Makalah Sistem Pengendalian Manajemen.docx

  • Uploaded by: Ida Feriyana
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Sistem Pengendalian Manajemen.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,023
  • Pages: 21
MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN “PENENTUAN HARGA TRANSFER”

DISUSUN OLEH: 1. SEPTY MAY YOULINDA (16121035) 2. SURYA PINANGGIS (16121037) AKUNTANSI / 6B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PGRI MADIUN MARET/2019

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Sistem Pengendalian Manajemen. Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai materi tentang Penentuan Harga Transfer. Adapun tujuan kami membuat makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari Dosen pembimbing kami dalam mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen. Di sisi lain, kami membuat makalah ini untuk mengetahui materi tersebut. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami untuk ke depannya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Madiun, April 2019 Hormat Saya,

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam suatu perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusat-pusat laba, transfer barang atau jasa antar pusat laba tersebut menimbulkan masalah penentuan harga transfer, karena masing-masing pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba, sehingga setiap transfer barang atau jasa antar pusat laba akan berdampak terhadap laba masing - masing pihak yang terkait. Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaanperusahaan kecil biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya oleh bagian pemasaran.Sedangkan pada perusahaan-perusahaan besar penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi dan lini produk.Bahkan disni manajemen punjak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga serta serta pemberian persetujuan atas ususlan harga dari manajemen dibawahnya. Di dalam makalah ini akan membahas mengenai berbagai pendekatan dalam penentuan harga transfer. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.

Tujuan Penentuan Harga Transfer; Metode Penentuan Harga Transfer; Penentuan Harga Jasa Korporat; Administrasi Harga Transfer.

C. Tujuan Penulisan Tujuan dalam pembahasan makalah ini adalah untuk membahas rumusan masalah yang sesuai diajukan diatas, diantaranya : 1. 2. 3. 4.

Menjelaskan Tujuan Penentuan Harga Transfer; Menjelaskan Metode Penentuan Harga Transfer; Menjelaskan Penentuan Harga Jasa Korporat; Menjelaskan Administrasi Harga Transfer.

BAB II PEMBAHASAN A. Tujuan Penentuan Harga Transfer

Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban. Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Tujuan Penentuan Harga Transfer: Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan sebagai berikut: 

Memberikan informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan timbale balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.



Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita maksudnya sistem harus dirancang sedemikian rupa sehingga keputusan yang meningkatkan laba unit usaha juga akan meningkatkan laba perusahaan.



Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.



Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.

Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat penting.

B. Penentuan Harga Transfer Harga transfer pada nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi dimana setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah

pusat laba. Harga semacam itu biasanya melibatkan suatu elemen laba karena suatu perusahaan yang independen tidak akan mentransfer barang dan jasa keperusahaan independen lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu. Oleh karena itu, unsure mekanik untuk mengalokasikan biaya dalam sistem akuntansi biaya akan dikeluarkan, karena biaya-biaya semacam ini tidak memasukkan elemen laba. Istilah harga yang digunakan memiliki arti yang sama dengan yang digunakan berkaitan dengan transaksi antar perusahaan independen. -

Prinsip Dasar: Prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer serupa dengan harga yang

akan digunakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Melaksanakan prinsip ini merupakan hal yang sulit karena adanya fakta bahwa terdapat banyak pertentangan dalam literature mengenai bagaimana harga jual ke pihak luar yang ditentukan. Literatur ekonomi klasik menyatakan bahwwa harga jual sebaiknya sama dengan biaya marginal. Ketika suatu pusat laba disuatu perusahaan membeli produk dari, dan ke, satu sama lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah; 1. Apakah perusahaan harus memproduksi sendiri produk tersebut atau membelinya dari pemasok luar? Hal ini merupakan keputusan sourcing. 2. Jika diproduksi secara internal, pada tingkat harga berapakah produk tersebut akan ditransfer antar pusat laba? Hal ini merupakan keputusan harga transfer. -

Situasi Ideal :

