran di kelas. Dengan menyaksikan praktek pembelajaran yang sebenarnya di ruang kelas, guru-guru dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif,
5
www.sisttems.org LESSON STUDY
3
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
yang pada gilirannya dapat membantu siswa memahami apa yang sedang mereka pelajari. 6 Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar siswa selalu menjadi jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktek pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika penyusun mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpulkan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas. Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral sebagai peneliti praktek kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang pembelajaran (teaching) dan belajar (learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya. Dekan FPMIPA UPI memaparkan bahwa: 1. Lesson Study adalah metodologi pengembangan professional guru melalui pembelajaran bersama berbasis kolegalitas. 2. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari kepala sekolah untuk melaksanakan lesson study.
6
Yoshida, M. (1999). Lesson Study: A Case Study of a Japanese Approach to Improving Instruction Through SchoolBased Teacher Development LESSON STUDY
4
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
3. Lesson study bukanlah kesempatan bagi pengamat untuk mengkritisi guru yang mengajar, melainkan kesempatan bagi pengamat untuk belajar mengenai pembelajaran siswa dari pengamatan pembelajaran tersebut. 4. Semua guru harus mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dengan berpartisipasi di dalam lesson study. Untuk meningkatkan pembelajaran siswa dan menangani siswa dengan baik. 5. Semua guru harus melakukan lesson study setidaknya sekali dalam satu tahun. B. Mengapa Harus Lesson Study? Dari sekian banyak permasalahan atau persoalan pendidikan adalah bagaimana menciptakan pendidikan yang berstandar pada mutu. Berbagai program peningkatan pendidikan telah digulirkan pemerintah melalui direktorat pendidikan menengah seperti program BBE Life Skill, Sekolah Berstandar Nasional, Sekolah Berstandar Internasional, dan masih banyak lagi program pengembangan lainnya. Menurut Indra Jadi Sidi (2000), sesuai data UNDP Indonesia menempati peringkat 109 dari 174 negara dunia, dan menempati peringkat 46 yang paling bawah di Asia Tenggara, Singapura menempati peringkat 2, Malaysia peringkat 27, Philipina peringkat 32 dan Thailand peringkat 34.7 Para guru harus mau berubah untuk mengadakan pembaruan dalam pelaksanan kegiatan belajar mengajar agar dapat memenuhi tuntutan kurikulum seperti yang telah diuraikan di atas. Guru harus dapat menerapkan inovasi-inovasi baru dalam pendidikan, khususnya dalam inovasi pembelajaran di sekolah. Pengembangan inovasi pembelajaran sangat menuntut kreativitas guru. Kegiatan pengembangan inovasi pembelajaran hendaknya melibatkan organisasi profesi guru seperti MGMP agar hasilnya sesuai dengan misi pendidikan. Bentuk inovasi pembelajaran yang telah dikembangkan guru, selanjutnya disosialisasikan kepada guru-guru lain agar mereka dapat menirunya dan sekaligus dapat menilai efektivitasnya
7
terhadap
peningkatan
kualitas
pembelajaran.
Pelaksanaan
Artikel pendidikan Indonesia di edu-articles.com Nopember 2007 LESSON STUDY
5
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
sosialisasi yang sekaligus dapat menilai efektivitas tersebut dapat dilakukan melalui lesson study. Lesson study merupakan salah satu solusi guna memenuhi tuntutan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia, karena dengan metode ini, kualitas guru akan dapat ditingkatkan secara mandiri dan efisien. Namun, keefektifan lesson study ini tidak akan tercapai tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Karena inti dari lesson study adalah adanya hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan. Lesson Study mempunyai fungsi dan manfaat antara lain : 1. Sebagai perbaikan kualitas keprofesian guru ketika bekerja. Para guru dapat mengambil pelajaran dan saling bertukar konsep mengajar hingga pada tahapan selanjutnya guru semakin mapan dan professional dalam bidangnya. 2. Sebagai alat ukur meningkatnya pembelajaran. Seorang kepala sekolah dapat memberlakukan Lesson Study untuk mengukur kemajuan atau peningkatan pembelajaran yang tengah berlangsung di sekolahnya. Kepala sekolah dapat juga memberlakukan Lesson Study ini untuk mengukur kualitas keprofesionalan seorang guru dalam pembelajarannya untuk bahan sertifikasi guru ke jenjang yang lebih tinggi. 3. Sebagai pengembangan pembelajaran. Dengan adanya Lesson Study, guru dan rekan-rekan sejawatnya dapat saling memberikan masukkan dengan temuan-temuan baru yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sebagai uji coba dalam Lesson Study. Hingga dengan ini metode pembelajaran tidak berjalan monoton namun berkembang sesuai dengan kondisi peserta belajar dan dapat menghadirkan peserta belajar yang kondusif.
C. Bagaimana Pelaksanaan Lesson Study? Lesson Study biasanya terdiri dari tahapan-tahapan berikut: 1. Tahap Perencanaan LESSON STUDY
6
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
Guru mempersiapkan rencana pembelajaran (tahap perencanaan). Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah yang ada pada proses pembelajaran dan menentukan alternatif solusi pemecahannya. Fokus permasalahan berkaitan dengan karakteristik pokok bahasan, jadwal pelajaran, karakteristik siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga, serta evaluasi proses dan hasil belajar. Solusi yang telah dipilih selanjutnya diaplikasikan ke dalam suatu perangkat pembelajaran yang terdiri dari: a. Skenario pembelajaran, b. Rencana pelajaran, c. Petunjuk mengajar guru, d. Lembar kerja siswa, e. Media atau alat peraga pembelajaran, f. Lembar penilaian proses dan hasil pembelajaran. 2. Tahap Implementasi dan Observasi Salah seorang guru mempraktekkan rencana pembelajaran di kelas yang sesungguhnya, sedangkan para guru pendamping yang lain mengamati pembelajaran tersebut (tahap pembelajaran terbuka). Pada tahap ini seorang guru mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun guru itu sendiri dan atau oleh tim pengajar mata pelajaran sejenis. Ketika implementasi berlangsung, para guru lain, kepala sekolah, dan pakar pembelajaran meneliti proses pembelajaran melalui observasi. Selain diobservasi, aktivitas pembelajaran juga direkam melalui perekam video, gunanya agar guru pelaksana pembelajaran bersama-sama kepala sekolah dan guru lain dapat menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Bervariasinya latar belakang observer yang diikutsertakan dalam lesson study merupakan kelebihan tersendiri karena fokus perhatian serta pemahaman tentang proses yang terjadi bagi masing-masing observer juga akan sangat beragam. Dan dengan demikian, tentu akan memperkaya pengetahuan masing-masing pihak, terutama dalam langkah refleksi. 3. Tahap Refleksi LESSON STUDY
7
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
Setelah
pembelajaran,
guru
pengajar
dan
para
guru
pengamat
mendiskusikan hasil pembelajaran, menyampaikan umpan balik pada guru pengajar (tahap refleksi). Pada tahap ini guru yang telah melakukan pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap para siswa yang dihadapinya. Selanjutnya para observer (guru lain dan pakar) menyampaikan komentar, saran dan pertanyaan me nyangkut semua aspek kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Pada tahap ini kepala sekolah dan pakar pembelajaran memberikan penghargaan (reward) dan masukan-masukan kepada guru. Hal yang penting pada tahap ini adalah guru pelaksana pembelajaran mendapatkan masukan-masukan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Sedangkan guru yang menjadi observer dapat mencobakan model pembelajaran yang telah dicontohkan oleh guru pelaksana pembelajaran. Sungguh suatu hubungan mutualisme telah terjalin pada tahap ini.