● Orang-orang yang Kompeten Idealnya, para manajer harus memperhatikankinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi dan arbitrase harga transfer juga harus kompeten. ● Atmosfer yang Baik Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam laporan laba-rugi mereka, sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang

signifikan dalam penilaian kinerja mereka dan harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil. ● Harga Pasar Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk identik yang sedang ditransfer maksudnya, harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas) dengan produk yang dikenakan harga transfer. Sebagai contoh, tidak aka nada beban piutang tak tertagih (bad debt expense), biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis yang lain yang ada didalam perusahaan. Penentuan harga transfer dengan harga pasar harus memenuhi beberapa kondisi, yaitu:  Manajer dibantu oleh staf-staf yang kompeten.  Manajer harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.  Harga pasar yang ditetapkan sebagai harga transfer seharusnya masih bisa dihemat karena adanya piutang tak tertagih dan biaya iklan.  Manajer harus mengetahui semua informasi yang relevan tentang pendapatan dan biaya serta masing-masing alternatifnya.  Manajer memiliki kebebasan untuk menentukan akan menjual atau membeli dari atau ke dalam dan keluar perusahaan. ● Kebebasan Memperoleh Sumber Daya Alternatif dalam memperoleh sumber daya haruslah ada, dan para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih alternative yang paling baik untuk mereka. Manajer pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus bebas untuk menjual kepihak luar. Metode tersebut merupakan metode yang optimal jika pusat laba penjual dapat menjual seluruh produknya baik kedalam maupun keluar perusahaan dan jika pusat laba pembelian juga mendapat bahan bakunya baik dari dalam maupun luar perusahaan. Harga pasar tersebut mencerminkan biaya kesempatan bagi penjual akibat menjual produknya kedalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena jika produk

tersebut tidak dijual kedalam perusahaan, maka produk tersebut akan dijual keluar perusahaan. Dengan demikian, dari sudut pandang perusahaan biaya yang relevan untuk produk tersebut adalah harga pasarnya karena ini merupakan jumlah kas yang dikorbankan akibat menjual kepihak dalam perusahaan. ● Informasi Penuh Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta biaya dan pendapata yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut. ● Negosiasi Harus ada mekanisme kerja yang berjalan lancar untuk melakukan negosiasi “kontrak” alternative usaha. Jika kondisi tersebut terpenuhi, maka sistem harga transfer berdasarkan harga pasar dapat menghasilkan keselarasan cita-cita, dan tidak membutuhkan administrasi pasar. 

Hambatan-hambatan dalam Mencari Sumber Daya

Pasar yang terbatas.

Dalam berbagai perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli dapat saja sangat

terbatas.

Ada

beberapa

alasan

akan

hal

ini

:

Pertama, keberadaan kapasitas internal dapat membatasi pengembangan penjualan eksternal. Kedua, jika perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferensiasi,

tidak

ada

sumber

daya

dari

luar.

Ketiga, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang besar, maka ia cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual di luar mendekati biaya variable perusahaan, dimana hal ini jarang sekali terjadi. Bagaimana suatu perusahaan dapat mengetahui tingkat harga kompetitif jika ia tidak membeli atau menjual produknya ke pasar bebas ? Inilah beberapa caranya : 1) Jika terdapat terbitan harga pasar, maka itu dapat digunakan untuk menentukan harga transfer. Meskipun demikian, terbitan tersebut harus merupakan harga yang benar-benar dibayarkan di pasar bebas, dan kondisi yang ada di pasar bebas harus konsisten

dengan

yang

ada

dalam

perusahaan.

2) Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid). Hal ini biasanya dilakukan hanya jika penawar terendah masih memiliki peluang untuk terjun ke pasar. 3) Jika pusat laba produksi menjual produk yang mirip di pasar bebas, maka ia mungkin akan menggandakan harga kompetitif berdasarkan harga luar. 4) Jika pusat laba pembelian membeli produk yang sejenis dari pasar bebas, maka ia dapat menggandakan harga kompetitif untu produk ekslusifnya. 

Kelebihan atau Kekurangan Kapasitas Industri.

Seandainya pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke pasar bebas – dengan kata lain, ia memiliki kapasitas yang berlebih. Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi di dalam masih memadai. Sebaliknya, andaikan pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh produk yang diperlukan dari luar sementara pusat laba penjualan menjual produknya kepada pihak luar. Situasi tersebut terjadi ketika terdapat kekurangan kapasitas produksi di dalam industri. Dalam kasus ini, output dari pusat laba pembelian terhalang dan perusahaan tidak dapat optimal. Meskipun ada hambatan dalam memperoleh sumbes daya harga pasar tetap merupakan harga transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka gunakanlah itu. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya (cost-based transfer price). -

Harga Transfer Berdasarkan Biaya

Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka suatu harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga yang berbasis pasar (marked-based price). Dua keputusan yang harus dibuat dalam system harga transfer berdasarkan biaya :

1) bagaimana menentukan besarnya biaya, dan 2) bagaimana menghitung markup laba. -

Dasar biaya.

Basis yang umum adalah biaya standar. Biaya actual tidak boleh digunakan karena factor inefisiensi produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian. Jika biaya standar yang digunakan, maka dibutuhkan suatu insentif untuk menetapkan standar yang ketat dan meningkatkan standar tersebut. Dalam

Markup laba. menghitung

markup

laba,

juga

terdapat

dua

keputusan

:

1). Apa basis markup laba tersebut, Basis yang paling mudah digunakan adalah persentase biaya. Basis yang secara konsep lebih baik adalah persentase investasi, tetapi menghitung investasi untuk diaplikasikan kepada setiap produk yang dihasilkan

dapat

menyebabkan

permasalahan

teknis.

2) Tingkat laba yang diperbolehkan. Problem yang kedua dalam penyisihan laba adalah besarnya jumlah laba. Persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkannya. Konsekuensi, kemungkinan penyisihan laba harus dapat memperkirakan tingkat pengembalian (rate of return) yang akan dihasilkan seandainya unit usaha tersebut merupakan perusahaan independent yang menjual produknya kepada konsumen luar. Solusi konseptual adalah dengan membuat penyisihan laba yang berdasarkan investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian. Nilai investasi tersebut dihitung pada level “standar”, dengan asset dan persediaan pada tingkat biaya penggantian (replacement cost).

-

Biaya Tetap dan laba Hulu

Penetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius dalam suatu perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual

produk kepada pihak luar mungkin tidak menyadari adanya jumlah biaya tetap dan laba upstream yang terkandung di dalam harga pembelian internal. Metode-metode yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara-cara yang digambarkan di bawah ini : 

Persetujuan diantara unit-unit usaha. Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil-wakil

dari uit-unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan kepada pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya tetap dan laba upstream yang signifikan. 

Dua langkah penentuan harga Cara lain adalah dengan membuat suatu harga transfer yang meliputi dua

jenis biaya : 1. untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dibuat sama dengan biaya variable standar dari produksi. 2. Pembebanan biaya yang berkala (biasanya setiap bulan) dibuat sama dengan biaya tetap yang berhubungan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembeli. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan metode penentuan harga dua langkah • Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembeli. • Pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan biaya. • Dengan system penentuan harga ini, inerja laba dari unit produksi tidak dipengaruhi volume penjualan dari unit yang terakhir. Hal ini memecahkan masalah yang muncul ketika usaha pemasaran oleh unit usaha yang lain

mempengaruhi

kinerja

laba

dari

unit

produksi

murni.

• Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan perusahaan.(Kelemahan ini diatasi dengan menentukan bahwa unit pemasaran memiliki prioritas utama dalam menggunakan kapasitas yang terbatas) • Metode ini mirip dengan penentuan harga “take or pay” yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa, dan batubara, dan dalam kontrak jangka panjang. 

Pembagian laba Jika system penentuan harga dua langkah tidak feasible, sistem pembagian

laba (profir sharing) dapat digunakan untuk memastikan kesamaan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut : 1) Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variable standar. 2) Setelah produk tersebut terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, dimana perhitungannya adalah harga penjualan dikurangi biaya variable

produksi

dan

pemasaran.

Melaksanakan system pembagian laba semacam ini akan menimbulkan beberapa masalah teknis : 1) mungkin saja terdapat argument-argumen mengenai cara pembagian kontribusi diantara dua pusat laba, dan manajemen senior akan turun tangan untuk menangani masalah ini.Hal ini membuang biaya, waktu dan bekerja secara berlawanan dengan alas an dasar dari desntralisasi, yaitu otonomi para manajer unit usaha. 2) Membagi rata laba diantara pusat laba tidak memberikan informasi yang tepat mengenai profitabilitas masing-masing pusat laba. 3) Karena kontribusi yang ada tidak akan dialoksikan sampai penjualan selesai dilakukan, maka kontribusi unit produksi tergantung pada kemampuan unit

pemasaran untuk menjual seharga harga penjualan aktual. Unit produksi mungkin merasa diperlakukan dengan tidak adail dalam situasi ini 