LESSON STUDY
8
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
BAB III BILA LESSON STUDY DITERAPKAN DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN KITA Penerapan lesson study sebagai salah satu metode peningkatan mutu guru di sekolah-sekolah di lingkungan Kabupaten Purwakarta, khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, tentunya akan memunculkan berbagai pendapat dari lingkungan guru itu sendiri. Di sini akan dipaparkan beberapa pendapat tentang bagaimana bila lesson study diterapkan dalam mata pelajaran PAI, dari mahasiswa Semester 5 PAI STAI DR. KHEZ. Muttaqien–Purwakarta, yang beberapa di antaranya telah mengajar, yang telah mencoba mempraktekkan lesson study dalam bentuk simulasi. Masih banyak salah kaprah tentang pengertian lesson study, sehingga kurangnya kemampuan guru sering dijadikan alasan kendala untuk terlaksananya lesson study. Padahal, seperti telah dibahas di atas bahwa lesson study merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas mengajar seorang guru. Dengan lesson study, guru dapat menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan bekerjasama dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu diberikan beberapa penjelasan tentang apa sebetulnya lesson study kepada setiap guru, seperti yang selalu berusaha dilakukan oleh kepala sekolah penyusun. Akan sangat bermanfaat apabila lesson study dapat terlaksana di sekolah tempat saya bertugas, karena lingkungan sekolah penyusun yang berada di lingkungan pedesaan, di mana terdapat minim sekali bahan yang dapat dijadikan sebagai media dalam penerapan berbagai strategi pembelajaran terhadap siswa. Kualitas motivasi belajar siswa daerah yang rawan juga menjadi tantangan bagi guru, di mana siswa akan dengan mudah meninggalkan suatu pelajaran, bahkan berhenti sekolah, apabila menemukan situasi yang tidak disukainya dalam suatu proses pembelajaran yang harus dia lewati. Di sinilah mengapa saya berpendapat bahwa lesson study sangat perlu untuk diterapkan di sekolah penyusun, agar guru sebagai ujung tombak
LESSON STUDY
9
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
pelaksanaan pendidikan di sekolah dapat berinovasi bersama hingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada siswa, walau di pedesaan sekalipun. Setelah mengikuti perkuliahan Micro Teaching tentang Lesson Study (LS) yang membahas tentang model pembinaan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran dengan cara sebagai berikut: 1. Berkolaboratif dan berkesinambungan 2. Berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas, serta 3. Mutual Learning untuk membangun Learning Community Sedikitnya penyusun bisa menarik kesimpulan bahwa Lesson Study (LS) sangat baik jika diterapkan di sekolah tempat saya mengajar. Karena selama ini masih banyak sekali permasalahan-permasalahan yang penyusun temui ketika PBM berlangsung, contohnya: 1. Masih banyak siswa yang acuh ketika PBM berlangsung 2. Pencapaian target materi ysng kurang maksimal (pencapaian indikator) 3. Masih ada guru yang kaku dalam pemilihan methode 4. Tekhnik pengkondisian siswa yang masih minim Dengan melihat permasalahan-permasalahan di atas sangatlah cocok apabila Lesson Study diterapkan di sekolah penyusun, dengan begitu penyusun bisa saling mengomentari KBM yang masih perlu diperbaiki dengan tujuan mencapai mutual learning. Lesson study dapat meningkatkan kompetensi guru sebagai berikut: 1. Pengetahuan materi pokok 2. Pengetahuan pengajaran dan metode 3. Pengetahuan riset 4. Kapasitas mengamati siswa 5. Menghubungkan praktek sehari-hari dengan tujuan jangka panjang. Lesson Study merupakan salah satu model pembinaan keprofesionalan guru yang ada dalam kegiatan supervisi. Supervisi ini dilaksanakan oleh kepala sekolah pemipin sekolah dalam program kerjanya, karena kepala sekolah
LESSON STUDY
10
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
mempunyai peranan sebagai manajer (pengarah, penggerak sumber daya) dalam proses pembelajaran di kelas. Lesson Study sangat bermanfaat bila diterapkan di sekolah karena kegiatan pembinaan dan pengembangan ini efektif dan efisien dibandingkan dengan model pembinaan job training atau penataan yang membutuhkan dana yang tidak sedikit. Program supervisi ini dilaksanakan kepala sekolah ataupun guru senior yang ditunjuk kepala sekolah untuk membentuk kelompok kerja “Lesson Study”. Di sekolah penyusun telah dilaksanakan penjelasan program “Lesson Study”, guruguru memahami cara kerja dan manfaat “Lesson Study” dalam meningkatkan kompetensi mengajar di kelas namun dalam pelaksanaannya belum terlaksana karena adanya kendala/hambatan antara lain: 1. Kepala sekolah belum menyediakan waktu untuk program ini walaupun sudah ada jadwalnya karena banyaknya tugas. 2. Guru yang ditugaskan belum memahami pentingnya kegiatan ini karena sudah percaya bahwa guru-guru sudah mampu mengajar di kelas. 3. Tidak ada keinginan guru-guru untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya karena terfokus pada sudah sampaikah materi kepada siswa? 4. Tidak ada hubungan yang erat diantara guru-guru dan tidak ada evaluasi dari pemimpin. Dengan diadakannya Lesson Study kita sebagai guru akan mengetahui kekurangan-kekurangan kita selama proses KBM sehingga dengan mengetahui kekurangan itu, kita bisa memperbaikinya apa saja yang menjadi kekurangan kita, supaya menjadi guru yang profesional Untuk dapat terlaksananya Lesson Study harus ada kerja sama antar semua pihak yang terkait diantaranya pihak sekolah. Dengan kendalanya banyak guru yang tidak mau melakukan Lesson Study karena merasa sudah paham dalam melaksanakan KBM.