Dua kelompok harga Dalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada saat

harga jual di luar dan unit pembelian dibebankan biaya sebesar total biaya standar. Beberapa kelamahan penggunaan sistem ini adalah : 1) jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara keseluruhan. 2) Sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha akan menghasilkan uang, sementara pada kenyataannya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat. 3) Sistem ini dapat memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer internal dimana mereka terpana pada markup yang bagus pada biaya penjualan ke luar. 4) Terdapat tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap kali ada transfer dan kemudian mengeliminasi akun ini ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasi. 5) Fakta bahwa ada konflik diantaraa unit-unit bisnis akan membuat sistem ini terlihat lemah. Dengan metode dua bentuk harga, konflik-konflik ini dapat dikurangi sehingga tidak meghadapkan manajemen senior pada permasalahan seperti ini C. Penentuan Harga Jasa Korporat Pada bagian ini akan di jelaskan beberapa masalah yang berkaitan dengan pembebenan unit usaha atas jasa-jasa yang disediakan oleh unit staf korporat. Biaya dari unit staff jasa pusat untuk mana usaha tidak memiliki kendali, jika seluruh biaya dibebankan . Maka itu semua biaya tersebut akan di alokasikan dan alokasi tidak memasukkan komponen laba. Alokasi juga bukan merupakan harga transfer.

Terdapat dua jenis transfer : 1. Untuk jasa yang harus diterima oleh uit penerima dimana unit penerima dapat mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial. 2. Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakan atau tidak. 

Pengendalian atas Jumlah Jasa

Manajer unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf perusahaan yang tidak dapat dikendalikan efisiensi kinerjanya ( teknologi informasi dan riset & pengembangan) tetapi dia tapi dapat mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa-jasa seperti ini : -

Teori pertama menyatakan bahwa sebuah unit usaha harus membayar biaya variable standar dari jasa yang diberikan.

Contoh : selama bertahun-tahun,para manajer dari corporate data prosesing service atau (CDPS) di boise cascade corporation tidak mengalokasikan biaya pendukung personal computer(pc) seperti pembelian,pemasangan,dan bantuan aplikasi para pengguna pc karena mereka ingin medorong penggunaan Pc. Biaya tersebut dibebanka keseluruh pengguna lain pada CDPS.terutama konsumen dari sumber daya main frame computer. Para manajer CDPS tetap tidak membebankannya dengan tingkat biaya penuh.mereka menetapkan beban biaya $100 per bulan per pc, dan bukan sebesar $121 per bulan seperti yang diiestimasikannya untuk tahun ini. -

Teori kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variable standar ditambah porsi yang cukup memadai atas biaya tetap standar – yaitu biaya penuh (full cost).

-

Teori ketiga menyarankan suatu harga yang sama dengan harga pasar, atau biaya penuh standar (standard full cost) ditambah dengan margin labanya.



Pilihan Penggunaan Jasa

Dalam beberapa kasus, pihak manajemen mungkin memutuskan bahwa unit-unit usaha dapat memilih apakah akan menggunkan unit servis sentral atau tidak. Unitunit bisnis dapat memperoleh jasa tersebut dari pihak luar, mengembangkan kemampuan mereka, atau memilih untuk tidak menggunakan jasa ini sama sekali. Contoh : Commondore business machines memberikan salah satu kegiatan jasa sentral layanan konsumen ke federal express. James reeder, wakil presiden commondore bidang kepuasan konsumen mengatakan, “pada saat itu kami tidak memiliki reputasi yang baik dalam hal pelayanan dan kepuasan pelanggan. “tetapi inilah keahlian yang dimiliki FedEx, yang menangani lebih dari 300.000 panggilan setiap harinya. Commondore mengadakan perjanjian dengan FedEx untuk menangani seluruh operasi layanan telepon konsumen dari markas FedEx di Mmphis. Setelah mengalami kerugian online sebesar $29 juta tahun lalu, Border group beralih ke saingannya, Amazon.com untuk mengelola penjualanya secara online. Border dapat mempertahankan saluran penjualan internet serta meraih efektivitas operasi yang diberikan oleh amazon.com, dan pada waktu yang sama juga dapat memperlihatkan

pertumbuhan

bisnis

tokonya.