LESSON STUDY
11
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
BAB IV GURU IDEAL Banyak pertanyaan, muncul berkaitan dengan “guru ideal”. Dan banyak pendapat yang telah menyebutkan seperti apa sebetulnya guru ideal itu. Tetapi, apakah kita sudah memiliki cukup tenaga guru yang ideal dan mampu menopang jalannya pendidikan di negara ini? Menurut data Human Devlopment Indek (HDI), guru yang memiliki standar kualifikasi mengajar adalah berkisar 60% untuk SD, 40% SLTP, 34% SLTA, dan 17,2% atau 69,477 guru mengajar tidak sesuai dengan bidang studi atau latar belakang pendidikannya ”. Dalam Jurnal Profesor Sujipto, Rektor UNJ menyebutkan bahwa ”Saat ini baru 50 % dari guru Indonesia yang memiliki standarisasi dan kompetensi”. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang diharapkan, sehingga sangat wajar mutu pendidikan kita tidak begitu bagus. Dari data HDI juga terungkap bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini menduduki peringkat 105, dimana untuk wilayah Asia Tenggara Singapura menduduki peringkat 25, Brunai peringkat 26, Malaysia peringkat 57, Thailand peingkat 57, dan Philipina menempati peringkat 77. (Falah Yunus, 2007).8 A. Kriteria Guru Ideal Di Lingkungan Kelas UU No.14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan ” Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. 9 Sedangkan pada pasal 7 ayat 1 disebutkan” Profesi guru ...... merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen 8 9
Artikel pendidikan Indonesia di edu-articles.com Nopember 2007 UU No.14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen LESSON STUDY
12
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (d). memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.10 Dengan demikian, kriteria guru ideal yang diamanatkan oleh undangundang tersebut adalah: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme. 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. 3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Lain lagi dengan tanggapan para siswa tentang bagaimana guru yang ideal dalam perspektif mereka. Kriteria guru ideal dalam perspektif siswa, di antaranya: 1. Dapat berperan sebagai orang tua yang senantiasa memperhatikan anak didiknya, dan menghormati mereka dengan panggilan yang enak, serta hafal nama panggilan setiap anak didiknya. 2. Dapat berperan sebagai teman belajar yang senantiasa menempatkan diri pada posisi “peserta belajar” dengan tidak bersikap menggurui, sehingga anak didik akan dapat termotivasi untuk bersaing dalam menyelesaikan setiap masalahnya dalam proses pembelajaran. 3. Dapat berperan sebagai teman bergaul yang memposisikan diri sebagai sahabat “sebaya” yang sikap dan gaya bahasanya akrab dengan lingkungan seusia anak didik, serta dapat memberikan suasana santai yang penuh inovasi dalam lingkungan pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan Asas Utama Quantum Teaching “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.”11
10 11
UU No.14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen Quantum Teaching, Bobi DePorter dkk, 2000 LESSON STUDY
13
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