Dalam situasi seperti ini, para manajer unit usaha mengendalikan baik jumlah maupun efisiensi dari jasa pusat. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut merupakan pusat laba. Harga transfernya harus berdasarkan pada pertimbangan yang sama dengan pertimbangan yang mengendalikan harga transfer yang lain. 

Kesederhanan dari Mekanisme Harga

Harga yang dibebankan untuk servis perusahaan tidak akan mencapai tujuan kecuali metode dalam menghitungnya dapat dimengerti dan dipahami dengan cukup mudah oleh para manajer unit usaha. D. Administrasi Harga Transfer 

Negosiasi

Pada sebagian besar perusahaan, unit-unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain; maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf sentral. Alasan yang paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan membuat suatu harga jual dan menentukan harga pembelian yang paling cocok merupakan

salah

satu

fungsi

utama

dari

manajemen

lini.

Alasan lain bagi unit usaha untuk menegosiasikan harga mereka adalah bahwa mereka biasanya memiliki informasi yang paling tepat mengenai pasar-pasar dan biaya-biaya yang ada, sehingga mereka merupakan pihak yang paling mungkin untuk memberikan harga yang pantas. Contoh : Unit usaha A memiliki peluang untuk memasok.produk tertentu dalam jumlah besar ke perusahaan luar dengan harga $100 per unit. Bahan baku untuk produk ini di pasok oleh unit usaha B. harga transfer normal dari unit B untuk bahan baku tersebut adalah $35 per unit dimana $10 nya merupakan biaya variabel. Biaya pemrosesan (tidak termasuk bahan baku) ditambah laba normalnya adalah $85 dimana $50 nya merupakan biaya variabel. Dengan demikian biaya total ditambah laba normal adalah $120 sehingga pada jumlah ini, harga jual sebesar $100 tidaklah tepat. Menolak kontrak merupakan kerugian bagi perusahaan secara keseluruhan karena kedua unit tersebut harus menegosiasikan harga yang lebih rendah untuk bahan baku sehingga keduanya menghasilkan laba. Jika suatau perusahaan (di luar masalah dua unit usaha dalam satu perusahaan tunggal) mengajukan penawaran untuk menjual bahan baku ke perusahaan lain yang memiliki prospek yang sama untuk kepentingan bersama. Faktanya adalah 1 harga transfer yang terlibat pada contoh pertama tidak mempengaruhi kewajaran perilaku para manajer.



Arbitrase dan Penyelesaian Konflik

Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga (pricing rule), mungkin tidak ada kasus dimana unit-unit usaha tidak setuju pada harga tertentu. Untuk alasan

tersebut, suatu prosedur harus dibuat untuk menengahi pertikaian harga transfer. Terdapat tingkat formalitas yang luas dalam arbitrase harga transfer. Kemungkinan ekstremnya akan dibentuk suatu komite yang memiliki tiga tanggungjawab, yaitu : (1) menyelesaikan pertikaian harga transfer, (2) meninjau alternative sourcing yang mungkin ada, dan (3) mengubah peraturan harga transfer bila perlu. Arbitrase

dapat

dilakukan

dengan

beberapa

cara.

Dengan sistem yang formal, kedua pihak menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah / pendamai (arbitrator). Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga mempengaruhi keefektifan suatu system harga transfer. Terdapat empat cara untuk menyelesaikan konflik : – memaksa – membujuk – menawarkan – pemecahan masalah 

Klasifikasi Produk

Luas dan formalitas dari sourcing dan peraturan penentuan harga transfer tergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar dan harga pasar. Makin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, makin formal dan spesifik peratutran yang ada. Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas : • Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajemen senior ingin mengendalikan perolehan sumber daya. Produk ini biasanya merupakan produkproduk yang bervolume besar; produk-produk yang tidak memiliki sumber dari

luar; dan produk-produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan oleh pihak manajemen demi alasan kualitas atau alas an tertentu. • Kelas II meliputi seluruh produk lainya. Secara umum, ini merupakan produkproduk yang dapat diproduksi di luar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan, produk-produk yang volumenya relative kecil, diproduksi dengan peralatan umum (general-purpose equipment). Produk- produk kelas II ditranfer pada harga pasar. Perolehan sumber daya untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen pusat. Perolehan sumber daya untuk produk Kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang terlibat. Unit-unit pembelian dan penjualan dapat dengan bebas

bertransaksi

dengan

pihak

dalam

maupun

luar

perusahaan.

Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada perolehan sumber daya dan penetapan harga atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar. Peraturan untuk harga transfer (transfer pricing) akan dibuat dengan menggunakan berbagai metode yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. CONTOH SOAL KASUS: Perusahaan Indofood memiliki dua departemen dalam kegiatan produksinya. Data untuk ke dua departemen nya dapat dijelaskan pada tabel berikut: Keterangan Produksi satu tahun Harga Jual Per Unit Biaya Tetap Biaya Variabel : a. Biaya Produksi b. Biaya Pemasaran

Departemen 1 100.000 Produk Rp 3.000,00 Rp 170.000.000,00

Departemen 2 80.000 Produk Rp 6.000,00 Rp 150.000.000,00

Rp 60.000.000,00 Rp 40.000.000,00

Rp 50.000.000,00 Rp 30.000.000,00

Kondisinya jika departemen 1 memiliki opsi untuk melakukan penjualan kepada departemen 2 atau ke pasar reguler (di luar perusahaan). Jika departemen 1 memilih opsi menjual seluruh produksinya, maka departemen 1 tidak perlu lagi mengeluarkan biaya pemasaran. Maka harga transfer yang digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut: Langkah 1: Menentukan Harga Transfer Minimum

Harga Tranfer Minimum

= Total Penjualan - Biaya Pemasaran = (Rp 3.000,00 x 100.000 Produk) - Rp

40.000.000,00 = Rp 300.000.000,00 - Rp 40.000.000,00 = Rp 260.000.000,00 Harga Transfer Minimum Per = Rp 260.000.000,00 : 100.000 Unit Unit = Rp 2.600,00 Langkah 2: Menentukan Harga Transfer Maksimum Harga transfer maksimum adalah sebesar harga jual produk ke luar perusahaan. Jadi harga transfer maksimum departemen 1 sebesar Rp 3.000,00. (Rp 300.000.000,00 : 100.000 produk) Langkah 3: Menentukan Harga Transfer (Harga Transfer Maksimum + Harga Transfer Harga Transfer Per Unit

= = =

Harga Transfer Per Unit

=

Minimum) 2 (Rp 4.000,00 + Rp 2.600,00) 2 Rp 6.600,00 2 Rp 3.300,00

Maka analisis laba Keterangan Penjualan Pembelian

Departemen 1 Penjualan Ke Penjualan Ke Pasar Reguler Departemen 2 Rp 300.000.000,00 Rp 330.000.000,00

Departemen 2 Rp 480.000.000,00 (Rp

(Rp

(Rp

330.000.000,00) (Rp

170.000.000,00)

170.000.000,00)

60.000.000,00)

Biaya Variabel : a. Biaya

(Rp

(Rp

(Rp

Produksi b. Biaya

60.000.000,00) (Rp

60.000.000,00)

50.000.000,00) (Rp

Biaya Tetap

Pemasaran LABA

40.000.000,00) Rp 30.000.000,00

Rp

30.000.000,00) Rp 10.000.000,00

100.000.000,00

BAB III PENUTUP Kesimpulan Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat laba. Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban. Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba.

Metode yang digunakan dalam menentukan harga transfer ada 3 yaitu: 1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices). 2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices) 3. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices) Penentuan harga jasa korporat: 

pengendalian atas jumlah jasa



pilihan penggunaan jasa



kesederhanaan dari mekanisme harga

DAFTAR PUSTAKA

Robert N. Anthony, Management Control System. Sistem pengendalian manajemen

(BUKU

1);

Jakarta,

Salemba

file:///C:/Users/FAJAR/Downloads/SMP/My%20Guardian%20Angel %20%20Harga%20Transfer%20%28%20Bab%206%20%29.htm Http://www.MyGuardianAngel.blogspot.com/HargaTransfer/bab6.html file:///C:/Users/FAJAR/Downloads/SMP/Makalah%20SPM%20%28Harga %20Transfer%29.htm http://nolasetianung.blogspot.com/2015/10/penentuan-harga-transfer.html

Empat

Related Documents


More Documents from "diga alfriani"