Dalam sudut pandang penyusun, selain berbagai pendapat di atas, terdapat beberapa kriteria lainnya yang harus dimiliki seorang guru dalam kegiatan belajar di kelas, antara lain: 1. Dalam segi penampilan, guru harus berpakaian rapi, sopan, dan enak dipandang, serta tidak tampil berlebihan. Guru juga harus dapat menampilkan sikap dan menggunakan gaya bahasa yang sesuai dengan lingkungan kelas tempat ia melakukan proses pembelajaran. 2. Dalam segi administrasi, guru harus menguasai berbagai administrasi kependidikan yang digunakannya dalam proses belajar. Guru harus menguasai kurikulum serta memiliki perencanaan dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Guru juga harus selalu membekali diri dengan perangkat administrasi yang digunakan sebagai indikator perkembangan siswa di kelas, seperti daftar hadir dan daftar nilai, pada setiap pertemuannya. 3. Dalam segi organisasi, guru harus mampu memposisikan diri sebagai leader yang membawa anak didiknya ke dalam dunia pembelajaran. Guru juga harus mampu berperan sebagai motivator dan fasilitator bagi anak didiknya. 4. Dalam hal teknik pengajaran, guru harus menjadi gudang inovasi dalam menciptakan metode dan model-model pembelajaran yang unik, menarik, dan sesuai dengan perkembangan jaman serta kondisi lingkungan pengajarannya. B. Cara Dan Saran Untuk Menjadi Guru Ideal Berperan sebagai guru mengandung tantangan, karena di satu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman; di lain pihak guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan. Mengadakan koreksi, menegur dan menilai. Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru harus sudah memiliki kemampuan dan kerelaan untuk memaklumi alam pikiran dan perasaan siswa; dia harus bersedia untuk menerima siswa seadanya. Tetapi, sekaligus, guru bersikap mendekati siswa secara kritis, karena siswa tidak dapat dibiarkan dalam keadaannya yang sekarang. Ada kemampuan-kemampuan yang belum dimiliki LESSON STUDY
14
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
siswa dan mereka harus dibantu untuk memperolehnya, bahkan ada kekurangan dalam bersikap dan cara bertindak siswa yang harus diperbaiki. Kepribadian guru seolah-olah terbelah menjadi dua bagian: di satu pihak bersikap empatik, di lain pihak bersikap kritis; di satu pihak menerima, di lain pihak menolak. Menjadi seorang guru memang bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Sebab, ia berhadapan dengan obyek hidup, yakni para siswa (generasi). Bila terjadi kesalahan dalam mendidik, maka akan mengakibatkan terlahirnya generasi yang salah didik. Hal itu tentu tidak dapat diganti walau dengan uang dalam jumlah besar. Berbeda dengan pekerjaan lainnya yang berhadapan dengan obyek mati. Mekanik mobil contohnya, bila terjadi kesalahan dalam pekerjaannya, maka yang rusak adalah mobil itu, yang sudah barang tentu dapat diganti dengan sejumlah uang. Untuk itu, sebelum memberanikan diri berprofesi sebagai guru, seseorang harus benar-benar dapat memahami dan menghayati kualifikasi guru ideal yang pada gilirannya harus dapat dipenuhi dengan baik agar tugas, fungsi, dan tujuan dia sebagai seorang pengajar dan pendidik dapat terpenuhi secara efektif. Untuk mejadi seorang guru yang ideal di lingkungan kelas, guru perlu terus meningkatkan kualitas dirinya secara berkesinambungan dan up to date. Berbagai inovasi dan pembaharuan harus mampu diciptakan agar keberadaan guru dapat menjadi sangat berarti bagi motivasi dan prestasi belajar siswa di kelas.
LESSON STUDY
15
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
BAB V LAMPIRAN-LAMPIRAN Untuk berlatih berperan sebagai observer pada kegiatan lesson study, sekaligus guna memperkaya wawasan penyusun mengenai kegiatan pembelajaran di beberapa sekolah di Kota Purwakarta, penyusun telah melakukan observasi di SMP Negeri 1 Purwakarta, SMP Negeri 3 Purwakarta, dan SMP Negeri 8 Purwakarta beberapa waktu lalu. A. Hasil Observasi di SMP Negeri 1 Purwakarta Hari, Tanggal
: Sabtu, 19 Januari 2008
Tempat
: SMP Negeri 1 Purwakarta
Kelas/Semester
: VII B / 2
Waktu
: Pk. 1230 – 1350
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Guru
: Syaripudin, S.Ag.
Jumlah Siswa
: 40 orang
Materi Pokok
: Iman Kepada Malaikat Allah (Aqidah)
Metode Pembelajaran : Ceramah dan Tanya Jawab Temuan-Temuan
:
1. 1251 Guru masuk kelas, appersepsi, dan memeriksa kehadiran. 2. 1253 Siswa mulai belajar saat guru meminta siswa membuka buku pelajaran dan membacanya. Selama kegiatan pembelajaran, siswa aktif memperhatikan, membaca, mencatat, dan mengucap ulang beberapa bagian penting. 3. 1310 Siswa makin senang dan tertarik saat guru sedikit bernyanyi dan bercerita dalam ceramahnya. 4. 1316 Siswa mengantuk dan jenuh karena pasif. 5. 1325 Siswa kembali aktif saat tanya jawab seputar materi. 6. 1340 Siswa aktif saat tanya jawab lisan dalam kegiatan evaluasi. 7. 1350 Siswa berhenti belajar. B. Hasil Observasi di SMP Negeri 3 Purwakarta Hari, Tanggal
: Rabu, 23 Januari 2008 LESSON STUDY
16
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
Tempat
: SMP Negeri 3 Purwakarta
Kelas/Semester
: VII C / 2
Waktu
: Pk. 1255 – 1335
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam
Guru
: Irwanda
Jumlah Siswa
: 45 orang
Materi Pokok
: Hukum Nun Mati (Al-Qur’an)
Metode Pembelajaran : Ceramah dan Tanya Jawab Temuan-Temuan
:
1. 1256 Siswa mulai belajar saat guru melakukan tanya jawab pembuka. 2. 1300 Beberapa siswa mengobrol, dan guru kurang tanggap terhadap keadaan tersebut. 3. 1305 Sebagian siswa jenuh, melamun, dan menguap. Sepertinya mereka kurang termotivasi dalam pembelajaran ini. 4. 1315 Dua orang siswa bercanda saling pukul, guru mendiamkan. Mungkin guru sengaja menunggu hingga kedua siswa tersebut malu oleh teman-teman lainnya. 5. 1325 Semua siswa bekerja saat guru memberi tugas mandiri. 6. 1330 Ada lagi dua siswa lain yang bercanda saling pukul. 7. 1335 Pelajaran selesai.
LESSON STUDY
17
Semester 5 Pendidikan Agama Islam STAI DR. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta
C. Hasil Observasi di SMP Negeri 8 Purwakarta Hari, Tanggal
: Sabtu, 26 Januari 2008
Tempat
: SMP Negeri 8 Purwakarta
Kelas/Semester
: VII B / 2
Waktu
: Pk. 1300 – 1400
Mata Pelajaran
: Bahasa Inggris
Guru
: Wiwit Kurniasih, S.Sos.
Jumlah Siswa
: 41 orang
Materi Pokok
: Nouns (Writting)
Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi, dan Discovery Temuan-Temuan
:
1. 1306 Siswa mulai belajar saat guru melakukan tanya jawab pembuka. 2. 1308 Empat orang siswa mulai mengobrol. 3. 1315 Seorang anak perempuan beres-beres rambut dan berdandan, sehingga tidak mengikuti kegiatan belajar secara maksimal. 4. 1325 Seorang anak laki-laki asyik memainkan tasnya di bawah meja tanpa memperhatikan kegiatan belajar yang tengah diikutinya. 5. 1330 Siswa aktif mengerjakan tugas latihan. 6. 1335 Seorang anak perempuan ijin ke kamar kecil. 7. 1345 Siswa masih aktif melakukan tugas mandirinya. 8. 1355 Seorang siswa yang mungkin karena telah selesai mengerjakan tugasnya, asyik mendengarkan musik lewat earphone telepon genggamnya. 9. 1400 Pelajaran selesai, guru menutup sesinya.
LESSON STUDY
18